Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID

DISUSUN OLEH KELOMPOK B3

ANGGOTA:

1. Made Prissila Prindani (155070501111006)


2. Kohita Rahma Perdana (155070501111010)
3. Nabila Aulia Yasmin K (155070501111012)
4. Dyas Retno Ariany (155070501111014)
5. Dewi Wuragil R. (155070501111016)
6. Anisa Hanifatin R. (155070501111018)
7. Aldea Putri C. Herli (155070507111014)

FARMASI B

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TA 2016/2017

I. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan flavonoid dengan
pereaksi warna dan KLT.

II. Tinjauan Pustaka

Flavonoid adalah substansi yang berasal dari tumbuhan herbal. Flavonoid adalah
antioksidan yang potensial. Flavonoid terdapat pada buah, sayur, teh dan anggur merah.
Flavonoid terkenal mengandung :
1 Kadar rendah (<10 mg/kg) , yaitu kubis, wortel
2 Kadar agak tinggi (<50 mg/kg) , yaitu tomat, merica, kacang
3 Kadar tinggi (>50mg/kg), yaitu teh, daun seledri
Khasiatnya adalah mengurangi radikal bebas. Adapun cara kerjanya :
- mengurangi radikal bebas dengan bertindak sebagai agen
- mengurangi ion metal sehingga mengurangi kapasitas untuk menghasilkan radikal bebas
- menahan Vitamin E dan Betacarotene pada partikel LDL sehingga melindungi oksidasi dari
LDL (Soeharto, 2004).
Flavonoid adalah senyawa yang tersusun dari 15 atom karbon dan terdiri dari 2 cincin
benzen yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat membentuk cincin ketiga.
Flavonoid dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1 Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini disebut
flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan sebagai astringen
(turunan tanin).
2 Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini disebut
flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid yang paling
banyak memiliki aktivitas farmakologi.
3 Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid ini disebut
flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan sebagai pewarna alami.
Kerangka dasar karbon pada flavonoid merupakan kombinasi antara jalur sikhimat
dan jalur asetat-malonat yang merupakan dua jalur utama biosintesis cincin aromatik.
Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida (jalur asetat-malonat),
yaitu kondensasi tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom
karbon dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikhimat) (Achmad,
1985).
Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu
agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi
(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti
metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu
dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung
menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air. Senyawa-senyawa ini merupakan zat
warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan dalam
tumbuh-tumbuhan. Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa flavonoid termasuk
salah satu kelompok senyawa aromatik yang termasuk polifenol dan mengandung
antioksidan.
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol,
yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Karena mempunyai sejumlah
gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, flavonoid merupakan senyawa polar
dan seperti kata pepatah lama suatu golongan akan melarutkan golongannya sendiri, maka
umumnya flavonoid larut cukupan dalam 11 pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol
(MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF),
air, dan lain-lain. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan
flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut
seperti eter dan kloroform (Markham, 2006).
Prinsip dari pemisahan (isolasi) adalah adanya perbedaan sifat fisik dan kimia dari
senyawa yaitu kecendrungan dari molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan),
kecenderungan molekul untuk menguap (keatsirian), kecenderungan molekul untuk
melekat pada permukaan serbuk labus (adsorpsi, penserapan) (Harborne, 1987).
Salah satu cara pemisahan adalah kromatografi cair vakum, kromatografi cair vakum
adalah kromatografi kolom yang dipercepat dan bekerja pada kondisi vakum. Alat yang
digunakan terdiri dari corong G-3, sumbat karet, pengisap yang dihubungkan dengan
pompa vakum serta wadah penampung fraksi. Corong G-3 diisi adsorben sampai setinggi
2,5 cm, kemudian diketuk-ketuk dengan batang pengaduk bersalut dilarutkan dalam
pelarut organik yang cocok, kemudian ke dalam larutan ekstrak tersebut ditambahkan
adsorben dengan bobot sama dengan bobot ekstrak. Campuran ini digenis sampai
homogen, dikeringkan dan dimasukkan ke dalam corong G-3 kemudian diratakan.
Permukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas saring. Elusi diawali dengan pelarut
non polar dilarutkan dengan kombinasi pelarut dengan polaritas meningkat. Jumlah
pelarut yang digunakan setiap kali elusi untuk bobot ekstrak sampai lima gram diperlukan
25 ml pelarut, untuk 10-30 gram ekstrak diperlukan 50 ml pelarut. Dalam hal ini,
diameter corong dipilih sedemikian rupa sehingga lapisan ekstrak dipermukaan kolom
setipis mungkin dan rata. Masing-masing pelarut dituangkan ke permukaan kolom
kemudian dihisapkan pompa vakum. Masing-masing ekstrak ditampung dalam wadah
terpisah sehingga menghasilkan sejumlah fraksi (Sastroadmojoyo,2006).

