TUGAS 1
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN GLIKOSIDA
SAPONIN, TRITERPENOID DAN STEROID
(Ekstrak Sapindus rarak)
KELOMPOK: 5
KELAS: G
DOSENPEMBIMBING:
apt. Siti Rofida, M. Farm.
apt. Amaliyah Dina A., M. Farm.
PENDAHULUAN
Lerak (Sapindus rarak DC) merupakan salah satu bahan alam yang tumbuh
mayoritas di pulau Jawa. Tanaman ini mempunyai nama yang berbeda pada setiap
daerah, seperti di Palembang disebut lamuran, di Jawa lerak dan di Jawa Barat
sering disebut rerek. Manfaat dari tanaman ini adalah sebagai pencuci logam
mulia, pembersih muka sebagai penghilang jerawat dan sebagai insektisida
terutama cacing tanah (Wijayanti et al., 2020).
Senyawa yang terdapat pada buah Lerak didominasi saponin sebesar 28%
dan senyawa lainnya seperti alkaloid, polifenol, senyawa antioksidan, flavonoid,
dan tanin (Udarno, 2009). Buah, kulit batang, biji, dan daun tanaman Lerak
mengandung saponin, alkaloid, steroid, antikuinon, flavoniod, polifenol, dan tanin
(Fatmawati, 2014).
2
dan dapat pula digunakan sebagai pembersih berbagai peralatan dapur, lantai
bahkan memandikan hewan peliharaan. Saponin akan menghasilkan busa ketika
direaksikan dengan air. Hal inilah yang menjadi dasar penggunaan saponin
sebagai bahan pencuci dan buih yang dihasilkan akan bertahan lama (Wijayanti et
al., 2020).
1.2 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lerak (S. rarak) merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari Asia
Tenggara yang dapat tumbuh dengan baik pada hampir semua jenis tanah dan
keadaan iklim, dari daratan rendah sampai pegunungan dengan ketinggian m dari
permukaan laut (Fajriaty et al., 2017).
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Viridiplantae
Phylum : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Sapindales
Family : Sapindaceae
Gambar 2.1 Lerak (Sapindus rarak DC)
Genus : Sapindus
Species : Sapindus rarak DC
(itis.gov)
2.3 Morfologi
4
Buah lerak memiliki potensi menjadi bahan alternatif karena mengandung
senyawa-senyawa aktif seperti, saponin, alkaloid, tannin, kuinon, steroid dan
fenol. Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida
steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun
serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan
menghemolisa sel darah merah. Saponin banyak ditemukan dalam tumbuhan.
Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan
air dan dikocok, akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama.
Buah lerak digunakan untuk mencerahkan warna yang diperoleh dari soga
alam/pewarna alami. Selain itu, juga digunakan untuk mencuci kain batik supaya
awet dan warnanya tetap baik/tidak luntur. Khasiat pembersih ini didapat dari
buahnya yang apabila digosok di dalam air panas, bagian luar daging buah akan
berbusa seperti sabun (Marchianti, Nurus Sakinah and Diniyah, 2017).
Komponen utama buah lerak adalah saponin yang mempunyai beberapa
sifat antara lain menurunkan tegangan permukaan, hemolisa sel darah merah,
memberikan senyawa kompleks dengan kolesterol. Selain itu saponin juga
berperan sebagai emulgator (detergen) sehingga saponin dapat digunakan sebagai
bahan baku sampo (Estikasari, 2002), dan sebagai bahan irigasi saluran akar gigi
(Marchianti, Nurus Sakinah and Diniyah, 2017).
2.6 Saponin
5
Senyawa ini memiliki pita serapan pada daerah spektrum UV (λmaks 200- 350
nm). (Ilmiati, Wulan and Erfiana, 2017).
2.7 Triterpenoid
2.8 Steroid
6
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan bentuk kromatografi planar,
selain kromatografi kertas dan kromatografi elektroforesis. Berbeda dengan
kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas didalamnya,
pada KLT fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan
bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, lempeng alumunium atau
lempeng plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan
sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom.
Keuntungan dari penggunaan KLT adalah memerlukan waktu analisis
yang cepat, penggunaan alat–alatnya sedikit, sederhana, harga murah, serta
memiliki daya analisa yang baik (Wardhani & Nanik, 2012). Secara luas KLT
banyak digunakan untuk berbagai analisis tumbuhan obat. Kromatogram yang
dihasilkan merupakan pola yang menggambarkan senyawa dalam setiap
tumbuhan obat sehingga bermanfaat dalam kendali mutu tumbuhan obat baik
untuk pencirian bahan mentah maupun produk akhir. Penggunaan KLT secara
umum adalah untuk tujuan:
1. Kualitatif yaitu berdasarkan harga Rf yang didefinisikan sebagai pembanding
jarak rambat yang dicapai oleh senyawa dengan fasa gerak. Harga Rf tidak selalu
pasti sama, oleh karena itu harga Rf digunakan sebagai :
a. Petunjuk jarak migrasi relative
b. Orientasi pemilihan fasa gerak untuk kromatografi kolom
c. Monitoring hasil pemisahan kromatografi kolom
2. Kuantitatif yaitu penetapan visual dari ukuran bercak dibanding senyawa
pembanding atau dengan metode spektrofotometer atau dilakukan dengan
pengerokan, pengelusian dan metode spektroskopi. Pemakaian kuantitatif untuk
menunjukkan banyaknya masing-masing komponen campuran relatif terhadap
komponen lain atau mutlak jika digunakan baku pembanding atau kalibrasi yang
sesuai.
