Anda di halaman 1dari 21

MODUL KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

"KOMPLEMENTER HERBAL TEMULAWAK”

Dosen Pembimbing :
Elida Ulfiana S.Kep.,Ns., M.Kep.

Disusun oleh :

Kelompok 5

Sarah Maulida Rahmah (131611133006) Ni Putu Neni Indriyani (131611133031)


Cucu Eka Pertiwi (131611133007) Erva Yulinda Maulidiana (131611133033)
Ayu Saadatul Karimah (131611133020) Alfia Dwi Sunarto (131611133150)
Verantika Setya Putri (131611133026) Handini Indah Rahmawati (131611133122)
Erlina Dwi Kurniasari (131611133028)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SEPTEMBER, 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan
Komplementer yang berjudul "Komplementer Herbal Temulawak”.

Ucapan terimakasih kami haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Komplemnter Ibu Elida Ulfiana S.Kep.,Ns., M.Kep. yang telah membimbing kami selama
perkuliahan Keperawatan Komplementer hingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Makalah ini masih jauh dari kata sempuna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami
butuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami
ucapkan terimakasih.

Surabaya, 2 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

KAJIAN PUSTAKA TEMULAWAK ...................................................................... 4

Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb). ....................................... 4

Klasifikasi temulawak ..................................................................................... 5

Kandungan gizi dan manfaat ........................................................................... 6

Ragam kegunaan ............................................................................................. 8

Morfologi tanaman .......................................................................................... 9

Syarat tumbuhan temulawak ............................................................................ 11

Budidaya temulawak ........................................................................................ 11

Produk olahan ................................................................................................. 13

PROSEDUR PEMBUATAN PRODUK HERBAL .................................................. 14

Alat dan bahan ................................................................................................. 14

Cara pembuatan ............................................................................................... 14

Cara penyajian ................................................................................................ 15

PEMBAHASAN DAN ANALISIS JURNAL ........................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 21

iii
KAJIAN PUSTAKA

1. Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)

Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) merupakan tanaman obat asli Indonesia,


disebut juga Curcuma javanica. Tanaman temulawak termasuk famili Zingiberaceae,
berbatang semu, dengan bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang. Tanaman ini tumbuh
baik dan dapat beradaptasi di tempat terbuka maupun di bawah tegakan pohon hingga
tingkat naungan 40%. Penyebaran temulawak berhubungan erat dengan pergerakan atau
mobilitas penduduk terutama suku Jawa (Prana, 2008). Wilayah pengembangan
temulawak di Indonesia meliputi 13 propinsi, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.

Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Temulawak merupakan salah


satu tumbuhan obat yang telah lama digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional.
Temulawak banyak ditemukan secara liar di Asia Tenggara, India, Cina dan merupakan
tanaman asli Indonesia (Prana 1985). Menurut Harmono dan Andoko (2005), dalam dunia
tumbuhan Botani tanaman temulawak tersusun dalam sistematika, Divisio: Spermatophyta,
Sub divisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Zingiberales, Famili:
Zingiberaceae, Genus: Curcuma, Spesies: Curcuma xanthorrhiza Roxb.

Temulawak merupakan salah satu tanaman obat unggulan yang memiliki khasiat
multifungsi. Rimpangnya mengandung kurkumin, zat yang berkhasiat untuk mengatasi
berbagai penyakit, seperti kelainan pada hati/lever, kantong empedu, dan pankreas. Selain
itu juga dapat berkhasiat untuk menambah nafsu makan, menurunkan kadar kolesterol
dalam darah, meningkatkan sistem immunitas tubuh, anti bakteri, anti diabetik, anti
hepatotoksik, anti inflamasi, anti oksidan, anti tumor, diuretika dan depresan. Kurkuminoid
sebagai zat utama yang berwarna kuning dalam temulawak diketahui memiliki banyak
manfaat bagi kesehatan. Selain digunakan untuk pengobatan, temulawak berpeluang
dikembangkan dalam industri pangan, terutama sebagai pewarna alami dalam makanan.

