SPECTROSKOPI UV-VIS
OLEH:
MUHAMAD NAHROWI (4211412031)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Analisis Spektroskopi didasarkan pada interaksi radiasi dengan spesies
kimia. Berprinsip pada penggunaan cahaya/tenaga magnet atau listrik untuk
mempengaruhi senyawa kimia sehingga menimbulkan tanggapan.Tanggapan
tersebut dapat diukur untuk menetukan jumlah atau jenis senyawa. Cara
interaksi dengan suatu sampel dapat dengan absorpsi, pemendaran
(luminenscence) emisi, dan penghamburan (scattering) tergantung pada sifat
materi. Teknik spektroskopi meliputi spektroskopi UV-VIS, spektroskopi
serapan atom, spektroskopi infra merah, spektroskopi fluorensi, spektroskopi
NMR, spektroskopi massa.
Spektroskopi adalah studi mengenai interaksi cahaya dengan atom dan
molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai
gelombang. Dasar spektroskopi UV-VIS adalah serapan cahaya. Bila cahaya
jatuh pada senyawa, maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul
sesuai dengan struktur dari molekul senyawa tersebut. Serapan cahaya oleh
molekul dalam daerah spektrum UV-VIS tergantung pada struktur elektronik
dari molekul. Spektra UV-VIS dari senyawa-senyawa organic berkaitan erat
dengan transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik.
Oleh sebab itu, serapan radiasi UV-VIS sering dikenal sebagai spektroskopi
elektronik. Keuntungan dari serapan ultraviolet yaitu gugus-gugus
karakteristik dapat dikenal dalam molekul-molekul yang sangat kompleks.
Spektroskopi UV-VIS merupakan teknik spektroskopi pada daerah ultra
violet dan sinar tampak. Dari spektrum absorpsi dapat diketahui panjang
gelombang dengan absorbans maksimum dari suatu unsur atau senyawa.
Contohnya analisis protein, asam amino, kinetika enzim. Pada prinsipnya
spektroskopi UV-VIS menggunakan cahaya sebagai tenaga yang
mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah UV-VIS
Senyawa organik terkonjugasi menyerap UV (190-400 nm) atau terlihat (400-700
nm) cahaya semakin besar derajat konjugasi semakin besar tingkat penyerapan pada
Panjang gelombang lebih lama. Dengan demikian, senyawa yang sangat terkonjugasi
seperti β-karoten dan hemoglobin menyerap di bagian terlihat spektrum dan berwarna.
Senyawa aromatic terkonjugasi kurang menyerap dalam daerah UV spektrum. Namun,
kemajuan besar diikuti penemuan fundamental dalam spektrokopi studi tentang
penyerapan radiasi elektromagnetik oleh senyawa kimia, dan spektrometri, studi kuantitatif
dari fenomena ini.
Absorbansi cahaya oleh bahan pertama kali dieksplorasi oleh ahli Matematika
Jerman Johann Heinrich Lambert (1728-1777) yang menemukan bahwa untuk radiasi
monokromatik (dalam radiasi praktek pita sempit) jumlah cahaya yang diserap adalah
berbanding lurus dengan panjang jalur cahaya itu melalui material dan tidak tergantung
dari intensitas cahaya. Astronom Jerman Wilhelm Beer (1797-1850) memperluas
pekerjaan ini dan menemukan bahwa, untuk larutan encer ada hubungan linier antara
konsentrasi analit dan absorbansi.
Ahli kimia klinis Henry Bence Jones (1813-1873) menggunakan spektroskopi
emisi untuk mendeteksi lithium dalam urin dan pada jaringan lain termasuk lensa dihapus
dari mata pasien katarak dan bekerja dengan Agustus Dupre (1835-1907), digunakan
analisis fluoresensi untuk mendeteksi kina dalam darah dan jaringan lain. Pengenalan
spektrofotometer komersial UV pertama, oleh Arnold O. Beckman (1900-2004), Namun,
kelompok-kelompok seperti yang dipimpin oleh Bernand B. Brodie (1907-1989)
melanjutkan untuk menggunakan instrumen untuk mengembangkan kuantitatif. Brodie
mendirikan beberapa aturan dasar untuk sukses meansurement obat dan racun lainnya
dalam specimen biologi, banyak yang masih berlaku hari ini.
