Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

METODE KARAKTERISASI FISIKA

SPECTROSKOPI UV-VIS

OLEH:
MUHAMAD NAHROWI (4211412031)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Analisis Spektroskopi didasarkan pada interaksi radiasi dengan spesies
kimia. Berprinsip pada penggunaan cahaya/tenaga magnet atau listrik untuk
mempengaruhi senyawa kimia sehingga menimbulkan tanggapan.Tanggapan
tersebut dapat diukur untuk menetukan jumlah atau jenis senyawa. Cara
interaksi dengan suatu sampel dapat dengan absorpsi, pemendaran
(luminenscence) emisi, dan penghamburan (scattering) tergantung pada sifat
materi. Teknik spektroskopi meliputi spektroskopi UV-VIS, spektroskopi
serapan atom, spektroskopi infra merah, spektroskopi fluorensi, spektroskopi
NMR, spektroskopi massa.
Spektroskopi adalah studi mengenai interaksi cahaya dengan atom dan
molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai
gelombang. Dasar spektroskopi UV-VIS adalah serapan cahaya. Bila cahaya
jatuh pada senyawa, maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul
sesuai dengan struktur dari molekul senyawa tersebut. Serapan cahaya oleh
molekul dalam daerah spektrum UV-VIS tergantung pada struktur elektronik
dari molekul. Spektra UV-VIS dari senyawa-senyawa organic berkaitan erat
dengan transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik.
Oleh sebab itu, serapan radiasi UV-VIS sering dikenal sebagai spektroskopi
elektronik. Keuntungan dari serapan ultraviolet yaitu gugus-gugus
karakteristik dapat dikenal dalam molekul-molekul yang sangat kompleks.
Spektroskopi UV-VIS merupakan teknik spektroskopi pada daerah ultra
violet dan sinar tampak. Dari spektrum absorpsi dapat diketahui panjang
gelombang dengan absorbans maksimum dari suatu unsur atau senyawa.
Contohnya analisis protein, asam amino, kinetika enzim. Pada prinsipnya
spektroskopi UV-VIS menggunakan cahaya sebagai tenaga yang
mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah UV-VIS
Senyawa organik terkonjugasi menyerap UV (190-400 nm) atau terlihat (400-700
nm) cahaya semakin besar derajat konjugasi semakin besar tingkat penyerapan pada
Panjang gelombang lebih lama. Dengan demikian, senyawa yang sangat terkonjugasi
seperti β-karoten dan hemoglobin menyerap di bagian terlihat spektrum dan berwarna.
Senyawa aromatic terkonjugasi kurang menyerap dalam daerah UV spektrum. Namun,
kemajuan besar diikuti penemuan fundamental dalam spektrokopi studi tentang
penyerapan radiasi elektromagnetik oleh senyawa kimia, dan spektrometri, studi kuantitatif
dari fenomena ini.
Absorbansi cahaya oleh bahan pertama kali dieksplorasi oleh ahli Matematika
Jerman Johann Heinrich Lambert (1728-1777) yang menemukan bahwa untuk radiasi
monokromatik (dalam radiasi praktek pita sempit) jumlah cahaya yang diserap adalah
berbanding lurus dengan panjang jalur cahaya itu melalui material dan tidak tergantung
dari intensitas cahaya. Astronom Jerman Wilhelm Beer (1797-1850) memperluas
pekerjaan ini dan menemukan bahwa, untuk larutan encer ada hubungan linier antara
konsentrasi analit dan absorbansi.
Ahli kimia klinis Henry Bence Jones (1813-1873) menggunakan spektroskopi
emisi untuk mendeteksi lithium dalam urin dan pada jaringan lain termasuk lensa dihapus
dari mata pasien katarak dan bekerja dengan Agustus Dupre (1835-1907), digunakan
analisis fluoresensi untuk mendeteksi kina dalam darah dan jaringan lain. Pengenalan
spektrofotometer komersial UV pertama, oleh Arnold O. Beckman (1900-2004), Namun,
kelompok-kelompok seperti yang dipimpin oleh Bernand B. Brodie (1907-1989)
melanjutkan untuk menggunakan instrumen untuk mengembangkan kuantitatif. Brodie
mendirikan beberapa aturan dasar untuk sukses meansurement obat dan racun lainnya
dalam specimen biologi, banyak yang masih berlaku hari ini.
Seperti dengan pengembangan spektrofotometer UV praktis, kepentingan militer,
Kali ini dalam obat antimaterials, juga mendorong kemajuan di spektrophotofluorimetry.
Brodie dan Sidney Udenfriend (1918-2001) menggunakan fluorimeter Coleman sederhana
filter untuk mengukur quinacrine dalam plasma, tetapi jelas bahwa jika panjang gelombang
eksitasi dapat bervariasi banyak molekul lebih dapat dianalisis menggunakan teknik ini.
Robert L. Bowman (1916-1995) mengembangkan spectrophotofluorimeter monokromator
pertama ganda, yang dengan kolaborasi dari Perusahaan Instrumen Amerika, dipamerkan
pada Konferensi 1956 Tickets Pittburgh sebagai AMINO-Bowman SPF.
Di pertengahan abad ke-19, kimiawan Jerman Robert Wilhelm Bunsen (1811-
1899) fisikawan Jerman Gustav Robert Kirchhoff (1824- 1887) bekerjasama
mengembangkan spektrometer menemukan 2 unsur baru: rubidium dan cesium. Yang
digunakan banyak kimiawan untuk menemukan unsur baru. Kemudian alat ini digunakan
banyak kimiawan untuk menemukan unsur baru semacam galium, indium dan unsur-unsur
tanah jarang. Spektroskopi telah memainkan peran penting dalam penemuan gas-gas mulia.
Spektrofotometer terdiri atas sumber sinar, prisma, sel sampel, detektor pencatat. Fungsi
prisma adalah untuk memisahkan sinar polikromatis di sumber cahaya menjadi sinar
kromatis. Penggunaan spektroskopi sebagai sarana penentuan struktur senyawa memiliki
sejarah yang panjang. Reaksi nyala yang populer berdasarkan prinsip yang sama dengan
spektroskopi.

