Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Ilmu pengetahauan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan seiring
dengan berkembangnya zaman. Kemajuan ini memberi banyak perubahan pada pola pikir
manusia. Akan teapi masih bayak orang-orang yang belum mengetahaui seberapa besar
kemajuan yang mereka alami, terutama dalam hal pengobatan.
Pengobatan dilakukan tidak hanya dengan cara medis, tetapi juga dengan cara herbal.
Banyak orang beranggapan bahwa obat herbal hanya akan memberi banyak efek samping
bagi penggunanya, khususnya pada tanaman kecubung. Tanaman ini dianggap beracun oleh
kebanyakan orang. Akan tetapi apabila diolah secara baik dan benar, tanaman kecubung
tersebut akan memberikan banyak manfaat yang berguna untuk pengobatan.
Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan
untuk mendapatkan dukungan agar kelak dapat bermanfaat bagi semua orang khususnya
dunia kesehatan.

1.2 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui kandungan zat aktif yang terdapat dalam tanaman Kecubung (Datura
Metel) dan manfaatnya sebagai obat herbal. Selain itu, untuk menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Taxonomi Kecubung

Nama latin
Kingdom
Subkingdom
Division
Subdivision
Class
Subclass
Ordo
Family
Genus
Species

: Datura metel
: Plantae
: Tracheobionta
: Spermatophyta
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Asteridae
: Solanales
: Solanaceae
: Datura
: Datura metel

2.2 Morfologi Kecubung


Kecubung (Datura metel) termasuk jenis tumbuhan perdu tahunan yang mempunyai pokok
batang kayu, keras dan tebal.
Batang

: Batangnya kecil, tegak, berkayu dan bercabang-cabang. Batangnya dapat tumbuh


hingga 2-4 m. (Gambar 1)

Cabang

: Cabangnya banyak dan mengembang ke kanan dan ke kiri sehingga membentuk


ruang yang lebar. Tinggi dari tumbuhan kecubung 0,5-2 m. (Gambar 1)

Daun

: Berbentuk bulat telur, tunggal, tipis, dan pada bagian tepinya berlekuk lekuk tajam
dan letaknya berhadap-hadapan. Serta ujung dan pangkal meruncing dan
pertulangannya menyirip. Daun Kecubung berwarna hijau. (Gambar 2)

Biji

: Berwarna kuning cokelat, gepeng berbentuk telinga, berbintik atau bersaluran (tidak
terang). (Gambar 2)

Bunga

: Bunga Kecubung tunggal menyerupai terompet dan berwarna putih atau lembayung.
Mahkotanya berwarna ungu. Panjang bunga lebih kurang 12-18 cm. Bunga
bergerigi 5-6 dan pendek. Tangkai bunga sekitar 1-3 cm. Kelopak bunga bertaju 5
dengan taju runcing. Tabung mahkota berbentuk corong, rusuk kuat, dan tepian
bertaju 5. Taju dimahkotai oleh suatu runcingan. Benang sari tertancap pada ujung
dari tabung mahkota dan sebagai bingkai berambut mengecil ke bawah. Bunga
2

mekar di malam hari. Bunga membuka menjelang matahari tenggelam dan menutup
sore berikutnya. (Gambar 2)
Buah

: Buah Kecubung hampir bulat yang salah satu ujungnya didukung oleh tangkai
tandan yang pendek dan melekat kuat. Buah Kecubung bagian luarnya dihiasi duriduri pendek dan dalamnya berisi biji-biji kecil warna kuning kecoklatan. Diameter
buah ini sekitar 4-5 cm. Buah yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang
sudah tua berwarna hijau tua. Bakal buah dalam paroan bawah beruang 4 dan pada
puncak beruang 2. Buah duduk pada dasar bunga yang menebal dan melebar
ditambah sisa-sisa dari kelopak. Buah berbentuk bola, dinding pada waktu masak
terpecah kecil-kecil dan tidak teratur. (Gambar 3)

Akar

: Akar Kecubung adalah sistem perakaran tunggang. (Gambar 4)

2.3 Gambar Kecubung

(Gambar 1)

(Gambar 2)

(Gambar 3)

