Latar Belakang
(Nurshanti, 2010).
menempati kedudukan sebagai hama utama pada tanaman sawi, kerugian yang
fase larva (Rakhman, 2014). Di Indonesia khususnya daerah jawa dan Sumatra
bahan yang relatif murah dan peralatan yang relatif sederhana tanpa meninggalkan
2
2014).
hama pengganggu tanaman dan sangat aman bagi manusia dan lingkungan,
dari alam dan sifatnya alami. Produk pestisida alami yang bahan utama
pembuaatannya berasal dari bagian tanaman seperti akar, batang, daun atau
Pestisida ini tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada tanaman maupun
limgkungan serta dapat dibuat dengan mudah menggunakan bahan yang murah
tidak begitu kering seperti ditepi hutan, dipinggir sungai bahkan dalam hutan
belantara yang masih liar namun tidak jarang ditanam dikebun atau pekarangan.
Tanaman tuba sangat beracun bagi ikan dan serangga hama, diketahui saat ini ada
tanaman tuba sebagai bahan pestisida botani antara lain: Plutella xyllostella L.
(Utomo et al., 2017), kutu daun aphis (Sistomo, 2013), serta dapat digunakan
sebagai bahan anti parasit (antiektoparasit) pada kulit hewan peliharaan seperti
anjing (Ginting et al., 2015). Menurut hasil penelitian (Rozi et al., 2015) semakin
3
tinggi konsentrasi ekstrak akar tuba yang digunakan maka semakin tinggi pula
tingkat kematian pada hama lalat buah (Bactrocera dorsalis Hend.), karena pada
perlakuan ekstrak akar tuba 0,045 % lebih efektif dalam membunuh hama lalat
buah dengan tingkat kematian 2,65 ekor lebih tinggi jika dibandingkan dengan
dikarenakan tuba memiliki satu senyawa kimia yang tergolong kedalam golongan
flavonoid. Senyawa racun itu disebut rotenon (C23H22O6), senyawa ini banyak
terdapat dalam getah tanaman tuba (Ginting et al., 2015). Bagian tanaman tuba
yang memiliki senyawa rotenon paling besar ada di bagian akar dengan
kandungan sebesar 28,32% didapatkan dari 500 g serbuk akar tuba (Hendriana,
2011), maka dari itu masyarakat sering menggunakan akar tuba sebagai racun
ikan dengan cara memukul-mukul akar tuba di aliran sungai. Menurut (Lukman,
2014) meski rotenon memiliki daya racun yang kuat, tidak membuat resisten
terhadap organisme tertentu, senyawa ini secara alami tidak akan meninggalkan
75% dari serangga yang telah dikenali merupakan anggota dari filum ini.
Sebagian besar dari jenis hama tanaman termasuk kedalam filum Arthropoda,
tanaman (musuh alami) atau sebaliknya menjadi hama bagi tanaman (Yatno et al.,
2013).
perlakuan penyemprotan ekrtrak akar tuba (Derris elliptica L.) sebagai dasar
Tujuan Penelitian
pertanaman sawi.
2. Menentukan dosis ekstrak akar tuba (Derris elliptica L.) yang menghasilkan
Rumusan Masalah
pertanaman sawi ?
5
Hipotesis
2. Dapat diketahui dosis ekstrak akar tuba (Derris elliptica L.) efektif dalam
pertanaman sawi.
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dari penggunaan ekstrak akar tuba (Derris elliptica L.)
lainnya.