B. Pengertian Spektroskopi UV-VIS


Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larjutan berwarna pada panjang
gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detector fototube.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi
yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan
spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Teknik spektroskopi pada daerah ultra violet dan sinar tampak disebut spektroskopi
UV-VIS. Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan
Visible. Spektrofotometer UV-VIS merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada
daerah ultraviolet dan sinar tampak. Alat ini digunakan guna mengukur serapan sinar ultra
violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang
dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan
tersebut.
Metoda penyelidikan dengan bantuan spektrometer disebut spektrometri. Dalam
spektrometer modern, sinar yang datang pada sampel diubah panjang gelombangnya secara
kontinyu. Hasil percobaan diungkapkan dalam spektrum dengan absisnya menyatakan
panjang gelombang (atau bilangan gelombang atau frekuensi) sinar datang dan ordinatnya
menyatakan energi yang diserap sampel.

C. Kegunaan UV-VIS
Spektroskopi UV/VIS merupakan metode penting yang mapan, andal dan akurat.
Dengan menggunakan spektroskopi UV/VIS, substansi tak dikenal dapat diidentifikasi dan
konsentrasi substansi yang dikenal dapat ditentukan. Pelarut untuk spektroskopi UV harus
memiliki sifat pelarut yang baik dan memancarkan sinar UV dalam rentang UV yang luas.
Selain itu spektroskopi UV/VIS juga digunakan untuk cairan berwarna.
Adapun kegunaan lain dari spektrofotometer UV/VIS adalah alat yang digunakan
untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak
yang sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbs
antara cuplikan dengan blanko atau pun pembanding.

