Anda di halaman 1dari 40

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS
FARMAKOLOGI MOLEKULER
ANTI VIRUS

Dosen : Dr. Anton Bahtiar,M.Biomed

Dian Elco Nora


1306502011

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI MAGISTER HERBAL
DEPOK

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, Makalah yang merupakan salah satu Tugas
mata kuliah farmakologi molekuler(Anti virus) ini dapat diselesaikan pada waktu yang telah
ditentukan.
Terimakasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada bapak Dr. Anton Bahtiar,M.Biomed , ,rekanrekan di program S2 herbal medik Universitas Indonesia, keluarga, serta semua pihak yang
telah memberikan bimbingan, masukan, dukungan dan doa untuk penulis selama penyusunan
dan presentasi Makalah ini
Penulis sadar, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan masukan agar makalah ini dapat lebih baik dan bermanfaat bagi kita semua.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keilmuan rekan-rekan di program S2
herbal medik Universitas Indonesia khususnya .

Depok 12 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Kata pengantar..........................................................................................................................2
Daftar isi....................................................................................................................................3
BAB I . pendahuluan................................................................................................................4
Struktur umum virus.................................................................................................................5
Genom virus..............................................................................................................................7
Siklus replikasi virus................................................................................................................10
Daur hidup virus.......................................................................................................................11
Contoh contoh virus...............................................................................................................14

BAB II.....................................................................................................................................18
Antivirus..................................................................................................................................18
Jenis penyakit yang dapat diterapi dengan Antivirus..............................................................18
Klasifikasi Antivirus................................................................................................................20
Tanaman obat (herbal) yang bermanfaat sebagai antivirus.....................................................36

BAB III....................................................................................................................................39
Kesimpulan...............................................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................40

BAB I
Pendahuluan
Virus merupakan elemen genetik yang mengandung salah satu DNA atau RNA yang dapat
berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dan ekstrseluler.Dalam
keadaan ekstraseluler, virus merupakan partikel mikroskopis yang terdiri dari asam nukleat
yang dikelilingi oleh protein dan pada beberapa virus dikelilingi oleh komponen
makromolekuler. Dalam kondisi ekstraseluler ini, partikel virus yang juga dikenal dengan
nama virion. Virion tidak melakukan aktivitas biosinteis atau respirasi. Pada saat genom virus
memasuki sel baru, kondisi intraseluler dimulai. Dalam keadaan intraseluler terjadi
reproduksi virus, genom virus dihasilkan dan komponen-komponen pembentuk mantel virus
disintesis. Proses pada saat genom virus memasuki sel dan bereproduksi dinamakan sebagai
infeksi. Sel yang dapat diinfeksi oleh virus dan virus tersebut dapat bereproduksi di dalamnya
dinamakan sebagai inang. Virus tersebut kemudian mengambil alih mesin dan fungsi
metabolik inang untuk menghasilkan komponen-komponen pembentuk virus.
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan mengendalikan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota
(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage
atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan
organisme lain yang tidak berinti sel). Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam
nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan
pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom
virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein
yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu
terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influensa dan HIV),
hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Virus berbeda dengan agen penyebab infeksi lainnya dalam hal struktur dan biologi,
khususnya reproduksi. Walaupun virus membawa informasi genetik didalam DNA atau RNA,
tetapi ada kekurangan sistem sintesis yang diperlukan untuk memproses informasi ini
kedalam materi virus baru. Replikasi baru terjadi setelah virus menginfeksi sel hospes yang
kemudian mengendalikan sel hospes untuk melakukan transkripsi dan/atau translasi informasi
genetik demi kelangsungan hidup virus. . Virus dapat menginfeksi setiap bentuk kehidupan
sehingga sering menyebabkan penyakit yang diantaranya berakibat cukup serius.
Partikel virus mengandung DNA atau RNA yang dapat berbentuk untai tunggal atau ganda.
Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan
kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal. Bahan genetik tersebut diselubungi lapisan

protein yang disebut kapsid. Kapsid bisa berbentuk bulat (sferik) atau heliks dan terdiri atas
protein yang disandikan oleh genom virus.
Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat
langsung dengan genom virus. Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid
terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3 mikrometer.
Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid. Pada virus campak,
nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang, dan
glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut. Bagian-bagian
ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.
Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan
dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20
nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam bentuk
simetri ikosahedral. Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik
ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B
memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks,
kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein
kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.
Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen,
sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme
penginfeksian sel inang.
Struktur umum virus
Ukuran virus lebih kecil dibandingkan dengan sel. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer
sampai 0,3 mikrometer. Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam nanometer (nm). 1
nm adalah 1000 mikrometer dan 1 juta milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus
yang ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus terkecil
yang hanya berukuran 28 nm.

Struktur virus
Partikel virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk maupun komposisi kimiawinya. Struktur
utama virus adalah asam nukleat yang dapat berupa RNA atau DNA. Asam nukleat ini
dikelilingi oleh mantel protein (protein sub unit) yang disebut kapsomer. Susunan kapsomerkapsomer tersebut dinamakan kapsid. Istilah mantel, kulit atau kapsid sering digunakan untuk
menamai lapisan terluar dari virus ini. Virus telanjang hanya terdiri dari asam nukleat dan
bersama kapsomer atau dinamakan virus nukleokapsid. Beberapa virus memiliki struktur
yang lebih kompleks seperti misalnya membran, terutama ditemukan pada virus yang
menyerang hewan dan beberapa fage. Membran yang menyusun virus ini merupakan
membran lipid bilayer dan protein, biasanya glikoprotein. Meskipun glikoprotein pada
membran virus tersebut dirakit oleh virus, lipidnya merupakan bawaan dari sel inangnya.
Beberapa virus memiliki struktur yang lebih kompleks lagi. Virus yang strukturnya paling
rumit adalah virus bakteriofage. Misalnya bakteriofage T4 yang menyerang Escherichia coli,
memiliki ekor yang merupakan struktur kompleks. Ekor T4 disusun oleh 20 macam protein
dan kepalanya disusun oleh beberapa protein lainnya. Pada jenis virus kompleks semacam
ini, proses perkitan berlangsung rumit. Misalnya ekor terbentuk sebabagi sub perakitan yang
kemudian digabungkan dengan kepala yang memiliki DNA, pada akhirnya serabut ekor
dibentuk dari protein lain pada saat pematangan, dan virus ini baru siap untuk menginfeksi
sel lain.

Struktur Virus

Untuk mengetahui struktur virus secara umum kita gunakan bakteriofage (virus T),
strukturnya terdiri dari:
a.

Kepala

Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid. Satu unit protein yang
menyusun kapsid disebut kapsomer.
b.

Kapsid

Kapsid adalah selubung yang berupa protein. Kapsid terdiri atas kapsomer. Kapsid juga dapat
terdiri atas protein monomer yang yang terdiri dari rantai polipeptida. Fungsi kapsid untuk
memberi bentuk virus sekaligus sebagai pelindung virus dari kondisi lingkungan yang
merugikan virus.
c.

Isi tubuh

Bagian isi tersusun atas asam inti, yakni DNA saja atau RNA saja. Bagian isi disebut sebagai
virion. DNA atau RNA merupakan materi genetik yang berisi kode-kode pembawa sifat virus.
Berdasarkan isi yang dikandungnya, virus dapat dibedakan menjadi virus DNA (virus T, virus
cacar) dan virus RNA (virus influenza, HIV, H5N1). Selain itu di dalam isi virus terdapat
beberapa enzim.
d.

Ekor
6

Ekor virus merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus terdiri atas tubus
bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak
mempunyai ekor
Genom virus
Seperti yang telah dikemukakan, virus hanya memiliki salah satu jenis asam nukleat, yaitu
DNA atau RNA saja. Asam nukleat virus berbeda dalam ukuran, jumlah dan karakteristikanya
DNA virus berbeda dengan struktur DNA sel pada umumnya. Bila kita mengenal DNA
merupakan struktur rantai ganda, pada virus ditemukan virus yang memiliki DNA rantai
tunggal. Begitu pula halnya dengan virus RNA, bila biasanya kita mengenal struktur RNA
rantai tunggal, maka pada virus, ditemukan virus yang memiliki RNA rantai ganda. Dalam
diagram 1 digambarkan klasifikasi virus yang memiliki struktur asam nukleat dan inang yang
berbeda-beda. Jumlah asam nukleat setiap virus juga berbeda-beda. Secara umum, pada virus
bermembran, jumlah asam nukleat hanya sekitar 1-2% dari berat partikel virus, sedangkan
virus tidak bermembran (virus telanjang) memiliki asam nukleat yang lebih banyak, yaitu 25
50% dari berat partikel virus.
Berbeda dengan organisme lain, asam nukleat dalam beberapa virus tidak berupa molekul
tunggal. Beberapa virus memiliki genom yang terpotong-potong menjadi beberapa molekul.
Contohnya retrovirus sebagai agen pembawa penyakit kanker dan AIDS memiliki 2 segmen
RNA yang serupa dan virus influenza memiliki 8 segmen RNA yang ukurannya berbeda.
Dari cara virus membuat m RNA setelah terjadinya proses infeksi terhadap sel inang, maka
virus dapat dikelompokkan ke dalam virus positip dan virus negatip. Kode kimia dari RNA
dianggap sebagai positip (+); jika asam nukleat virus tersebut memiliki kode yang sama
dengan m RNA, maka virus tersebut dinamakan virus positip (+), jika berlawanan dengan
kode-kode pada m RNA disebut virus negatip (-), atau + jika virus tersebut rantai ganda. Dari
bagan di bawah dapat dilihat berbagai macam virus DNA positip dan negatip atau virus RNA
positip dan negatip.

