ANGGOTA:
FARMASI B
I. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan flavonoid dengan
pereaksi warna dan KLT.
Flavonoid adalah substansi yang berasal dari tumbuhan herbal. Flavonoid adalah
antioksidan yang potensial. Flavonoid terdapat pada buah, sayur, teh dan anggur merah.
Flavonoid terkenal mengandung :
1 Kadar rendah (<10 mg/kg) , yaitu kubis, wortel
2 Kadar agak tinggi (<50 mg/kg) , yaitu tomat, merica, kacang
3 Kadar tinggi (>50mg/kg), yaitu teh, daun seledri
Khasiatnya adalah mengurangi radikal bebas. Adapun cara kerjanya :
- mengurangi radikal bebas dengan bertindak sebagai agen
- mengurangi ion metal sehingga mengurangi kapasitas untuk menghasilkan radikal bebas
- menahan Vitamin E dan Betacarotene pada partikel LDL sehingga melindungi oksidasi dari
LDL (Soeharto, 2004).
Flavonoid adalah senyawa yang tersusun dari 15 atom karbon dan terdiri dari 2 cincin
benzen yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat membentuk cincin ketiga.
Flavonoid dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1 Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini disebut
flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan sebagai astringen
(turunan tanin).
2 Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini disebut
flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid yang paling
banyak memiliki aktivitas farmakologi.
3 Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid ini disebut
flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan sebagai pewarna alami.
Kerangka dasar karbon pada flavonoid merupakan kombinasi antara jalur sikhimat
dan jalur asetat-malonat yang merupakan dua jalur utama biosintesis cincin aromatik.
Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida (jalur asetat-malonat),
yaitu kondensasi tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom
karbon dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikhimat) (Achmad,
1985).
Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu
agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi
(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti
metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu
dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung
menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air. Senyawa-senyawa ini merupakan zat
warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan dalam
tumbuh-tumbuhan. Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa flavonoid termasuk
salah satu kelompok senyawa aromatik yang termasuk polifenol dan mengandung
antioksidan.
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol,
yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Karena mempunyai sejumlah
gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, flavonoid merupakan senyawa polar
dan seperti kata pepatah lama suatu golongan akan melarutkan golongannya sendiri, maka
umumnya flavonoid larut cukupan dalam 11 pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol
(MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF),
air, dan lain-lain. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan
flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut
seperti eter dan kloroform (Markham, 2006).
Prinsip dari pemisahan (isolasi) adalah adanya perbedaan sifat fisik dan kimia dari
senyawa yaitu kecendrungan dari molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan),
kecenderungan molekul untuk menguap (keatsirian), kecenderungan molekul untuk
melekat pada permukaan serbuk labus (adsorpsi, penserapan) (Harborne, 1987).
Salah satu cara pemisahan adalah kromatografi cair vakum, kromatografi cair vakum
adalah kromatografi kolom yang dipercepat dan bekerja pada kondisi vakum. Alat yang
digunakan terdiri dari corong G-3, sumbat karet, pengisap yang dihubungkan dengan
pompa vakum serta wadah penampung fraksi. Corong G-3 diisi adsorben sampai setinggi
2,5 cm, kemudian diketuk-ketuk dengan batang pengaduk bersalut dilarutkan dalam
pelarut organik yang cocok, kemudian ke dalam larutan ekstrak tersebut ditambahkan
adsorben dengan bobot sama dengan bobot ekstrak. Campuran ini digenis sampai
homogen, dikeringkan dan dimasukkan ke dalam corong G-3 kemudian diratakan.
Permukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas saring. Elusi diawali dengan pelarut
non polar dilarutkan dengan kombinasi pelarut dengan polaritas meningkat. Jumlah
pelarut yang digunakan setiap kali elusi untuk bobot ekstrak sampai lima gram diperlukan
25 ml pelarut, untuk 10-30 gram ekstrak diperlukan 50 ml pelarut. Dalam hal ini,
diameter corong dipilih sedemikian rupa sehingga lapisan ekstrak dipermukaan kolom
setipis mungkin dan rata. Masing-masing pelarut dituangkan ke permukaan kolom
kemudian dihisapkan pompa vakum. Masing-masing ekstrak ditampung dalam wadah
terpisah sehingga menghasilkan sejumlah fraksi (Sastroadmojoyo,2006).
Alat Bahan
Kertas saring Ekstrak Psidium guajava
Plat KLTlebar 1 cm (1 lembar) Metanol
Pipet volume 1 ml Uap ammonia pekat
Gelas ukur 10 ml NaOH
Erlenmeyer 50 ml H2SO4 10%
Pinset Logam Mg
Vial HCl pekat
Corong pisah n-butanol
Tabung reaksi Asam asetat glasial
2 Hasil Pengamatan
6
Rf2 = 8 = 0,75
V Kesimpulan