Tanaman Sawi
Sawi adalah salah satu sayuran daun yang banyak menyumbang asupan
dengan nama imiah (Brassica juncea L.) ini merupakan tumbuhan yang dapat
dibudidayakan oleh petani pada daerah yang memiliki ketinggia tempat antara
100-1200 meter dpl. Tanaman sawi memiliki struktur morfologi yang ampir sama
dengan jenis tanaman sayuran lainya seperti pada daun, batang dan akarnya serta
(Nurshanti, 2010).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Capparales
Family : Brassicaceae
Genus : Brassica
Akar
menyebar kesemua bagian tanah hingga ke permukaan tanah. Akar tanaman sawi
dapat menembus hingga kedalaman 30-50 cm yang berfungsi sebagai alat untuk
Batang
berarna hijau. Secara kasat mata batang tanaman ini tidak terlihat namun
berfungsi sebagai penopang tubuh tanaman serta tempat tumbuhnya daun sawi,
Daun
Daun tanaman sawi sangat mudah untuk dikenali, hal ini terlihat dari ciri
daun yang berbentuk bulat/lonjong, melebar, berwarna hijau muda atau hijau tua
serta tidak berbulu alias licin. Ukuran tangkai daun mengikuti ukuran daun sawi
ada yang berukuran panjang dan ada pula yang pendek dengan tulang daun yang
Bunga
memanjang dan bercabang banyak, pda kuntum bunga tanaman ini terdiri dari
8
empat kelopak bunga, empat mahkota bunga dengan warna kuning, empat helai
benang sari serta putik buunga dengan 2 buah rongga. Proses penyerbukannya
bentuk bulat lonjong memanjang dan berongga. Tiap polong biji sawi birisikan 2-
8 butir biji yang berbentuk bulat dan berukuran kecil serta berwarna cokla
kehitaman. Permukaan biji sawi licin mengkilap, keras dan sedikit agak berlendir.
Tanaman sawi adalah salah satu tanaman yang tahan terhadap hujan
sehinga tanaman ini dapat ditanam sepanjang tahun namun saat musim kemarau
terbilang cukup mudah dan memiliki umur yang relatif singkat mulai dari awal
penanaman hingga masa panen tiba, hanya memerlukan waktu sekitar 40 hari
mudah selain memiliki masa tanam yang relatif singkat dan dapat di tanam
tanaman tersebut agar hasil produksi tanaman dapat memuaskan, ada beberapa
berikut:
9
Pengolahan Lahan
serta harus terbebas dari gulma, kemudian membuat bedengan dengan lebar 120
cm dan tinggi bedengan 20-30 cm serta jarak antar bedengan 30 cm. Pupuk dasar
perbandingan 10 ton/ha atau pupuk TSP sebanyak 100 Kg/ha dan KCL 75 Kg/ha,
untuk daerah yang memiliki pH tanah masam harus terlebih dahulu dilakukan
proses pengapuran yang dilakukan sekitar 2-4 minggu sebelum masa tanam, pada
proses ini dapat menggunakan dolomit (CaMg(CO3)2) atau kapur kalsit (CaCO3)
Penyemaian
penyemaian berupa bedengan dilahan dengan ukuran 1,2 x 1,2 meter dan
menambahkan pupuk kandang 0,04 gr/tanaman atau KCL 7,5 gr/tanaman, urea
menebarkan benih di atas bedengan sesuai kebutuhan lahan yang dimiliki lalu
Penanaman
Penanaman tanaman sawi dilakukan setelah bibit sawi memiliki 2-3 helai
daun di tempat persemaian, pemindahan bibit sawi ke bedengan yang telah diberi
atau sore hari untuk menghindari dehidrasi pada tanaman. Jika tanaman ada yang
tidak tumbuh atau mati maka harus segera dilakukan penyulaman atau menanam
tanaman pengganti.
Pemeliharaan
10 hari setelah tanam yang bertujuan agar anaman yang jarak tanamannya terlalu
dekat dapat disesuaikan dengan jarak tanam aslinya, penyulaman dilakukan jika
ada salah satu tanaman mati atau rusak yang di akibatkan karna penyakit atau
Jambi, 2010).
Pengendalian OPT
hama dan penyakit, oleh karena itu kita sebagai pembudidadaya harus
11
Beberapa cara untuk mengendalikan OPT pada tanaman sawi antara lain:
pengendalian secara biologi dan pengendalian secara kimia. Tiga dari empat cara
pengendalian OPT pengendalian secara kimia adalah pilihan terakhir Karena cara
dan biaya yang diperlukan cukup mudah dan murah, lain halnya pengendalian
secara kultur teknis, fisik, mekanik dan secara biologi cara ini memerlukan
pengamatan dan membutuhkan waktu yang lebih banyak. Keunggulan dari ketiga
Jambi, 2010).
dikalangan petani karena cara dan prosesnya yang sangat mudah dan dapat
memberikan hasil yang cepat. Pengendalian secara kimia terbagi menjadi dua
jenis berdasarkan bahan yang terkandung dalam sebuah cairan pestisida antara
Pestisida Sintetik
Pestisida sintetik adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari bahan-
bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama, baik berupa tumbuhan,
serangga maupun hewan di lingkungan sekitar kita. Beberapa jenis pestisida yang
dapat digunakan dalam pengedalian OPT dan banyak dijual dipasaran antara lain:
pestisida untuk lahan pertanian adalah harus sesuai dosis yang dianjurkan agar
tidak terjadi pencemaran tanah, air dan udara (Asmaliyah et al., 2010).