Gambar .Pembentukan mRNA setelah proses infeksi dari virus yang berbeda tipe

Gambar : Symmetri and construction of the viral nucleocapsid


8

Mereka mempunyai organisasi yang berbeda pada kelompok yang berbeda, tapi pada
umumnya mempunyai karakteristik seperti dibawah ini :
Materi genetik, baik yang berbentuk single-strandad (ss) atau double-strandad (ds), linier
atau sirkuler RNA atau DNA, berada didalam kapsul atau capsid yang terdiri dari molekul
protein individu yang disebut capsomere.
Unit lengkap dari asam nukleat dan capsid disebut nucleocapsid dengan bentuk yang
simetris berbentuk icosahedral, helical atau complex. (gb 1)
Dalam banyak kasus, partikel virus atau virion hanya terdiri dari nukleokapsid, sedangkan
virus lain mempunyai envelope (amplop) atau membran yang menyelubungi Biasanya terdiri
2 lapisan lipid (lipid bilayer) yang berasal dari sel hospes yang mana protein dan
glikoproteinvirus disisipkan.(gb 2)

Gambar : Construction of an enveloped virus


Permukaan luar partikel virus adalah bagian yang pertamakali mengadakan kontak dengan
membran dari sel hospes. Hal yang penting untuk diketahui untuk dapat mengerti bagaimana
proses virus dapat menginfeksi sel hospes adalah dengan mempelajari struktur dan fungsi dari
permukaan luar partikel virus. Secara umum, virus yang tidak beramplop (virus yang
telanjang) resisten hidup dialam bebas; bahkan mereka tahan terhadap asam empedu saat
menginfeksi saluran cerna. Virus yang beramplop lebih rentan terhadap dipengaruhi oleh
lingkungan seperti kekeringan, asiditas cairan lambung dan empedu. Perbedaan dalam hal
kerentanan ini yang mempengaruhi cara penularan virus.

INFEKSI DARI SEL HOSPES


Tahapan dari infeksi sel hospes dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar : Tahapan infeksi dan replikasi virus.

Siklus Replikasi Virus


1.Absorpsi virus ke sel pengikatan
2. Attachment
3. Penetrasi virus ke sel
4. Uncoating ( dekapsidasi )
5. Transkripsi tahap awal
6. Translasi tahap awal
7. Replikasi genom virus

10

8. Transkripsi tahap akhir


9.Assembly virus
10.Penglepasan virus

Berdasarkan tahapannya, daur hidup virus dapat dibedakan menjadi daur litik dan
daur lisogenik.
a. Daur litik
1) Fase adsorpsi
Fase ini ditandai dengan melekatnya ekor virus dengan dinding sel bakteri. Virus dapat
menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan karena memiliki reseptor pada ujung-ujung
serabut ekor. Setelah menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur)
sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri atau sel inang.
2) Fase injeksi
Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam nukleatnya (DNA
atau RNA) masuk ke dalam sel. Jadi, kapsid virus tetap berada di luar sel bakteri. Jika telah
kosong, kapsid terlepas dan tidak berfungsi lagi.
3) Fase sintesis
Virus tidak memiliki mesin biosintetik sendiri. Virus akan menggunakan mesin biosintetik
inang untuk melakukan kehidupannya. Karena itu, pengendali mesin biosintetik bakteri yakni
DNA bakteri harus dihancurkan. Untuk itu DNA virus memproduksi enzim penghancur.
Enzim penghancur akan menghancurkan DNA bakteri, tapi tidak menghancurkan DNA virus.
Dengan demikian, bakteri tidak mampu mengendalikan mesin biosintetiknya sendiri.
Sekarang, DNA virus yang berperan. DNA virus mereplikasi diri berulang kali dengan jalan
mengkopi diri membentuk DNA virus dalam jumlah banyak. Selanjutnya DNA virus tersebut
melakukan sintesis protein virus yang akan dijadikan kapsid dengan menggunakan ribosom
bakteri dan enzim-enzim bakteri. Di dalam sel bakteri yang tidak berdaya itu disintesis DNA
virus dan protein yang akan dijadikan sebagai kapsid virus, dalam kendali DNA virus.
4) Fase perakitan
Kapsid yang disintesis mula-mula terpisah-pisah antara Bagian kepala, ekor dan serabut ekor.
Bagian-bagian kapsid itu dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, kemudian DNA virus masuk
didalamnya. Kini terbentuklah tubuh virus yang utuh. Jumlah virus yang terbentuk 100-200
buah.

11

5) Fase lisis
Ketika perakian virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi, yakni enzim
penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri hancur, sel
bakteri mengalami lisis (pecah), dan virus-virus baru akan keluar untuk mencari inang yang
lain. Fase ini merupakan fase lisisnya sel bakteri namun bagi virus merupakan fase
penghamburan virus.
b. Daur lisogenik
1) Fase adsorpsi
Fase ini ditandai dengan melekatnya ekor virus dengan dinding sel bakteri. Virus dapat
menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan karena memiliki reseptor pada ujung-ujung
serabut ekor. Setelah menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur)
sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri atau sel inang.
2) Fase injeksi
Setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa asam nukleatnya (DNA
atau RNA) masuk ke dalam sel. Jadi, kapsid virus tetap berada di luar sel bakteri. Jika telah
kosong, kapsid terlepas dan tidak berfungsi lagi.
3) Fase penggabungan
Ketika memasuki fase injeksi, DNA virus masuk ke dalam tubuh bakteri. Selanjutnya, DNA
virus menyisip ke dalam DNA bakteri atau melakukan penggabungan. DNA bakteri
berbentuk sirkuler, yakni seperti kalung yang tidak berujung dan berpangkal. DNA tersebut
berupa benang ganda yang berpilin. Mula-mula DNA bakteri putus, kemudian DNA virus,
menggabungkan diri diantara benang yang putus tersebut, dan akhirnya terbentuk DNA
sirkuler baru yang telah disisipi DNA virus. Dengan kata lain, didalam DNA bakteri
terkandung materi genetik virus.
4) Fase pembelahan
Dalam keadaan tersambung itu, DNA virus tidak aktif, yang dikenal sebagai profag. Karena
DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri, maka jika DNA bakteri melakukan replikasi,
profag juga ikut melakukan replikasi. Terbentuklah dua sel bakteri sebagai hasil pembelahan
dan didalam setiap sel anak bakteri terkandung profag yang identik. Demikian seterusnya
hingga proses pembelahan bakteri berlangsung berulang kali sehingga setiap sel bakteri yang
terbentuk didalamnya terkandung profag. Dengan demikian jumlah profag mengikuti jumlah
sel bakteri yang ditumpanginya.
5) Fase sintesis
Oleh karena suatu hal, misal karena radiasi atau pengaruh zat kimia tertentu, profag tiba-tiba
aktif. Profag tersebut memisahkan diri dari DNA bakteri, kemudian menghancurkan DNA
bakteri. Selanjutnya, DNA virus mengadakan sintesis, yakni mensintesis protein untuk
12

digunakan sebagai kapsid bagi virus-virus baru dan juga melakukan replikasi DNA, sehingga
DNA virus menjadi banyak.
6) Fase perakitan
Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi sebagai selubung virus.
Kapsid virus yang terbentuk mencapai 100-200 kapsid baru. Selanjutnya DNA hasil replikasi
masuk kedalam guna membentuk virus-virus baru.
7) Fase lisis
Setelah terbentuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri. Ketika perakitan virus selesai,
virus telah memproduksi enzim lisozim lagi, yakni enzim penghancur yang akan
menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri hancur, sel bakteri mengalami lisis
(pecah), dan virus-virus baru akan keluar untuk mencari inang yang lain. Fase ini merupakan
fase lisisnya sel bakteri namun bagi virus merupakan fase penghamburan virus. Virus-virus
yang terbentuk berhamburan keluar sel bakteri guna menyerang bakteri baru. Dalam daur
selanjutnya virus dapat mengalami daur litik atau lisogenik.

