Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FARMAKOLOGI

ABSORBSI, DISTRIBUSI,METABOLISME, EKSKRESI (ADME)

Disusun Oleh :

Nama : Khoirul Faizah

NIM : 18.0361.F

Kelas : IIA Farmasi (S1 Farmasi)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

PEKAJANGAN PEKALONGAN

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1


B. Tujuan ......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 2

A. Perjalanan Obat Dalam Tubuh (ADME) .................................................................... 2


B. Fase-fase perjalanan obat dalam tubuh....................................................................... 3
C. Cara -cara pemberian obat .......................................................................................... 14

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 22

A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 22

B. SARAN ..................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 23

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebelum obat yang diberikan pada pasien tiba pada tujuanya didalam
tubuh,yaitu tempat kerjanya atau targetsite,obat harus mengalami banyak
proses. Dalam garis besarnya,proses-proses ini dapat dibagi dalam tiga
tingkatan yaitu fase farmasetik,fase farmokinetika dan fase farmokodinamika.
Efek obat tidak tergantung dari factor farmakologi saja,tetapi juga dari
bentuk pemberian dan terutama dari formulasinya. Dimana fator formulasi
yang dapat mengubah efek obat dalam tubuh yaitu benuk fisis zat
aktif,keadaan kimiawi,zat pembantu,dan proses teknik yang digunakan untuk
membuat sediaan.
Mengingat proses perjalanan obat didalam tubuh ini merupakan proses
penting yang menentukan berhail atau tidaknya obat itu memberikan suatu
efek bagi tubuh maka didalam makalah ini kami akan membahas tentang
perjalanan obat didalam tubuh secara lebih dalam lagi.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ingin lebih memahami
proes dan nasib obat yang terjadi di dalam tubuh. Karena seperti yang telah
kita ketahui bahwa keberhasilan obat mencapai target akan menimbulkan efek
yang diharapkan. Selain itu juga maksud dengan pembuatan makalah ini
bertujuan untuk memahami proses obat yang bisa memberikan efek yang tak
diinginkan dan bagaimana obat bisa bersifat racun didalam tubuh.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses perjalanan obat dalam tubuh?
2. Apa saja cara-cara dari pemberian obat di dalam tubuh?
3. Bagaimana interaksi obat dalam tubuh melalui fase farmakodinamika

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perjalanan Obat Dalam Tubuh (ADME)


Obat yang diberikan pada pasien, akan banyak mengalami proses
sebelum tiba pada tempat aksi atau jaringan sasaran. Secara garis besar
proses-proses ini dapat dibagi menjadi tiga tingkat atau fase, yaitu fase
biofarmasetik atau farmasi, fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik.
Untuk menghasilkan efek farmakologi atau efek terapi, obat harus mencapai
tempat aksinya dalam kosentrasi yang cukup untuk menimbulkan respon.
Tercapainya kosentrasi obat tergantung dari jumlah obat yang diberikan,
tergantung pada keadaan dan kecepatan obat diabsorbsi dari tempat
pemberian dan distribusinya oleh aliran darah ke bagian lain dari badan. Efek
karakteristik dari obat akan hilang, apabila obat telah Bergerak ke luar dari
badan dan konsekuens i dari letak aksinya baik dalam bentuk yang tidak
berubah atau setelah mengalami metabolisme obat dan terjadi metabolit yang
dikeluarkan melalui proses ekskresi. Oleh karena itu sangat penting diketahui
bagaimana cara badan telah menangani obat dengan proses absorbs,
distribusi, metabolism dan ekskresi, bila kita menentukan suatu dosis, rute,
bentuk obat yang diberikan bila dikehendaki efek terapi yang diinginkan
dengan efek toksik yang minimal

1. Faktor-faktor formulasi yang dapat merubah efek obat dalam


tubuh adalah:
a. Bentuk fisik zat aktif (amorf atau kristal, kehalusannya)
b. Keadaan kimiawi (ester, garam, garam kompleks dsbnya)
c. Zat-zat pembantu (zat pengisi, pelekat, pelicin, pelindung dan
sebagainya)
d. Proses teknik yang digunakan untuk membuat sediaan