Pestisida Botani
Pestisida botani adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman
tanaman maupun lingkunagan seperti pestisida kimia serta dapat dibuat dengan
mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang sederhana. Beberapa
jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida botani antara lain: bawang
putih, daun mimba, kencur, kayu manis, belimbing wuluh, akar tuba dan masih
banyak lagi jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida botani. Masing-
masing dari tanaman tersebut memiliki bahan aktif yang mampu berperan sebagai
Hama penting yang menyerang tanaman sawi pada fase vegetatif adalah
ulat ulat tritip (Plutella Xylostella), Ulat Tanah (Agrotis sp), ulat gerayak
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insect
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae.
menghasilkan telur sebanyak 100- 200 butir dan akan menetas pada hari ke 6
perkembangannya mencapai 4 instar. Larva instar pertama adalah larva yang baru
keluar dari telur dan langsung menggerek dan masuk kedalam daging daun. Instar
kedua barulah larva keluar dari daun danterua akan berkembang sampai menjadi
maksimum dengan ukuran mencapai 20 cm. Gejala permukaan daun dan akar
rusak, berlubang dan tidak rata serta daun akan kering (Winarto dan Nazir, 2004).
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insect
Ordo : Lepidoptera
sedalam 5-10 cm atau dalam gumpalan tanah. Larva akan aktif pada malam hari
untuk memakan pangkal batang. Larva yang baru keluar dari telur berwarna
kuning kecokelatan dengan ukuran panjang antara 1-2 mm, jika merasa terganggu
larva akan melingkarkan tubuhnya dan tidak bergerak seolah-olah mati, stadium
Imago betina akan meletakkan telur pada malam hari, telur berbentuk bulat
Dalam satu kelompok jumlah telur sekitar 30-100 butir, telur akan menetas setelah
15
berumur 4 hari saat pagi hari. Ulat yantg baru menetas berwarna hijau muda,
bagian sisi coklat tua atau hitam dan hidup berkelompok. Beberapa hari kemudian
larva akan menyebar dengan menggunakan benang sutra dari mulutnya, biasanya
ulat akan berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.
Gejala daun tanaman menguning, berlubang dan tidak beraturan (Fattah dan ilyas,
2016).
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
larva berwarna putih susu atau putih kekuningan dan yang sudah dewasa
berukuran 3,5 mm. lama stadium telur berlangsung 4 hari, stadium larva 12 hari
dan stadium pupa 12 hari. Imago betina dapat hidup selama 14 hari dan imago
jantan 9 hari, perkawinan terjadi sehari setelah imago keluar dari pupa dan pada
hari berikutnya imago sudah mulai meletakkan telur. Jumlah telur yang dihasilkan
oleh betina selama hidupnya sekitar 50-300 butir, Gejala serangan daun
16
menguning, terdapat bercak kuning hingga kecoklatan dan daun akan layu serta
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
tanaman dari serangan OPT, dengan cara menjadikan OPT tersebut sebagai
Semut
musuh alami karena menyerang ulat dan beberapa macam hama lainnya. Semut
adalah serangga social, dalam masyarakat semut terdapat beberapa lapisan social,
lapisan yang sangat berkuasa adalah sang ratu yang dapat menghasilkan telur.
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Phylum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : araneae
Laba-laba serigala umumnya aktif pada malam hari, laba-laba ini tidak
membuat sarang, tapi berburu mangsa sehingga disebut lba-lba pemburu. Area
perburuan laba-laba serigala adalah diatas tanah, cabang dan dedaunan tanaman.
laba-laba ini memakan ngengat, ulat dan serangga, laba-laba ini akan
18
korban, laba-laba serigala biasanya memangsa ngengat, ulat dan serangga lainnya.
Phylum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Laba-laba jenis ini merupakan salah satu musuh alami yang sering
insektisida. Daur hidup laba-laba lycosa dari telur hingga dewasa sekitar kurang
lebih 200 hari. Populasi laba-laba dewasa di alam terdiri dari dua generasi,
pada betina 9 kali pergantian kulit dan pada jantan 8 kali pergantian kulit.
