Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KIMIA MEDISINAL
JAMU BERAS KENCUR (Kaempferia Galanga Linn)

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Medisinal


Dosen Pengampu : Dr. Hartiwi Diastuti,S.Si.,M.Si.

Disusun oleh :
Ikhsan Arif (K1A018024)
Pranamukti Wicaksono (K1A018026)
Ranti Kamila (K1A018027)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PURWOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Jamu Beras
Kencur (Kaempferia Galanga Linn)" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Medisial. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang pengembangan obat alam jamu beras kencur bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Hartiwi Diastuti .S.Si.,M.Si. selaku Dosen Pengampu Mata kuliah
kimia medisinal. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 15 September 2021

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3
1.1 Latar Belakang............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................5
2.1 Kencur (Kaempferia Galanga Linn) .........................................................5
2.2 Asal Daerah Kencur....................................................................................6
2.3 Khasiat Empirik...........................................................................................7
2.4 Resep Beras Kencur....................................................................................8
2.5 Bukti Ilmiah................................................................................................9
2.6 Kandungan dan Senyawa Aktifnya............................................................9
2.7 Efek Farmakologi......................................................................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya
bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad lalu, namun
demikian pada umumnya efektivitas dan keamanannya belum sepenuhnya
didukung oleh penelitian yang memadai. Dalam rangka pengembangan obat
tradisional di Indonesia telah disusun Kebijakan Obat Tradisional Nasional
(Kotranas) yang berisi pernyataan komitmen semua pihak tentang penetapkan
tujuan dan sasaran nasional di bidang obat tradisional beserta prioritas, strategi
dan peran berbagai pihak dalam penerapan komponen-komponen pokok
kebijakan untuk pencapaian tujuan Pembangunan nasional khususnya di bidang
kesehatan. ( Wibowo, 2004 )
Definisi dari jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun-menurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Undang-Undang Kesehatan RI No 23,1992)
Jamu tradisional merupakan campuran atau ramuan bermacam macam
tumbuhan yang berkhasiat obat dan tersedia dalam bentuk cairan yang bisa
langsung dikonsumsi masyarakat. Jamu beras kencur, kunir asem, pahitan (daun
pepaya), daun sirih dan puyang merupakan jamu tradisional yang sering di
konsumsi masyarakat setiap hari. Teknik peracikan tidak dipelajari secara khusus
oleh pembuat jamu, namun hanya berdasar pengalaman turun temurun, dimana
cara pengolahan membuat jamu tradisional dipelajari dari orang tua tanpa pernah
mengikuti pelatihan membuat jamu, kemungkinan perilaku orang tua yang kurang
menjaga kebersihan juga diikuti. ( Dinas kesehatan, 2007 ).
Tanaman kencur masuk adalam family Zingiberaceae. Kencur banyak
dimanfaatkan sebagai obat sakit gigi, obat gosok, antiseptik dan lain sebagainya.
Bagian akar rimpang yang banyak dimanfaatkan sebagai obat sakit gigi, obat
gosok dan lain sebagainya. Bagian rimpang mempunyai beberapa senyawa
aromatik yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan dasar industri
farmasi (Astuti dkk., 1996).

3
Kaempferia galanga (KG) atau kencur merupakan salah satu jenis dalam
famili Zingiberaceae merupakan salah satu jenis tanaman obat penting bagi
masyarakat Asia termasuk Indonesia. Raina et al. (2015) menyatakan di India,
rhizoma KG digunakan sebagai salah satu bahan dalam praparasi obat-obat
Ayurveda, pembuatan parfum, dan kosmetik. Oleh masyarakat lokal Indonesia,
KG digunakan sebagai bahan jamu atau yang dikenal dengan jamu beras kencur
dan sebagai bumbu masak. Jamu beras kencur merupakan salah satu olahan jamu
gendong (jamu segar yang diedarkan dengan cara menggendong) dengan KG dan
beras (Oriza sativa) sebagai bahan utama. Nama jamu beras kencur berasal dari
bahan utamanya beras dan kencur yang diyakini dapat meningkatkan nafsu makan,
khususnya pada anak-anak. Pada pengolahan makanan rizoma KG digunakan
dalam pembuatan berbagai kuliner tradisional Indonesia seperti pecel, gado-gado,
dan karedok, sedangkan daun muda digunakan sebagai sayur atau lalaban.
Makanan dengan bahan tambahan KG memiliki aroma khas, sehingga
meningkatkan cita rasa makanan. Untuk memudahkan akses terhadap KG,
masyarakat lokal Indonesia telah lama membudidayakan KG di pekarangan
(Silalahi, 2019).

