Anda di halaman 1dari 12

TEH HERBAL PENURUN KOLESTEROL

DARI DAUN SALAM

Dosen Pengampu : Dr. Tita Juwitaningsih, M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Nama Anggota : Annisya Dwi Putri Zulmi (4213210016)

Diana Zahra Safitri (4213210034)

Wella Apriwidyanti (4213510002)

Kelas : PSKM 21 B

Mata Kuliah : Kimia Organik Bahan Alam

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Kimia Organik Bahan Alam mengenai
“Pemanfaatan Metabolit Sekunder Bahan alam”. Adapun pembuatan makalah ini untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Organik Bahan Alam sebagai syarat untuk memenuhi tugas
KKNI di Univesitas Negeri Medan.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini, terutama kepada Ibu Dr. Tita
Juwitaningsih, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah membimbing kami dalam
proses pembuatan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam laporan ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun agar kami dapat
menerapkan di tugas selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Kami berharap semoga laporan yang
kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi bagi para pembaca.

Medan, 19 November 2023

Penyusun

Kelompok 9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daun salam, yang memiliki nama latin Eugenia polyantha Wight dan nama ilmiah lain
yaitu Syzygium polyantha Wight dan Eugenia lucidula Miq serta termasuk dalam suku
Myrtaceae, telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu dapur yang terjangkau
(Sakaganta dan Sukohar, 2021). Selain itu, daun salam juga memiliki sifat-sifat obat yang
digunakan secara empiris untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan seperti kolesterol tinggi,
diabetes, hipertensi, gangguan pencernaan, dan masalah berat badan (Sakaganta dan Sukohar,
2021).
Daun salam mengandung beragam senyawa seperti minyak asiri, sitral, eugenol, tanin,
flavonoid, dan metal kavikol, saponin, seskuiterpen, triterpenoid, katekin, dan rutin (Harismah
dan Chusniatun, 2016). Penelitian telah menunjukkan bahwa daun salam dapat efektif
menurunkan kadar kolesterol dengan cara merangsang sekresi cairan empedu dan meningkatkan
sirkulasi darah, sehingga mengurangi pengendapan lemak pada pembuluh darah (Harismah dan
Chusniatun, 2016). Selain itu, senyawa flavonoid dalam daun salam berperan sebagai
antioksidan yang mampu menghambat oksidasi kolesterol LDL dan membantu pengeluaran asam
empedu yang berkontribusi pada penurunan kadar kolesterol (Afrilliani dkk., 2014).
Dalam konteks Indonesia, tingginya prevalensi hiperkolesterolemia mencapai 35,9%
(Survei Kesehatan Nasional). Kadar kolesterol yang tinggi adalah masalah kesehatan yang
serius, dan penggunaan daun salam sebagai teh herbal memiliki potensi besar untuk membantu
mengatasi masalah ini. Teh herbal dengan bahan dasar daun salam dapat menjadi alternatif yang
efektif untuk penderita hipertensi, mengingat manfaat teh herbal yang dapat memberikan rasa
segar, mendukung kesehatan, dan melawan radikal bebas (Amelia, 2015).
Meskipun daun salam selama ini hanya dikenal sebagai bumbu dapur, upaya pengolahan
mereka menjadi teh herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi merupakan
langkah yang menjanjikan. Potensi daun salam dalam bentuk serbuk teh herbal dapat diwujudkan
melalui proses pengeringan oven, yang akan memberikan warna, rasa, dan aroma yang menarik
untuk dinikmati oleh penderita hipertensi.
Maka dari itu, kami sebagai penulis mengusulkan pemanfaatan daun salam sebagai bahan
dasar untuk menghasilkan produk teh herbal yang dapat membantu mengatasi masalah kolesterol
yang dialami oleh sebagian penduduk Indonesia, dengan memanfaatkan kandungan metabolit
sekunder yang terdapat dalam daun salam.

1.2 Tujuan
1. Pengembangan produk berbahan baku alami sebagai solusi untuk menurunkan kadar
kolesterol.
2. Pemanfaatan daun salam secara optimal sebagai produk teh herbal untuk menurunkan
kadar kolesterol dalam tubuh.
3. Menilai potensi aktivitas senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun salam untuk
menghambat oksidasi kolesterol LDL dan membantu penurunan kadar kolesterol.