(Gambar 4)

2.4 Kandungan Zat Aktif Kecubung


Kecubung mengandung 0.3-0.4 % alkaloid (sekitar 85 % skopolamin dan 15 %
hyoscyamine), hycoscin/ hiosin dan atropin (tergantung pada varietas, lokasi dan musim). Jika
alkaloid kecubung diisolasi maka akan terdeteksi adanya senyawa methyl crystalline yang
mempunyai efek relaksasi pada otot gerak. Zat alkaloidnya yang bersifat antikholinergik
bermanfaat sebagai pereda asma.
3

Dalam situs Ilmu Pengetahuan dan Teknologi disebutkan bahwa kecubung juga mengandung zat
lemak, kalsium oksalat (co-oksalat), meteloidina, norhiosiamina, norskopolamina, kuskohigrina,
alkaloida atropina, ascorbic acid, dan nikotina.

2.5 Manfaat Tanaman Kecubung


Tanaman kecubung sangat bermanfaat karena dapat digunakan untuk mengobati beberapa
penyakit seperti:
Tanaman kecubung memiliki sifat khas yaitu pedas, pahit, dan menghangatkan, yang
dapat digunakan sebagai pereda flu.
Kecubung juga sebagai antiasmatik, antibatuk (antitusif), antirematik, penghilang nyeri
(analgesik), afrodisiak dan pemati rasa (anestetik)
Bunganya digunakan untuk mengatasi:
o Asma, napas pendek, bronkitis kronik, batuk,
o Rasa nyeri hebat pada kanker stadium lanjut,
o Nyeri lambung, rematik,
o Kejang atau epilepsi (ayan) yang disebabkan rasa takut.
o Syok (turunya tekanan darah sehingga penderita lemas) akibat infeksi atau racun
(toksik),
o Sakit jiwa (psikosis), dan
o Sebagai obat bius pada operasi (anestesi)
Akarnya digunakan untuk pengobatan:
o Kolera,
o Sesak napas
Daunnya digunakan untuk mengatasi:
o Sesak napas, batuk rejan, bronkitis
o Sakit pinggang, rematik, memar
o Ketombe
o Lendir di tenggorokan
o Cacingan
Zat yang bermanfaat sebagai pereda asma adalah hipociamin dan skopolamin yang
besifat antikholinergik. Efek dari zat tersebut sangat meringankan penderita
asma.Alkaloid dapat melebarkan kembali saluran pernapasan yang menyempit akibat
serangan asma.
Skopolamin juga mempunyai aktivitas depresan untuk susunan saraf pusat, sehingga
kerap digunakan sebagai obat antimabuk.
4

Kecubung (Datura metel L.) sangat terkenal sebagai obat untuk berbagai penyakit. Selain
hampir semua bagian tanaman kecubung dapat diracik untuk obat , tapi yang banyak
digunakan adalah daunnya. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa daun
kecubung mengandung alkaloida atropina yang dapat di gunakan dalam pengobatan
dengan memanfaatkan senyawa-senyawa atropin yang dilaporkan memiliki berbagai
aktifitas biologis yang menarik, seperti di antaranya dapat di gunakan sebagai
antiasmatik, antireumatik, antispasmodik, mydriasis dan cyclopedia pada mata, analgetik,
antitusif dan antidote untuk keracunan organophosphor.

BAB III FITOFARMAKA


3.1 Senyawa Atropin dalam Tumbuhan Kecubung
Kecubung (Datura metel linn) merupakan tumbuhan C3. Pada Datura metel, fiksasi karbon
awal terjadi melalui rubisco, enzim siklus Calvin yang menambahkan CO 2 pada ribulosa
bisfosfat. Disebut tumbuhan C3 karena produk fiksasi karbon organik pertama adalah senyawa
berkarbon tiga, 3-fosfogliserat. Pada tanaman ini banyak mengandung alkaloid (alkaloid adalah
senyawa basa nitrogen organik yang terdapat dalam tumbuhan) salah satunya adalah atropin.
(Fahn, 1995). Kebanyakan alkaloid menunjukkan aktivitas fisiologis tertentu sehingga metabolit
sekunder ini banyak di gunakan sebagai obat.(robinson, 1991).