Gambar: Daur litik dan lisogenik

13

Gambar : Rute virus memasuki tubuh manusia.

Contoh-contoh virus
Virus RNA
Virus RNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA, kelompok yang
tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas III, IV, V, dan VI. Beberapa contohfamilia
virus yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Retroviridae, Picornaviridae,
Orthomixoviridae, dan Arbovirus.
Retroviridae
Retroviridae merupakan virus berbentuk ikosahedral. Virus ini memiliki genom
RNAberjumlah dua buah yang keduanya identik dan memiliki polaritas positif yang nantinya
akan diekspresikan menjadi enzim polimerase yang unik yaitu reverse traskriptase yang
berguna untuk mengubah RNA menjadi DNA. DNA yang dihasilkan nantinya akan
berintegrasi ke dalam DNA sel inang sebagai provirus. Virus ini termasuk ke dalam virus
yang ganas, dapat menyebabkan penekanan sistem kekebalan tubuh dan juga tumor. Sifatnya
yang ganas tersebut disebabkan salah satunya karena virus ini mudah mengalami mutasi.

14

Salah satu genus dari famili ini yang paling terkenal adalah genus Lentivirus, yang contoh
spesiesnya adalah HIV 1 dan 2.
Picornaviridae
Picornaviridae merupakan berukuran kecil. Virus ini memiliki genom RNA dengan polaritas
positif sehingga termasuk virus kelas IV dalam klasifikasi Baltimore. Virus dalam famili ini
mampu menyebabkan banyak penyakit pada manusia, diantaranya adalah penyakit polio yang
disebabkan oleh Poliovirus dan flu ringan yang disebabkan oleh Rhinovirus.
Orthomixoviridae
Orthomoxoviridae merupakan virus yang memiliki selubung dengan materi genetikRNA
bersegmen berpolaritas negatif sehingga virus ini termasuk dalam kelas V dalam klasifikasi
Baltimore. Ciri khan dari virus ini adalah virus ini memiliki protein permukaan yang
merupakan antigen utama yaitu Hemmaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA).
Hemmaglutinin merupakan bagian virus yang menempel pada sel target oleh sebab itu
antibodi terhadap hemmaglutinin dapat melindung dari infeksi virus. Neuraminidase berperan
untuk melepaskanvirion dari sel oleh sebab itu antibodi terhadap NA dapat menekan tingkat
keparahan infeksi virus .

Virus ini di klasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :


1.

Influenza tipe A

Influenza tipe A merupakan virus yang menginfeksi berbagai spesies baik manusia, burung
(burung liar, ternak, domestik), babi, kuda, anjing, dan mamalia air(anjing laut dan paus).
Virus influenza tipe A dapat mengalami antigenic drift danantigenic shift. Antigenic drift
adalah terjadinya mutasi pada gen yang menyandikan protein Hemmaglutinin. Hal tersebut
menyebabkan antibodi yang ada tidak dapat mengenalinya lagi. Kejadian tersebut
menyebabkan terjadinya endemik musiman.
Antigenic shift adalah munculnya subtipe barus virus influenza yang disebabkan karena
penggabunggan genetik antara manusia dengan virus hewan atau dengan transmisi langsung
dari hewan unggas ke manusia. karena tidak ada atau sedikitnya imunitas terhada virus baru,
maka pandemik dapat terjadi.
2.

Influenza tipe B

3.

Influenza tipe C

4.

Tick-Borne Influenza virus ini merupakan virus yang berasal dari kutu.

Arboviruses
Arbovirus merupakan singkatan dari ARthropoda-BOrne virus yaitu virus yang berasal dari
kelompok Arthropoda. Arbovirus dibagi menjadi empat famili yaitu :
15

1.

Togaviridae

contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Rubellavirus.


2.

Flaviviridae

contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Hepatitis C virus danDenguevirus
yang penyebabkan penyakit demam berdarah dengue.
3.

Bunyaviridae

contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah California encephalitis virus (CE)
yang menyebabkan penyakit encephalitis pada manusia.
4.

Reoviridae

contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah reovirus yang menyebabkan
Colorado tick fever dan Rotavirus yang menyebabkan diare epidemik pada anak-anak.
Virus DNA
Virus DNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa DNA, kelompok yang
tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas I, II, VII. Beberapa contoh familia virus
yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Herpesviridae, Parvoviridae, dan Poxviridae.
Herpesviridae
Herpesviridae merupakan kelompok virus berukuran besar dengan materi genetik DNA utas
ganda sehingga dikelompokkan ke dalam kelas 1 dalam klasifikasi baltimore. Virus dalam
kelompok ini dapat menyebabkan penyakit ganas dan juga dapat menyebabkan kelainan
pasca kelahiaran pada bayi. Herpesviridae terbagi ke dalam beberapa genus, yaitu :
1

Alpha Herpesvirus

Virus yang termasuk dalam kelompok Alpha herpesvirus biasanya menyebabkan penyakit
yang akut dengan gejala yang muncul saat itu juga. infeksi virus ini bersifat laten
persistendisebabkan karena kemampuan genom virus ini untuk berintergrasi dengan sel
inang. jika kondisi inang sedang lemah, maka ada kemungkinan penyakit dapat muncul
kembali pada tempat yang sama.
contoh dari virus ini adalah Herpes simplex tipe 1 dan 2 dan Varicella zoster(VZ) virus.
2

Beta Herpesvirus

Virus yang termasuk dalam kelompok beta herpesvirus biasanya menyebabkan penyakit yang
akut akan tetapi tidak ditemukan gejala pada carrier. virus ini menyebabkan infeksipada bayi
dan perkembangan abnormal (penyakit kongenital).
contoh dari virus ini adalah Cytomegalovirus.

16

Gamma Herpesvirus

Virus yang termasuk dalam kelompok ini mampu menyebabkan


limphopoliperatifjinak dan ganas. contoh dari virus ini adalah Epstein-Barr virus.

penyakit

Parvoviridae
Parvoviridae merupakan virus dengan DNA utas tunggal polaritas positif atau negatif
sehingga termasuk dalam kelas II dalam klasifikasi Baltimore. Virus ini tidak memiliki
selubung virus dan merupakan virus manusia yang berukuran paling kecil. Virus merupakan
virus yang tidak sempurna sehingga perlu berasosiasi dengan adenovirus sehingga sering
disebut Adeno-Associated Virus(AAV). Salah satu contoh kelompok ini adalah virus B-19
yang dapat menyebabkan cacat atau keguguran pada janin.
Poxviridae
Poxviridae merupakan virus dengan materi genetik DNA untai ganda sehingga virus ini di
termasuk dalam kelas I dalam klasifikasi Baltimore. Ciri khas dari virus ini adalah virus ini
memiliki morfologi besar dan kompleks.Virus yang terkenal dalam kelompok ini
adalahSmallpox. Smallpox cukup terkenal karena menimbulkan pandemik yang sangat besar
diseluruh dunia. sekarang virus Smallpox sudah dimusnahkan.

17

BAB 2
Antivirus
Selama bertahun-tahun terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit untuk mendapat kemoterapi
antivirus dengan selektifitas yang tinggi. Siklus replikasi virus yang dianggap sangat mirip
dengan metabolisme normal manusia menyebabkan setiap usaha untuk menekan reproduksi
virus juga dapat membahayakan sel yang terinfeksi. Bersamaan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam mengenai tahap-tahap spesifik dalam replikasi
virus sebagai targetkemoterapi antivirus, semakin jelas bahwa kemoterapi pada infeksi virus
dapat dicapai dan reproduksi virus dapat ditekan dengan efek yang minimal pada sel horpes.
Perkembangan obat antivirus baik sebagai profilaksis ataupun terapi belum mencapai hasil
seperti apa yang diinginkan oleh umat manusia. Berbeda dengan antimikroba lainya, antiviral
yang dapat menghambat atau membunuh virus juga akan dapat merusak sel hospes dimana
virus itu berada. Ini karena replikasi virus RNA maupun DNA berlangsung didalam sel
hospes dan membutuhkan enzim dan bahan lain dari hospes. Tantangan bagi penelitian ialah
bagaimana menemukan suatu obat yang dapat menghambat secara spesifik salah satu proses
replikasi virus seperti : peletakan, uncoanting dan replikasi. Analisis biokimiawi dari proses
sintesis virus telah membuka tabir bagi terapiyang efektif untuk beberapa infeksi seperti :
virus hespes, beberapa virus saluran napas dan human immunodeficiency virus (HIV).
Dengan mencuatnya masalah penyakit ac d-immuno-deficiency-syndrom (AIDS) maupun
virus lainnya, maka kegiatan penelitian mencari obat anti viral telah mendapat dukungan
yang lebih luas dari berbagai pihak baik swasta maupun pemerintah, terutama di Negara
maju.
Sejumlah obat antivirus dapat dikembangkan didekade 50 dan 60 saat ini memiliki
pemamfaatan terbatas. Obat ini adalah idoksuridin, vidarabin dan sitarabin. Obat ini bersifat
tidak selektif dalam menghambat replikasi virus sehingga banyak fungsi sel hospes juga
dihambat. Toksisitas misalnya supresi sumsum tulang telahmenghalangi obat di atas
digunakan secara parental kecuali vidarabin. Hanyaidoksuridin dan vidarabin yang saat ini
masih dapat digunakan secara topikal sebagai obat pilihan kedua dan ketiga pada herpes
simplex keratin konjunctifitis. Obat antivirus generasi baru pada umumnya bekerja lebih
selektif terutama asiklovir sehingga toksisitasnya lebih rendah.
Jenis Penyakit yang dapat diterapi dengan Antivirus
1. Influenza
Influensa, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah penyakit menular burung dan
mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influensa).
Penyakit ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin dari sipenderita. Pada manusia,
gejala umum yang terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat
dan mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam kasus yang lebih
buruk, influensa juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia, yang dapat mengakibatkan
kematian terutama pada anak-anak dan orang berusia lanjut.
18