19
Capung Jarum
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
capung merupakan hewan yang memiliki peran penting dalam ekosistem dalam
serangga yang lebih kecil dari tubuhnya. Capung jarum tubuhnya ramping dan
kecil seperti jarum, bila sedang hinggap sayapnya akan menutup rapat ke
tumbuhan air, setelah menetap larva capung hidup dan berkembang didasar
Setelah dewasa barulah capung akan keluar dari air sebagai capung dewasa.
Siklus hidup capung dari telur hingga mati antara 6 bulan dan maksimal 6 tahun.
20
Laba-Laba Lompat
Phylum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Laba-laba lompat aktif sepanjang hari, laba-laba ini tidak membuat sarang
mangsa yang lebih besar dari tubuhnya seperti ngengat, dengan menusukkan
Laba-laba lompat bergerak cepat, saat melompat laba-laba ini akan meningkalkan
benang sarang supaya tidak jatuh ketanah. Laba-laba jantan akan menggoyangkan
kaki depannya untuk merayu betina, setelah kawin laba-laba betina akan
meletakkan telur didalam didalam sarung sutra dan menjaganya hingga menetas.
Phylum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
sepanjang hari tidak membuat jarring, berburu dengan cara menerkam mangsanya
mencari mangsa. Laba-laba bermata tajam adalah jenis pemburu yang efektif
karena dapat menangkap mangsa yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri,
menghisap cairannya.
Tanaman Tuba
Tuba adalah nama jenis tumbuhan dari Asia Tenggara yang merupakan
jenis tumbuhan yang biasa digunakan oleh masyarakat pada umumnya sebagai
peracun ikan. Akar dari tanaman ini memiliki kandungan senyawa rotenone,
sejenis racun kuat untuk ikan dan serangga. Tuba banyak dikenal dengan nama-
nama lokal seperti areuy kidang (Sunda), jenu (Jawa), mombul (Madura).
Tanaman tuba dapat dijumpai hampir diseluruh wilayah Indonesia juga dapat
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Derris
Akar tuba mengandung bahan yang bersifat racun bagi binatang dan
serangga, tanaman ini sering digunakan untuk meracun ikan. Tanaman ini
memliki batang yang merambat dan berkayu lunak, panjangnya dapat mencapai
10-16 meter. Daunnya tersebar disepanjang tangakai dan sisi bawah daun
berwarna hijau keabu-abuan atau hijau kebiru-biruan, mempunyai lobi ganjil (9-
13 helai yang berbentuk oval), bunganya merah muda berkelompok pada ketiak
daun, polongnya pipih dan kecokelatan yang panjangnya dapat mencapai 3-5 cm.
tanaman tuba ini dapat dibudidayakan dengan cara stek batang dengan panjang
antara 25-30 cm dan dapat dipenen setelah berumur 2 tahun ketika kandungan
rotenonnya paling tinggi, jika ingin disimpan dalam keadaan kering tanaman tuba
harus dikeringkan hingga memiliki kadar air sekitar 10% (Firdaus, 2010).
23
racun yang ada ada tanaman tuba adalah: rotenon, deguelin, ellipton dan toxicarol.
Rotenon adalah senyawa alami utama yang terkandung dalam akar tuba, pada
umumnya tanaman tuba digunakan oleh masyarakat sebagai racun ikan, namun
Senyawa Rotenon berfungsi sebagai racun perut, racun perut adalah pestisida
yang membunuh hama dengan cara masuk kedalam saluran pencernaan serangga
penurunan nafsu makan akibat memakan dedaunan yang mengandung residu dari
2013).
Tabel 1. Daftar penelitian yang telah menggunakan akar tuba sebagai biopestisida
terhadap hama.
No. Konsentrat Hama Hasil Penelitian Sumber
Akar Tuba Sasaran Referensi
1 0,6 % (6 g/L Kutu daun Mampu membunuh 91,66 Sistomo et al.,
air) tepung akar Aphis % kutu daun Aphis 2013.
tuba glycine glycine
2 30 ml/L air (ulat tritip) Konsentrasi 30 ml/L air Utomo et al.,
ekstrak akar Plutella berpengaruh sangat nyata 2017.
tuba xylostella L. terhadap mortalitas larva
Plutella xylostella L.
24
Tabel 1. Lanjutan.
Bahan
Pupuk Urea, SP-36 Dan KCL. Digunakan sebagai penambah nutrisi untuk
tanaman.