4
Menurut Yusron (2009) temulawak merupakan salah satu dari Sembilan jenis
tanaman unggulan dari ditjen POM yang memiliki banyak manfaat sebagai bahan obat.
Tanaman ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas, baik dipergunakan
oleh masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan atau pengobatan
penyakit, maupun dalam industri obat tradisional dan kosmetika. Pada umumnya
perbanyakan temulawak menggunakan rimpang induk yang utuh. Menurut Ondari et al
(1975), perbanyakan temulawak dengan menggunakan rimpang induk menghasilkan
produksi lebih tinggi yaitu 10,6 ton rimpang segar/ha. Sedangkan dengan menggunakan
rimpang cabang produksinya hanya 5 – 6 ton rimpang segar/ha. Akan tetapi penggunaan
rimpang induk yang utuh sebagai bahan tanaman memerlukan rimpang yang banyak, dan
kurang ekonomis. Teknik budidaya yang kurang tepat, meliputi pengolahan tanah, cara
pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit merupakan beberapa diantara penyebab
naik turunnya produksi temulawak. Usaha dalam meningkatkan produksi tanaman rimpang
dapat dilakukan dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Usaha ekstensifikasi dapat
dilakukan dengan perluasan areal kelahan-lahan marginal, salah satunya adalah tanah
mineral (Sunantara, 2000).

2. Klasifikasi Temulawak
(Curcuma zanthorrhiza L.) Gambar 2.1 Rimpang Temulawak (Anonymous, 2011).
Menurut klasifikasi dalam tata nama ( sistematika ) tumbuhan, tanaman temulawak
(Curcuma zanthorrhiza L.) termasuk ke dalam :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zanthorrhiza L. (Anonymous, 2011).

5
3. Kandungan Gizi dan Manfaat
Manfaat tanaman telah diketahui sejak dahulu, salah satunya sebagai obat herbal
(Antony, 2003). Pengobatan dengan tanaman dilakukan secara turun temurun.
Pemanfaatan tanaman dalam bidang pengobatan adalah kandungan senyawa aktif hasil
metabolism sekunder seperti terpenoid, steroid, saponin, flavonoid, glikosida, tanin, dan
alkaloid (Saraf S, 2003). Genus Curcuma yang termasuk family Zingiberaceae, Seperti
temulawak digunakan dalam pengobatan tradisional (Govindarajan, 1980). Hampir semua
orang Indonesia pernah mengkonsumsi tanaman ini, baik sebagai pelengkap bumbu
masakan, jamu, atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan tubuh (Wasito, 2011).
Eksistensi temulawak sebagai tumbuhan obat sudah dikenal di Indonesia, terutama
dikalangan masyarakat Jawa (Prana, 2008) temulawak digunakan masyarakat sebagai obat
untuk mengatasi berbagai penyakit yaitu sakit maag, bau haid, sakit liever (kuning),
hepatitis, penyakit kandung empedu, sakit limpa, asma, alergi, eksim, meningkatkan nafsu
makan anak anak, dan meningkatkan stamina (Hariana, 2011). Ukuran partikel yang kecil
akan meningkatkan luas permukaaan yang menyebabkan kelarutan tinggi sehingga
memudahkan partikel diserap ke dalam tubuh (Awad et al.2008) dan meningkatkan
efektivitas pengobatan (Yen et al. 2008) Ukuran partikel obat sekitar 200 nm
memungkinkan penyerapan yang efisiensi di dalam usus, khususnya di bagian jaringan
limfoid. Ukuran partikel >500 nm dilaporkan menunjukkan proses pengiriman obat yang
kurang baik dan target obat yang terbatas (Ravichandran 2013, Harde et al 2011). Proses
ekstraksi dipengaruhi oleh derajat halus serbuk dan perbedaan konsentrasi cairan
penyarinya.
Penelitian terbaru diketahui bahwa bahan aktif dari berbagai spesies curcuma
tersebut adalah curcumin. Curcumin (diferuloylmethane) adalah pigmen kuning yang
banyak didapatkan dari isolasi spesies curcuma, zingiberaceae. Temulawak mempunyai
banyak kandungan zat aktif yaitu xanthorrizol, kurkuminoid yang didalamnya terdapat zat
kuning (kurkumin) dan desmetoxy kurkumin, minyak atsiri, protein, lemak, selulosa dan
mineral. Kandungan zat aktif pada temulawak dapat merangsang dan mempengaruhi
sekresi oleh pankreas sehingga dapat meningkatkan nafsu makan dan kontraksi usus (Aris
et al.,2006). Penelitian lain yang dilakukan oleh Candra (2013) menyebutkan bahwa