Masa penularan hingga terserang penyakit ini biasanya adalah 1 sampai 3 hari sejak kontak
dengan hewan atau orang yang influensa. Virus influensa cepat sekali bermutasi, sehingga
setiap kali para ahli virus harus berusaha menemukan penangkal yang baru. Wabah flu
terbesar pertama adalah pandemi flu spanyol (1918). Beberapa tahun yang lalu kita mengenal
flu Hong Kong dan pada tahun 2005 merebak flu burung. Semua ini menunjukkan betapa
sulitnya usaha penangkalan terhadap penyakit ini.
2. Herpes
Herpes zoster (Shingles) adalah suatu penyakit yang membuat sangat nyeri (rasa sakit yang
amat sangat). Penyakit ini juga disebabkan oleh virus herpes yang juga mengakibatkan cacar
air (virus varisela zoster). Seperti virus herpes yang lain, virus varisela zoster mempunyai
tahapan penularan awal (cacar air) yang diikuti oleh suatu tahapan tidak aktif. Kemudian,
tanpa alasan virus ini jadi aktif kembali, menjadikan penyakit yang disebut sebagai herpes
zoster. Kurang lebih 20% orang yang pernah cacar air lambat laun akan mengembangkan
herpes zoster. Keaktifan kembali virus ini kemungkinan akan terjadi pada orang dengan
sistem kekebalan yang lemah. Ini termasuk orang dengan penyakit HIV, dan orang di atas
usia 50 tahun.
Herpes zoster hidup dalam jaringan saraf. Kejangkitan herpes zoster dimulai dengan gatal,
mati rasa, kesemutan atau rasa nyeri yang berat pada daerah bentuk tali lebar di dada,
punggung, atau hidung dan mata. Walaupun jarang, herpes zoster dapat menular pada saraf
wajah dan mata. Ini dapat menyebabkan jangkitan di sekitar mulut, pada wajah, leher dan
kulit kepala, dalam dan sekitar telinga, atau pada ujung hidung.
Jangkitan herpes zoster hampir selalu terjadi hanya pada satu sisi tubuh. Setelah beberapa
hari, ruam muncul pada daerah kulit yang berhubungan dengan saraf yang meradang. Lepuh
kecil terbentuk, dan berisi cairan. Kemudian lepuh pecah dan berkeropang. Jika lepuh
digaruk, infeksi kulit dapat terjadi. Ini membutuhkan pengobatan dengan antibiotik dan
mungkin menimbulkan bekas. Biasanya, ruam hilang dalam beberapa minggu, tetapi kadangkadang rasa nyeri yang berat dapat bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kondisi
ini disebut neuralgia pascaherpes.
3. HIV
HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel sistem
kekebalan tubuh manusia terutama Sel T CD4+ dan makrofaga, komponen vital dari sistem
sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" dan menghancurkan atau merusak fungsi mereka.
Infeksi dari HIV menyebabkan pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang
menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS. HIV berbeda dalam
struktur dengan retrovirus yang dijelaskan sebelumnya. Besarnya sekitar 120 nm dalam
diameter (seper 120 milyar meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel darah merah) dan
kasarnya "spherical".
HIV menular melalui hubungan kelamin dan hubungan seks oral, atau melalui anus, transfusi
darah, penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi obat dan dalam perawatan
19

kesehatan, dan antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui.
UNAIDS transmission. Penggunaan pelindung fisik seperti kondom latex dianjurkan untuk
mengurangi penularan HIV melalui seks.

1.

Golongan Obat Antinonretrovirus

a.

Antivirus untuk herpes

Obat-obat yang aktif terhadap virus herpes umumnya merupakan antimetabolit yang
mengalami bioaktivasi melalui enzim kinase sel hospes atau virus untuk membentuk senyawa
yang dapat menghambat DNA polimerase virus. Gambaran mekanisme kerja obat-obat
antimetabolit (analog purin dan pirimidin) sebagai antivirus.
1)

Asiklovir

Asiklovir [9-(2-hidroksietoksimetilguanin)] merupakan obat sintetik jenis analog nukleosida


purin. Sifat antivirus asiklovir terbatas pada kelompok virus herpes.
1.

Farmakokinetik

Asiklovir bersifat konsisten mengikuti model dua-kompartemen; volume distribusi taraf


mantap kira-kira sama dengan volume cairan tubuh. Kadar plasma taraf mantap setelah dosis
oral ialah 0,5 ug/ml setelah dosis 200 mg dan 1,3 ug/ml setelah dosis 600 mg. pada pasien
dengan fungsi ginjal normal, waktu paruh eliminasi kira-kira 2 jam pada orang dewasa dan
4 jam pada neonatus serta 20 jam pada pasien anuria. Kadar obat juga dapat diukur di saliva,
cairan lesi dan secret vagina. Kadar cairan serebrospinal mencapai setengah kadar plasma. Di
ASI kadarnya lebih tinggi. Lebih dari 80% dosis obat dieliminasi melalui filtasi glomerulus
ginjal dan sebagian kecil melalui sekresi tubuli. Hanya sekitar 15% dosis obat yang diberikan
dapat ditemukan kembali di urine sebagai metabolit inaktif.
2.

Mekanisme kerja

Asiklovir merupakan analog 2-deoksiguanosin. Asiklovir adalah suatu prodrug yang beru
memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme menjadi asiklovir trifosfat.
Langkah yang penting dari proses ini adalah pembentukan asiklovir monofosfat yang
dikatalisis oleh timidin kinase pada sel hospes yang terinfeksi oleh virus herpes atau varicella
zoster atau oleh fosfotransferase yang dihasilkan oleh sitomegalo virus, kemudian enzim
seluler menambahkan gugus fosfat untuk membentuk asiklovir difosfat dan asiklovir trifosfat.
Asiklovir trifosfat menghambat sintesis DNA virus dengan cara kompetisi dengan 2deoksiguanosin trifosfat dengan substrat DNA polimerase virus. Jika asiklovir (dan bukan 2deosiguanosin) yang masuk ketahap replikasi DNA virus, sintesis berhenti. Inkorporasi
asiklovir monofosfat ke DNA virus bersifat ireversibel karena enzim eksonuklease tidak
dapat memperbaikinya. Pada proses ini, DNA polimerase virus menjadi inaktif.
20

Gambar: mekanisme kerja Acyclovir


3.

Resistensi

Resistensi terhadap asiklovir disebabkan oleh mutasi pada gen timidin kinase virus atau pada
gen DNA polimerase
4.

Indikasi

Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik (termasuk keratitis herpetik, herpetik
ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal dan herpes labialis) dan infeksi VZV (varisela
dan herpes zoster). Karena kepekaan asiklovir terhadap VZV kurang dibandingkan dengan
HSV, dosis yang diperlukan untuk terapi kasus varicella dan zoster jauh lebih tinggi dari pada
terapi infeksi HSV.
5.

Dosis

Untuk herpes genital ialah 5 kali sehari 200 mg tablet, sedangkan untuk herpes zoster ialah 4
kali sehari 400 mg. Penggunaan topikal untuk keratitis herpetik adalah dalam bentuk krim
ophthalmic 30 % dank rim 5 % untuk herpes labialis. Untuk herpes ensefalitis, HSV berat
lainnya dan infeksi VZV digunakan asiklovir intravena 30 mg/kg BB perhari.
6.