1.3 Manfaat
Manfaat utama dari penelitian ini adalah mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh yang
disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat, melalui pemanfaatan senyawa
flavonoid dalam daun salam. Ini diperwakili dengan hadirnya produk teh herbal penurun kadar
kolesterol yang menggunakan bahan baku alami. Dengan menciptakan produk alami yang efektif
dalam menurunkan kadar kolesterol, tujuan kami adalah untuk mendukung kesehatan jiwa dan
tubuh, serta memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan penduduk Indonesia.

1.4 Keutamaan Penelitian


Dalam upaya mengatasi masalah kesehatan serius yang dihadapi oleh sebagian penduduk
Indonesia, kami memanfaatkan daun salam sebagai solusi alami. Melalui pengembangan produk
teh herbal berbahan baku alami, kami mengeksplorasi potensi senyawa flavonoid dalam daun
salam untuk memberikan kontribusi positif terhadap kesehatan penduduk Indonesia.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Klasifikasi Daun Salam

Kingdom : Plantae
Divisis : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum

2.2. Morfologi Daun Salam

Tanaman salam tumbuh pada tanah dengan ketinggian 0- 1500 m di atas permukaan laut
dengan curah hujan 3.000- 4.000 mm/tahun pada jenis latosol kehitaman. Tanaman tersebut
belum dibudidayakan secara besar-besaran, sebagian besar hanya tumbuh begitusaja tanpa
pemeliharaan (Sembiring dkk, 2003). Perbanyakan tanaman salam dapat dilakukan secara
generatif dengan biji dan secara vegetatif melalui cangkok atau stek. Sebelum penanaman
terlebih dahulu dibuatkan lubang tanam dengan ukuran 60x 60x 60cm kemudian pemupukan
dilakukan dengan diberi pupuk kandang secukupnya. Biji salam mudah sekali tumbuh tetapi
dalam beberapa hari daya tumbuhnya akan langsung menurun. Hal ini bisa diantisipasi
dengan cara biji salam langsung disemaikan setelah diambil dari tajuk di bawah pohon.
Secara generatif biji salam bisa disemai dalam pot kolektif atau pada bedeng penyemaian.
Media yang digunakan kompos atau humus yang dicampur pasir. Setelah tanaman tumbuh,
untuk mendapatkan daun lebih banyak, dapat dilakukan dengan penambahan pupuk NPK
(Foragri, 2012).

Daun salam berbentuk lonjong, elips, ataupun bulat telur yang tumbuh secara sungsang.
Pangkal daun berbentuk lancip, sedangkan bagian ujung daunnya tergolong tumpul. Secara
keseluruhan panjang daun berkisar antara 50 mm sampai 150 mm dengan lebar 35 mm
hingga 65 mm.Daun salam mempunyai bentuk daun tunggal yang tumbuh secara
berhadapan. Tekstur dari daunnya bersifat licin dengan warna hijau muda. Daun pohon salam
mempunyai tangkai sepanjang 5 mm hingga 12 mm dan jika diperhatikan lebih dekat ada 6
hingga 10 urat daun.

Karakteristik dari daun tanaman salam adalah aromanya yang sangat harum.Bunga salam
kecil, berwarna putih kecoklatan, tumbuh pada malai di ujung ranting. Buah salam berupa
beri, bentuk, karakter, dan warnanya mirip buah jamblang (Eugenia cuminii) tetapi
ukurannya lebih kecil sekitar 0,6cm dengan panjang 1cm. Buah salam sangat disukai burung.
Buah salam bisa dikonsumsi dan enak dimakan, karena daging buahnya sangat tipis maka
tidk pernah dimanfaatkan secara ekonomis. Buah yang sudah tua yang tidak dimakan oleh
burung akan berjatuhan di bawah tajuk, biasanya buah ini dikumpulkan dan disemai (Foragri,
2012).