D. Analisis Sample Spektroskopi UV-VIS


Spektrofotometer UV-VIS dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun
analisis kuantitatif.
1. Analisis Kualitatif
Penggunaan alat ini dalam analisis kuantitatif sedikit terbatas sebab spektrum sinar
tampak atau sinar UV menghasilkan puncak-puncak serapan yang lebar sehingga dapat
disimpulkan bahwa spektrum yang dihasilkan kurang menunjukan puncak-punca
serapan. Namun, walaupun puncak yang dihasilkan bebentuk lebar, puncak tersebut
masih dapat digunakan untuk memperoleh keterangan ada atau tidaknya gugus
fungsional tertentu dalam suatu molekul organik.
2. Analisis Kuantitatif
Penggunaan sinar UV dalam analisis kuantitatif memberikan beberapa keuntungan,
diantaranya ;
 Dapat digunakan secara luas
 Memiliki kepekaan tinggi
 Keselektifannya cukup baik dan terkadang tinggi
 Ketelitian tinggi
 Tidak rumit dan sepat
Adapun langkah-langkah utama dalam analisis kuantitatif adalah ;
 Pembentukan warna ( untuk zat yang yang tak berwarna atau warnanya
kurang kuat ),
 Penentuan panjang gelombang maksimum,
 Pembuatan kurva kalibrasi,
 Pengukuran konsentrasi sampel.
Radiasi ultraviolet memiliki panjang gelombang kurang dari 200 nm adalah sulit
untuk menangani, dan jarang digunakan sebagai alat rutin untuk analisis struktural.

Energi yang disebutkan diatas adalah cukup untuk mempromosikan atau


merangsang elektron molekul ke energi orbital yang lebih tinggi. Akibatnya,
penyerapan spektroskopi dilakukan di wilayah ini kadang disebut "spektroskopi
elektronik".
Panjang gelombang cahaya UV-VIS jauh lebih pendek daripada panjang
gelombang radiasi inframerah. Spektrum sinar tampak terentang dari sekitar 400 nm
(ungu) sampai 750 nm (merah), sedangkan spektrum ultraviolet terentang dari 100 nm
sampai 400 nm.
Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan
panjang gelombang radiasi :

Gambar Spektrum UV.


Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan
sampel yang diukur. Prinsip penentuan spektrofotometer UV-VIS adalah aplikasi dari
Hukum Lambert-Beer, yaitu:
A = - log T = - log It / Io = ε . b . C
Dimana :
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Koefisien ekstingsi
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel
Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis menggunakan
spektrofotometer adalah:
a) Serapan oleh pelarut
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi
matrik selain komponen yang akan dianalisis.
b) Serapan oleh kuvet
Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa. Dibandingkan
dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan kualitas yang lebih
baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan oleh kuvet ini diatasi
dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang sama untuk tempat
blangko dan sampel.
c) Kesalahan fotometrik normal
Pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini
dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas
dari alat yang digunakan. (melalui pengenceran atau pemekatan) Sama seperti
pHmeter, untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer UV-
VIS maka perlu dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dalam spektrofotometer UV-VIS
dilakukan dengan menggunakan blangko:
Setting nilai absorbansi = 0
Setting nilai transmitansi = 100 %
Penentuan kalibrasi dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai
berikut:
a. Dilakukan dengan larutan blangko (berisi pelarut murni yang
digunakan dalam sampel) dengan kuvet yang sama.
b. Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan proses
kalibrasi.
c. Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu
macam Panjang gelombang, dilakukan secara periodik selang waktu
per 30 menit. Dengan adanya proses kalibrasi pada spektrofotometer
UV-VIS ini maka akan membantu pemakai untuk memperoleh hasil
yang akurat dan presisi.