2
B. Fase-fase perjalanan obat dalam tubuh
Skema:

1. Fasa Biofarmasi atau Farmasetika


Adalah fase yang meliputi waktu mulai penggunaan obat melalui
mulut sampai pelepasan zat aktifnya kedalam cairan tubuh. Fase ini
berhubungan dengan ketersediaan farmasi dari zat aktifnya dimana
obat siap diabsorbsi.
Dalam biofarmasi ini kita akan mengenal beberapa istilah yang
berhubungan dengan aspek-aspek yang kita pelajari :
a. Ketersediaan farmasi (Farmaceutical Availability)

Adalah ukuran waktu yang diperlukan oleh obat untuk


melepaskan diri dari bentuk sediaannya dan siap untuk proses
resorpsi. Kecepatan melarut obat tergantung dari berbagai bentuk
sediaan dengan urutan sebagi berikut :

Larutan – suspensi – emulsi – serbuk – kapsul – tablet – enterik


coated – long acting.

3
b. Ketersediaan hayati (Biological Availability)
Adalah prosentase obat yang diresorpsi tubuh dari suatu
dosis yang diberikan dan tersedia untuk melakukan efek
terapeutiknya.
c. Kesetaraan terapeutik (Therapeutical Equivalent)

Adalah syarat yang harus dipenuhi oleh suatu obat paten


yang meliputi kecepatan melarut dan jumlah kadar zat berkhasiat
yang harus dicapai di dalam darah. Kesetaraan terapeutik dapat
terjadi pada pabrik yang berbeda atau pada batch yang berbeda
dari produksi suatu pabrik.

d. Bioassay dan standardisasi

Bioassay adalah cara menentukan aktivitas obat dengan


menggunakan binatang percobaan seperti kelinci, tikus, kodok dan
lain-lain.
Standarisasi ialah kekuatan obat yang dinyatakan dalam Satuan
Internasional atau IU (International Unit) yang bersamaan dengan
standart-standart internasional biologi dikeluarkan oleh WHO.
Ukuran-ukuran standart ini disimpan di London dan Copenhagen.
Tetapi setelah metode Fisiko-Kimia dikembangkan, bioassay mulai
ditinggalkan, begitu pula dengan penggunaan satuan biologi dan
selanjutnya kadar dinyatakan dalam gram atau miligram. Obat yang
kini masih distandarisasi secara biologi adalah insulin (menggunakan
kelinci), ACTH (menggunakan tikus), antibiotik polimiksin dan
basitrasin, vitamin A dan D, faktor pembeku darah, preparat-preparat
antigen dan antibody, digitalis dan pirogen.

4
2. Fasa Farmakokinetika
Adalah fase ini meliputi waktu selama obat diangkut ke organ yang
ditentukan, setelah obat dilepas dari bentuk sediaan. Obat harus di
absorbsi ke dalam darah, yang akan segera di distribusikan melalui tiap-
tiap jaringan dalam tubuh. Dalam darah obat dapat mengikat protein darah
dan mengalami metabolisme, terutama dalam melintasi hepar (hati).
Meskipun obat akan didistribusikan melalui badan, tetapi hanya sedikit
yang tersedia untuk diikat pada struktur yang telah ditentukan.

Skema farmakonetik

5
a. Absorbsi

Absorbsi adalah transfer suatu obat dari tempat pemberian


ke dalam aliran darah. Kecepatan dan efesiensi absorbsi
tergantung pada cara pemberian. Untuk intravena, absorbs
sempurna yaitu dosis total obat seluruhnya mencapai sirkulasi
sistemik. Proses absorbsi sangat penting dalam menentukan
efek obat. Pada umumnya obat yang tidak diabsobsi tidak
menimbulkan efek, kecuali antasida dan obat yang bekerja
local. Proses absorbs terjadi diberbagai tempat pemberian obat,
seperti saluran cerna, otot, rangka, paru-paru, kulit dan
sebagainya. Transfer obat dari saluran cerna tergantung pada
sifat-sifat kimianya, obat-obat bisa diabsorbsi dari saluran
cernasecara difusi pasif atau transport aktif.