6
temulawak memiliki banyak manfaat antara lain sebagai antihepatitis, antikarsinogenik,
antimikroba, antioksidan, antihiperlipidemia, antiviral, antiinflamasi, dan detoksikasi.
Temulawak sudah lama dikenal dan digunakan untuk pemeliharaan kesehatan,
pencegahan dan pengobatan penyakit. Berdasarkan kandungan aktifnya, temulawak dapat
melancarkan air susu ibu (ASI) dan membersihkan darah. Selain itu temulawak dapat
memperbaiki fungsi pencernaan, memelihara fungsi hati, pereda nyeri sendi dan tulang,
menurunkan lemak darah, dan menghambat penggumpalan darah (InfoPOM 2005).
Rimpang temulawak berkhasiat sebagai laktagoga, kolagoga, antiinflamasi,
tonikum, dan diuretik. Minyak atsiri temulawak berfungsi sebagai fungistatik pada
beberapa jenis jamur dan bakteriostatik pada mikroba Staphyllococcus sp. dan Salmonella
sp. Aktivitas kolagoga temulawak ditandai oleh peningkatan produksi dan sekresi empedu
yang bekerja secara kolekinetik dan koleretik. Pengeluaran cairan empedu yang meningkat
menyebabkan partikel padat dalam kandung empedu berkurang. Peristiwa ini akan
mengurangi kolik empedu, perut kembung karena gangguan metabolisme lemak, dan
menurunkan kadar kolesterol darah.
Rimpang temulawak mengandung berbagai komponen kimia seperti kurkumin, pati
48-54%, dan minyak atsiri 3-12%. Minyak atsiri merupakan cairan yang berwarna kuning
atau kuning jingga, berbau tajam. Komposisi minyak atsiri bergantung pada umur rimpang,
teknik isolasi, tempat tumbuh, teknik analisis, varietas, dll (Dalimartha 2000).
Minyak atsiri dari rimpang temulawak mengandung senyawa telandren, kamfer,
borneol, sineal, xanthorrhizol, isofuranogermakren, trisiklin, allo-aromadendren, dan
germakren. Kandungan senyawa dan kurkumin ini menyebabkan temulawak berkhasiat
untuk pengobatan.
Temulawak juga mampu menghambat pembelahan sel-sel tumor dan
pembentukan jaringan kista di paruparu dan jaringan perut, serta memiliki aktivitas
antiproliferasi terhadap sel kanker payudara. Selain xantorrhizol, terdapat senyawa lain
dari temulawak yaitu Kurkumin. Kurkumin dapat menghambat pertumbuhan sel kanker.
Selain itu kurkumene merupakan salah satu komponen aktif yang dapat menurunkan
trigliserida. Kurkumin berwarna kuning, dengan bau yang karakteristik, rasa yang tajam,
bersifat antiseptik, dan dapat digunakan sebagai pewarna alami pada bahan pangan.
Kurkumin juga bermanfaat sebagai zat antiinflamasi (antiradang) (Setiawan 2011) dan

7
memiliki aktivitas hipokolesterolemik (Fujiwara et al. 2008). Selain kurkumin, senyawa
fenol berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya meniadakan radikal bebas dan
radikal peroksida sehingga dapat mencegah penyakit kanker. Temulawak juga
mengandung senyawa fitokimia yang memiliki efek yang baik bagi kesehatan, antara lain
alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, dan triterpennoid (Subagja 2014).
Selain sebagai jamu dan obat, temulawak juga dimanfaatkan sebagai sumber
karbohidrat dengan cara diambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk
bayi dan orang yang mengalami gangguan pencernaan. Menurut Dalimartha (2000), pati
temulawak dapat dikembangkan sebagai sumber karbohidrat dalam berbagai macam
makanan seperti bubur bayi dan kue.