3. Preparatif/Analitik yaitu untuk memperoleh komponen campuran dalam jumlah
yang memadai dalam keadaan murni untuk kebutuhan lain. Fase diam pada KLT
mempunyai beberapa penyerap yang digunakan, diantaranya yaitu :
a. Silica gel merupakan penyerap yang paling banyak dipakai dan bersifat
agak sedikit asam, maka asam agak sedikit mudah dipisahkan dengan
meminimalkan reaksi asam-basa antara penyerap dan senyawa yang dipisahkan.
b. Alumina bersifat sedikit basa dan sering digunakan untuk memisahkan
basa dengan meminimumkan reaksi asam-basa.
c. Selulosa merupakan bahan penyangga lapisan zat cair yang dipakai
dalam Kromatografi Cair-Cair (KCC), digunakan untuk memisahkan senyawa
7
polar seperti asam amino, karbohidrat, nukleotida dan berbagai senyawa hidrofil
lainnya. Untuk pendeteksian senyawa yang dipisahkan dapat digunakan berbagai
macam cara. Deteksi yang paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan
penyerapan di daerah UV gelombang pendek (254 nm) atau jika senyawa dapat
dieksitasi ke flouresensi radial UV gelombang panjang (365 nm). Jika senyawa
tidak dapat menyerap sinar UV maka pendeteksian dapat dilakukan dengan
menggunakan reaksi kimia baik dengan pemanasan atau tanpa pemanasan.
(Oliver, 2019).
a) Fase Diam
Fase diam merupakan suatu lapisan partikel padat yang tersebar
merata dengan bantuan gelas, alumunium, atau lembaran plastik setipis
mungkin (0.25 mm). Ukuran partikel pada fase diam juga berperan
penting, semakin kecil dan seragam maka semakin baik kinerja KLT
sehingga akan meningkatkan daya pemisahan. Fase diam yang paling
banyak digunakan untuk KLT adalah silica gel karena silica gel
mempunyai kekuatan pemisahan yang sangat baik. (Oliver, 2019)
b) Fase Gerak
Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri atas satu atau
beberapa pelarut. Pelarut yang digunakan sebagai fase gerak hanyalah
pelarut bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan sistem pelarut multi
komponen ini harus berupa suatu campuran komponen yang sederhana,
maksimum terdiri dari 3 komponen. (Oliver, 2019)
8
BAB III
PROSEDUR KERJA
a) Uji Buih
Ekstrak sebanyak 0,2 gram dimasukkan tabung reaksi
1. Preparasi Sampel
9
Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIC sebanyak 5 ml +
1-2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi
10
3.2 Deskripsi Prosedur Kerja
a. Uji Buih
b. Reaksi Warna
1. Preparasi Sampel
0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 ml etanol, lalu dibagi menjadi 3
bagian masing-masing 5 ml, disebut sebagai larutan IIA, IIB, dan IIC.
2. Uji Liebermann-Burchard
1) Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIB sebanyak 5 ml
ditambah 3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat,
amati perubahan warna yang terjadi kemudian kocok perlahan dan
amati terjadinya perubahan warna.
2) Terjadinya warna hijau biru menunjukan adanya saponin steroid,
warna merah ungu menunjukkan adanya saponin triterpenoid dan
warna kuning muda menunjukan adanya saponin
triterpenoid/steroid jenuh.
3. Uji Salkowski
1) Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIC sebanyak 5 ml
ditambah 1-2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi.
2) Adanya steroid tak jenuh ditandai dengan timbulnya cincin warna
merah.
11
Penampak noda : Anisaldehida asam sulfat (dengan
pemanasan)
3) Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinya warna merah
ungu (ungu) untuk anesaldehida asam sulfat.
2. Identifikasi terpenoid/steroid bebas secara KLT
1) Sedikit ekstrak ditambah beberapa tetes n-hexane,
diaduk(diultrasound) sampai larut, totolkan pada fase diam.
2) Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan ;
Fase diam : Kiesel Gel 254
Fase Gerak : n-heksana – etil asetat (4:1)
Penampak noda : Anisaldehide asam sulfat (dengan
pemanasan)
3) Adanya terpenoid/steroid ditunjukkan dengan terjadinya warna
merah ungu atau ungu.
12
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
13
BAB V
PEMBAHASAN
14
15
BAB VI
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17