E. Penentuan Kormatogram
Penyerapan sinar tampak atau ultraviolet oleh suatu molekul dapat menyebabkan
terjadinya eksitasi molekul tersebut dari tingkat energi dasar (ground state) ke tingkat
energi yang lebih tinggi (excited stated). Proses ini melalui dua tahap :
tahap 1 : M + hv -> M*
tahap 2 : M* -> M + heat
Pengabsorbsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi bonding; akibatnya, panjang gelombang absorbsi maksimum dapat
dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul yang sedang diselidiki. Oleh
karena itu, spektroskopi serapan berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional
yang ada dalam suatu molekul. Akan tetapi, yang lebih penting adalah penggunaan
spektroskopi serapan ultra violet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif
senyawasenyawa yang mengandung gugus pengabsorbsi.
Gugus atom yang menyebabkan terjadinya absorpsi cahaya disebut kromofor
(chromophores). Secara umum, ada tiga jenis senyawa kimia yang mengandung gugus
pengabsorpsi yaitu:
 Senyawa organik yang memiliki elektron σ, π, dan n.
 Absorpsi yang melibatkan elektron dari orbital d dan f.
 Absorpsi perpindahan muatan (charge transfer electrons)
Senyawa organik yang memiliki elektron σ, π, dan n.
Zat pengabsorbsi yang mengandung elektron σ , π, dan n meliputi molekul/ion
organik juga sejumlah anion anorganik. Semua senyawa organik mampu mengabsorbsi
cahaya, sebab senyawa organik mengandung elektron valensi yang dapat dieksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Energi eksitasi untuk elektron pembentuk ikatan tunggal
adalah cukup tinggi sehingga pengabsorbsiannya terbatas pada daerah ultraviolet vakum
(λ<185), dimana komponen-komponen atmosfer jugamengabsorbsi secara kuat. Oleh
karena itu percobaan dengan sinar ultraviolet vakum ini sulit dilakukan. Akibatnya,
penyelidikan spektroskopi senyawa-senyawa organik dilakukan pada daerah panjang
gelombangnya lebih besar dari 185nm. Pengabsorbsian sinar ultraviolet dan sinar tampak,
yang Panjang gelombangnya lebih besar, terbatas pada sejumlah gugus fungsional
(chromophore) yang mengandung elektron valensi dengan energi eksitasi rendah.
Jenis elektron pengabsorbsi
Elektron-elektron yang bertanggung jawab pada pengabsorbsian cahaya oleh suatu
molekul organik adalah
a. Elektron-elektron yang terlibat langsung didalam pembentukan ikatan antara atomatom
b. Elektron-elektron bebas atau tak berpasangan seperti pada atom-atom oksigen,
halogen, belerang dan nitrogen.
Ikatan kovalen terjadi karena elektron pembentuk ikatan bergerak didalam medan
duaatom pusat untuk mengurangi gaya tolakan koulom antara pusat-pusat. Medan-medan
yang terlokalisasikan diantara atom-atom ditempati oleh elektron-elektron bonding yang