4. Ragam kegunaan
Temulawak bermanfaat bagi kesehatan. Selama ini. Masyarakat enggan
mengonsumsi temulawak karena rasanya yang pahit (Sayuti 2015; 2016). Menurut
Dalimartha (2000) dan Subagja (2014), temulawak mempunyai aroma yang tajam dengan,
rasa pahit agak pedas.
Pengolahan temulawak menjadi berbagai pangan olahan dapat menarik minat
masyarakat untuk mengonsumsi temulawak. Dalam bentuk produk olahan pangan, rasa dan
aroma khas temulawak dapat tertutupi. Penyajian dan pengemasan yang menarik
meningkatkan minat konsumen pada produk olahan temulawak. Produk makanan dengan

8
fortifikasi temulawak mempunyai keunggulan dari sisi kesehatan. Masa simpan temulawak
juga meningkat sehingga akan meningkatkan nilai tambah temulawak.
Penggunaan temulawak sebagai pewarna alami bahan pangan diharapkan akan
menggeser penggunaan pewarna sintetis yang selama ini sering digunakan. Peraturan
penggunaan bahan pewarna yang diizinkan dan yang dilarang untuk makanan sudah diatur
melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan
makanan. Dalam kenyataannya sering terjadi pemakaian bahan pewarna yang berbahaya
untuk makanan (Anzar 2016).
Zat pewarna terdiri atas zat pewarna alami dan sintetis (Agustina dan Amir 2012).
Zat pewarna alami berasal dari alam, baik dari tanaman, hewan, maupun metal. Pewarna
sintetis diperoleh melalui proses yang menggunakan bahan kimia, seperti tartrazin untuk
warna kuning atau alleurared untuk warna merah. Pewarna sintetis yang boleh digunakan
untuk makanan harus dibatasi (Putra et al.2014).
Penggunaan pewarna sintetis dalam bahan pangan membuat poduk lebih menarik,
stabil, rata/homogen, dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah
selama pengolahan, serta lebih murah (Putri et al. 2012). Penggunaan pewarna sintetis pada
produk makanan dilarang dalam jangka panjang karena dapat menimbulkan efek yang
buruk bagi kesehatan, seperti kanker dan kerusakan otak (Winarno dan Sulistyowati 1994).
Pemanfaatan pewarna sintetis yang berbahaya dapat menyebabkan gangguan
kesehatan apabila melebihi batas yang telah ditentukan, seperti tumor, hiperaktif pada
anak-anak, sistem saraf, alergi, radang selaput lendir pada hidung, dan gangguan
pencernaan (Yuliarti 2007). Temulawak berpotensi sebagai pewarna alami pada makanan
karena warnanya kuning cerah. Kurkumin bermanfaat bagi tubuh karena dapat
menghambat pertumbuhan sel kanker (Cheah et al. 2006). Olahan pangan temulawak
mempunyai nilai tambah yang bermanfaat bagi kesehatan.

5. Morfologi Tanaman
a. Akar
Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap.
Rimpang induk dapat memiliki 3-4 buah rimpang. Warna kulit rimpang cokelat
kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang orange tua atau kuning.

9
Rimpang temulawak terbentuk di dalam tanah pada kedalaman sekitar 16 cm. Tiap
rumpun umumnya memiliki 6 buah rimpang tua dan 5 buah rimpang muda. Rimpang
Temulawak sangat berkhasiat untuk antiradang, anti keracunan empedu, penurun kadar
kolesterol, diuretik (peluruh kencing), penambah ASI, tonikum, dan penghilang nyeri
sendi (Galeriukm, 2011).
b. Batang
Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk
batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 sampai 2,5 m berwarna hijau atau cokelat
gelap. Pelepah daunnya saling menutupi membentuk batang. Tumbuhan yang patinya
mudah dicerna ini dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 750 meter di
atas permukaan laut. Umbi akan muncul dari pangkal batang, warnanya kuning tua atau
coklat muda, panjangnya sampai 15 cm dan bergaris tengah 6 cm. Baunya harum dan
rasanya pahit agak pedas. 2.2.3. Daun Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan
bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat
keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84 cm dan lebar 10 – 18 cm, panjang
tangkai daun termasuk helaian 43 – 80 cm. Mulai dari pangkalnya sudah memunculkan
tangkai daun yang panjang berdiri tegak. Tinggi tanaman antara 2 sampai 2,5 m, dan
daunnya bundar panjang hampir menyerupai seperti daun kunyit.
c. Bunga
Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan bunganya
berukuran pendek dan lebar, warna putih atau kuning tua dan pangkal bunga berwarna
ungu. Bunga mejemuk berbentuk bulir, bulat panjang, panjang 9- 7 23 cm, lebar 4-6
cm. Bunga muncul secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar
dan beraneka ragam dalam warna dan ukurannya. Mahkota bunga berwarna merah.
Bunga mekar pada pagi hari dan berangsur-angsur layu di sore hari, kelopak bunga
berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13 mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan
panjang keseluruhan 4,5 cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna
putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjangnya hingga 1,25 –
2 cm dan lebar 1cm.