2.3. Metabolisme Sekunder Daun Salam

Tanaman salam mempunyai kandungan kimia minyak atsiri 0,2% (sitral, eugenol),
flavonoid (katekin dan rutin), tannin dan metil kavicol (methyl chavicol) yang dikenal juga
sebagai estragole atau p-allylanisole Senyawa tersebut mempunyai aktivitas sebagai
antioksidan(Adjirni, 1999). Tanin dan flavonoid merupakan bahan aktif yang mempunyai efek
anti inflamasi dan antimikroba.Flavonoid yang bernama quercetin yang ada dalam daun salam
juga efektif untuk menurunkan kadar kolesterol (Sumono dan Wulan,2009).

Menurut Hastuti dan Mulangsri (2021), daun salam mengandung kadar flavonoid total
sebesar 6,089 dan 5,028 mgQE/gram ekstrak. Menurut Islamiyati dan Saputri (2018), bahwa
kadar flavonoid total ekstrak etanol 70% daun salam yang diperoleh secara maserasi sebesar 0,35
mgQE/gram dan ekstrak etanol 96% daun salam sebesar 0,25 mgQE/gram.

Flavonoid yang terkandung dalam daun salam yaitu kuersetin dan fluoretin (Prahastuti, et
al ., 2011). Kandungan zat kimia dan senyawa yang terkandung dalam daun salam seperti
saponin, alkaloid, flavonoid, tanin, dan eugenol (Lumowa dan T, 2015). Daun salam diketahui
mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid, terpenoid, minyak atsiri (0,05%), sitral,
dan eugenol (Herbie, 2015; Evendi, 2017; Silalahi, 2017).

Kandungan kimia salam antara lain minyak atsiri 0,05% terdiri atas sitral, eugenol, tanin
dan flavonoid. Anggota famili Myrtaceae itu memiliki sifat rasa kelat, wangi, astrigen dan
memperbaiki sirkulasi (Hariana, 2008). Kandungan kimia daun salam diantaranya yaitu
flavonoid. Eugenia polyantha mengandung tanin, minyak atsiri, seskuiterpen, triterpenoid,
steroid, sitral, saponin, dan karbohidrat (Moeloek, 2006).

Menurut penelitian Wilapangga dan Sari (2018) hasil uji fitokimia ekstrak metanol daun
salam positif memiliki kandungan senyawa kimia yaitu flavonoid, alkaloid, saponin, steroid,
terpenoid dan tanin. Ekstrak kental daun salam mengandung flavonoid kuersetin (Kemenkes RI,
2017). Daun salam mengandung tanin, minyak atsiri (salamol dan eugenol), flavonoid
(quercetin, myrcetin dan myrcitrin), seskuiterpen, triterpenoid, fenol, steroid, sital, lakto,
saponin, dan karbohidrat.

Minyak atsiri (0,6%) = sitral(228-229°C) dan eugenol (256°C). Minyak atsiri daun salam
yang diperoleh berwarna kuning kehijauan dengan kadar sebesar 0.60%. Warna hijau yang
terdapat pada minyak disebabkan pada proses enfleurasi masi terdapat sisa-sisa daun yang
bercampur pada lemak sehingga pada saat larutan etanol 96% dituang kedalam lemak, zat hijau
pada daun terikat dengan etanol karena merupakan zat organik. Senyawa dominan yang
terkandung dalam minyak atsiri daun salam adalah golongan Terpenoid. Terpenoid yang
terbanyak pada minyak atsiri adalah golongan monoterpen dan Sesquiterpen yang memiliki
jumlah C10 dan C15. Senyawa utama dari minyak atsiri (S. polyanthum) yaitu humulen oksida
(13,11%), (-)-kariofilen oksida (12,01%), cis-4-dekanal (10,54%), α-humulen (10,51%), n-
dekanal (8,94%) dan α-kopaen (8,16%).

a. Eugenol (C10H12O2)

Eugenol (C10H12O2) berbentuk minyak tidak berwarna dan memiliki warna bening hingga
kuning pucat, mudah larut dalam pelarut organik, berat molekul 164,20 gr/mol dan titik didih
hingga 256°C. Eugenol diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga mampu
menyingkirkan radikal bebas dengan sangat baik, mencapai hampir 60% (Hamed, et al, 2012).