Absorbsi dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :

1) Kelarutan obat
Agar dapat diabsorbsi, obat harus dalam larutan. Obat
yang diberikan dalam larutan akan lebih cepat diabsorbsi
daripada yang harus larut dulu dalam cairan tubuh sebelum
diabsorbsi. Obat yang sukar sekali larut akan sukar
diabsorbsi pada saluran gastrointestinal.
2) Kemampuan difusi melalui sel membrane
Semakin mudah terjadi difusi dan makin cepat
melintasi sel membrane, makin cepat obat diaborbsi.
3) Kosentrasi obat
Semakin tinggi kosentrasi obat dalam larutan,
makin cepat diabsorbsi.
4) Sirkulasi pada letak absorbsi
Jika tempat absorbsi mempunyai banyak pembuluh
darah, maka absorbs obat akan lebih cepat dan lebih

6
banyak. Misalnya pada injekasi anestesi local ditambah
adrenalin yang dapat menyebabkan vasokonstriksi,
dimaksudkan agar absorbs obat diperlambat dan efeknya
lama.
5) Luas permukaan kontak obat
Obat lebih cepat diabsorbsi olehi bagian tubuh yang
mempunyai luas permukaan yang besar, misalnya
endetarium paru-paru, mokusa usus, dan usus halus.
6) Bentuk sediaan cair
Kecepatan absorbs obat tergantung pada kecepatan
pelepasan obat dari bahan pembawanya. Urutan kecepatan
obat dari bentik peroral sebagai berikut : larutan dalam air –
serbuk - kapsul - tablet bersalut gula - tablet bersalut
enteric.
Beberapa hal sebagai contoh dimana bentuk obat
mempengaruhi absorbs :
a) Absorbs obat dapat diperpanjang dengan
penggunaan bentuk obat long-acting.
b) Kecepatan absorbs injeksi dapat diturunkan dengan
menggunakan suspense atau emulsi, untuk obat
yang sukar larut.
c) Absorbs obat dapat dipercepat dengan memperkecil
ukuran partikel.
d) Jumlah dan sifat bahn pengikat serta bahan
penghacur, tekanan tablet akan mempenggaruhi
absorbs obat dalam bentuk tablet.

7
7) Rute cara pemberian obat
Rute cara pemakaian obat bermacam-macam antara
lain:
a) Melalui mulut (oral)
b) Melalui sublingual (dibawah lidah) atau buccal
(antara gusi dan pipi)
c) Melalui rectal
d) Melalui parental
e) Melalui endotel paru-paru
f) Melalui kulit (efek local), topical
g) Melalui urogenital (efek local)
h) Melalui vaginal (efek local)

b. Distribusi

Obat setelah diabsorbsi akan tersebar melalui sirkulasi


darah keseluruh badan. Dalam peredarannya, kebanyakan obat-
obat di distribusikan melalui membrane badan dengan cara
yang relative lebih muda dan lebih cepat dibanding dengan
eliminasi atau pengeluaran obat.

Distribusi adalah proses suatu obat yang secara reversible


meninggalkan aliran darah dan masuk ke interstisium (cairan
ekstrasel) dan/atau ke sel-sel jaringan. Pengiriman obat dari
plasma ke interstinum terutama tergantung pada aliran darah,
permeabilitas kapiler, derajat ikatan ion obat tersebut dengan
protein plasma atau jaringan dan hidrofobisitas dari obat
tersebut.

Factor-faktor penting yang berhubungan dengan distribusi obat


antara lain :

1) Perfusi darah melalui jaringan

8
Perfusi darah melalui jaringan dan organ bervariasi sangat
luas. Perfusi yang tinggi adalah pada daerah paru-paru, hati,
ginjal, jantung, otak dan daerah yang perfusinya rendah adalah
lemak dan tulang. Sedangkan perfusi pada otot dan kulit adalah
sedang. Perubahan dalam aliran kecepatan darah (sakit jantung)
akan mengubah perfusi organ seperti hati, ginjal dan
berpengaruh terhadap kecepatan eliminasi obat.

2) Kadar gradien, pH dan ikatan zat dengan makromolekul

Penetrasi obat tergantung pada luasnya kadar gradient,


bentuk yang dapat berdifusi bebas, factor seperti pH gradient
dan ikatan pada konstituen intraseluler akan mempengaruhi
akumulasi dalam jaringan.