10
d. Buah
Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging
buahnya berwarna kekuning-kuningan. Warna kulit rimpang coklat kemerahan atau
kuning tua, sedangkan warna daging rimpang orange tua atau kuning (Galeri ukm,
2011).

6. Syarat Tumbuh Temulawak


Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan
terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur
di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat dengan
mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini
memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.Suhu
udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19 - 30 oC.
Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000 - 4.000 mm/tahun.
Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah
berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian
untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan
berdrainase baik (Rukmana, 1995). Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 500-
1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati
tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240
m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya
mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran
sedang (Hadad, 1991).

7. Budidaya Temulawak
Sebelum penanaman temulawak tanah harus diolah terlebih dahulu lubang tanam
yang biasa digunakan untuk penanaman temulawak berukuran 10-15 cm. Sebelum ditanam
kelahan penyemaian benih dilakukan di bedengan dengan lebar 1 m, panjang 1 m, tinggi
bedengan 30 cm, dan tinggi naungan 2 m. Bibit ditanam dengan kedalaman lebih kurang 5
cm, kemudian ditutup tanah setebal 2 cm. Bedengan dibuat dengan campuran tanah, pasir
dan pupuk kandang dengan perbandingan

11
Usahakan kondisi persemian selalu lembab dengan menyiramnya dengan air
(Sukarman et al., 2007). Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan dengan rimpang.
benih berasal dari rimpang induk yang ukurannya besar dapat dibagi menjadi 2 atau 4
bagian dengan cara memotong (membelah). Bibit yang berasal dari rimpang cabang
berukuran besar dapat dilakukan pemotongan, ukuran benih disarankan 20-40 g/potong
benih, dan rimpang induk 35-60 g/potong, kemudian dikeringanginkan menurut perlakuan.
Setiap benih diusahakan mempunyai 2 sampai 3 mata tunas. Bibit temulawak juga bisa
ditunaskan dengan cara ditutup tanah tipis dan diatasnya diberi jerami, daun kelapa, atau
serasi kering. Benih temulawak yang sudah disemaikan dan telah bertunas dimasukkan ke
dalam lubang tanam, dengan arah mata tunas menghadap ke atas. Bibit temulawak ditanam
dengan kedalaman 3-7,5 cm dan dianjurkan tunas jangan sampai terbalik pada waktu
penanaman karena dapat menghambat pertumbuhan rimpang bibit. Setelah itu, lubang
tanam ditutup dengan tanah halus. Agar pertumbuhan gulma terhambat dan permukaan
tanah tetap terjaga kelembapannya, permukaan tanah ditutup menggunakan jerami. Pisau
untuk memotong harus bersih dan steril, untuk itu dianjurkan menggunakan pisau yang
tidak berkarat (Syakir et al., 2008). Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan,
pembumbunan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Penyiangan
dilakukan setelah tanaman berumur 1 BST, berikutnya dilakukan sebulan sekali, atau
disesuaikan dengan kebutuhan. Setelah tanaman disiang kemudian dipupuk dan dilakukan
pembumbunan. Pembumbunan bertujuan agar tanaman temulawak dapat berdiri tegak dan
menjaga kondisi tanah agar tetap gembur.
Disamping itu, pembumbunan berfungsi untuk menimbun rimpang temulawak
yang kadang 9 kadang muncul keatas permukaan tanah. Sementara itu penambahan tanah
bertujuan agar tanah dapat menutupi tunas tunas baru yang muncul sehingga tumbuh
menjadi rimpang. Pengendalian OPT untuk tanaman temulawak masih jarang dilakukan,
karena sampai saat ini belum terdapat serangan OPT yang merugikan. Bila terdapat
serangan OPT disarankan untuk melakukan pengendalian secara hayati atau mekanis
dengan cara membuang kemudian memusnahkan bagian tanaman yang terserang (Santoso,
1994).