Atropin termasuk salah satu jenis senyawa alkaloid yang memiliki efek farmakologi.
Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau
parasimpatolitik. Atropin sebagai prototip antimuskarinik mempunyai kerja menghambat efek
asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversible
dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian
antikolinesterase. (Achmad, 1986)
Mekanisme kerja Atropine memblok aksi kolinomimetik pada reseptor muskarinik secara
reversible (tergantung jumlahnya) yaitu, hambatan oleh atropine dalam dosis kecil dapat diatasi
oleh asetilkolin atau agonis muskarinik yang setara dalam dosis besar. Hal ini menunjukan
adanya kompetisi untuk memperebutkan tempat ikatan. Hasil ikatan pada reseptor muskarinik
adalah mencegah aksi seperti pelepasan IP3 dan hambatan adenilil siklase yang di akibatkan oleh
asetilkolin atau antagonis muskarinik lainnya. (Jay dan Kirana, 2002)
Atropin dapat menimbulkan beberapa efek, misalnya pada susunan syaraf pusat, merangsang
medulla oblongata dan pusat lain di otak, menghilangkan tremor, perangsang respirasi akibat
dilatasi bronkus, pada dosis yang besar menyebabkan depresi nafas, eksitasi, halusinasi dan lebih
lanjut dapat menimbulkan depresi dan paralisa medulla oblongata. Efek atropin pada mata
menyebabkan midriasis dan siklopegia. Pada saluran nafas, atropin dapat mengurangi sekresi
hidung, mulut dan bronkus. Efek atropin pada sistem kardiovaskuler (jantung) bersifat bifasik
yaitu atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan darah secara langsung dan
menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pencernaan, atropin sebagai
antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan pada otot polos
atropin mendilatasi pada saluran perkencingan sehingga menyebabkan retensi urin (Hidayat,
2005)
Atropin dan kebanyakan obat-obat antimuskarinik tersier diabsorbsi dengan baik dari usus
dan dapat menembus membrane konjuktiva. Reabsobsinya diusus cepat dan lengkap, seperti
alkaloida alamiah lainnya, begitu pula dari mukosa. Reabsorbsinya melalui kulit utuh dan mata
tidak mudah. (Jay dan Kirana, 2002)

Atropin dan senyawa tersier lainnya didistribusikan meluas kedalam tubuh setelah
penyerapan kadar tertentu dalam susunan saraf pusat (SSP) dicapai dalam 30 menit sampai 1
jam, dan mungkin membatasi toleransi dosis bila obat digunakan untuk memperoleh efek
perifernya. Didistribusikan keseluruh tubuh dengan baik.
Atropin cepat menghilang dari darah setelah diberikan dengan massa paruh sekitar 2 jam
kira-kira 60% dari dosis diekskresikan kedalam urine dalam bentuk utuh. Sisanya dalam urine
kebanyakan sebagian metabolit hidrolisa dan konjugasi. Efeknya pada fungsi parasimpatis pada
semua organ cepat menghilang kecuali pada mata. Efek pada iris dan otot siliaris dapat bertahan
sampai 72 jam atau lebih. Spesies tertentu, terutama kelinci memiliki enzim khusus satropin
esterase yang membuat proteksi lengkap terhadap efek toksik atropine dengan mempercepat
metabolisme obat. Ekskresinya melalui ginjal, yang separuhnya dalam keadaan utuh. Plasma t 1/2
nya 2-4 jam. (Betram, 2004)
Bentuk sediaan yang sering digunakan dalam pengobatan herbal adalah dalam bentuk kapsul
dan Jika digunakan dalam bentuk ekstrak maka ekstrak perlu diformulasi lebih dahulu dengan
menggunakan bahan tambahan yang sesuai untuk sediaan salep atau pil, dan dapat juga
digunakan dalam bentuk rebusan, yaitu daun kecubung