Alat
Ayakan Tepung. Digunakan untuk memisahkan serbuk akar tuba yang telah
diblender.
Shaker. Digunakan untuk mengojlok campuran serbuk akar tuba dan methanol.
26
Perangkap Jatuh (Pit Fall Trap). Digunakan untuk perangkap serangga yang hidup
dipermukaan tanah dan aktif pada siang dan malam hari, yang di letakkan
petakan.
Metode Penelitian
T1 = kontrol
Perlakuan Kelompok
1 2 3 4 5
T1 T1 (1) T1 (2) T1 (3) T1 (4) T1 (5)
T2 T2 (1) T2 (2) T2 (3) T2 (4) T2 (5)
dilaksakan pada bulan April hingga bulan Juni 2018, Jalan A. Yani Km 36
Pelaksanaan Penelitian
Akar tuba yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari hutan
dengan cara mencongkel bagian akar tanaman dengan menggunakan parang. Akar
tuba yang didapat harus langsung dibersihkan dari tanah yang menempel agar
didapatkan ekstrak akar tuba yang bersih dari kotoran. Setelah dibersihkan akar
tuba dijemur dibawah sinar matahari selama 5 hari jika cuaca panas, namun akan
memakan waktu hingga 10 hari jika cuaca tidak mendukung. Akar tuba yang
28
serbuk akar tuba dengan kotoran yang tidak diperlukan. Akar tuba yang sudah
kocok lagi selama 3 jam dan saring menggunakan kertas saring untuk
satu wadah datar dan dibiarkan selama 2 hari agar metanol dapat menguap, setelah
metanol menguap akan didapatkan cairan pekat. Cairan pekat yang didapat
ditambahkan pelarut eter guna membuat cairan pekat akar tuba menjadi endapan
Persiapan Lahan
2x2 meter menggunakan cangkul dan jarak antar petak 20 cm karena perlakuan
yang akan digunakan dalam penelitian ini ada 5 kali ulangan maka akan
sehingga akan membutuhkan 100 bibit tanaman/petak, sehingga total bibit yang
diperlukan adalah 2500 bibit tanaman. Serta diberikan pupuk susulan berupa urea
yaitu 0 g/ L air (sebagai kontrol), 2 g/ L air, 4 g/ L air, 6 g/L air, 8 g/L air
dilakukan 2 (dua) kali setelah tanaman berumur 1 minggu setelah tanam, dengan
Pengamatan
Keanekaragaman
(empat) kali, yaitu dimulai setiap 1 minggu sekali setelah aplikasi ekstrak akar
tuba (Derris elliptica L.) pada tanaman sawi. Arthropoda yang diamati berupa
seluruh jenis Arthropoda yang ada pada tanaman sawi, untuk menangkap serangga
dengan 10 kali ayunan ganda, perangkap jatuh (pit fall trap) diletakkan masing-
adalah:
Intensitas Serangan
derajat kerusakan tanaman akibat serangan OPT dengan rumus serangan tidak
(Erma, 2014) :
𝚺(𝐧𝐱𝐯)
I=[ ] x 100 %
𝐙𝐱 𝐍
Keterangan:
I = intensitas serangan
v = nilai skor ke I
Z = skor tertinggi
31
tanaman setelah selesai pemanenan, tanaman dicabut dan dibersihkan dengan air
hingga tidak ada lagi kotoran yang melekat pada tanaman kemudian ditiriskan dan
Analisis Data
data homogen maka langsung dilanjutkan dengan analisis ragam, tetapi jika data
homogen selanjutnya dapat dilakukan analisis ragam dengan Uji F pada taraf
Model Linier Aditif dalam Rancangan Acak Lengkap (RAK) menurut Marmono
(2005) adalah:
Yij= µ + βj + τi + εij
Keterangan:
εij = Pengaruh acak (penyimpangan yang timbul secara acak) dari perlakuan
Jika perlakuan ekstrak akar tuba (Derris elliptica L.) yang diberikan
dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%. untuk
setelah aplikasi ekstrak akar tuba (Derris elliptica L.) maka dilakukan
perhitungan.
Keterangan:
ni = jumlah individu.
kriteria:
33
𝐧𝐢
C = Σ [ ]2
𝐍
Keterangan:
C = Indeks dominasi.
ni = Jumlah individu.
𝐒−𝟏
𝐑=
𝐋𝐧 𝐍
Keterangan:
𝐇′
𝐄=
𝐥𝐧 𝐒
Keterangan:
E = Indeks kemerataan.