Seperti dengan pengembangan spektrofotometer UV praktis, kepentingan militer,
Kali ini dalam obat antimaterials, juga mendorong kemajuan di spektrophotofluorimetry.
Brodie dan Sidney Udenfriend (1918-2001) menggunakan fluorimeter Coleman sederhana
filter untuk mengukur quinacrine dalam plasma, tetapi jelas bahwa jika panjang gelombang
eksitasi dapat bervariasi banyak molekul lebih dapat dianalisis menggunakan teknik ini.
Robert L. Bowman (1916-1995) mengembangkan spectrophotofluorimeter monokromator
pertama ganda, yang dengan kolaborasi dari Perusahaan Instrumen Amerika, dipamerkan
pada Konferensi 1956 Tickets Pittburgh sebagai AMINO-Bowman SPF.
Di pertengahan abad ke-19, kimiawan Jerman Robert Wilhelm Bunsen (1811-
1899) fisikawan Jerman Gustav Robert Kirchhoff (1824- 1887) bekerjasama
mengembangkan spektrometer menemukan 2 unsur baru: rubidium dan cesium. Yang
digunakan banyak kimiawan untuk menemukan unsur baru. Kemudian alat ini digunakan
banyak kimiawan untuk menemukan unsur baru semacam galium, indium dan unsur-unsur
tanah jarang. Spektroskopi telah memainkan peran penting dalam penemuan gas-gas mulia.
Spektrofotometer terdiri atas sumber sinar, prisma, sel sampel, detektor pencatat. Fungsi
prisma adalah untuk memisahkan sinar polikromatis di sumber cahaya menjadi sinar
kromatis. Penggunaan spektroskopi sebagai sarana penentuan struktur senyawa memiliki
sejarah yang panjang. Reaksi nyala yang populer berdasarkan prinsip yang sama dengan
spektroskopi.
C. Kegunaan UV-VIS
Spektroskopi UV/VIS merupakan metode penting yang mapan, andal dan akurat.
Dengan menggunakan spektroskopi UV/VIS, substansi tak dikenal dapat diidentifikasi dan
konsentrasi substansi yang dikenal dapat ditentukan. Pelarut untuk spektroskopi UV harus
memiliki sifat pelarut yang baik dan memancarkan sinar UV dalam rentang UV yang luas.
Selain itu spektroskopi UV/VIS juga digunakan untuk cairan berwarna.
Adapun kegunaan lain dari spektrofotometer UV/VIS adalah alat yang digunakan
untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak
yang sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbs
antara cuplikan dengan blanko atau pun pembanding.
E. Penentuan Kormatogram
Penyerapan sinar tampak atau ultraviolet oleh suatu molekul dapat menyebabkan
terjadinya eksitasi molekul tersebut dari tingkat energi dasar (ground state) ke tingkat
energi yang lebih tinggi (excited stated). Proses ini melalui dua tahap :
tahap 1 : M + hv -> M*
tahap 2 : M* -> M + heat
Pengabsorbsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi bonding; akibatnya, panjang gelombang absorbsi maksimum dapat
dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul yang sedang diselidiki. Oleh
karena itu, spektroskopi serapan berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional
yang ada dalam suatu molekul. Akan tetapi, yang lebih penting adalah penggunaan
spektroskopi serapan ultra violet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif
senyawasenyawa yang mengandung gugus pengabsorbsi.
Gugus atom yang menyebabkan terjadinya absorpsi cahaya disebut kromofor
(chromophores). Secara umum, ada tiga jenis senyawa kimia yang mengandung gugus
pengabsorpsi yaitu:
Senyawa organik yang memiliki elektron σ, π, dan n.
Absorpsi yang melibatkan elektron dari orbital d dan f.
Absorpsi perpindahan muatan (charge transfer electrons)
Senyawa organik yang memiliki elektron σ, π, dan n.