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kencur (Kaempferia Galanga Linn)


Kencur memiliki nama ilmiah Kaempferia Galanga Linn. Di Indonesia
dikenal dalam bermacam-macam nama daerah seperti kencur, cikur, ceku, cekor,
tekur, bataka, suha, dan lain-lain diperkirakan berasal dari daerah Asia tropika
yang kemudian menyebar kemana-mana dan sampai di Indonesia sebagai tanaman
budidaya (Yoanna dan Yovita, 2000).
Kencur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Spesies : Kaempferia Galanga Linn
(Yoanna dan Yovita, 2000).

Gambar 2.1. Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L.)


Kencur merupakan terna tahunan, berbatang basal tidak begitu tinggi,
lebih kurang 20 cm dan tumbuh dalam rumpun. Daun tunggal, berwarna hijau
dengan pinggir merah kecoklatan bergelombang. Bentuk daun jorong lebar
sampai bundar, panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, ujung runcing, pangkai berlekuk,
dan tepinya rata. Permukaan daun bagian atas tidak berbulu, sedangkan bagian
bawah berbulu halus. Tangkai daun pendek, berukuran 3-10 cm, pelepah

5
terbenam dalam tanah, panjang 1,5-3,5 cm, berwarna putih. Jumlah daun tidak
lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan (Damayanti, 2008).
Bunga tunggal, bentuk terompet, panjang sekitar 2,5-5 cm. Benang sari
panjang sekitar 4 mm, berwarna kuning. Putik berwarna putih atau putih
keunguan. Bunga tersusun setengah duduk, mahkota bunga berjumlah 4-12 buah
dengan warna putih lebih dominan. Tanaman kencur berbeda dengan famili
Zingiberaceae lainnya, yaitu daunnya merapat ke permukaan tanah, batangnya
pendek, akar serabut berwarna coklat kekuningan, rimpang pendek berwarna
coklat, berbentuk jari dan tumpul, bagian luarnya atau kulit rimpangnya berwarna
coklat mengkilat, memiliki aroma yang spesifik, bagian dalamnya berwarna putih
dengan daging lunak, dan tidak berserat (Damayanti, 2008).

Gambar 2.2. Daun dan Bunga Kaempferia Galanga L.

2.2. Asal Daerah Kencur


Kencur adaptif di daerah berketinggian 50–600 m di atas permukaan laut
yang bersuhu 25º – 30º C. Kencur menghendaki 5– 9 bulan basah dan 5–6 bulan
kering per tahun. Intensitas cahaya matahari idealnya penuh (100%) atau
ternaungi sampai 25%–30% hingga tanaman berumur 6 bulan. Syarat lainnya
adalah drainase tanah baik, tekstur tanah lempung sampai lempung liat berpasir,
kemiringan lahan kurang dari 3%, kemasaman tanah 5,5–6,5 (Pujiharti, 2012).
Tanaman kencur ini banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama di pulau
Jawa, selain itu juga banyak ditanam di India, Malaysia, Taiwan, dan Cina.

6
2.3 Khasiat Empirik
Menurut (Mindarti & Nurbaeti, 2015) dalam buku nya, kencur memiliki
khasiat mengobati berbagai penyakit, diantaranya :
a) Batuk, cara mengobatinya dengan mengunyah rimpang kencur dengan garam.
b) Radang lambung, cara mengobatinya yaitu mula-mula kencur, kapulogo,
bawang merah, beras ditumbuk kemudian direbus saring airnya lalu di minum.
c) Muntah-muntah, cara mengobatinya yaitu air perasan kencur ditambah garam
sedikit lalu di minum.
d) Rimpangnya untuk menyembuhkan batuk dan keluarnya dahak,
menghilangkan rasa sakit, masuk angin, bengkak atau luka, menguatkan
pencernaan, merangsang napsu makan, anti muntah.
Menurut (Prasko, 2012) dalam ebook nya, khasiat kencur sebagai berikut :
a) Mengobati tetanus, dengan cara siapkan rimpang kencur sebesar 3 jari,
tambahkan daun jinten setengah genggam dan daun ngokilo 18 lembar. Cuci
bersi ramuan dan potong-potong seperlunya, rebuslah dengan 3 gelas air
bersih. Tambahkan 3 jari gula enau, biarkan air rebusan hingga 3/4 gelas.
Sebaiknya ramuan ini diminum 3X sehari.
b) Mengobati muntah-muntah, dengan cara siapkan 1,5 jari kencur, cuci bersih
lalu dikunyah bersama sedikit garam. Sesudah dikunyah halus kemudian
kencur ditelan dan kemudian minum air hangat. Lakukan 2X sehari.
c) Mengobati keracunan jamur, dengan cara ambillah rimpang kencur 1 jari,
daun sambiloto 1/3 genggam, dan daun jinten 1/4 genggam untuk
mengobatinya. Tumbuk dan tambahkan air masak 3/4 gelas, kemudian peras
dan saringlah, lantas diminum. Cukup diminum sekali sehari.
Kencur (Kaempferia galanga) merupakan tanaman yang juga memiliki
fungsi untuk menghangatkan tubuh. Selain itu, kencur bermanfaat untuk
meredakan demam, encok, sakit perut, dan bengkak. Ramuan yang terdiri atas
kencur, serai, dan garam dapat digunakan untuk mengobati bengkak. Kencur juga
digunakan masyarakat Indonesia untuk meredakan batuk. Ramuan yang terdiri
atas kencur, beras, gula, garam, dan buah asam merupakan salah satu jamu yang
populer seperti kunyit asam. Jamu ini biasa disebut beras kencur. Selain untuk