S = Jumlah spesies.
H’ = Indeks keanekaragaman.
34
Kriteria :
keseragaman (E) akan semakin besar sebaliknya jika keanekaragaman (H’) rendah
Anonim 1. 2000. Musuh Alami Dan Hama Pada Kapas. Direktorat Proteksi
Tanaman Perkebunan, Departemen Kehutanan Dan Perkebunan. Jakarta.
http://balittas.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 3 maret 2018
pada pukul 10:11 WITA.
Asmaliyah., Etik, E. W. H., Sri, U., Kusdi, M., Yudhistira., Fitri, W. S. 2010.
Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati Dan Pemanfaatannya
Secara Tradisional. Kementerian Kehutanan. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kehutanan.
Asrini, F. D. 2013. Pemanfaatan Kulit Batang Tuba (Derris elliptica) Dan Daun
Mimba (Azadirachta Indica) Sebagai Pestisida Organik Pembasmi
Molusca Sawah (Pila Ampullacea). Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Badan Pusat Statistik. 2017. Konsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret 2016.
BPS. Hari gizi nasional, 25 januari 2017.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan strategi budidaya sawi hijau (pai-tsai). Hal 12-62.
Yogyakarta : yayasan pustaka nusantara.
Erma. 2014. Studi Penggunaan Pestisida Dalam Penerapan PHT Pada Tanaman
Sawi (Brassica juncea) Di Kelurahan Guntung Payung Landasan Ulin
Banjarbaru. Skripsi. Fakultas pertanian. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Fattah, A. & Ilyas, A. 2016. Siklus Hidup Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) Dan
Tingkat Serangan Pada Beberapa Varian Unggul Kedelai Di Sulawesi
Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Seminar
Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. Banjarbaru 20 Juli 2016.
36
Fuad, A. 2010. Budidaya Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Ginting, F. C. Br., Siswanto., merdana, I. M. 2015. Uji Toksisitas Ekstrak Akar
Tuba (Derris elliptica) Secara Topikal Pada Kulit Anjing Lokal. Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Indonesia Medicus Veterinus
2015 4(2) : 97-103 Issn : 2301-7848.
Hendriana, B. 2011. Isolasi Dan Identifikasi Rotenon Dari Akar Tuba (Derris
Elliptica L.). Skripsi. Universitas Negri Semarang.
Hustasoit, I. H., Siswanto., Merdana, I. M. 2015. Uji Efektifitas Ektrak Akar Tuba
(Derris elliptica) Terhadap Caplak Anjing Secara In vitro. Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. Indonesia Medicus Veterinus
2015 4(2) : 122-128. ISSN 2301-7848.
Lestari, E. P. 2015. Pengaruh Pe Mberian Air Lim Bah Tahu Terhadap Partum
Buhan Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.). Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Manopo, R., Christina L. S., Juliet E. M. M., Emmy, S. 2012. Padat Populasi Dan
Intensitas Serangan Hama Walang Sangit (Leptocorisa Acuta Thunb.)
Pada Tanaman Padi Sawah Di Kabupaten Minahasa Tenggara. Program
Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama & Penyakit Fakultas
Pertanian,Universitas Sam Ratulangi.
Rozi, O., Sumarmin, R., Lusi, A. 2015. Uji Toksisitas Ekstrak Akar Tuba (Derris
elliptica L.) Terhadap Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hend.). Fakultas
Fmipa Universitas Negeri Padang.
Sihobing, M., Afiffuddin, Y., Hakim, L. 2015. Bahan Anti Nyamuk (Mosquito
Repellent) Dari Akar Tuba (Derris Elliptica (Roxb.) Benth) (Material
Mosquito Repellent Of Tuba Root (Derris Elliptica (Roxb.) Benth).
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Sistomo, D. Y., Laoh, J. H., sutikno, A. 2013. Uji Beberapa Konsentrasi Tepung
Akar Tuba (Derris elliptica Benth) Terhadap Mortalitas Kutu Daun Aphis
glycines Matsumura (Homoptera : Aphididae) pada Tanaman Kedelai.
Fakultas Pertanian, Universitas Riau. Pekanbaru.
Solihihn, A. P., & Madarum, W. 2017. Uji efektifitas ekstrak akar tuba (Derris
elliptica) terhadap keong mas (pomacea canaliculata). Fakultas pertanian.
Universitas negri gorontalo.