3) Partisi ke dalam lemak

Obat yang larut dalam lipid dapat mencapai kosentrasi yang


tinggi dalam jaringan lemak. Obat akan disimpan oleh larutan
fisis dalam lemak netral. Jumlah lemak adalah 15% dari berat
badan dan merupakan tempat penyimpanan untuk obat. Lemak
juga mempunyai peranan dalam membatasi efek senyawa yang
kelarutannya dalam lemak adalah tinggi dengan bekerja sebagai
akseptor obat selama fase redistribusi.

4) Transfer aktif

Pemasukan ke dalam jaringan dapat juga terjadi dengan


proses transport aktif. Metadon, propanolol dan amfetamin
diangkut ke dalam jaringan paru-paru oleh proses aktif. Hal ini
merupakan mekanisme yang penting untuk pemasukan obat
tersebut yang besar dalam paru-paru.

9
5) Sawar

Distribusi obat ke susunan syaraf pusat dan janin harus


menembus sawar khusus yaitu sawar darah otak dan sawar uri.
Sawar darah otak, penetrasi obat dari peredaran darah ke dalam
ruang ekstraseluler susunan saraf sentral dan cairan
cerebrospinal dibatasi atau ditentukan oleh keadaan permukaan
absorbs.

6) Ikatan obat dengan protein plasma

Factor yang penting dalam distribusi obat adalah ikatannya


dengan protein plasma yang merupakan makromolekul.
Banyak obat terikat dengan protein di dalam plasma darah dan
jaringan lain. Umumnya ikatannya merupakan proses reversible
dan akan berpengaruh terhadap ketersediaan obat.

Protein yang terdapat dalam plasma dan mengadakan ikatan


dengan obat adalah albumin. Bentuk persamaan obat dengan
protein dapat dituliskan sebagai berikut :

Obat + protein plasma kompleks obat-protein plasama

Ikatan senyawa kompleks obat tersebut akan berdisosiasi,


hingga bentuk obat tersebut dapat diekskresikan.

c. Metabolisme

Metabolisme sering disebut biotransformasi dan merupakan


suatu istilah yang menggambarkan metabolism obat.
Kebanyakan obat akan mengalami biotransformasi terlebih
dahulu agar dapat dikeluarkan dari badan. Pada dasarnya tiap
obat merupakan zat asing yang tidak diinginkan oleh badan dan
badan berusaha merombak zat tersebut menjadi metabolit yang
bersifat hidrofil agar lebih lancar diekskersikan melalui ginjal,

10
jadi reaksi biotransformasi yang merupakan peristiwa
detoksifikasi.

Reaksi biotransformasi dapat berupa oksidasi, hidrolisa dan


konjugasi. Biotransformasi berlangsung terutama di hati, di
saluran pencernaan, tetapi beberapa obat mengalami
biotransformasi di ginjal, plasma dan mukosa intestinal,
meskipun secara kuantitatif letak tersebut dipandang tidak
penting,

Perubahan yang terjadi disebabkan oleh reaksi enzim dan


digolongkan menjadi 2 fase, yaitu fase pertama merupakan
reaksi perubahan yang asintetik dan fase kedua merupakan
reaksi konjugasi.

Dalam metabolisme senyawa asli mengalami perubahan


kimiawi dan dianggap sebagai mekanisme eliminasi obat,
meskipun masalah ekskresi metabolit tetap ada. Kebanyakan
metabolit mempunyai sifat partisi yang nyata berbeda
dibanding dengan senyawa aslinya terutama sifat lipofilnya
menurun. Senyawa baru tersebut mudah diekskresikan karena
tidak segera diabsorbsi dari cairan tubuli ginjal. Metabolism
dapat berpengaruh terhadap aktivitas biologi dari obat dengan
bermacam-macam cara. Kebanyakan aktivitas farmakologi
dapat menurun atau hilang setelah mengalami metabolism. Hal
tersebut dapat digunakan untuk menentukan lama maupun
intensitas aksi obat. Pada beberapa obat yang disebut produk
tidak aktif secara biologi, tetapi metabolisme obat itu dapat
mengaktifkan obatnya dalam hal ini dimaksudkan agar tujuan
terapi dapat tercapai.