7
meredakan batuk, jamu beras kencur juga memiliki fungsi untuk menambah nafsu
makan sehingga jamu ini juga sering dikonsumsi oleh anak-anak (Army, 2018).
Kencur juga menjadi bahan penting dalam pembuatan obat herbal,
termasuk jamu gendong. Salah satu jenis jamu berbahan kencur yang sangat
terkenal adalah jamu beras kencur. Kencur dimanfaatkan sebagai bahan obat
tradisional atau jamu karena memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Manfaat
kencur untuk kesehatan, antara lain sebagai obat masuk angin, radang lambung,
keseleo, perut mulas, batuk, diare, dan menghilangkan darah kotor (Sukini,2018).
2.4. Resep beras kencur
Bahan
• 200 gram beras organik • 300 gram gula kelapa
• 1.500 ml air • ½ sendok teh garam
• 50 gram kencur • 2 buah jeruk nipis
• 15 gram jahe • 1 lembar daun pandan
• 4 mata asam jawa
Selain bahan-bahan tersebut, terdapat beberapa variasi bahan yang dapat
digunakan dalam pembuatan jamu beras kencur. Namun, beras dan kencur
menjadi bahan yang wajib ada. Hal tersebut sesuai dengan nama jamu ini, yaitu
jamu beras kencur. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan
jamu beras kencur, antara lain biji kedawung, biji kapulaga, dan kayu keningar.
Langkah-langkah pembuatan : (Sukini,2018)
1. Cuci beras hingga bersih, kemudian rendam dengan air bersih selama satu
malam.
2. Cuci kencur hingga bersih, kemudian blender bersama beras dan air.
3. Cuci kunyit hingga bersih, kemudian haluskan.
4. Tuang jus beras dan kecur ke dalam panci.
5. Tambahkan air, kunyit yang sudah dihaluskan, daun pandan yang sudah
dicuci, gula kelapa, garam, dan asam jawa.
6. Rebus larutan jamu dengan api kecil hingga mendidih sambil diaduk.
7. Tambahkan air perasan jeruk nipis.
8. Matikan kompor dan angkat panci.
9. Saring beras kencur.

8
10. Beras kencur dapat dinikmati hangat atau dingin.
Manfaat beras kencur, diantaranya: menghilangkan pegal-pegal pada
tubuh, sebagai penyegar tubuh setelah bekerja, meringankan batuk, meningkatkan
nafsu makan, meredakan flu, meredakan radang tenggorokan, mengencangkan
perut setelah melahirkan dan melancarkan peredaran darah.
2.5 Bukti Ilmiah
Kunyit terbukti secara ilmiah mampu menghambat pertumbuhan jamur
Candida albicans penyebab infeksi jamur pada kulit, mulut dan organ intim. Jika
tidak mendapatkan penanganan, infeksi akibat jamur ini bisa menyebar ke bagian
tubuh lain, seperti usus, ginjal, jantung, dan otak (Aprilianti dkk,2019).
Kunyit juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus penyebab infeksi pada kulit yang bisa menyebabkan bisul, impetigo,
selulitis, dan staphylcoccal scalded skin syndrome (SSSS). Biasanya infeksi
bakteri ini pada kulit ditandai dengan kemerahan, bengkak, nyeri, dan adanya
nanah pada luka (Putri dkk, 2020).
Luka merupakan terbukanya jaringan kulit karena gangguan fisik maupun
kimia. Luka merupakan salah satu lokasi masuknya mikroba ke dalam tubuh, oleh
karena itu perlu usaha penutupan jaringan yang terbuka. Ekstrak alkohol KF
memiliki aktivitas untuk menyembuhkan luka pada tikus percobaan. Ekstrak
kencur mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk epitelisasi (Tara et al., 2006).
2.6 Kandungan dan Senyawa Aktif nya
Hampir seluruh bagian tanaman kencur mengandung minyak atsiri. Zatzat
kimia yang telah banyak diteliti adalah pada rimpangnya, yakni mengandung
minyak atsiri 2,4%-3,9%, juga cinnamal, aldehide, asam motil pcumarik, etil ester
dan pentadekan. Dalam literatur lain disebutkan bahwa rimpang kencur
mengandung sineol, paraeumarin, asam anisic, gum, pati (4,14%) dan mineral
(13,73%). Kencur dalam bentuk oleoresin mengandung senyawa etil-p-
metoksisinamat (C12H14O3), kaempferol, eukaliptol atau sineol, asam sinamat,
asam anisat, n-pentadekana, dan etil sinamat (Sujarwadi 1996). Senyawa kimia
pada kencur di tampilkan pada gambar berikut :