direbus dengan menggunakan air

kemudian setelah mendidih disaring selagi panas, air hasil rebusan dapat digunakan sebagai obat
minum. (Ming, 1999)
Dengan injeksi intra vena 300 600 mcg , segera sebelum induksi anestesia, anak-anak 20
mcg/kg ( maksimal 600 mcg). Pemberian injeksi subcutan atau intramuscular 300 600 mcg 30
60 menit sebelum induksi; anak-anak 20 mcg/kg ( maksimal 600 mcg). Intra-operative
bradicardia , pemberian injeksi intravena, 300 600 mcg (dosis yang lebih besar pada kondisi
emergensi); anak-anak (unlicensed indication) 1- 12 tahun 10 -20 mcg/kg Untuk mengendalikan
efek muskarinic pada penggunaan neostigmin dalam melawan penghambatan neuromuskular
kompetitif , pemberian injeksi intravena 0,6 1,2 mg ; anak-anak dibawah 12 tahun (tetapi
jarang digunakan) 20 mcg/kg (maksimal 600 mcg) dengan neostigmin 50 mcg/kg. (Anonim,
2000)
Prosedur ekstraksi mengacu pada penelitian Guswenrivo et al. (2005) dan Prianto et al.
(2005) ), daun Kecubung dikeringkan lalu dihancurkan menjadi serbuk dengan ukuran 40 mesh.
7

Selanjutnya ditimbang 250 gram serbuk daun serta 150 gram daun Kecubung lalu diekstrak
menggunakan n-Hexana selama 24 jam pada temperatur kamar. Banyaknya pelarut organik yang
dipergunakan adalah 6:1 terhadap berat contoh serbuk Kecubung. Residu dari ekstrak dengan nhexana, dipergunakan kembali untuk diekstrak dengan menggunakan pelarut etil asetat, aseton,
dan metanol secara bergantian dengan cara yang sama. Hasil masing-masing ekstrak dievaporasi
pada temperatur lebih kurang 40C sampai kering.

3.2 Cara pengolahan Tanaman kecubung:


1. Asma (Mengi atau Bengek)
a. Bahan: 10 lembar daun kecubung
Cara membuat: Daun kecubung diiris-iris (dirajang) dan dijemur
sampai kering;
Cara menggunakan: Dipakai untuk merokok dengan bungkus
kelobot jagun.
b. Bahan: daun dan bunga kecubung secukupnya
Cara membuat: daun dan bunga kecubung diiris-iris (dirajang) dan
dijemur sampai kering;
Cara menggunakan : Dipakai untuk merokok sebagai gantinya
tembakau.
2. Reumatik
Bahan: daun kecubung dan minyak kelapa
Cara membuat: daun kecubung diremas-remas sampai layu,
kemudian diolesi dengan minyak kelapa dan dipanggang di atas api;
Cara menggunakan : Dalam keadaan hangat-hangat ditempelkan
pada bagian yang sakit.
3. Sakit pinggang/Boyok, Reumatik, Pegel-Linu, Memar dan Bisul
Bahan: 4 lembar daun kecubung dan kapur sirih secukupnya;
Cara membuat: Kedua Bahan tersebut ditumbuk (dipipis) sampai
halus dan dibuat adonan sampai merata;
Cara menggunakan: dipakai untuk bedak atau param gosok pada
bagian yang sakit.
8

4. Eksim
Bahan: 3 lembar daun kecubung dan minyak kelapa;
Cara membuat: daun kecubung ditumbuk halus, ditambah dengan
minyak kelapa, kemudian dipanggang di atas api;
Cara menggunakan: dalam keadaan hangat-hangat dipakai untuk
menggosok bagian badan yang kena eksim.
5. Ketombe
Bahan: 7 helai daun Kecubung (kering) dan 5 sendok makan minyak kelapa.
Cara membuat : Masukkan dalam botol dan tutup, kemudian dipanaskan di bawah sinar
matahari selama 7 hari.
Cara menggunakan: Oleskan pada kulit kepala 2 kali sehari, pagi dan sore.
6. Terkilir
Bahan: Daun Kecubung 14 helai, sereh (dicacah halus) 2 buah, 2 gelas minyak