11
d. Ekskresi

Organ yang paling penting untuk ekskresi obat adalah


ginjal. Obat diekskresikan dalam struktur tidak berubah atau
sebagai metabolit. Jalan lain yang utama adalah eliminasi obat
melalui system empedu masuk ke dalam usus kecil, obat atau
metabolitnya dapat mengalami reabsorbsi (siklus
enterohepatik) dan eliminasi dalam feses (kotoran manusia).
Jalur ekskresi yang jumlah obat sedikit adalah melalui air ludah
dan air susu merupakan suatu rute yang menimbulkan masalah
bagi bayi yang disusui. Zat yang menguap seperti gas anestesi
berjalan melalui epitel paru-paru.

Ginjal merupakan organ ekskresi yang penting . ekskresi


merupakan resultante dari 3 proses antara lain :

1) Filtrasi di glumerolus

Glumerolus merupakan jaringan kapiler dapat


melewatkan semua zat yang lebih kecil dari albumin
melalui cela antara sel endotelnya sehingga semua obat
yang tidak terikat protein plasma mengalami filtrasi disana.

2) Sekresi aktif di tubuli proksimal


Banyak obat diangkut melaui tubuli proksimal
secara aktif ke dalam urine yang ada di tubuli dan disebut
sekresi tubuli aktif. Sekresi obat dapat ditunjukan bila
kecepatan pembuangan urine melebihi kecepatan filtrasi
glomeruli.
3) Reabsorbsi pasif di tubuli proksimal dan distal
Di tubuli proksimal dan distal terjadi reabsorbsi
pasif untuk bentuk non ion. Oleh karena itu untuk obat
berupa elektrolit lemah, proses reabsorbsi ini bergantung
pada pH lumen tubuli yang menentukan derajat ionisasi.

12
Bila urine lebih basa, asam lemah terionisasi lebih banyak
sehingga reabsorbsinya berkurang, akibatnya ekskresinya
meningkat. Sebaliknya bila urine lebih asam, ekskresi asam
lemah berkurang. Keadaan yang berlawanan terjadi dalam
ekskresi basa lemah.
Banyak metabolit obat yang berbentuk di hati di ekskresi ke
dalam usus melalui empedu, kemudian dibuang melalui
feses, tetapi lebih sering diserap kembali di saluran cerna
dan akhirnya diekskresi melalui ginjal.

Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata,


air susu dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relative kecil
sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat.
Liur dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk
menentukan kadar obat tertentu.

3. Fasa Farmakodinamika
adalah fase dimana obat telah berinteraksi dengan sisi reseptor dan
siap memberikan efek. Fase farmakodinamik sendiri yang dipelajari
adalah efek obat dalam tubuh atau mempelajari pengaruh obat terhadap
fisiologis tubuh. Kebanyakan obat pada tubuh bekerja melalui salah
satu dari proses interaksi obat dengan reseptor, interaksi obat dengan
enzim, dan kerja obat non spesifik.Interaksi obat dengan reseptor
terjadi ketika obat berinteraksi dengan bagian dari sel, ribosom, atau
tempat lain yang sering disebut sebagai reseptor. Reseptor sendiri bisa
berupa protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat, atau lemak. Semakin
banyak reseptor yang diduduki atau bereaksi, maka efeknya akan
meningkat. Interaksi obat dengan enzim dapat terjadi jika obat atau zat
kimia berinteraksi dengan enzim pada tubuh. Obat ini bisa dengan cara
mengikat (membatasi produksi) atau memperbanyak produksi dari
enzim itu sendiri. Contohnya obat kolinergik. Obat kolinergik bekerja
dengan cara mengikat enzim asetilkolin esterase. Enzim ini sendiri

13
bekerja dengan cara mendegradasi asetilkolin menjadi asetil dan kolin.
Jadi ketika asetilkolin esterase dihambat, maka asetilkolin tidak akan
dipecah menjadi asetil dan kolin.Yang ketiga adalah kerja non spesifik.
Maksud dari kerja non spesifik adalah obat tersebut bekerja dengan
cara tanpa mengikat reseptor. Contoh dari obat-obatan ini adalah Na-
bikarbonat yang merubah cairan pH tubuh, alkohol yang
mendenaturasi protein, dan norit yang mengikat toksin, zat racun, atau
bakteri.