9
Gambar 2. Struktur Senyawa Kimia Pada Kencur
(Sumber : Sujarwadi, 1996)

Rimpang kencur mempunyai aroma yang lembut serta rasa pedas yang
khas. Aroma dari rimpang kencur disebabkan oleh komponen – komponen kimia
yang berasal dari minyak atsiri. Kandungan utama rimpang kencur yang telah
dikeringkan ditampilkan pada Tabel 1
Tabel 1. Kandungan Utama Rimpang Kencur Kering

Komponen Kandungan (%)


Air 10
Abu 7,61
Lemak 6,42
Karbohidrat 51,21
Serat kasar 6,25
Nitrogen 1,41
Minyak atsiri 1,93
Sumber : Sujarwadi, 1996

10
Kandungan kimia tersebut sangat berguna bagi obat-obatan, terutama obat
batuk, sakit perut dan obat pengeluaran keringat. Kencur (Kaempferia galanga L.)
merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di berbagai daerah di Indonesia
sebagai tanaman yang dipelihara. Tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan
obat tradisional dan sebagai bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak
yang membudidayakan tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang
diperdagangkan. Bagian dari kencur yang diperdagangkan adalah buah akar yang
ada di dalam tanah yang disebut rimpang kencur atau rizoma (Barus 2009).
Kencur segar yang sesuai standar mutu sebagai bahan baku industri
ataupun penelitian sudah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-
6994-2004 yang ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Mutu Kencur Segar

Kandungan essensial oil yang terdapat pada Kg dipengaruhi oleh berbagai


faktor di antaranya sumber (Raina et al., 2015), cara ekstraksi, dan alat yang
digunakan untuk analisis (Rajendra et al., 2011). KG yang dikoleksi dari bagian
selatan India menunjukkan berbagai variasi kandungan essensial oil yaitu δ-3-
carene (0,13–6,46%), 1,8-cineole (0,19-5,17%), borneol (0,96-2,40%) dan
pentadecane (6,04-16,53%) (Raina et al., 2015). Hal yang berbeda dilaporkan oleh
Tewtrakul et al., (2005) komponen utama volatile oil pada rizoma KG yang
diperoleh dari Thailand dengan distilasi air adalah ethyl-p-methoxycinnamate
(31,77%), methylcinnamate (23,23%), carvone (11,13%), eucalyptol (9,59%), dan
pentadecane (6,41%). Berbagai senyawa yang terdapat pada KG antara lain: 2-
Propenoic acid, 3-(4-methoxyphenyl)-, ethyl ester (10,18%), phthalic acid, 6-

11
ethyloct-3-yl2-ethylhexyl ester (3,37%), asam palmitat (35,17%),
sandaracopimaradiene (8.20%), asam oleat (22,15%), asam oktadekanoat
(10,10%), 2- [2-(4-nonylphenoxy)ethoxy]ethanol (3,57%) dan glycidyl stearate
(7,27%) diidentifikasi sebagai konstituen utama ektrak metanol KG oleh GC-MS
analysis (Ali et al., 2018). Komponen utama dari rizoma KG ethyl-p-
methoxycinnamate (38,6%), ethyl cinnamate (23,2%), 1,8-cineole (11,5%),
transcinnamaldehyde (5,3%), dan borneol (5,2%) (Liu et al., 2014). Variasi
germplasm KG menunjukkan perbedaan yang signifiikan terhadap kandungan
essensial oil rhizoma (Raina et al., 2015).
Berbagai metode digunakan untuk mengekstrasi essensial oil antara lain
distrilasi air. Perbedaan larutan yang digunakan untuk mengekstrak berpengaruh
terhadap senyawa yang dihasilkan. Rajendra et al. (2011) menyatakan bahwa
rizoma KG yang diekstak dengan menggunakan petroleum mengandung sterols,
triterpenoids dan resins: sedangkan jika diekstrak dengan menggunakan
kloroform akan diperoleh, sterols, triterpenoids, flavanoids dan resins; sedangkan
jika diekstrak dengan menggunakan metanol akan diperoleh steroids, triterpenoids,
alkaloids, flavanoids, carbohydrates, resins dan protein; sedangkan jika diekstrak
menggunakan air akan diperoleh saponins, carbohydrates dan protein.
Senyawa asam 2-Propenoic, asam phthalic, asam palmitic,
sandaracopimara-diene, asam oleic, asam octadecanoic, 2-[2-(4-nonylphenoxy)
ethoxy] ethanol dan glycidyl stearate merupakan kompone utama dari ekstrak
metanol KG (Ali et al., 2018). Essential oil yang dihasilakan dari rhizoma KG
antara lain: Tricyclene; α-Pinene; Camphene; δ-3-Carene; β- Cymene; 1,8-
Cineole; Chrysanthenone; trans-Pinocarveol; Camphor; Borneol; p-Cymen-8-ol;
Eucarvone; p-Anisaldehyde; trans-Cinnamaldehyde; Bornyl acetate; Sabinyl
acetate; α- Copaene; Cyperene; ɤ-Elemene; trans-Ethyl cinnamate; Ethyl
cinnamate; ɤ-Muurolene; δ- Cadinene; Calamenene; Spathulenol; Caryophyllene
oxide; Zierone; dan Ethyl p- methoxycinnamate (Liu et al., 2014). Hal yang
berbeda dilaporkan Ma et al (2015) bahwa essensial oil pada KG antara lain D-
Limonene, Eucalyptol, Tridecane, Camphor, Borneol, Tetradecane, Copaene,
Ethyl cinnamate, Germacrene D, Pentadecane, Cadinene, 3-Methyl tetradecane, a-
calacorene, Hexadecane, Pentadecane,2,6,10-trimethyl-; Ethyl cis-p-