b. Sitral (C10H16O)

Senyawa sitral merupakan senyawa yang memiliki isomer geometris yaitu trans-sitral dan
cissitral. Sitral (C10H16O, BM=152,24 g/mol) secara kimia disebut 3,7-dimetil-2,6-oktadienal,
suatu aldehida dari geranial. Sitral adalah cairan berminyak berwarna kuning pucat dengan bau
yang menyegarkan seperti buah lemon. Sifat fisika dari sitral antara lain: spesifik gravitasi=
0,893-0,897, titik didih= 228–229 0C, dengan sediki dekomposisi. Indeks bias= 1,4876–1,4931
dan bersifat tidak optis aktif.
Minyak atsiri secara umum mempunyai efek sebagai antimikroba, analgesik, dan
meningkatkan kemampuan fagosit. Minyak atsiri daun salam terdiri dari fenol sederhana, asam
fenolat misal asam galat seskuiterpenoid, dan lakton. Juga mengandung saponin, lemak, dan
karbohidrat. Dari beberapa bukti bahan aktif tanaman salam maka tanaman salam mempunyai
efek farmakologis. Eugenia polyantha mengandung tanin, minyak atsiri, seskuiterpen,
triterpenoid, steroid, sitral, saponin, dan karbohidrat (Moeloek, 2006). Daun salam juga
mengandung beberapa vitamin, di antaranya vitamin C, vitamin A, vitamin E, thiamin,
riboflavin, niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat. Beberapa mineral pada daun salam yaitu
selenium, kalsium, magnesium, seng, sodium, potassium, besi, dan phospor (Utami dan
puspaningtiyas,2013)
BAB III

GAGASAN IDE

3.1. Solusi Yang Ditawarkan

Dengan berbagai kandungan zat yang terdapat pada tanaman salam, diharapkan tanaman
ini dapat digunakan sebagai penurun kadar kolesterol yang tinggi, dengan mekanisme kerja
yaitu, merangsang sekresi cairan empedu sehingga kolesterol akan keluar bersama cairan
empedu menuju usus, dan merangsang sirkulasi darah sehingga mengurangi terjadinya
pengendapan lemak pada pembuluh darah.Selain itu juga sebagai perasa alami makanan.

Daun salam dapat menurunkan kadar LDL kolesterol karena daun salam mengandung
senyawa aktif seperti quercetin yang terkandung dalam flavonoid selain sifatnya sebagai
antioksidan, juga dapat menghambat sekresi dari Apo-B100 ke intestinum, sehingga jumlah Apo
B akan mengalami penurunan. Apo-B merupakan pembentuk VLDL dan LDL.

Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap 40.000 wanita dewasa di Amerika Serikat,
didapatkan bahwa wanita yang mengkonsumsi makanan dengan kandungan flavonoid, 35% di
antaranya terbebas dari penyakit-penyakit kardiovaskuler. Kandungan quercetin yang tinggi
dalam suatu makanan dapat memodulasi aktivitas dari platelet untuk mencegah timbulnya
penyakit kardiovaskuler (Boyer dan Liu, 2004) .Selain itu,senyawa-senyawa yang diduga
mampu menurunkan kadar nitrigliserida tersebut adalah niasin, serat, tannin, dan vitamin C.
Mekanisme kerja tannin yaitu bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga
menghambat penyerapan lemak. Berdasarkan hal tersebut maka daun salam berpotensi untuk
dipakai sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar trigliserida pada manusia.

3.2 Langkah Untuk Merealisasikan

Tahap 1 : Preparasi Sampel

Sebanyak 500 gram daun salam segar dicuci bersih dengan air mengalir. Kemudian
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama 5-7 hari. Setelah kering, simplisia daun salam
dihaluskan hingga sebesar 20 mesh.

Tahap 2 : Pengemasan

Simplisia daun salam dibungkus kantong teh dengan berat per kantong sebesar 2 gram.
Kemudian diisi sebanyak 10 kantong teh dalam satu pouch.