Zat pengabsorbsi yang mengandung elektron σ , π, dan n meliputi molekul/ion
organik juga sejumlah anion anorganik. Semua senyawa organik mampu mengabsorbsi
cahaya, sebab senyawa organik mengandung elektron valensi yang dapat dieksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Energi eksitasi untuk elektron pembentuk ikatan tunggal
adalah cukup tinggi sehingga pengabsorbsiannya terbatas pada daerah ultraviolet vakum
(λ<185), dimana komponen-komponen atmosfer jugamengabsorbsi secara kuat. Oleh
karena itu percobaan dengan sinar ultraviolet vakum ini sulit dilakukan. Akibatnya,
penyelidikan spektroskopi senyawa-senyawa organik dilakukan pada daerah panjang
gelombangnya lebih besar dari 185nm. Pengabsorbsian sinar ultraviolet dan sinar tampak,
yang Panjang gelombangnya lebih besar, terbatas pada sejumlah gugus fungsional
(chromophore) yang mengandung elektron valensi dengan energi eksitasi rendah.
Jenis elektron pengabsorbsi
Elektron-elektron yang bertanggung jawab pada pengabsorbsian cahaya oleh suatu
molekul organik adalah
a. Elektron-elektron yang terlibat langsung didalam pembentukan ikatan antara atomatom
b. Elektron-elektron bebas atau tak berpasangan seperti pada atom-atom oksigen,
halogen, belerang dan nitrogen.
Ikatan kovalen terjadi karena elektron pembentuk ikatan bergerak didalam medan
duaatom pusat untuk mengurangi gaya tolakan koulom antara pusat-pusat. Medan-medan
yang terlokalisasikan diantara atom-atom ditempati oleh elektron-elektron bonding yang
disebut orbital molekul dan dianggap sebagai hasil dari tunpang tindih orbital atom. Bila
dua orbital atom bergabung, maka salah satu orbital molekul bonding berenergi rendah
atau orbital moolekul antibonding yang berenergi tinggi dihasilkan.
Orbital-orbital molekul yang diasosiasikan dengan ikatan tunggal didalam
molekulmolekul ditandai dengan orbital sigma (σ ), dan elektron yang terlibat adalah
elektron σ. Ikatan rangkap dua didalam suatu molekul organik mengandung dua jenis
orbital molekul: orbital sigma (σ ) yang membentuk sepasang ikatan elektron dan orbital
pi (π) yang membentuk pasangan lainnya. Penyebaran muatannya ditandai oleh suatu noda
(daerah debgan kerapatan muatannya sepasang) sepasang sumbu ikatan dan kerapatan
maksimum didaerah bidang atas dan bawah adalah sigma da pi antibonding; orbital-orbitall
ini ditandai oleh σ* dan π*. Beberapa senyawa organik mengandung elektron-elektron
nonbonding. Elektron-elektron tak berpasangan ini ditandai oleh simbol n. Energi-energi
untuk bebrapa jenis orbital molekul yang berbeda. Transisi elektron diantara tingkat-
tingkat energi tertentu yang disebabkan oleh pengabsorbsian radiasi.
Diagram tingkat energi pada transisi electron
a. Transisi σ -> σ*
Disini suatu elektron didalam orbital molekul bonding diaksitasi ke orbital
antibonding yang sesuai dengan pengabsobsian radiasi. Molekul berada dalam
bentuk exited state, σ*. Relatif terhhadap transisi lainnya, energi yang
diperlukan untuk menyebabkan transisi σ -> σ* adalah besar . Metana sebagai
contoh senyawa yang mengandung hanya sedikit ikatan tunggal C – H dan
karena itu hanya dapat mengalami transisi σ -> σ* yang memperlihatkan
absorbsi maksimum pada 125 nm. Etana mempunyai puncak absorbs pada 135
nm, yang juga berasal dari jenis transisi yang sama, tetapi disini elektron yang
berasal dar ikata C – C. oleh karena kekuatan ikatan C – C lebih lemah dari
pada ikatan C – H maka energi yang lebih kecil dibutuhkan untuk eksitasi pada
ikatan C – C; jadi puncak absorbsi terjadi pada panjang gelombang yang lebih
besar.
b. Transisi n -> σ*
Senyawa-senyawa jenuh yang mengandung atom-atom dengan elktron-
elektron yang tidak berpasangan (elektron nonbonding) mempunyai
kemampuan untuk mengadakan transisi n -> σ*. Umumnya transisi ini
memerlukan energi yang lebih kecil dari pada transisi σ -> σ*, dan dapat
disebabkan oleh radiasi didaerah antara 150nm dan 250nm. Pada data dibawah
ini terlihat bahwa energi yang diperlukan untuk transisi bergantung terutama
pada jenis atom yang berikatan dan pada struktur molekul.