Efek samping

Asiklovir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir topikal dalam pembawa
polietilen glikol dapat menyebabkan iritasi mukosa dan rasa terbakar dan sifatnya sementara
jika dipakai pada luka genitalia. Asiklovir oral, walaupun jarang dapat menyebabkan mual,
diare, ruam dan sakit kepala; dan sangat jarang dapat menyebabkan insufiensi renal dan
neurotoksitas.
21

2)

Valasiklovir

Valaksiklovir merupakan ester L-valil dari asiklovir dan hanya terdapat dalam formulasi oral.
Setelah ditelan, vasiklovir dengan cepat diubah menjadi asiklovir melalui enzim valasiklovir
hidrolase di saluran cerna dan di hati.
1.

Farmakokinetik

Bioavailabilitas oralnya 3 hingga 5 kali asiklovir (54%) dan waktu paruh eliminasinya 2-3
jam, waktu paruh intraselnya 1-2 jam. Kurang dari 1% dari dosis valasiklovir ditemukan di
urine selebihnya dieliminasi sebagai asiklovir.
2.

Mekanisme kerja dan resistensi

Sama dengan asiklovir


3.

Indikasi

Valasiklovir terbukti efektif dalam terapi infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simpleks,
virus varicella-zoster dan sebagai profilaksis terhadap penyakit yang disebabkan
sitomegalovirus.
4.

Sediaan dan dosis

Untuk herpes genital per oral 2 kali sehari 500 mg tablet selama 10 hari. Untuk herpes zoster
3 kali sehari 2 tablet 500 mg selama 7 hari.
5.

Efek samping

Sama dengan asiklovir. Pernah terdapat laporan valasiklovir menyebabkan mikroangiopati


trombolik pada pasien imunosupresi yang menerima beberapa macam obat.
3)

Gansiklovir

Gansiklovir berbeda dari asiklovir dengan adanya penambahan gugus hidroksimetil pada
posisi 3 rantai samping asikliknya. Metabolisme dan dan mekanisme kerjanya sama denga
asiklovir. Yang sedikit berbeda adalah pada gansiklovir terdapat karbon 3 dengan gugus
hidroksil, sehingga masih memungkinkan adanya perpanjangan primer dengan template, jadi
gansiklovir bukanlah DNA chain terminator yang absolute seperti asiklovir.
1.

Farmakokinetik

Bioavailabilitas oral sangat rendah sehingga gansiklovir diberikan melalui infus intravena.
Obat ini tersebar luas keberbagai jaringan termasuk otak. Kadar di plasma mencapai diatas
kadar hambat minimum (KHM) untuk isolat CMV yakni 0,02-3,0 ug/ml. Waktu paruh
berkisar antara 3-4 jam tetapi menjadi sekitar 30 jam pada penderita gagal ginjal yang hebat.
Penelitian pada hewan memperlihatkan bahwa gansiklovir dieksresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh.
2.

Mekanisme kerja
22

Gansiklovir diubah menjadi gansiklovir monofosfat oleh enzim fosfotransferase yang


dihasilkan sel yang terinfeksi sitomegalovirus. Gansiklovir monofosfat merupakan
fosfotransferase yang lebih baik dibandingkan dengan asiklovir. Waktu paruh eliminasi
gansiklovir trifosfat sedikitnya 12 jam, sedangkan asiklovir hanya 1-2 jam. Perbedaan inilah
yang menjelaskan mengapa asiklovir lebih superior dibandingkan dengan asiklovir untuk
terapi penyakit yang disebabkan oleh sitomegalovirus.
3.

Resistensi

Sitomegalovirus dapat menjadi resisten terhadap gansiklovir oleh salah satu dari dua
mekanisme. Penurunan fosforilasi gansiklovir karena mutasi pada fosfotransferase virus yang
dikode oleh gen UL97 atau karena mutasi pada DNA polimerase virus. Varian virus yang
sangat resisten pada gansiklovir disebabkan karena mutasi pada keduanya (gen UL97 dan
DNA polimerase) dan dapat terjadi resistensi silang terhadap sidofovir atau foskarnet.
4.

Indikasi

Infeksi CMV, terutama CMV retinitis pada pasien immunocompromised (misalnya : AIDS),
baik untuk terapi dan pencegahan.
5.

Sediaan dan dosis

Untuk induksi diberikan IV10 mg/kg per hari (2x5 mg/kg, setiap 12 jam) selama 14-21 hari,
dilanjutkan dengan pemberian maintenance per oral 3000 mg per hari (3 kali sehari 4 kapsul
@ 250 mg). implantasi intraocular (intravitreal) 4,5 mg gansiklovir sebagai terapi lokal CMV
retinitis.
6.

Efek samping

Mielosupresi dapat terjadi pada terapi dengan gansiklovir. Neutropenia terjadi pada 15-40%
pasien dan trombositopenia terjadi pada 5-20%. Zidovudin dan obat sitotoksik lain dapat
meningkatkan resiko mielotoksisitas gansiklovir. Obat-obat nefrotoksik dapat mengganggu
ekskresi gansiklovir. Probenesid dan asiklovir dapat mengurangi klirens renal gansiklovir.
Recombinant colonystimulating factor (G-CSF; filgastrim, lenogastrim) dapat menolong
dalam penanganan neutropenia yang disebabkan oleh gansiklovir.
4)

Pensiklovir

Struktur kimia pensiklovir mirip dengan gansiklovir. Metabolisme dan mekanisme kerjanya
sama dengan asiklovir, namum perbedaannya pensiklovir bukan DNA chain terminator
obligat.
1.

Mekanisme kerja

Pada prinsipnya sama dengan asiklovir.


2.

Resistensi

23

Resistensi terhadap pensiklovir disebabkan oleh mutasi pada timidin kinase atau DNA
polimerase virus. Kejadian resistensi selama pemakaian klinis sangat jarang. Virus herpes
yang resisten terhadap asiklovir juga resisten terhadap pensiklovir.
3.

Indikasi

Infeksi herpes simpleks mokokutan, khususnya herpes labialis rekuren (cold sores).
4.

Dosis

Diberikan secara topikal dalam bentuk 1% krim.


5.

Efek samping

Reaksi lokal pada tempat aplikasi, namun jarang terjadi.


b.

Antivirus untuk influenza

Pengobatan untuk infekksi antivirus pada saluran pernapasan termasuk influenza tipe A & B,
virus sinsitial pernapasan (RSV).
1)

Amantadin dan Rimantadin

Amantadin & rimantadin memiliki mekanisme kerja yang sama. Efikasi keduanya terbatas
hanya pada influenza A saja.

1.

Mekanisme kerja

Amanatadin dan rimantadin merupakan antivirus yang bekerja pada protein M2 virus, suatu
kanal ion transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal M2 merupakan pintu masuk ion ke
virion selama proses uncoating. Hal ini menyebabkan destabilisasi ikatan protein serta proses
transport DNA virus ke nucleus. Selain itu, fluks kanal ion M2 mengatur pH kompartemen
intraseluler, terutama aparatus Golgi.

24

Gambar : mekanisme kerja amantadine


2.

Resistensi

Influenza A yang resisten terhadap amantadin dan rimantidin belum merupakan masalah
klinik, meskipun beberapa isolate virus telah menunjukkan tingginya angka terjadinya
resistensi tersebut. Resistensi ini disebabkan perubahan satu asam amino dari matriks protein
M2, resistensi silang terjadi antara kedua obat.
3.

Indikasi

Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A ( Amantadin juga diindikasi untuk
terapi penyakit Parkinson ).
4.

Farmakokinetik

Kedua obat mudah diabsorbsi oral. Amantadin tersebar ke seluruh tubuh dab mudah
menembus ke SSP. Rimantadin tidak dapat melintasi sawar darah-otak sejumlah yang sama.
Amantadin tidak dimetabolisme secara luas. Dikeluarkan melalui urine dan dapat menumpuk
sampai batas toksik pada pasien gagal ginjal. Rimantadin dimetabolisme seluruhnya oleh
hati. Metabolit dan obat asli dikeluarkan oleh ginjal.

5.

Dosis

Amantadin dan rimantadin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk penggunaan oral.
Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari ( 2 x 100 mg kapsul ). Rimantadin
diberikan dalam dosis 300 mg per hari ( 2 x sehari 150 mg tablet ). Dosis amantadin harus
diturunkan pada pasien dengan insufisiensi renal, namun rimantadin hanya perlu diturunkan
pada pasien dengan klirens kreatinin 10 ml/menit.
25

6.