12
methoxycinnamate; Cyclo-pentadecanone; 3-Ethenylcyclooctene; Heptadecane;
Ethyl trans-p- methoxycinnamate; Methyl palmitate; 9, 12- methyl
octadecadienoate; 9-Octadecenoic acid methyl ester; Methyl oleate.
Analisis kimia dari rhizoma KG dengan menggunakan GC dan GC/MS
menunjukkan bahwa sebanyak 38 jenis senyawa kimia merpresentasikan 96,02 –
98,88% dari semua esesnsial oil. Dua jenis senuwa essensial oil yang paling
banyak ditemukan di rhizoma KG ethyl-trans-p- methoxycinnamate (28,35-
69,96%) dan trans-ethyl cinnamate (11,48-26,56%) (Raina et al., 2015). Ethyl-
trans-p-methoxy cinnamate dan trans-ethyl cinnamate merupakan senyawa utama
yang sangat penting pada KG dan merupakan komponen yang memiliki sifat
pharmakologi, oleh karena itu penting dilakukan pemilihan aksesi dengan
kandungan senyawa bioaktif yang tinggi (Raina et al., 2015).
2.6 Efek Farmakologi
Rizoma KG telah lama digunakan sebagai obat untuk ekspektorat,
karminatif (Chan et al., 2008), obat batuk, rematik, dan antikanker (Ibrahim 1998),
kolera (Dash et al., 2014), vasorelaksasi, anti mikroba, antioksidan, anti alergi
penyembuhan luka. Walaupun secara etnobotani banyak manfaat dari KF, namun
pmengenai bioaktivitasnya membuktikan aktivitas KF sebagai anti kanker, anti
oksidan, anti inflamasi, analgesik, anti bakteri dan anti hipertensi.
A. Anti Kanker
Aktivitas KG sebagai anti kanker telah dilaporkan oleh Ibrahim (1998),
Ali et al. (2018). KG memiliki aktivitas antineoplastik pada sel Ehrlich ascites
carcinoma (EAC) diuji secara in vivo (Ali et al., 2018), dan ekstak etanol KF
menunjukkan toksisitas melawan human carcinoma (HeLa) cells (CD50 10-30%
µg/ml) (Ibrahim 1998). Pemberian ekstrak KG secara signifikan (p < 0,05)
menurunkan viabilitas sel EAC dan meningkatkan capaian dan lama hidupnya
(Ali et al., 2018). Pemberian ekstrak metanol KG pada dosis 5 dan 10 mg/kg pada
tikus yang diinduksi EAC menghasilkan peningkatan rentang hidup masing-
masing sebesar 12,95% dan 38,39%, dibandingkan dengan analisis kontrol (p
<0,05) (Ali et al., 2018).
Penghambatan maksimum pertumbuhan sel diamati pemberian ekstrak
metanol KG pada dosis 10 mg/kg sebesar 70,58% (Ali et al., 2018). Ekstrak