disebut orbital molekul dan dianggap sebagai hasil dari tunpang tindih orbital atom. Bila
dua orbital atom bergabung, maka salah satu orbital molekul bonding berenergi rendah
atau orbital moolekul antibonding yang berenergi tinggi dihasilkan.
Orbital-orbital molekul yang diasosiasikan dengan ikatan tunggal didalam
molekulmolekul ditandai dengan orbital sigma (σ ), dan elektron yang terlibat adalah
elektron σ. Ikatan rangkap dua didalam suatu molekul organik mengandung dua jenis
orbital molekul: orbital sigma (σ ) yang membentuk sepasang ikatan elektron dan orbital
pi (π) yang membentuk pasangan lainnya. Penyebaran muatannya ditandai oleh suatu noda
(daerah debgan kerapatan muatannya sepasang) sepasang sumbu ikatan dan kerapatan
maksimum didaerah bidang atas dan bawah adalah sigma da pi antibonding; orbital-orbitall
ini ditandai oleh σ* dan π*. Beberapa senyawa organik mengandung elektron-elektron
nonbonding. Elektron-elektron tak berpasangan ini ditandai oleh simbol n. Energi-energi
untuk bebrapa jenis orbital molekul yang berbeda. Transisi elektron diantara tingkat-
tingkat energi tertentu yang disebabkan oleh pengabsorbsian radiasi.
Diagram tingkat energi pada transisi electron
a. Transisi σ -> σ*
Disini suatu elektron didalam orbital molekul bonding diaksitasi ke orbital
antibonding yang sesuai dengan pengabsobsian radiasi. Molekul berada dalam
bentuk exited state, σ*. Relatif terhhadap transisi lainnya, energi yang
diperlukan untuk menyebabkan transisi σ -> σ* adalah besar . Metana sebagai
contoh senyawa yang mengandung hanya sedikit ikatan tunggal C – H dan
karena itu hanya dapat mengalami transisi σ -> σ* yang memperlihatkan
absorbsi maksimum pada 125 nm. Etana mempunyai puncak absorbs pada 135
nm, yang juga berasal dari jenis transisi yang sama, tetapi disini elektron yang
berasal dar ikata C – C. oleh karena kekuatan ikatan C – C lebih lemah dari
pada ikatan C – H maka energi yang lebih kecil dibutuhkan untuk eksitasi pada
ikatan C – C; jadi puncak absorbsi terjadi pada panjang gelombang yang lebih
besar.
b. Transisi n -> σ*
Senyawa-senyawa jenuh yang mengandung atom-atom dengan elktron-
elektron yang tidak berpasangan (elektron nonbonding) mempunyai
kemampuan untuk mengadakan transisi n -> σ*. Umumnya transisi ini
memerlukan energi yang lebih kecil dari pada transisi σ -> σ*, dan dapat
disebabkan oleh radiasi didaerah antara 150nm dan 250nm. Pada data dibawah
ini terlihat bahwa energi yang diperlukan untuk transisi bergantung terutama
pada jenis atom yang berikatan dan pada struktur molekul.
Tabel absorpsi UV yang menyebabkan transisi n → σ*
Struktur 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠, nm Ε
H2O 167 1480
CH3OH 184 150
CH3CL 173 200
CH3I 258 365
(CH3)2O 184 2520
CH3NH2 215 600
(CH3)3N 227 900