Efek samping

Efek samping SSP seperti kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi, insomnia, hilang nafsu
makan. Rimantadin menyebabkan reaksi SSP lebih sedikit karena tidak banyak melintasi
sawar otak darah. Efek neurotoksik amantadin meningkat jika diberikan bersamaan dengan
antihistamin dan obat antikolinergik/psikotropik, terutama pada usia lanjut.
2)

Inhibitor Neuraminidase ( Oseltamivir, Zanamivir )

Merupakan obat antivirus dengan mekanisme kerja yang sam terhadap virus influenza A dan
B. Keduanya merupakan inhibitor neuraminidase; yaitu analog asam N-asetilneuraminat
( reseptor permukaan sel virus influenza ), dan disain struktur keduanya didasarkan pada
struktur neuraminidase virion.
1.

Mekanisme kerja

Asam N-asetilneuraminat merupakan komponen mukoprotein pada sekresi respirasi, virus


berikatan pada mucus, namun yang menyebabkan penetrasi virus ke permukaan sel adalah
aktivitas enzim neuraminidase. Hambatan terhadap neuraminidase mencegah terjadinya
infeksi. Neuraminidase juga untuk penglepasan virus yang optimaldari sel yang terinfeksi,
yang meningkatkan penyebaran virus dan intensitas infeksi. Hambatan neuraminidase
menurunkan kemungkinan berkembangnya influenza dan menurunkan tingkat keparahan,
jika penyakitnya berkembang.
2.

Resistensi

Disebabkan adanya hambatan ikatan pada obat dan pada hambatan aktivitas enzim
neuraminidase. Dapat juga disebabkan oleh penurunan afinitas ikatan reseptor hemagglutinin
sehingga aktivitas neuraminidase tidak memiliki efek pada penglepasan virus pada sel yang
terinfeksi.
3.

Indikasi

Terapi dan pencegahan infeksi virus influenza A dan B.

4.

Dosis

Zanamivir diberikan per inhalasi dengan dosis 20 mg per hari ( 2 x 5 mg, setiap 12 jam )
selama 5 hari. Oseltamivir diberikan per oral dengan dosis 150 mg per hari ( 2 x 75 mg
kapsul, setiap 12 jam ) selama 15 hari. Terapi dengan zanamivir /oseltamivir dapat diberikan
seawal mungkin, dalam waktu 48 jam, setelah onset gejala.
5.

Efek samping
26

Terapi zanamivir : gejala saluran nafas dan gejala saluran cerna, dapat menimbulkan batuk,
bronkospasme dan penurunan fungsi paru reversibel pada beberapa pasien. Terapi oseltamivir
: mual, muntah, nyeri abdomen, sakit kepala.
3)

Ribavirin

Ribavirin merupakan analog sintetik guanosin, efektif terhadap virus RNA dan DNA.
1.

Mekanisme kerja

Ribavirin merupakan analog guanosin yang cincin purinnya tidak lengkap. Setelah
mengalami fosforilasi intrasel, ribavirin trifosfat mengganggu tahap awal transkripsi virus,
seperti proses capping dan elongasi mRNA serta menghambat sintesis ribonukleoprotein.

Gambar : Mekanisme kerja Ribavirin


2.

Resistensi

Hingga saat ini belum ada catatan mengenai resistensi terhadap ribavirin, namun pada
percobaan diLaboratorium menggunakan sel, terdapat sel-sel yang tidak dapat mengubah
ribavirin menjadi bentuk aktifnya.

3.

Spektrum aktivitas

Virus DNA dan RNA, khusunya orthomyxovirus (influenza A dan B), para myxovirus (cacar
air, respiratory syncytialvirus (RSV) dan arenavirus (Lassa, Junin,dll).
4.

Indikasi

27

Terapi infeksi RSV pada bayi dengan resiko tinggi. Ribavirin digunakan dalam kombinasi
dengan interferon-/ pegylated interferon untuk terapi infeksi hepatitis C.
5.

Farmakokinetik

Ribavirin efektif diberikan per oral dan intravena. Terakhir digunakan sebagai aerosol untuk
kondisi infeksivirus pernapasan tertemtu, seperti pengobatan infeksi RSV. Penelitian
distribusi obat pada primate menunjukkan retensi dalam semua jaringan otak. Obat dan
metabolitnya dikeluarkan dalam urine.
6.

Dosis

Per oral dalam dosis 800-1200 mg per hari untuk terapi infeksi HCV dalam bentuk aerosol
( larutan 20 mg/ml )
7.

Efek samping

Pada penggunaan oral/suntikan ribavirin termasuk anemia tergantung dosis pada penderita
demam Lassa. Peningkatan bilirubin juga telah dilaporkan Aerosol dapat lebih aman
meskipun fungsi pernapasan pada bayi dapat memburuk cepat setelah permulaan pengobatan
aerosoldan karena itu monitoring sangat perlu. Karena terdapat efek teratogenikpada hewan
percobaan, ribavirin dikontraindikasikan pada kehamilan.

c.

Antivirus untuk HBV dan HCV

Lamivudin

1.

Mekanisme kerja

Merupakan L-enantiomer analog deoksisitidin. Lamivudin dimetabolisme di


hepatositmenjadi bentuk triposfat yang aktif. Lamivudin bekerja dengan cara menghentikan
sintesis DNA, secara kompetitif menghambat polymerase virus. Lamivudin tidak hanya aktif
terhadao HBV wild-type saja, namun juga terhadap varian precorel core promoter dan dapat
mengatasi hiperresponsivitas sel T sitotoksik pada pasien yang terinfeksi kronik.
2.

Resistensi

Disebabkan oleh mutasi pada DNA polymerase virus.

3.

Indikasi

Infeksi HBV ( wild-type dan precore variants).


4.

Farmakokinetik

28

Bioavailabilitas oral lamivudin adalah 80% C max tercapai dalam 0,5-1,5 jam setelah
pemberian dosis. Lamivudin didistribusikan secara luas dengan Vd setara dengan volume
cairan tubuh. Waktu paruh plasmanya sekitar 9 jam dan sekitar 70% dosis diekskresikan
dalam bentuk utuh di urine. Sekitar 5% lamivudin dimetabolisme menjadi bentuk tidak aktif.
Dibutuhkan penurunan dosis untuk insufisiensi ginjal sedang (CLcr <50 ml /menit).
Trimetoprim menurunkan klirens renal lamivudin.
5.

Dosis

Per oral 100 mg per hari ( dewasa ), untuk anak-anak 1mg/kg yang bila perlu ditingkatkan
hingga 100mg/hari. Lama terapi yang dianjurkanadalah 1 tahun pada pasien HBeAg (-) dan
lebih dari 1 tahun pada pasien yang HBe (+).
6.

Efek Samping

Mual, muntah, sakit kepala, peningkatan kadar ALT dan AST dapat terjadi pada 30-40%
pasien.
2.

Golongan Obat Antiretrovirus (Antivirus untuk HIV)

a.

Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)

Reverse transkripstase (RT) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum bergabung
dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal replikasi
HIV, obat obat golongan ini menghambat terjadinya infeksi akut sel yang rentan, tapi hanya
sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja, semua obat golongan
NRTI harus mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma. Yang termasuk
komplikasi oleh obat obat ini adalah asidosilaktat dan hepatomegali berat dengan steatosis.
1)

Zidovudin

1.

Farmakokinetik

Obat mudah diabsorpsi setelah pemasukan oral dan jika diminum bersama makanan, kadar
puncak lebih lambat, tetapi jumlah total obat yang diabsorpsi tidak terpengaruh. Penetrasi
melewati sawar otak darah sangat baik dan obat mempunyai waktu paruh 1jam. Sebagian
besar AZT mengalami glukuronidasi dalam hati dan kemudian dikeluarkan dalam urine.
2.

Mekanisme kerja

Target zidovudin adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV. Zidovudin bekerja dengan
cara menghambat enzim reverse transcriptase virus, setelah gugus asidotimidin (AZT) pada
zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5- mono fosfat akan bergabung pada ujung 3
rantai DNA virus dan menghambat reaksi reverse transcriptase.

29

Gambar : Mekanisme kerja Zidovudine


3.

Resistensi

Resistensi terhadap zidovudin disebabkan oleh mutasi pada enzim reverse transcriptase.
Terdapat laporan resisitensi silang dengan analog nukleosida lainnya. Resistensi : 3.
Spektrum aktivitas : HIV(1&2)
4.

Indikasi

Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya(seperti lamivudin dan abakafir).
5.

Dosis

Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg, tablet 300 mg dan sirup 5 mg /5ml disi
peroral 600 mg / hari.
6.

Efek samping

Anemia, neotropenia, sakit kepala, mual.


2)

Didanosin

1.