13
metanol KG mengakibatkan memran sel blebbing, kondensasi kromatin, dan
fragmentasi inti EAC (Ali et al., 2018). Mekanisme utama aktivitas ini melibatkan
penghambatansintesis de novo dari sitokin pro-inflamasi,termasuk TNF-a dan IL-
1. EPMC menunjukkan antiangiogenik yang dalamefek dalam uji cincin aorta
tikus. Efek ini ditemukan melibatkan penghambatan fungsi vitalsel endotel,
seperti proliferasi, migrasi, dan tabung pembentukan, dan disebabkan oleh
penghambatan sintesis faktor pertumbuhan endotel vaskular dalam sel. Jadi, etil-
pmethoxycinnamatedapat menjadi prekursor potensial untukpengembangan agen
terapi dengan potensi untukmengobati penyakit yang melibatkan peradangan dan
angiogenesis(Ali et al., 2018) .
B. Analgesik
Efek antinociceptive ekatrak KG dibandingkan dengan aspirin. Anagesik
merupakan senyawa yang berfungsi untuk mengurangi rasa sakit. Senyawa ini
banyak digunakan untuk mengurangi penderitaan akibat luka, infeksi atau
penyakit lainnya. Pada percobaan di laboratorium untuk menegetahui sifat
analgesik KG dapat uji tail flick tiku. Lebih lanjut ethyl-p-methoxycinnamate KG
memperpanjang waktu tail flick tikus lebih dari dua kali lipat dibandingkan
dengan hewan kontrol. KF mengandung maksimum (25,80 mg/g) etil trans-p-
metoksisinamat diperoleh pada ekstraksi kondisi suhu 120OC, waktu ekstraksi 20
menit, tekanan ekstraksi 10 Mpa, daya ultrasonik kepadatan 250 W/L, dan
frekuensi ultrasonik 20 kHz (Ma et al., 2015).
C. Anti Bakteri
Tuberculosis merupakan salah satu jenis infeksi paru-paru yang disebkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Lakshmanan et al., 2011), dan hingga
saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan termasuk di Indonesaia.
Berbagai jenis obat telah dikembangkan untuk mengatasi tuberkulosis, namun
seiring dengan waktu muncul resitensi terhadap obat, oleh karena itu pencarian
senyawa baru yang dapat menghambat pertumbuhan M. tuberculosis tetap
dilakukan termasuk KF. Lakshmanan et al., (2011) menyatakan KF memang
memiliki prinsip aktif yang dapat menghambat M. Tuberculosis dan dengan
demikian membenarkan dimasukkannya tanaman dalam ramuan dalam
pengobatan TB. Hal yang hampir mirip juga dilaporkan oleh Dash et al., (2014)

14
bahwa ekstrak KG pada konsentrasi 400 μg/disc memiliki aktivitas sebagai
antibakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dengan aktivitas sedang bila
dibandingkan dengan obat standar ciprofloxacin (5 μg/disc) (Dash et al., 2014).
Kaempferia galanga, menghasilkan molekul anti-TB yaitu etil p-metoksisinamat
(EPMC). Uji resazurin mikrotiter (REMA), EPMC terbukti menghambat M.
tuberculosis H37Ra, H37Rv, isolat klinis yang peka terhadap obat dan multidrug
resistant dengan konsentrasi hambat minimum sebesar 0,242-0,485 mM. Volatil
oil KG dengan menggunakan metode disc difusi memiliki zona hambat terhadap
mikroba dengan luas zona sebesar 8.0- 31.0 mm (IC50>100 μg/ml) (Lakshmanan
et al., 2011).
D. Anti Inflamasi
Radang atau inflamasi merupakan respon protektif setempat yang
ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan pada jaringan yang berfungsi untuk
menghancurkan, mengurangi, atau melokalisasi (sekuster) baik agen pencedera
maupun jaringan yang cedera itu (Hasanah et al., 2011). Reaksi inflammatori
melibatkan reaksi aktivasi sejumlah aktivasi sejumlah jalur intra- seluler berbeda
yang mengarah keinduksi gen pro-inflamasi spesifik, termasuk yang mengkode
interleukin-1 (IL-1) dan nekrosis tumorfaktor-a (TNF-a) (Hanada et al., 2002).
Misalnya, perlekatan bakteri antigen ke reseptor seperti tol di permukaan
makrofagdan sel dendritik menghasilkan aktivasi jalur protein kinase teraktivasi
mitogen (MAPK / NF-kBjalur), yang mengarah pada induksi proinflamasi
pengkodean gen IL-1, TNF-a, cyclooxygenase-2 (COX-2), and inflammatory
nitric oxide (iNO) (Hanada et al., 2002). Etil-pmethoxycinnamate yang diisolasi
dari yang dimiliki KG memeiliki aktivitas efek antiinflamasi yang signifikan
(Lakshmanan et al., 2011).
E. Antioksidan
Tubuh secara menghasilkan reactive oxygen species (ROS), namun
produksi ROS yang berlebihan mengakibatkan kerusakan jaringan dan hilangnya
fungsi jaringan dan organ. ROS sangat berbahaya dan mengakibatkan kerusakan
protein, DNA dan lipid oleh karena itu memulai berbagai penyakit kronis seperti
kanker, atherosclerosis, diabetes, cardiovascular disease, penuaan dan penyakit
inflamasi (Islam et al., 2013). Senyawa yang mampu mengurangi atau