12
8. Produk Olahan
Industri pangan temulawak dapat diolah menjadi tepung, pati, minuman instan, dan
manisan. Temulawak instan dan filtrat selanjutnya dapat diolah menjadi kue kering, mi,
kerupuk, stick, cake, dodol, dan permen jei. Bentuk olahan ini diharapkan dapat
meningkatkan nilai tambah dan konsumsi temulawak

13
PROSEDUR PEMBUATAN HERBAL

1. Alat dan bahan


1) Temulawak 1 kg
2) Gula pasir 1 kg
3) Air bersih 4 liter
4) Saringan nilon
5) Kompor
6) Panci
7) Botol kaca

2.Cara pembuatan
1) Temulawak segar, dicuci dengan air bersih sampai tanah dan kotoran lainnya yang
menempel tidak ada lagi (bila perlu dikupas agar lebih bersih).
2) Temulawak dipotong sampai berdiameter 4 - 5 cm, diiris tipis-tipis setebal 0,2 mm - 0,5
mm.
3) Masukan potongan temulawak kedalam panci.
4) Tambahkan air bersih kedalam panic (jika temulawak 1 kg air 4 liter).
5) Tambahkan gula pasir sesuai selera.
6) Rebus hingga mendidih dengan api sedang.
7) Biarkan hingga dingin kurang lebih selama 1 jam.
8) Saring olahan dengan saringan nilon.
9) Diamkan selama semalam untuk memisahkan bahan yang tidak larut.
10) Pisahkan endapannya, panaskan lagi cairan ini dengan panas api kecil sampai cairan tinggal
lebih kurang 45% (kira-kira selama 2 jam, tergantung panas apinya).
11) Biarkan panasnya menurun sampai kira-kira 50 derajat celcius.
12) Tambahkan pengawet secukupnya (biasanya pakai sodium benzoate sebanyak 5 - 10 g per
liter cairan).
13) Bisa ditambahkan peningkat rasa seperti minyak turmerik, vanili atau perasa karamel
secukupnya.
14) Masukkan sirup ini ke dalam botol kaca atau PET yang bersih.
15) Sirup siap disajikan.

14
3. Cara penyajian
Tiap 5 sendok makan sirup diencerkan dengan air matang sampai 200 ml (1 gelas
blimbing), untuk setiap kali minum. Sehari boleh minum 1 - 2 gelas. Bisa ditambahkan es batu
agar lebih segar.

15
PEMBAHASAN DAN ANALISIS JURNAL

1. Efektifitas Infusum Temulawak Terhadap Peningkatan Berat Badan Anak Pra Sekolah Di
Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Dusun Semlawang Surabayan Kecamatan Sukodadi
Kabupaten Lamongan

Kajian Deskripsi
Penulis Amirul Amaliah, S.SiT., M.Kes
Masalah utama Berat badan anak masih merupakan keluhan utama orang tua
terhadap anaknya. Study menemukan bahwa berat badan anak
pra sekolah mengalami sedikit lambat hal ini disebabkan karena
anak pra sekolah sebagian besar anak-anak lebih tertarik pada
aktifitas bermain dengan teman-temannya atau lingkungannya,
sehingga nafsu makan berkurang, akan tetapi nafsu makan anak
kurang yang berkepanjangan akan mengganggu pertumbuhan
fisik dan kognitif, serta menurunnya daya tahan tubuh.
Tujuan penelitian Untuk mencari tahu apakah ada pengaruh pemberian temulawak
terhadap nafsu makan anak
Metode penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimen atau
one group prapost test design. Sampel dipilih secara simple
random sampling. Instrument penelitian menggunakan SOP dan
lembar observasi. Pengumpulan dan pengolahan data dengan uji
paired sampel t-test (α=0,05)
Hasil penelitian Dari bantuan SPSS dengan hasil uji statistik paired t-test tentang
pengaruh pemberian temulawak terhadap nafsu makan pada
anak pra sekolah sebelum dan sesudah diberikan pemberian
temulawak dengan p 0,000 menunjukkan nilai signifikan, (t=-
6.595). lebih kecil dari p<0,51 sehingga H1 di terima pemberian
temulawak terhadap peningkatan berat badan pada anak pra
sekolah di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Dusun Semlawang