kelapa

Cara membuat: campuran dididihkan lalu disimpan semalam di tempat tertutup. Campuran
dipisahkan, minyaknya lalu dihangatkan.
7. Bengkak dan Sulit ke belakang
Bahan: Beberapa helai daun Kecubung dan sedikit minyak kelapa.
Cara membuat: diremas-remas
Cara menggunakan: Letakkan daun tersebut pada kulit yang bengkak. Untuk penderita sulit
buang air besar, letakkan remasan daun tersebut di perut.
8. Sakit Perut Saat Haid
Bahan: Daun Kecubung segar dan beras dalam jumlah sama.
Cara membuat: Giling sampai halus daun Kecubung segar dan beras.
Cara menggunakan: balurkan ke perut bagian bawah. (Ramuan ini juga bisa digunakan untuk
pembengkakan payudara akibat bendungan ASI. Caranya membalurkan ramuan tersebut pada
payudara yang bengkak.
9. Lendir di Tenggorokan
Bahan: Daun Kecubung 3 lembar dan 3 gelas air.
Cara membuat: Cuci dan rebus 3 lembar daun Kecubung segar dengan 3 gelas air hingga
tersisa 1 gelas air. Kemudian saring dan dinginkan. Kemudian Anda juga perlu merebus
hingga mendidih air gula asam yang dicampuri gula aren.
9

Cara menggunakan: Setelah kedua ramuan ini dingin minumlah ramuan kecubung terlebih
dahulu, baru kemudian dilanjutkan dengan meminum air gula asam
10. Sakit gigi
Bahan: Serbuk Kecubung yang telah dikeringkan.
Cara membuat: Giling hingga menjadi serbuk bunga kecubung yang telah dikeringkan.
Cara menggunakan: taburkan pada gigi Anda yang nyeri karena berlubang. (Ramuan ini juga
bisa digunakan untuk mengatasi nyeri akibat bisul.)

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Bahan aktif yang terkandung dalam tanaman kecubung adalah senyawa alkaloid yang
terdiri dari skopolamin, hyoscyamine yang bersifat antikholinergik bermanfaat untuk
pereda asma. Terdapat pula kandungan atropin, hycoscin/ hiosin,kalsium oksalat (co-

10

oksalat), meteloidina, norhiosiamina, norskopolamina, kuskohigrina, alkaloida atropina,


ascorbic acid, dan nikotina.
b. Mekanisme kerja Atropine memblok aksi kolinomimetik pada reseptor muskarinik secara
reversible serta dapat menimbulkan beberapa efek, misalnya pada susunan syaraf pusat,
merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak, menghilangkan tremor, perangsang
respirasi akibat dilatasi bronkus, pada dosis yang besar menyebabkan depresi nafas,
eksitasi, halusinasi dan lebih lanjut dapat menimbulkan depresi dan paralisa medulla
oblongata

Daftar Pustaka
Achmad.S. A. 1989. Analisis Metabolit Sekunder. UGM press. yogyakarta.
Anonim, 1985, Tanaman Obat Indonesia jilid II, 43-44, Departemen Ksehatan RI, Jakarta
Anonim. 2000. Informatorium obat nasional Indonesia. Depkes RI. Jakarta.

11

Anonim.

2004.

Kecubung

pereda

sakit

haid.

http//www.suara

merdeka.com/cyber

news/sehat/obat alami/obat-alami 15. Html.


Anonim. 2006. Pharmaceutical care untuk pasien penyakit arthritis rematik. Depkes RI. Jakarta.
Robinson,T. 1991. Kandungan organik tumbuhan tinggi. ITB. Bandung.
Soedibyo, B.R.A. Mooryati, 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, 198-200,
Balai Pustaka, Jakarta
Sri widayati. 1992. Skrining fitokimia dan penetapan kadar alkaloid total daun kecubung (datura
metel linn) dengan pengeringan lazim pada saat berbunga. Skripsi. FF UGM.
Yogyakarta.
http://www.gayahidupsehatonline.com/
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2255204-kecubung-brugmansia-candida-persfamilia/#ixzz28aAdqe5E
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2255204-kecubung-brugmansia-candida-persfamilia/#ixzz29FxU8dce
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=14
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=226
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/08/14/terompet-setan-sembuhkan-impotensi

12

Anda mungkin juga menyukai