Tabel absorpsi UV yang menyebabkan transisi n → σ*
Struktur 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠, nm Ε
H2O 167 1480
CH3OH 184 150
CH3CL 173 200
CH3I 258 365
(CH3)2O 184 2520
CH3NH2 215 600
(CH3)3N 227 900
d. Transisi n → π*
Transisi ini terjadi pada senyawa organik tak jenuh yang mengandung satu
atau lebih atom dengan pasangan elektron bebas yang berasal dari atom N, O,
F, Cl, Br, I, S, P. Absorptivitas molar (ε) relatif kecil yaitu antara 10 – 100
L.cm-1.mol-1.
Absorpsi yang melibatkan elektron dari orbital d dan f.
Kebanyakan ion-ion logam transisi mengabsorbbsi radiasi didaerah spektrum
ultraviolet atau sinar tampak. Untuk deret lantanida dan aktinida, proses pengabsorbsian
menyebabkan transisi elektron 4f dan 5f. sedangkan untuk deret pertama dan kedua logam
transisi menyebabkantransisi elektron 3d dan 4d.
1) Absorbsi oleh deret pertama dan kedua logam transisi ( orbital d)
Ion-ion dan kompleks-kompleks dari 18 unsur transisi deret pertama dan kedua
cenderung mengabsorbsi sinar tampak. Berbeda dengan unsur-unsur aktinida dan
lantanida, unsur-unsur transisi ini sering mempunyai pita absorbsi yang melebar dan
sangatdipengaruhi oleh faktor lingkungan . Salah satu contoh unsur transisi blok 3d yang
berwarna yaitu Mn7+ dalam senyawa KmnO4.
F. Instrumen UV Vis
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer
dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkam sinar dari spektrum dengan Panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diarbsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur
energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari Panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan
fotometer adalah Panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer
filter, sinar dengan Panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter
dengan berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang
kontinyu, monokromator, sel pengarbsorbsi untuk larutan sample dan blanko ataupun
pembanding.
Spektrofotometer terdiri dari :
Sumber cahaya.
Monokromator.
Kompartemen sampel.
Detektor dan pengukur intensitas cahaya.
Berdasarkan sistem optiknya terdapat 2 jenis spektrofotometer.
a. Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)
Pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas sinar yang dilewatkan
melalui cuvet. Blanko, larutan standar dan contoh diperiksa secara bergantian.
Dua buah panjang gelombang dianggap berbeda jika jarak minimum antara kedua
puncak dari output detektor sinyal lebih rendah dari 80% maksimum.
2. Akurasi Panjang Gelombang dan Presisi
Akurasi panjang gelombang dan presisi merupakan hal yang sangat penting untuk
membandingkan hasil pengukuran antara instrumen yang satu dengan yang lainnya.
B. Noise
Gangguan ini mempengaruhi ketepatan pengukuran, untuk satu
pengukuran, mungkin termasuk kesalahan dalam akurasi juga. Kesalahan total
pada setiap absorbansi adalah jumlah dari kesalahan karena penyimpangan
cahaya dan gangguan(gangguan foton dan gangguan elektronik).
C. Drift
Penyimpangan (drift) pada umumnya merupakan hasil dari variasi
intensitas lampu antara pengukuran. Perubahan elektronik instrumen juga dapat
menyebabkan penyimpangan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Spektrofotometri pada UV-VIS adalah suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna.
2. Kegunaan Spektrofotometri UV-VIS untuk identifikasi senyawa organik dan cairan
berwarna
3. Analisis Spektrofotometri UV-VIS terbagi 2:
Analisis kualitatif
Analisis kuantitatif
4. Kalibrasi digunakan untuk memperoleh hasil yang akurat dan presisi
5. Kromatogram berupa gelombang yang menyatakan (a- λ).
Penentuan kromatogram meliputi :
Senyawa organik yang mengandung elektron σ , π, dan n.
Absorpsi yang melibatkan elektron dari orbital d dan f.
Absorpsi perpindahan muatan (charge transfer electrons)
6. Instrument pada spektroskopi UV-VIS terbagi 2 :
Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)
Spektrofotometer double beam (berkas ganda)
7. Parameter instrumen UV-VIS terbagi 3 :
Resolusi Spektral
Akurasi Panjang Gelombang dan Presisi
Akurasi Fotometri dan Presisi