3.3 Saran Penyajian

a. Panaskan air hingga mendidih. Jumlah air yang Anda gunakan tergantung pada
seberapa kuat Anda ingin tehnya. Setelah air mendidih, tambahkan kantong the daun salam ke
dalam air panas. Biarkan mendidih selama beberapa menit. Setelah mendidih, tutup panci atau
wadah dengan tutup dan biarkan daun salam meresap ke dalam air selama sekitar 5-10 menit.
Lamanya waktu infus akan mempengaruhi kekuatan dan rasa teh.

b. Jika Anda suka, tambahkan madu atau gula ke dalam teh untuk memberikan sedikit
rasa manis. Tuangkan teh ke dalam cangkir dan nikmati! Anda dapat menikmatinya panas atau
dingin, tergantung pada preferensi Anda.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kandungan flavonoid daun salam 35% di antaranya terbebas dari penyakit-penyakit


kardiovaskuler. Kandungan quercetin yang tinggi dalam suatu makanan dapat memodulasi
aktivitas dari platelet untuk mencegah timbulnya penyakit kardiovaskuler. Selain itu,senyawa-
senyawa yang diduga mampu menurunkan kadar nitrigliserida tersebut adalah niasin, serat,
tannin, dan vitamin C. Mekanisme kerja tannin yaitu bereaksi dengan protein mukosa dan sel
epitel usus sehingga menghambat penyerapan lemak.

Berdasarkan hal tersebut maka daun salam berpotensi untuk dipakai sebagai bahan obat
untuk menurunkan kadar trigliserida pada manusia. Teh daun salam ini memiliki manfaat untuk
menurunkan kadar kolesterol di dalam tubuh.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan penulis untuk pengembangan ide selanjutnya dengan melihat
hasil yang diperoleh tentang pemanfaatan daun salam agar selanjutnya pihak-pihak terkait dalam
hal ini lebih focus dalam mengembangkan produk. Selain itu penulis dapat melihat sudut
pandang konsumen yang dimana meyakinkan minat masyarakat terhadap teh daun salam ini.
DAFTAR PUSTAKA

Afrilliani, D. A., Supriyanta, B., & Rahayu, M. (2016). Pengaruh Pemberian Rebusan Daun
Salam (Eugenia polyantha Wight.) Terhadap Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein
(LDL) Serum Tikus Putih (Rattus norvegicus) Hiperkolesterolemia. Jurnal Teknologi
Laboratorium, 3(2), 1–8. http://www.teknolabjournal.com/index.php/Jtl/article/view/63

Sakaganta, A. R. I., & Sukohar, A. (2021). Daun Salam (Syzygium Polyanthum) Sebagai
Penurun Kadar Kolesterol Dalam Darah. Medula, 10(4), 618–622.

Harisman K., & Chusniatun. (2016). Pemanfaatan Daun Salam (Eugenia Polyantha). Warta Lpm,
19 (2), 110-118.

Amelia, F. R. (2015). Penentuan Jenis Tanin dan Penetapan Kadar Tanin dari Buah Bungur
Muda (Lagerstroemia Speciosa Pers.) Secara Spektrofotometri dan Permanganometri.
Calyptra : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 4(2), 1-20.

Sembiring,B.S., Winarti, C., dan Baringbing, B. 2003. Identifikasi Komponen Kimia Minyak
Daun Salam (Eugenia polyantha) dari Sukabumi dan Bogor. Buletin Tanaman Rempah dan Obat
14(2): 9-16.

Foragri. 2012. Budidaya Tanaman Salam.Bandung

Adjirni. 1999. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Volume 5, Nomor 3. Jakarta:Kelompok Kerja
Nasional Tumbuhan Obat Indonesia

Sumono, A. dan Wulan, S.D.A. 2009. Kemampuan air rebusan daun salam (Eugenia polyantha
W.) dalam menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus sp. Majalah Farmasi Indonesia,
20(3), 112- 117.

Utami, P. dan Puspaningtyas. D.E. 2013. The miracle of herbs. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Moeloek FA. 2006. Herbal and traditional medicine: National perspectivesand policies in
Indonesia. Jurnal Bahan Alam Indonesia, 5(1):293-97.

Boyer and Hai, Liu Rui. 2004. Apple phytochemical and their health benefits. Nutrition journal.
3:5.

Anda mungkin juga menyukai