c. Transisi π → π* dan transisi n → π*


Umumnya penggunaan spektroskopi serapan pada senyawa-senyawa
organic didasarkan pada transisi elektron n dan π karena energi-energi yang
diperlukan untuk prosesproses ini cukup rendah, yaitu pada spektrum yang baik
sekali (200 – 700 nm). Kedua transisi memerlukan adanya suatu gugus
funsional tak jenuh untuk menydiakan orbital π. Absorptivitas molar (ε) sangat
besar yaitu antara 1000 – 10.000 L.cm-1.mol-1.
Jenis pelarut yang dipakai mempengaruhi panjang gelombang maksimum.
Puncakpuncak (maksimum-maksimum ) yang diasosiakan dengan transisi n→
π* digeser ke Panjang gelombang yang lebih pendek (hypsochromatic atau blue
shift) dengan bertambahnya kepolaran pelarut. Biasanya, tapi tidak selalu,
kebalikannya teramati untuk transisi π → π* (bathochromic atau red shift).
Tabel Absorpsi UV yang menyebabkan transisi π → π*
Struktur 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠, nm Ε
RCH=CHR 165 15000
R-C=C-R 173 6000
RR’C=O 188 900
>C=N- 190 5000
-C=N <160 -
-ONO 218,5 1120

d. Transisi n → π*
Transisi ini terjadi pada senyawa organik tak jenuh yang mengandung satu
atau lebih atom dengan pasangan elektron bebas yang berasal dari atom N, O,
F, Cl, Br, I, S, P. Absorptivitas molar (ε) relatif kecil yaitu antara 10 – 100
L.cm-1.mol-1.
Absorpsi yang melibatkan elektron dari orbital d dan f.
Kebanyakan ion-ion logam transisi mengabsorbbsi radiasi didaerah spektrum
ultraviolet atau sinar tampak. Untuk deret lantanida dan aktinida, proses pengabsorbsian
menyebabkan transisi elektron 4f dan 5f. sedangkan untuk deret pertama dan kedua logam
transisi menyebabkantransisi elektron 3d dan 4d.
1) Absorbsi oleh deret pertama dan kedua logam transisi ( orbital d)
Ion-ion dan kompleks-kompleks dari 18 unsur transisi deret pertama dan kedua
cenderung mengabsorbsi sinar tampak. Berbeda dengan unsur-unsur aktinida dan
lantanida, unsur-unsur transisi ini sering mempunyai pita absorbsi yang melebar dan
sangatdipengaruhi oleh faktor lingkungan . Salah satu contoh unsur transisi blok 3d yang
berwarna yaitu Mn7+ dalam senyawa KmnO4.

2) Absorpsi oleh ion-ion lantanida dan aktinida ( orbital f)


Berbeda dengan sifat kebanyakan pengabsorbsi anorganik dan pengabsorpsi
organik, spektra ion-ion lantanida dan aktinida meruncing, jelas dan khas, yang sedikit
dipengaruhi oleh jenis ligan yang bergabung dengan ion logam tersebut. Hal ini disebabkan
karena orbital-orbital dalam dihalangi oleh pengaruh luar elektron-elektron yang
menempati bilangan kuantum utama yang lebih tinggi.
Spektrum absorpsi UV/VIS unsur Ce, Nd, Pr dan Sm
Absorpsi perpindahan muatan ( charge transfer electrons)
Zat-zat yang menunjukan absorbsi perpindahan muatan sangat penting, karena
absorbtivitas molarnya sangat besar (εmak>10.000). hal ini meningkatkan kesensitipan
pendekatan dan penentuan zat-zat pengabsorbsi. Beberapa kompleks anorganik
memperlihatkan absorbsi perpindahan muatan dan karenanya disebut komplek
pperpindahan muatan . Salah satu contohnya yaitu reaksi antara ion besi(II) dengan
senyawa 5-nitro-6- amino-1,10-phenanthroline membentuk senyawa kompleks Tris(5-
nitro-6-amino-1,10- phenanthroline)iron(II) . Senyawa kompleks ini memiliki absorpsi
maksimum pada 520 nm dengan absorptivitas molar (ε) sebesar 1,39 x 10^4.

Suatu komplek memperlihatkan spektrum perpindahan muatan, jika salah satu


komponennya mempunyai sifat penyumbang elektron(electron donor), maka komponen
lain yang bersifat penerima elektron(electron acceptor). Umumnya, didalam charge-
transfer komplek yang melibatkan ion logam, logam bertindak sebagai akseptor elektron.
Kecuali didalam kompleks besi (II) o-fenantrolin atau tembaga (I) o-fenantrolin, ligan
merupakan akseptor elektron dan ion logam sebagai donoe elektron.

F. Instrumen UV Vis

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer
dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkam sinar dari spektrum dengan Panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diarbsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur
energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari Panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan
fotometer adalah Panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer
filter, sinar dengan Panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter
dengan berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang
kontinyu, monokromator, sel pengarbsorbsi untuk larutan sample dan blanko ataupun
pembanding.
Spektrofotometer terdiri dari :
 Sumber cahaya.
 Monokromator.
 Kompartemen sampel.
 Detektor dan pengukur intensitas cahaya.
Berdasarkan sistem optiknya terdapat 2 jenis spektrofotometer.
a. Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)
Pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas sinar yang dilewatkan
melalui cuvet. Blanko, larutan standar dan contoh diperiksa secara bergantian.