16
Surabayan Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan tahun
2017. Melihat hasil penelitian terbukti bahwa pemberian
temulawak dapat meningkatan berat badan. Oleh karena itu
temulawak dapat digunakan sebagai penambah nafsu makan
dalam meningkatkan berat badan.
Kesimpulan Terdapat pengaruh pemberian temulawak terhadap peningkatan
berat badan anak pra sekolah di TK Aisyiyah Bustanul Athfal
Dusun Semlawang Surabayan Kecamatan Sukodadi Kabupaten
Lamongan.
Kelebihan Obat-obatan tradisonal memang bermanfaat bagi kesehatan , dan
kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau
masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Menurut
beberapa penelitian juga menunjukan bahwa obat tradisional
sedikit menyebabkan efek samping, dan mudah dicerna oleh
tubuh. Obat-obat tradisional tidak menggunakan bahkan kimia.
Salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk
meningkatkan berat badan adalah Curcuma xanthoriz.
Sedangkan minyak atsiri pada temulawak berkhasiat sebagai
cholagogum , yaitu bahan yang dapat merangsang pengeluaran
cairan empedu yang berfungsi sebagai penambah nafsu makan
dan anti spasmodicum, yaitu menenangkan dan mengembalikan
kekejangan otot. Curcuma xanthoriz yang di percaya selain yang
memberi efek hepatoprotektif dapat juga meningkatkan nafsu
makan pada orang yang sulit makan.
Kekurangan Rasa asli dari temulawak yang dominan pahit, menyebabkan
anak-anak sulit untuk mengkonsumsinya.

17
2. Madu Temulawak Meningkatkan Berat Badan Anak Usia Toddler (Curcuma And Honey
Increases Body Weight Of Toddler)

Kajian Deskripsi
Penulis Renny F, Yuni Sufyanti A, Ni Ketut Alit
Masalah Utama Usia toddler disebut juga usia food jag, yaitu anak hanya mau makan
makanan yang disukai sehingga terkesan terlalu pilih-pilih dan sulit
makan. Keadaan sulit makan yang berkepanjangan akan memengaruhi
proses tumbuh kembang anak, salah satunya adalah penurunan berat
badan dan hal ini dapat membuat anak menjadi kurang gizi.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari madu temulawak
sebagai obat tradisional untuk meningkatkan nafsu makan pada anak
usia toddler
Metode Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
semu (quasyexperiment) yaitu kelompok eksperimental diberi perlakuan
sedangkan kelompok control tidak. Pada kedua kelompok perlakuan
diawali dengan pre test, dan setelah pemberian perlakuan diadakan
pengukuran kembali (posttest). Populasi yang digunakan adalah anak
usia toddler di desa Kramat kecamatan Nganjuk. Jumlah populasi anak
usia toddler pada akhir bulan Mei di desa Kramat kecamatan Nganjuk
adalah 25 dan yang mengalami kurang gizi sebesar 18.
Hasil Penelitian Hasil penelitian pada saat pre-test rerata berat badan kelompok
perlakuan 9900 gram. Pada post-test seluruh berat badan responden naik
dengan rerata berat badan 10220 gram. Dari data berat pre dan post test
pada kelompok perlakuan, kenaikan rerata berat badan yaitu 320 gram.
Pada kelompok kontrol pada pre-test rerata berat badan 9380 gram dan
pada posttest beberapa responden mengalami kenaikan berat badan
dengan rerata 9420 gram. Rerata kenaikan berat badan dari pra dan pasca
yaitu 40 gram. Hasil uji statistic paired t-test, pada kelompok perlakuan
didapatkan hasil p = 0,001 yang berarti bahwa adanya pengaruh yang
signifikan berat badan sebelum dan

18
sesudah diberikan madu temulawak. Dari hasil uji statistik independent
t-test pada post test didapatkan nilai probabilitas 0,006 berarti ada
perbedaan yang signifikan berat badan anak antara yang diberi madu
temulawak dengan
anak yang tidak mendapat madu temulawak.
Kesimpulan Pemberian madu temulawak yang diberikan secara rutin setiap hari dua
kali dan setiap kali minum satu sendok makan dapat meningkatkan berat
badan anak usia toddler.
Kelebihan Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan
sebelum dan sesdudah di berikan madu temulawak. Hal ini
menunjukkan bahwa temulawak mempengaruhi nafsu makan
Kekurangan Penelitian masih berfokus dan hanya mencakup dengan nak usia toddler.