III Metode Praktikum


1 Preparasi Sampel
1 Alat dan Bahan

Alat Bahan
Kertas saring Ekstrak Psidium guajava
Plat KLTlebar 1 cm (1 lembar) Metanol
Pipet volume 1 ml Uap ammonia pekat
Gelas ukur 10 ml NaOH
Erlenmeyer 50 ml H2SO4 10%
Pinset Logam Mg
Vial HCl pekat
Corong pisah n-butanol
Tabung reaksi Asam asetat glasial

2 Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Pengamatan


1. Ditimbang ekstrak Psidium guajava 20 mg Didapatkan ekstrak Psidium guajava
dalam vial 30 mg dalam vial
2. Dilarutkan ekstrak dalam 3 ml methanol Didapatkan larutan ekstrak Psidium
guajava dalam vial
3. Larutan dibagi menjadi 3 masing-masing 1 Didapatkan larutan pada tabung reaksi
ml dalam tabung reaksi ( A, B ,dan C) masing-masing 1 ml
4. Tabung A ditambahkan 2 tetes NaOH untuk Didapatkan campuran ekstrak dan
tes alkali larutan NaOH berwarna kuning pekat
pada tabung A
5. Tabung A ditambahkan 20 tetes H2SO4 Didapatkan campuran ekstrak dan
larutan NaOH berwarna kuning pucat
pada tabung A
6. Tabung B ditambahkan sedikit serbuk Mg Tabung B terbentuk lapisan berwarna
dan 0,2 ml HCl pekat dikocok dan hijau kehitaman
dibiarkan memisah
7. Tabung C sebagai blanko Didapatkan tabung C berwarna kuning
8. Disiapkan eluen n-butanol : asam asetat Didapatkan eluen dalam corong pisah
glasial : aquades ( 4:1:5) untuk identifikasi
senyawa flavonoid pada Psidium guajava
dengan KLT pada corong pisah
9. Eluen dalam corong pisah dikocok dan Didapatkan eluen dalam chamber
terbentuk 2 lapisan lalu diambil lapisan atas
sebagai eluen dan dimasukkan ke dalam
chamber
10. Dimasukkan kertas saring ke dalam chamber Didapatkan larutan dalam chamber
dan di tunggu hingga jenuh (kertas terbasahi telah jenuh
semua)
11. Ditotolkan larutan blanko pada plat KLT Didapatkan totolan blanko pada plat
KLT
12. Dimasukkan plat KLT ke dalam chamber Didapatkan plat KLT dalam chamber
dan ditunggu hingga jenuh
13. Diamati pada sinar tampak dengan Didapatkan noda tampak tidak begitu
penampak noda uap ammonia pekat jelas
3,7
Rf1 = 8 = 0,4625