Farmakokinetik

Karena sifat asamnya, didanosin diberikan sebagai tablet kunyah, buffer atau dalam larutan
buffer. Absorpsi cukup baik jika diminum dalam keadaan puasa; makanan menyebabkan
absorpsi kurang. Obat masuk system saraf pusat tetapi kurang dari AZT. Sekitar 55% obat
diekskresi dalam urin.
2.

Mekanisme kerja

Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
30

3.

Resistensi

Resistensi terhadap didanosin disebabkan oleh mutasi pada reverse transcriptase. Spektrum
aktivitas : HIV (1 & 2)
4.

Indikasi

Infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut, dalam kombinasi anti HIV lainnya.
5.

Dosis

Tablet & kapsul salut enteric peroral 400 mg / hari dalam dosis tunngal atau terbagi.
6.

Efek samping

Diare, pancreatitis, neuripati perifer.


b.

Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI)

Tenofovir disoproksil fumarat merupakan nukleutida reverse transcriptase inhibitor pertama


yang ada untuk terapi infeksi HIV-1. Obat ini digunakan dalam kombinasi dengan obat anti
retrovirus lainnya. Tidak seperti NRTI yang harus melalui tiga tahap fosforilase intraselular
untuk menjadi bentuk aktif, NtRTi hanya membutuhkan dua tahap fosforilase saja.
Diharapkan berkurangnya satu tahap fosforilase obat dapat bekerja lebih cepat dan
konversinya menjadi bentuk aktif lebih sempurna.

Tenofovir Disoproksil

1.

Mekanisme kerja

Bekerja pada HIV RT ( dan HBV RT ) dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA
virus.
2.

Resistensi

Disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 65.


3.

Spektrum aktivitas

HIV ( tipe 1 dan 2 ), serta berbagai retrovirus lainnya dan HBV.


4.

Indikasi

Infeksi HIV dalam kombinasi dengan evafirens, tidak boleh dikombinasi dengan lamifudin
dan abakafir.

5.

Dosis

Per oral sehari 300 mg tablet.


31

6.

Efek samping

Mual, muntah, Flatulens, dan diare.


c.

Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)

Merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas enzim revers transcriptase dengan cara
berikatan ditempat yang dekat dengan tempat aktif enzim dan menginduksi perubahan
konformasi pada situs akif ini.
Semuasenyawa NNRTI dimetabolisme oleh sitokrom P450 sehingga cendrung untuk
berinteraksi dengan obat lain.
1)

Nevirapin

1.

Mekanisme kerja

Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non subtract HIV-1 RT.
2.

Resistensi

Disebabkan oleh mutasi pada RT.


3.

Spektrum aktivitas

HIV ( tipe 1 ).
4.

Indikasi : Infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti-HIV, lainnya terutama NRTI.

5.

Dosis

Per oral 200mg / hari selama 14 hari pertama ( satu tablet 200mg per hari ), kemudian 400mg
/ hari ( 2 x 200 mg tablet ).
6.

Efek samping

Ruam, demam, fatigue, sakit kepala, somnolens dan peningkatan enzim hati.
2)

Delavirdin

1.

Mekanisme kerja

Sama dengan devirapin

2.

Resistensi

Disebabkan oleh mutasi pada RT. Tidak ada resistensi silang dengan nefirapin dan efavirens.
3.

Spektrum aktivitas

HIV tipe 1.
32

4.

Indikasi

Infeksi HIV-1, dikombinasi dengan anti HIV lainnya terutama NRTI.


5.

Dosis

Per oral 1200mg / hari ( 2 tablet 200mg 3 x sehari ) dan tersedia dalam bentuk tablet 100mg.
6.

Efek samping

Ruam, penningkatan tes fungsi hati, menyebabkan neutropenia.


d.

Protease inhibitor (PI)

Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara reversible dengan situs aktif HIV protease.
HIV-protease sangat penting untuk infektivitas virus dan penglepasan poliprotein virus. Hal
ini menyebabkan terhambatnya penglepasan polipeptida prekusor virus oleh enzim protease
sehingga dapat menghambat maturasi virus, maka sel akan menghasilkan partikel virus yang
imatur dan tidak virulen.
1)

Sakuinavir

1.

Mekanisme kerja

Sakuinavir bekerja pada tahap transisi merupakan HIV protease peptidomimetic inhibitor.
2.

Resistensi

Terhadap sakuinavir disebabkan oleh mutasi pada enzim protease terjadi resistensi silang
dengan PI lainnya.
3.

Spektrum aktivitas

HIV (1 & 2)
4.

Indikasi

Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lain ( NRTI dan beberapa PI seperti
ritonavir).
5.

Dosis

Per oral 3600mg / hari (6 kapsul 200mg soft kapsul 3 X sehari ) atau 1800mg / hari (3 hard
gel capsule 3 X sehari), diberikan bersama dengan makanan atau sampai dengan 2 jam
setelah makan lengkap.
6.

Efek samping

Diare, mual, nyeri abdomen.


2)

Ritonavir
33

1.

Mekanisme kerja

Sama dengan sakuinavir.


2.

Resistensi

Terhadap ritonavir disebabkan oleh mutasi awal pada protease kodon 82.
3.

Spektrum aktivitas

HIV (1 & 2 )
4.

Indikasi

Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (NRTI dan PI seperti sakuinavir ).
5.

Dosis

Per oral 1200mg / hari (6 kapsul 100mg, 2 X sehari bersama dengan makanan )
6.

Efek samping

Mual, muntah , diare.


e.

Viral entry inhibitor

Enfuvirtid merupakan obat pertama yang masuk ke dalam golongan VIRAL ENTRY
INHIBITOR. Obat ini bekarja dengan cara menghambat fusi virus ke sel. Selain enfuvitid ;
bisiklam saat ini sedang berada dalam study klinis. Obat ini bekerrja dengan cara
menghambat masukan HIV ke sel melalui reseptor CXCR4.

Enfurtid

1)

Mekanisme kerja

Menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan cara menghanbat fusi virus ke
membrane sel.
2)

Resistensi

Perubahan genotif pada gp41 asam amino 36-45 menyebabkan resistensi terhadap enfuvirtid,
tidak ada resistensi silang dengan anti HIV golongan lain.
3)

Indikasi

Terapi infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan antiHIV-lainnya.


4)

Dosis

Enfurtid 90 mg (1ml) 2 kali ssehari diinjeksikan subkutan dengan lengan atas bagian paha
enterior atau abdomen.

34

5)

Efek samping

Adanya reaksi local seperti nyeri, eritema, proritus, iritasi dan nodul atau kista.

Tanaman obat (herbal) yang bermanfaat sebagai anti virus.


1. Meniran (Phyllanthus niruri)

35

Meniran (Phyllanthus niruri ) memiliki khasiat sebagai obat antivirus. Senyawa yang
ditemukan pada Meniran antara lain triterpenoid,flavonoid, tanin, alkaloid, dan asam fenolat.
Secara empiris, rebusan daun Meniran sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk
mengobati penyakit hati, diuretik, penyakit kelamin, obat batuk, antidiare, sariawan, panas
dalam dan tonik lambung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Meniran berfungsi
menghambat DNA polymerase dari virus hepatitis B dan virus hepatitis lainnya, menghambat
enzim reverse transcriptase dari retrovirus, antibakteri, antifungi, antidiare, dan obat penyakit
gastrointestinal lainnya

2. Jamur Maitake (Grifola frondosa)


Maitake (Grifola frondosa), berasal dari Jepang dan merupakan jamur yang dapat dimakan,
dikenal juga dengan nama dancing mushroom dan hen of the woods mengingat bentuknya
mirip kupu-kupu menari dan ekor ayam yang tumbuh pada akar dan bagian bawah pohon
oak, elm, persimmon dll. Di negeri asalnya, jamur ini sudah digunakan sejak ratusan tahun
lalu sebagai makanan kelas satu dan diyakini memiliki khasiat dalam meningkatkan daya
tahan tubuh. Di luar Jepang, jamur ini ditemukan di hutan-hutan timur Asia, Eropa dan
bagian timur Amerika Utara.
Zat aktif Maitake bernama beta-glukan dengan komposisi polisakarida beta-glukan (beta-1,6
glukan dan beta-1,3 glukan) dan protein dengan berat molekul sekitar 1,000,000 yang
selanjutnya dikenal dengan nama fraksi D. Fraksi ini merupakan ekstrak dari mycelium dan
tubuh buah (fruiting body) Maitake.Pemurnian fraksi D menghasilkan fraksi MD. Fraksi MD
ini diekstraksi dan difraksikan dari mycelia dan tubuh buah Grifola frondosa atau G. albicans,
G. umbellata dan G. gigantea. Para peneliti menemukan fraksi MD secara signifikan
memiliki efek inhibisi terhadap pertumbuhan tumor dan aktivitas imunopotensiasi yang lebih
kuat bila dibandingkan dengan fraksi D.
Fraksi D memiliki beberapa aktivitas biologis dan imunologis yang tergantung pada
karakteristik glukan seperti berat molekul, kelarutan dalam air, jumlah rantai cabang, dan
konformasi.11 Dibandingkan dengan jamur lain, fraksi D memiliki kelebihan berupa berat
molekul yang lebih besar dan adanya rantai cabang beta-1,6-glukan yang tidak dimiliki ketiga
jamur di atas.6,7 Ratio rantai cabang dan berat molekul (1-->3)-beta-D-glukans adalah faktor
penting dalam produksi sitokin oleh makrofag.12 Dengan demikian semakin besar
kemungkinan fraksi tersebut untuk mencapai dan mengaktifkan sel-sel imun dalam jumlah
yang lebih besar.
Pada November 1991, fraksi Maitake sulfat dinyatakan berperan dalam ujisaring obat anti
HIV yang diadakan oleh National Cancer Institute (NCI). Menurut NCIs Delopmental
Therapeutics Program In vitro Testing Results,Maitake memperlihatkan aktivitas antivirus
yang bermakna dan sesuai dosis. Sehingga fraksi MD dijadikan subjek penelitian jangka
panjang untuk mengetahui manfaatnya pada pasien yang terinfeksi HIV .