Obat yang berikatan dengan reseptor disebut agonis. Kalau ada


obat yang tidak sepenuhnya mengikat reseptor dinamakan dengan
agonis parsial, karena yang diikat hanya sebagian (parsial). Selain
menimbulkan efek farmakologis, ketika reseptor diduduki suatu
senyawa kimia juga bisa tidak menimbulkan efek farmakologis. zat
tersebut diberinama antagonis. Jika nantinya obat antagonis dan agonis
diberikan secara bersamaan dan obat antagonis memiliki ikatan yang
lebi kuat maka dapat menghalangi efek agonis. Antagonis sendiri ada
yang kompetitif dan antagonis non-kompetitif. Disebut antagonis
kompetitif ketika obat itu berikatan di tempat yang sama dengan obat
agonis.

C. Cara -cara pemberian obat


Disamping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan cepat-
lambatnya dan lengkap atau tidaknya resorpsi obat oleh tubuh. Tergantung
dari efek yang diinginkan,yaitu efek sistemis (di seluruh tubuh ) atau efek
lokal ( setempat ), keadaan pasien dan sifat-sifat fisika – kimia obat.

1 Efek Sistemis
a. Oral
 Pemberiannya melalui mulut.
 Mudah dan aman pemakaiannya , lazim dan praktis

14
 Tidak dapat diterapkan untuk obat yang bersifat merangsang
(emetin, aminofillin) atau yang diuraikan oleh getah lambung
(benzil penisilin, insulin,dan oksitosin)
 Dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat
kerjanya
 Digunakan untuk mencapai efek lokal dalam usus misalnya
untuk obat cacing, dan obat diagnostik untuk pemotretan
lambung-usus.
 Pemberian antibiotik untuk sterilisasi lambung-usus pada
infeksi atau sebelum operasi.
b. Oromukosal

Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara


yaitu :

 Sub Lingual :
 Obat ditaruh dibawah lidah
 Terjadi resorpsi oleh selaput lendir ke vena-vena lidah yang
sangat banyak.
 Obat langsung masuk peredaran darah tanpa melalui hati
(tidak di-inaktifkan).
 Efek yang diinginkan tercapai lebih cepat.
 Efektif untuk serangan jantung, asthma.
 Kurang praktis untuk digunakan terus menerus karena dapat
merangsang selaput lendir mulut.
 Bentuk tablet kecil contoh Isosorbid tablet.

 Bucal:
 Obat diletakkan diantara pipi dan gusi.

15
c. Injeksi

Adalah pemberian obat secara parenteral, yaitu di bawah


atau menembus kulit/ selaput lendir. Suntikan atau injeksi
digunakan untuk :

 Memberikan efek obat dengan cepat.


 Terutama untuk obat-obat yang merangsang atau dirusak
oleh getah lambung
 Diberikan pada pasien yang tidak sadar, atau tidak mau
bekerja sama.
 Keberatan pada pasien yang disuntik (sakit) dan mahal,
sulit digunakan.
 Ada bahaya infeksi, dapat merusak pembuluh atau saraf.

Macam-macam jenis suntikan:

1) Subkutan /hipodermal (s.c).

Penyuntikan di bawah kulit , hanya untuk obat yang tidak


merangsang dan larut baik dalam air atau minyak, efeknya agak
lambat dibanding cara i.m atau iv, mudah digunakan sendiri
contohnya suntikan Insulin.

16
Subkutan /hipodermal (s.c).

2) Intra muscular (i.m).


Penyuntikan dilakukan dalam otot , resorpsi obat
berlangsung 10 -30 menit untuk memperpanjang kerja obat
sering dipakai larutan atau suspensi dalam minyak. Tempat
injeksi otot pantat atau lengan atas.

17
Intra muscular (i.m).

3) Intra vena (i.v).


Penyuntikan dilakukan didalam pembuluh darah, efeknya
paling cepat (18 detik) karena benda asing langsung
dimasukkan kedalam aliran darah, sehingga mengakibatkan
reaksi-reaksi hebat seperti turunnya tekanan darah secara
mendadak shock dan sebagainya. Infus intravena dengan
obat sering dilakukan dalam rumah sakit pada keadaan
darurat, atau dengan obat yang cepat metabolismenya dan
ekskresinya guna mencapai kadar plasma tetap tinggi.

18
Bahaya trombosis terjadi bila infus dilakukan terlalu sering
pada satu tempat.

Intra vena (i.v).

4) Intra arteri (i.a).