6
Rf2 = 8 = 0,75

Gambar 1 : Plat KLT


IV Pembahasan

Pada percobaan identifikasi senyawa golongan flavonoid pada Psidium guajava


didapatkan noda yang berwarna kuning setelah diuapkan dengan ammonia, namun noda yang
terlihat tidak terlalu jelas karena waktu penguapan yang kurang lama .Sehingga dapat
dikatakan bahwa pada tanaman Psidium guajava mengandung senyawa flavonoid golongan
quersetin. Menurut pustaka,ekstrak daun jambu (Psidium guajava) mengandung flavonoid ,
terutama turunan dari quercetin (kuersetin)yang termasuk golongan falavon dalam flavonoid.
Quercetin teridentifikasi dengan baik berwarna kuning pada TLC (Thin Layer
Chromatography). Kadar quersetin dalam daun jambu biji adalah 0,081% sampai 0,393% (El
Sohafy, 2009).
Selain itu noda yang tampak pada pelat bukanlah noda tunggal, melainkan seperti
tailing yang panjang dengan gradasi warna kuning pudar yang tidak begitu jelas. Hal ini
disebabkan karena senyawa flavonoid dalam daun jambu banyak sekali macamnya yang
berupa derivate kuersetin seperti, quercetin, avicularin, guaijaverin, isoquercetin, hyperin,
quercitrin, quercetin3-0-gentiobioside, dan quercetin4'-glucuronoide (El Sohafy, 2009). Dan
dari perhitungan nilai Rf pada noda yang terlihat paling jelas (paling atas) adalah sebesar
0,78. Kuersetin standar memiliki nilai Rf sebesar 0,8 (Fajar, 2011). Sehingga jika
dibandingkan nilai Rf yang dihasilkan setelah praktikum dengan pustaka, Rf yang dihasilkan
saat praktikum sesuai dengan pustaka
Pada uji menggunakan pereaksi warna serbuk Mg dan HCl pekat, pada tabung reaksi
terjadi perubahan warna menjadi hitam kehijauan. Sedangkan indikator dari adanya flavonoid
pada pereaksi warna logam Mg dan HCl adalah terbentuknya warna merah kehitaman (Taher
2011). Ketidak sesuaian ini diakibatkan karena kurangnya HCl yang digunakan yaitu 0,4 ml
dan bukan 0,2 ml sehingga hasil yang didapatkan menjadi kurang valid.
Pada uji warna menggunakan NaOH dan H2SO4 didapatkan warna kuning pekat saat
ditetesi NaOH dan berubah warna menjadi kuning pucat saat ditambahkan H2SO4 sebanyak
1 ml (20 tetes). Hal ini sesuai dengan literatur, bahwa uji positif flavonoid saat ditetesi
H2SO4 adalah terbentuknya warna kuning pucat (Taher,2011).

V Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum tentang identifikasi senyawa golongan flavonoid yang


telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak daun Psidium guajava mengandung
flavonoid turunan dari quercetin,yang berwarna kuning pada TLC, dengan nilai Rf sebesar
0,78 pada noda yang paling jelas. Pada uji pereaksi warna serbuk Mg dan HCl pekat, terjadi
perubahan warna menjadi hitam kehijauan yang menandakan negatif flavonoid. Pada uji
NaOH dan H2SO4 didapatkan warna kuning pekat saat ditetesi NaOH dan berubah warna
menjadi kuning pucat saat ditambahkan H2SO4 yang menandakan adanya flavonoid
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.A., 1985. Kimia Organik bahan Alam.Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan. Universitas Terbuka : Jakarta
Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Terbitan Kedua. Bandung: Penerbit ITB.
Markham, K.R. 2006. Cara Mengidentifikasi Flavonoida. Terjemahan Kosasi
Padmawinata. Bandung: ITB Press.
Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Soeharto, Iman. 2004. Pencegahan dan Penyembuhan Jantung. Jakarta : Gramedia
Taher, Tamrin. 2011. Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Metanol Kulit Batang
Langsat (Lansium domesticum L). Skripsi. Gorontalo: UNG

Anda mungkin juga menyukai