3. Khasiat Jamu Cekok Terhadap Peningkatan Berat Badan pada Anak

Kajian Deskripsi
Penulis Marni, Retno Ambarwati

Masalah Utama Anak usia di bawah lima tahun sering mengalami penurunan
nafsu makan, yang mengakibatkan berkurangnya asupan
nutrisi sehingga berat badan menurun atau kurang dari
usianya.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui khasiat ramuan


jamu cekok terhadap peningkatan berat badan pada anak.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Sampel sumber data dalam penelitian ini
adalah informan keluarga yang mempunyai anak balita yang
diberi ramuan jamu cekok, penjual / pembuat ramuan jamu

19
cekok, herbalis, dan petugas kesehatan (bidan desa dan
apoteker). Pengambilan sampel dengan cara purposive
sampel. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
observasi, wawancara mendalam dan pendokumentasian.
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Hasil Penelitian Ramuan jamu cekok berkhasiat meningkatkan berat badan
adalah: temu ireng ( curcuma aeroginosa), temulawak
(curcuma xanthorriza robx), kencur (kaempferla galanga L),
Meniran (Phyllanthus niruri), lempuyang emprit (zingiber
americans), daun pepaya (carica papaya l), kunyit (curcuma
domestica val), sambiloto dan tempe busuk.
Kesimpulan Ramuan jamu cekok telah terbukti secara empiris
meningkatkan nafsu makan dan berat badan. Jenis ramuan
jamu cekok yang berkhasiat untuk meningkatkan berat badan
adalah kunyit, temulawak (curcuma xanthorriza robx), temu
ireng (Curcuma Aereginosa), temu giring (Curcuma
Heyneana), lempuyang emprit (zingiber aromaticum),
papaya (carica papaya l), sambiloto (andrographis paniculata
ness) tempe bosok (tempe yang sudah difermentasi 24 sampai
96 jam).
Kelebihan Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, bahwa
konsumsi dengan dosis 1125-2500 mg kurkumin perhari
tidak menunjukkan adanya toksisitas.
Kekurangan Jamu cekok cenderung memiliki rasa yang pahit karena tidak
ditambah bahan yang lain untuk mengubah rasa dari ramuan
sehingga anak biasanya menolak untuk mengkonsumsi jamu
tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. Buku Ajar Keperawatan Komplementer" Terapi Komplementer Solusi Cerdas


Optimalkan Kesehatan".

Amaliah, A., SiT, S., & Kes, M.(2017). Efektifitas Infusum Temulawak Terhadap Peningkatan
Berat Badan Anak Pra Sekolah Di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Dusun Semlawang Surabayan
Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan. SURYA Vol. 09, No. 01, April 2017

Anggraini, A. D., Widodo, W., Rahayu, I. D., & Sutanto, A. (2019). Efektivitas Penambahan
Tepung Temulawak dalam Ransum sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas Ayam
Kampung Super. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 14(2), 222-227.

Daulay, A. S., Nadia, S., & Daulay, A. (2019, February). EKSPLORASI KURKUMINOID DARI
KUNYIT DAN TEMULAWAK SEBAGAI SEDIAAN OBAT HERBAL. In PROSIDING
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (Vol. 2, No. 1, pp. 454-461).

Khamidah, A., Jatim, B. P. T. P., Antarlina, S. S., Jatim, B. P. T. P., Sudaryono, T., & Jatim, B. P.
T. P. (2017). Ragam Produk Olahan Temulawak Untuk Mendukung Keanekaragaman
Pangan.

Marni, et al. 2015. "KHASIAT JAMU CEKOK TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN
PADA ANAK". Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat ISSN 1858-1196

Murdiono, W. E., Nihayati, E., & Azizah, N. (2016). Peningkatan Produksi Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza) Pada Berbagai Macam Pola Tanam dengan Jagung (Zea mays). Jurnal
Hortikultura Indonesia, 7(2), 129-137.

Pertanian, K., & Pertanian, P. T. (2019). Budi Daya dan Pascapanen Temulawak.

RAHARDJO, M. (2015). Penerapan SOP budidaya untuk mendukung temulawak sebagai bahan
baku obat potensial.Perspektif, 9(2), 78-93.

Renny, F., Arief, Y. S., & Armini, N. K. A. (2017). Curcuma and Honey Increases Body Weight
of Toddler. Jurnal Ners, 5(1), 49-54.

21

Anda mungkin juga menyukai