Penyuntikan kedalam pembuluh nadi, dilakukan untuk
membanjiri suatu organ misalnya Pada penderita kanker
hati.
5) Intra cutan (i.c)
Penyuntikan dilakukan didalam kulit , absorbsi sangat
perlahan misalnya tuberculin test dari Mantoux.

Intra cutan (i.c)

19
6) Intra lumbal
Penyuntikan dilakukan kedalam ruas tulang belakang
(sumsum tulang belakang) misalnya anestetika umum.
7) Intra peritonial.
Penyuntikan kedalam ruang selaput ( rongga ) perut.
8) Intra cardial
Penyuntikan kedalam jantung.
9) Intra pleural
Penyuntikan kedalam rongga pleura.
10) Intra articuler
Penyuntikan kedalam celah-celah sendi.

d. Implantasi

Obat dalam bentuk Pellet steril dimasukkan dibawah kulit dengan


alat khusus (trocar). Terutama digunakan untuk efek sistemik lama ,
misalnya obat-obat hormon kelamin (estradiol dan testosteron). Akibat
resorpsi yang lambat satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara
teratur selama 3-5 bulan.

e. Rektal

Pemberian obat melalui rektal atau dubur. Cara ini memiliki efek
sistemik lebih cepat dan lebih besar dibandingkan peroral dan baik
sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak oleh asam lambung

Contoh :

Suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek lokal mis wasir

Salep yang dioleskan pada permukaan rektal hanya mempunyai efek


lokal.

20
f. Transdermal.

Cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat


menyerap secara perlahan dan kontinyu masuk kedalam sistim
peredaran darah, langsung ke jantung. Umumnya untuk gangguan
jantung misalnya Angina pectoris, tiap dosis dapat bertahan 24 jam
contohnya Nitrodisk dan Nitroderm TTS (Therapeutik Transdermal
System), dan preparat hormon.

a. Efek lokal (pemakaian setempat)


1) Kulit (Percutan)
Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan
kulit, bentuk obat salep, cream dan lotio.
2) Inhalasi.
Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau
mulut dan penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut,
tenggorokan, dan pernafasan. Contoh: bentuk sediaan gas, zat
padat atau aerosol.
3) Mukosa Mata Dan Telinga
Obat diberikan melalui selaput / mukosa mata atau telinga,
bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi kedalam darah
dan menimbulkan efek.
4) Intra vaginal.
Obat diberikan melalui selaput lendir atau mukosa vagina ,
biasanya berupa obat anti fungi dan pencegah kehamilan. Dapat
berbentuk ovula, salep, cream dan cairan bilas
5) Intranasal.
Obat diberikan melalui selaput lendir hidung untuk
menciutkan selaput atau mukosa hidung yang membengkak,
contohnya Otrivin

21
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Obat yang diberikan pada pasien, akan banyak mengalami proses sebelum
tiba pada tempat aksi atau jaringan sasaran. Secara garis besar proses-proses
ini dapat dibagi menjadi tiga tingkat atau fase, yaitu fase biofarmasetik atau
farmasi, fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik. Proses perjalanan
obat dalam tubuh diawali dari absorpsi, distribusi, metabolism, dan
ekskresi.dan ada beberapa macam rute pemberian obat dalam tubuh

B. SARAN
Dalam proses perjalalan obat dalam tubuh akan berjalan sesuai dengan
prosesnya, dan akan menuju ke reseptor tempat kerja, dan seharusnya obat jika
diminum harus langsung menuju ke tempat kerja, jika tidak maka akan terjadi
keterlambatan dari kerja obat tersebut, dan akhirnya obat bereaksi menjadi lama.

22
DAFTAR PUSTAKA

Artawan, I. W.B. 1989, “Studi Metabolisme Obat Pada Manusia Dengan


Eliminasi Antipirin Sebagai Indicator”, Skripsi, Universitas Airlangga,
Surabaya.

Gitawati, R. 2008, “Interaksi Obat dan Implikasinya”, Jurnal Media Litbang


Kesehatan, vol. 18, no. 4, 176-179.

Sanjoyo, R..2015, “Metabolisme Obat”. (on-line). From Wahyudi, A.A.,


Wiryatini, N.N., & Ali, K.T. 2011, “Metabolisme Obat”. (on-line). From

23

Anda mungkin juga menyukai