15
menghambat radikal bebas disebut sebagai senyawa antioaksidan. Pemanfaatan
bahan alam sebagai antioksidan banyak diminati dan penelitiannya semakin
banyak dilakukan. Bioaktivitas KG sebagai antioksidan telah dilaporkan oleh Ali
et al. (2018) dan Chan et al. (2008).
F. Anti Hipertensi
KG telah lama digunakan sebagai anti hipertensi oleh berbagai kelompok
masyarakat di Malaysia dan Indoneia (Ibrahim 1998). Munin dan Hanani (2011)
menyatakan bahwa hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah lebih dari
160 mmHg pada sistol dan 95 mmHg pada diastol. Tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai anti hipertensi merupakan tumbuhan yang memeberi efek
dilatasi pada pembuluh darah dan penghambatan angiotensin converting enzyme
da dapat juga dikombinasikan dengan tumbuhan yang memberi efek penenang
(Munin dan Hanani 2011).
Ekstrak diklorometana rhizoma KG memiliki aktivitas sebagai anti
hipertensi (Othman et al., 2006). Senyawa anti hipertensi merupakan senyawa
essensial oil. Rhizoma KG mengandung sekitar 0,29% essensial oil. Asam etil p-
metoksisinamat yang diisolasi dari KG tetapi tidak menunjukkan efek relaksasi
pada aorta tikus torak prekontrak (Othman et al., 2006). Pemberian intravena
ekstrak KG menginduksi tekanan arteri rerata basal (1306 mmHg) pada tikus
anestesi dan efek maksimal terlihat setelah 5-10 menit injeksi. Kromatogram gas
menunjukkan senyawa yang sama dalam fraksi aktif yang diperoleh dari
fraksinasi yang dipandu bioassay dari ekstrak diklorometana adalah etil sinamat.
Senyawa aktif vasorelaksan, etil sinamat, diisolasi sebagai minyak tidak berwarna
(Othman et al., 2006).

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang kami buat. Dapat disimpulkan bahwa,
Kaempferia galanga (KG) atau kencur merupakan salah satu jenis dalam famili
Zingiberaceae merupakan salah satu jenis tanaman obat penting bagi masyarakat
Asia termasuk Indonesia, sering dimanfaatkan sebagai obat sakit gigi, obat gosok,
antiseptik dan lain sebagainya. Bagian akar rimpang yang banyak dimanfaatkan
sebagai obat sakit gigi, obat gosok dan lain sebagainya. Bagian rimpang
mempunyai beberapa senyawa aromatik yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai bahan dasar industri farmasi

17
DAFTAR PUSTAKA

Ali, R., Yesmin, R., Satter, M.A., Habib, R., & Yeasmin, T. (2018). Antioxidant
and antineoplastic activities of methanolic extract of Kaempferia galanga
Linn. Rhizome against Ehrlich ascites carcinoma cells. Journal of King
Saud University Science 30, 386-392.

Aprilianti Eka, Salim Maulidiyah, dan Tumpuk Sri. (2019). Pengarug


Konsentrasi Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)
Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans Dengan Metode
Delusi. Jurnal Laboratorium Khatulistiwa. No 2(2) Hal : 49-52.

Army Rifqa. (2018). Jamu Ramuan Tradisional Kaya Manfaat. Badan


Pengembangan dan Pembinaan Bahasa ; Rawamangun Jakarta Timur.

Astuti,Yun. Sundari, Dian.Winarno, M.Wien. (1996). Tanaman Kencur


(Kaempferia galanga L.); Informasi Tentang Fitokimia dan Efek
Farmakologi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Jakarta

Barus, R. (2009), ‘Amidasi Etil P-Metoksisinamat yang diisolasi dari kencur


(Kaempferia galanga L.), Tesis, Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Chan, E.W.C., Lim, Y.Y., Wong, L.F., Lianto, F.S., Wong, S.K., & Lim, K.K.
(2008).Antioxidant and tyrosinase inhibition properties of leaves and
rhizomes of ginger species.Food Chemistry 109, 477-483.
Damayanti, D. (2008). Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Dash. P.R., Nasrin. M., & Shawkat. M. (2014). In vivo cytotoxic and In vitro
antibacterial activities of Kaempferia galanga. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry 3(1): 172-177.

Hanada, T., & Yoshimura, A. (2002). Regulation of cytokine signaling and


inflammation.Cytokine Growth Factor Rev. 13(4-5), 413-21.

Hasanah, A.N., Nazaruddin. F., Febrina. E., & Zuhrotun. A. (2011). Analisis
Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak

18
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.). Jurnal Matematika & Sains.
16(3): 147-152.

Ibrahim, H. (1999). Kaemferia galanga L. in: Plant Resources of South East Asia
No 12(1) Medicinal and Poisinous Plants 1, de Padua LS, N.
Bunyapraphhatsara and RHMJ Lemmens (editor). Backhuys Pblisher
Leiden. P. 334.