36

Studi dilakukan pada 35 pasien HIV positif. Sampel diberikan 6 g Maitake dalam bentuk
tablet atau 20 mg fraksi MD yang dimurnikan dengan 4 g tablet Maitake setiap hari selama
360 hari. Yang dimonitor adalah hitung CD4+ (sel T helper), jumlah virus, gejala infeksi HIV,
penyakit penyerta dan perasaan sehat pada diri pasien.6,7,10,14 Didapatkan hasil sel T helper
meningkat pada 20 pasien, menurun pada 8 pasien dan tetap pada 4 pasien lain; jumlah virus
menurun pada 8 pasien, meningkat pada 9 pasien dan statis pada 2 pasien; 85 % responden
dilaporkan merasakan keadaan tubuh yang lebih sehat terutama bila berhubungan dengan
gejala dan penyakit penyerta yang disebabkan oleh HIV. Dari penelitian ini diambil
kesimpulan bahwa fraksi MD bekerja pada beberapa tingkat yaitu menghambat langsung
HIV, stimulasi sistem pertahanan tubuh terhadap HIV dan membuat tubuh lebih tidak mudah
terkena penyakit oportunistik.
Penelitian efek Maitake pada pasien terinfeksi HIV di atas memang memperlihatkan hasil
positif yang dipantau dari hasil laboratoris dan klinis pasien. Namun tidak adanya kontrol
yang digunakan, jumlah sampel yang kecil serta tidak dijelaskannya metode analisa statistik
yang digunakan, menjadikan data ini juga belum mampu mendukung pernyataan manfaat
Maitake sebagai imunostimunolator pada pasien terinfeksi HIV. Laporan klinis terdahulu
yang belum dipublikasikan menyatakan penggunaan ekstrak cair Maitake fraksi D dicampur
dengan DMSO (dimethylsulfoxide) yang digunakan topikal, telah menjanjikan untuk
dijadikan terapi pada sarkoma Kaposi, tumor kulit yang banyak menyebabkan kematian
pasien dengan AIDS.

3. Jahe Merah ( Zingiber officinale)


Penelitian efek antiviral influenza in vitro pada sel Madin Darby Canine Kidney (MDCK)
telah dilakukan oleh Song et al., (2005), dengan melihat kemampuan katekin untuk
menghambat hemaglutinin virus terhadap eritrosit ayam 1%.
Hemaglutinin merupakan suatu glikoprotein, melekat pada membran virus dengan
membentuk suatu homotrimer . Hemaglutinin virus AI, berperan untuk induksi imunitas,
penentu spesifitas hospes, dan penentu patogenisitas VAI . Penyakit avian influenza
disebabkan oleh virus influenza type A, mempunyai materi genetik RNA, beramplop lipid
bilayer . Struktur permukaan antigen virus AI terdiri dari protein hemaglutinin ( H) dan
neuraminidase (N) dan matrix 2 (M2) sebagai spike atau penonjolan glikoprotein mempunyai
komposisi dengan rasio H dan N (8 : 2) . Virus influenza A dikelompokkan menjadi 16
subtipe H (1-16) dan 9 subtipe N (1-9) . Protein M2 merupakan membran protein yang
terintegrasi pada membran lemak amplop virus dan berperan sebagai saluran pertukaran ion
selama proses uncoating. Protein M2 juga merupakan target kerja antivirus amantadin dan
rimantadin (Sakaguchi et al.,1996)
Pada penelitian in ovo minyak atsiri jahe merah 1% merupakan konsentrasi paling efektif
sebagai antiviral AI dibanding dengan kelompok minyak atsiri jahe merah 0,01% dan 0,1%
serta kelompok kontrol. Penelitian lanjutan efek jahe merah in vivo perlu dilakukan(untari tri
et al ,2012)
37

4. Echinacea Purpurea radix/ Herba


Sebagai immunomodulator , gangguan saluran pernafasan , antivirus, antiinflamasi (terutama
dalam penggunaan topikal). Ekstrak mengandung flavonoid, fenol, polisakarida menunjukkan
efek immunostimulant pada sel darah merah ayam dan sel line makrofag murine, tidak
menghambat kelangsungan hidup kedua se, mempunyai efek antiinflamasi, serta memiliki
aktifitas antioksidan serupa denga asam askorbat. Efek immunostimulantditunjukkan dengan
kenaikan (meningkatnya ) fagositosis granulosit dan monosit, fungsi sel ummun pada sel
darah , aktivitas respirasi atau mobilitas leukosit. Ekstrak etanolik menstimulasi fagositosis
baik secara in vitro maupun in vivo , sedangkan fraksi yang mengandung glikoprotein dan
polisakarida meningkatkan antibodi, memiliki efek antilesmanisid serta dapat menghambat
replikasi HIV.
Khasiat antivirus ditunjukkan dengan meningkatakan produksi dan - interferon, sedangkan
khasiat antiinflamasi karena penghambatan enzim lipookigenase. Fraksi yang mengandung
polisakarida dengan bobot molekul besar meningkatkan fagositosis , merangsang pelepasan
tumor nekrosis, produksi interleukin-1 dan -interferon..

BAB III
KESIMPULAN

38

Kesimpulan dari makalah ini adalah obat-obat antivirus dipakai untuk membasmi, mencegah
atau menghambat penyebaran infeksi virus. Virus bereplikasi sendiri dalam beberapa tahap.
Tujuan dari obat-obat antivirus adalah untuk mencegah replikasi virus dengan menghambat
salah satu dari tahap-tahap tersebut, sehingga dengan demikian menghambat virus untuk
bereproduksi. Kelompok obat-obat ini efektif untuk melawan influenza, herpes, human
immunodeficiency virus (HIV).

DAFTAR PUSTAKA

39

1. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S, 2007. Cellular and Molecular Immunology,
Saunders Elsevier. Philadelpia
2. Baratawidjaja KG, Rengganis I, 2010. Imunologi Dasar, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia
3. Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Applications, England:
John Wiley & Sons, Ltd., ISBN 978-0-470-023860-0
4. Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting edisi 6
Jakarta: Depkes RI.
5. Hershey AD, Chase M (1952). "Independent Function of Viral Protein and Nucleic
Acid in Growth of Bacteriophage" (pdf). Journal of General Physiology 36: 39-56
6. Hudson J , Vimalanathan S, 2011. EchinaceaA Source of Potent Antivirals for
Respiratory Virus Infections. www.mdpi.com/journal/pharmaceuticals, ISSN 14248247. Mayell M. Maitake extracts their therapeutic potential A review. Altern Med
Rev 2001;6:48-60.
7. Katzung BG ed.(2004). Farmakologi Dasar & Klinik, ed.8, buku 3. Jakarta: Salemba
Medika, hal.127-162.
8. Lee HS, Kim GJ, Lee JS, Kim EJ, Jong HK. 2008. Antiviral effect of gingerol during
HVI-1 replication in MT4 human T lymphocytes.Antiviral Research (78): A1-A76.
9. Nanba H, Kodama N, Schar D, Turner D. Effects of Maitake (Grifola frondosa)
glukan in HIV-infected patients. Mycoscience 2000;41:293-295.
10. Untari tri et , widyarini S, wibowo MH, Antiviral Activity of Essensial Oil Red
Ginger on Avian Influensa. Jurnal Veteriner September 2012, Vol. 13 No. 3: 309-312,
ISSN : 1411 - 8327

40

Anda mungkin juga menyukai