Oleh :
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmatdan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Interaksi Obat.
Makalah ini membahas tentang studi kasus interaksi obat, penulisberharap
semoga makalah ini mendapatkan perhatian dan respon yangbaik dari Ibu Dosen
dan bermanfaat bagi pembaca.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekuranganbaik dari segi isi maupun bahasanya, diharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi menyempurnakan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virus merupakan mikro-organisme hidup yang terkecil (besarnya 20-300 mikron),
kecuali prion. Penularan virus di mulai dengan pelekatan virus pada dinding sel tuan-rumah
yang dihidrolisa oleh enzim-enzimnya.
Karena virus mampu memperbanyak diri dengan pesat dan mudah bermutasi, maka cepat
sekali terbentuk varian-varian baru. Akibat suatu mutasi yang tak disangka, virus-virus hewan
mendadak ditularkan ke manusia. Para ahli meramalkan bahwa dimasa depan akan selalu
muncul virus-virus baru yang dapat mencetuskan epidemi-epidemi serius yang mengancam
manusia.
Pada dasawarsa terakhir, dunia telah dilanda sejumlah penyakit virus baru yang hebat dan
seringkali bersifat epidemi. Yang paling ganas adalah AIDS yang diakibatkan infeksi dengan
HIV. Meskipun adanya ikhtiar bersama secara besar-besaran dari para ilmuan di seluruh dunia,
hingga kini belum ditemukan obat yang dapat dikatakan ampuh untuk 100%. Fakta yang
mencolok mata pada epidemi-epidemi baru tersebut adalah bahwa virus-virus baru itu
kebanyakan berasalkan dari jenis-jenis hewan lain.
B. Rumusan Masalah
A. Definisi HIV
B. Gejala-Gejala HIV
1. Gejala Mayor
• Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
• Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
• Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
• Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
• Demensia/ HIV ensefalopat
Demensia adalah sindrom mental organickyang ditandai dengan
hilangnya kemampuan intelektual secara menyeluruh yang mencukup gangguan
mengingat , penilaian, dan pemikiran abstrak demikian juga dengan perubahan prilaku,
tetapi tidak mencakup gangguan yang disebabkan oleh kesadaran yang berkabut, defresi
tetapi tidak mencakup gangguan yang disebabkanoleh kesadaran yang berkabut, depresi,
atau gangguan fungsional mental lainnya.
2. Gejala Minor
• Batuk menetap lebih dari 1 bulan
• Dermatitis generalisata
• Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
• Kandidias orofaringeal
• Herpes simpleks kronis progresif
• Limfadenopati generalisata
• Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
• Retinitis virus sitomegalo
• Infeksi opurtunistik
Infeksi Opurtunistik Adalah infeksi yang muncul akibat lemahnya sistem pertahanan
tubuh yang telah terinfeksi HIV atau oleh sebab lain.Pada orang yang sistem kekebalan
tubuhnya masih baik infeksi ini mungkin tidak berbahaya, namun pada orang yang kekebalan
tubuhnya lemah (HIV/AIDS) bisa menyebabkan kematian.
Fusion inhibitors
Supaya HIV bisa masuk ke sel inang, virus harus menyatukan membrannya dengan sel
inang. Hal ini bisa dilakukan melalui transmembran glikoprotein gp41 virus tempat terjadinya
ikatan antara HIV dengan permukaan sel inang. Envuvirtid adalah obat pertama pada
kelompok fusion inhibitor yang diketahui menghambat fusi virus. Obat umumnya tidak
termasuk dalam pengobatan awal. Envuvirtid yang dikombinasikan dengan ART lainnya dapat
digunakan untuk terapi penderita yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi antivirus
dengan perbanyakan virus terus berlangsung walaupun telah diberikan ART terus-menerus.
Menekan pertumbuhan ganda HIV. Tujuannya adalah supaya tidak memiliki virus yang
terdeteksi dalam darah selama mungkin. Pada tingkat ini, virus pada dasarnya “shut down”
Meningkatkan kualitas hidup.
Mempertahankan pilihan pengobatan di masa depan, artinya akan ada obat yang tersedia jika
pasien mengalami efek samping atau penolakan terhadap beberapa obat.
Mengembalikan fungsi imun tubuh (seperti yang ditunjukkan oleh jumlah sel T). Tujuannya
agar jumlah sel T meningkat 100 sampai 200 sel/mikroliter selama beberapa tahun pertama
pengobatan dan kemudian tetap tinggi.
Mencegah penularan HIV ke orang lain.
Memberikan rejimen pengobatan yang menekan HIV tetapi juga “nyaman untuk pasien”
dalam hal toleransi dan kesukaan pasien (misalnya jumlah pil, ukuran pil, dan frekuensi
pemberian).
Regimen antiretroviral (ART) biasanya terdiri dari dua NRTI ditambah agen ketiga (baik
INSTI, PI, atau NNRTI). Dosis kecil agen penguat dapat diberikan untuk “meningkatkan”
tingkat obat tertentu.
Ada banyak rejimen yang berbeda, dan setiap kategori obat mengandung banyak obat.
Dokter akan bekerja sama dengan pasien untuk menentukan rejimen yang paling sesuai. Setiap
obat memiliki petunjuk dosis dan efek samping tertentu, dan beberapa mungkin memiliki
interaksi dengan obat resep, non-resep, dan obat herbal lainnya.
D. KOMBINASI OBAT
Pada tahun 1995 menunjukkan penelitian menunjukkan bahwa kombinasi obat dari
dua atau 3 jenis obat berkhasiat lebih kuat daripada obat-obat tersendiri. Triple therapy
dengan kombinasi (misalnya zidofudin + lamivudin + indinavir) ternyata sangat efektif
setelah 6 bulan, dimana dapat meningkatkan jumlah sel lmfo-T (CD4).
Kombinasi obat juga digunakan untuk mencegah resistensi dimana obat yang di
kombinasikan terdiri dari nukleosid reverse transcriptase inhibitor, non nukleosid reverse
transcriptase inhibitor, dan protease inhibitor.
Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue
trancriptase inhibitor, (atau NRTI) dengan protease inhibitor, atau dengan non-
nucleoside reverse trancriptase inhibitor (NNRTI).
Lini Pertamanya yaitu :
Zidovudin + Lamivudin + Nevirapin
Tenofofir + Lamivudin + Nelfinavir
Lamivudin + Nevirapin
Lini keduanya :
Didanosin + Abakavir
Didanosin + Lamivudin
Tenofovir + Lamivudin
a. Kesimpulan
1. Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi
olehobat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat
mengubahefek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau
kurang aktif.2.