Islam, F., Khatun, H., Khatun, M., Ali, S.M., & Khanam, J.A. (2014)b. Growth
inhibition and apoptosis of Ehrlich ascites carcinoma cells by the
methanol extract of Eucalyptus camaldulensis. Pharm. Biol. (52) 281-290.

Kabir, S.R., Rahman, M.M., Amin, R., Karim, M.R., Mahmud, Z.H., & Hossain,
M.T. (2016). Solanum tuberosum lectin inhibits Ehrlich ascites
carcinoma cells growth by inducing apoptosis and G2/M cell cycle
arrest. Tumor Biol. (37), 8437-8444.

Lakshmanan, D., Werngren, J., Jose, L., Suja, K.P., Nair, M.S., Varma, R.L.,
Mundayoor, S., Hoffner, S., & Kumar, R.A. (2011). Ethyl p-
methoxycinnamate isolated from a traditional anti-tuberculosis
medicinal herb inhibits drug resistant strains of Mycobacterium
tuberculosis in vitro. Fitoterapia (82) 757-761

Liu, X.C., Liang, Y., Shi, W.P., Liu, Q.Z., Zhou, L., & Liu, A.Z.L. (2014).
Repellent and insecticidal effects of the essential oil of Kaempferia
galanga rhizomes to Liposcelis bostrychophila (Psocoptera: Liposcelidae).
J. Econ. Entomol. 107(4), 1706-1712.

Ma, Q., Fan, X.D., Liu, X.C., Qiu, T.A., & Jiang, J.G. (2015). Ultrasound-
enhanced subcritical water extraction of essential oils from Kaempferia
galangal L. and their comparative antioxidant activities. Separation
and Purification Technology (150) 73-79.

Mates, J.M., Segura, J.A., Alonso, F.J., & Marquez, J. (2008). Intracellular redox
status and oxidative stress: implications for cell proliferation, apoptosis,
and carcinogenesis. Arch. Toxicol. (82) 273-299.

19
Mindarti Susi dan Nurbaeti Bebet. (2015). Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian : Jawa Barat.

Munin, A., & Hanani, E. (2011). Fitoterapi Dasar. Dian Rakyat: Jakarta.

Othman, R., Ibrahim, H., Mohd, M.A., Mustafa, M.R., & Awang, K. (2006).
Bioassay-guided isolation of a vasorelaxant active compound from
Kaempferia galanga L. Phytomedicine 13: 61-66.

Prasko, S.Si.T, M.H. (2012). “Aneka Tanaman Obat”. [Ebook Online].


https://adoc.pub/free-e-book-aneka-tanaman-obat.html . Diakses pada
tanggal 11 September 2021.
Pujiharti, N. Y. (2012). Budidaya Tanaman Obat Keluarga (Toga). Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.

Putri Linda Utami, Peter Gunawan Tandean, Liliawanti (2020), Pengaruh


Pemberian Ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap
Peningkatan Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 9(2) : 145-155.

Raina, A.P., Abraham, Z., & Sivaraj, N. (2015). Diversity analysis of


Kaempferia galanga L. germplasm from South India using DIVA-GIS
approach. Industrial Crops and Products 69: 433-439.
Rajendra, C.E., Magadum, G.S., Nadaf, M.A., Yashoda, S.V., & Manjula, M.
(2011). Phytochemical screening of the rhizome of Kaempferia galanga.
International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research,
3(3), 61-63.
Silalahi, M. (2019). Keanekaragaman tumbuhan bermanfaat di pekarangan oleh
Etnis Sunda di Desa Sindang Jaya Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Jurnal
Pendidikan Matematika dan IPA, 10(1), 88-104.
Sujarwadi, E.T. (1996). Kajian Pengaruh Jumlah Pelarut dan Lama Ekstraksi
Rimpang Kencur Terhadap Rendemen dan Mutu Oleoresin
Kencur.Skripsi S-1. Fateta IPB :Bogor.
Sukini (2018). Jamu Gendong Solusi Sehat Tanpa Obat. Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa ; Rawamangun Jakarta Timur.

20
Tara, S.V., Chandrakala, S., Sachidananda, A., Kurady, B.L., Smita, S., &
Ganesha, S. (2006). Wound healing activity of alcoholic extract of
Kaempferia galanga in wistar rats. IndianJ Physiol 50(4), 384-390.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992, Tentang Kesehatan, Penerbit Ariloka,
Surabaya.
Wibowo T, Soenarto S & Pramono D.(2004). Faktor-faktor Resiko Kejadian
Diare Berdarah pada Balita di Kabupaten Sleman. Berita Kedokteran
Masyarakat. Vol. 20. No.1. Maret 2004: 41- 48.
Yoanna dan Yovita. (2000). Tanaman Obat Plus Pengobatan Alternatif. Jakarta :
Setia Kawan.

21

Anda mungkin juga menyukai