b. Spektrofotometer double beam (berkas ganda)


Pada alat ini sinar dari sumber cahaya dibagi menjadi 2 berkas oleh cermin yang
berputar (chopper).
 Berkas pertama melalui kuvet berisi blanko
 Berkas kedua melalui kuvet berisi standar atau contoh
Blanko dan contoh diperiksa secara bersamaan seperti terlihat pada gambar. Blanko
berguna untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase atau I o dari sumber
cahaya. Dengan adanya blanko dalam alat kita tidak lagi mengontrol titik nolnya pada
waktu-waktu tertentu, hal ini berbeda jika pada single beam.
G. Parameter Instrumen Spektroskopi Uv-Vis
Pada dasarnya, setiap instrumen dalam metode analisis kualitatif maupun analisis
kuantitatif memiliki parameter dalam pengukurannya. Instrumen spektoskopi UV-VIS
memiliki beberapa parameter, yaitu:
1. Resolusi Spektral
Resolusi spektral merupakan kemampuan instrumen untuk membedakan dua atau
lebih panjang gelombang yang berdekatan (hampir sama panjang gelombangnya).

Dua buah panjang gelombang dianggap berbeda jika jarak minimum antara kedua
puncak dari output detektor sinyal lebih rendah dari 80% maksimum.
2. Akurasi Panjang Gelombang dan Presisi
Akurasi panjang gelombang dan presisi merupakan hal yang sangat penting untuk
membandingkan hasil pengukuran antara instrumen yang satu dengan yang lainnya.

3. Akurasi Fotometri dan Presisi


Akurasi fotometri dan prisisi meliputi penyimpangan cahaya (stray light),
gangguan (noise), dan penyimpangan (drift).
A. Stray Light
Stray light dapat didefenisikan sebagai cahaya yang terdeteksi karena
adanya panjanng gelombang yang terletak di luar lebar pita (bandwidth) dari
panjang gelombang yang yang dipilih.
Stray light menyebabkan bias negatif dalammenanggapi instrumen dan
akhirnya adalah faktor pembatas untuk absorbansi, dan dengan demikian
konsentrasi, yang dapat diukur (akhirnya penyimpangan dalam pembacaan data
absorbansi).

B. Noise
Gangguan ini mempengaruhi ketepatan pengukuran, untuk satu
pengukuran, mungkin termasuk kesalahan dalam akurasi juga. Kesalahan total
pada setiap absorbansi adalah jumlah dari kesalahan karena penyimpangan
cahaya dan gangguan(gangguan foton dan gangguan elektronik).
C. Drift
Penyimpangan (drift) pada umumnya merupakan hasil dari variasi
intensitas lampu antara pengukuran. Perubahan elektronik instrumen juga dapat
menyebabkan penyimpangan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Spektrofotometri pada UV-VIS adalah suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna.
2. Kegunaan Spektrofotometri UV-VIS untuk identifikasi senyawa organik dan cairan
berwarna
3. Analisis Spektrofotometri UV-VIS terbagi 2:
 Analisis kualitatif
 Analisis kuantitatif
4. Kalibrasi digunakan untuk memperoleh hasil yang akurat dan presisi
5. Kromatogram berupa gelombang yang menyatakan (a- λ).
Penentuan kromatogram meliputi :
 Senyawa organik yang mengandung elektron σ , π, dan n.
 Absorpsi yang melibatkan elektron dari orbital d dan f.
 Absorpsi perpindahan muatan (charge transfer electrons)
6. Instrument pada spektroskopi UV-VIS terbagi 2 :
 Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)
 Spektrofotometer double beam (berkas ganda)
7. Parameter instrumen UV-VIS terbagi 3 :
 Resolusi Spektral
 Akurasi Panjang Gelombang dan Presisi
 Akurasi Fotometri dan Presisi

Anda mungkin juga menyukai