Anda di halaman 1dari 18

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK MADU TERHADAP

PERTUMBUHAN Streptococcus Mutans

EDWIL CAVINE SOMPIE

NRI 120113074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Madu memiliki komponen kimia yang memiliki efek koligemik yakni


asetilkolin. Asetilkolin berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan
mengurango tekanan darah. Gula yang terdapat dalam madu akan terserap
langsung oleh darah sehingga menghasilkan energi secara cepat bila dibandingkan
dengan gula biasa. Disamping kandungan gulanya yang tinggi (fruktosa 41,0%;
glukosa 35%; sukrosa 1,9%) madu juga mengandung komponen lain seperti
tepung sari dan berbagai enzim pencernaan. Disamping itu madu juga
mengandung berbagai vitamin seperti vitamin A, B1, B2, mineral seperti
kalsium, natrium, kalium, magnesium, besi, juga garam iodine bahkan radium.
Selain itu madu juga mengandung antibiotik dan berbagai asam organik seperti
asam malat, tartarat, sitrat, laklat, dan oksalat. Karena itu madu sangat tinggi
sekali khasiatnya.

Semakin tinggi tingkat teknologi suatu negara, semakin tinggi kesadaran


akan arti madu dalam menu masyarakat sehari-hari. Mereka semakin
mendambakan lebih banyak mengkonsumsi “natural foods”. Madu termasuk
kategori “natural foods”, tetapi juga dalam “natural health foods”. Dari berbagai
negara yang paling gemar mengkonsumsi madu adalah masyarakat Jerman Barat
dan Swiss. Dua negara tersebut negara paling rewel terhadap persyaratan
keamanan makanan bagi rakyatnya. Mereka rata-rata mengkonsumsi madu 800
gram 1,4kg/orang/tahun. Amerika Serikat dan Inggris termasuk lebih rendah
konsumsi madunya, yaitu berturut-turut rata-rata 400 – 500 gram dan 250 – 350
gram/orang/tahun.

Hypocrates, ahli ilmu fisika membiasakan diri makan madu secara teratur
yang menyebabkan dia dapat mencapai usia 107 tahun, demikian juga halnya Aris
Totoles, bapak dari “Natural Science” beranggapan bahwa madu memiliki sifat
yang unik yang dapat meningkatkan kesehatan manusia dan memperpanjang usia,
dalam arti dalam usia tua masih mempunyai stamina yang kuat dan gangguan
penyakit sangat jarang dijumpai. Demikian juga Ibnu sina (Avicenna), ilmuwan
yang tersohor itu menganjurkan kita mengkonsumsi madu, karena dapat menjaga
kekuatan sehingga masih mampu bekerja pada usia tua (senja). Dia juga
menganjurkan agar manusia yang telah berusia 45 tahun sebaiknya
mengkonsumsi madu secara teratur.

Pemberian madu pada anak-anak juga dapat meningkatkan kadar


hemoglobin. Sebagai perbandingan, anak yang tidak diberi madu kandungan
hemoglobinnya hanya naik sampai 4 persen selama 40 hari. Sedangkan yang
mengkonsumsi madu disamping makan normal, kandungan hemoglobinnya naik
23% pada waktu yang sama.

Hal ini karena madu mengandung cukup banyak zat besi. Madu dengan
kadar gula dan levulosa yang tinggi sangat mudah diserap oleh usus bersama
dengan zat-zat organic lain, dengan demikian dapat bertindak sebagai stimulan
bagi pencernaan dan memperbaiki nafsu makan.

Mulut merupakan salah satu alat pencernaan yang dapat menjadi tempat yang
sangat ideal bagi pertumbuhan bakteri, karena temperatur, kelembaban dan
makanan, dengan menjaga pola hidup yang baik sangat berpengaruh bagi
kesehatan gigi dan mulut. Kurangnya upaya dalam pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut dapat menyebabkan terjadinya infeksi bakteri dan virus. Salah satu
infeksi yang disebabkan oleh infeksi bakteri yaitu penyakit karies.

Karies adalah......... Karies disebabkan oleh bakteri s.mutans. akibatnya apa.

Prevalensi karies menurut WHO...... di Indonesia prevalensinya berapa....

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul..............................
1.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah ada daya hambat ekstrak madu terhadap bakteri Streptococcus


Mutans ?

1.3 TUJUAN

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui seberapa


besar uji daya hambat ekstrak madu terhadap bakteri Streptococcus Mutans

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah dapat mengetahui daya
hambat antibakteri ekstrak madu terhadap Streptococcus Mutans, dapat digunakan
sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk menguji potensi ekstrak madu,
mendorong peneliti berikutnya untuk membandingkan efek antibakteri dari
ekstrak madu dengan antibiotika yang digunakan untuk Streptococcus Mutans,
dan diharapkan madu dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus Mutans khususnya sebagai
obat kumur dimasa mendatang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MADU

Madu adalah cairan yang menyerupai sirup, madu lebih kental dan berasa
manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga. Jika Tawon
madu sudah berada dalam sarang nektar dikeluarkan dari kantung madu yang
terdapat pada abdomen dan dikunyah dikerjakan bersama tawon lain, jika nektar
sudah halus ditempatkan pada sel, jika sel sudah penuh akan ditutup dan terjadi
fermentasi, Sepanjang sejarah, madu sudah digunakan manusia untuk mengobati
berbagai jenis penyakit, namun baru beberapa periode ini antiseptik dan
antibakteri yang berasal dari madu bisa dijelaskan secara kimiawi.

2.1.1 MADU DAN ANTI BAKTERI

Beberapa hal yang membuat efek antibakteri madu berbeda-beda adalah


kendungan hidrogen peroksida dan non peroksida seperti vitamin C, ion logam,
enzim katalase dan juga ketahanan madu terhadap suhu dan sensivitas enzimnya
terhadap cahaya, Setiap jenis madu ternyata memiliki keunggulan untuk kuman
yang berbeda-beda pula.
Pada dasarnya semua madu secara umum memang asli punya sifat
antibakteri karena kadar gula (alami) yang tinggi. Beberapa ahli berpendapat, efek
antibakteri madu secara umum memang akan berkurang bila madu tercampur atau
diencerkan.

2.1.2 EFEK OSMOTIK MADU


Madu memiliki efek osmotik. Pada dasarnya madu merupakan campuran
dari monosakarida dengan aktifitas air yang rendah, kebanyakan molekul air
selalu berhubungan dengan gula dan juga mikroorganisme. Hal ini membuat
madu menjadi media yang tidak bagus untuk mikroorganisme berkembang biak.

2.1.3 KANDUNGAN NUTRISI

Madu adalah campuran dari gula dan senyawa lainnya. Sehubungan


dengan karbohidrat, madu terutama fruktosa (sekitar 38,5%) dan glukosa (sekitar
31,0%), sehingga mirip dengan sirup gula sintetis diproduksi terbalik, yang sekitar
48% fruktosa, glukosa 47%, dan sukrosa 5%. Karbohidrat madu yang tersisa
termasuk maltosa, sukrosa, dan karbohidrat kompleks lainnya. Seperti semua
pemanis bergizi yang lain, madu sebagian besar mengandung gula dan hanya
mengandung sedikit jumlah vitamin atau mineral. Madu juga mengandung
sejumlah kecil dari beberapa senyawa dianggap berfungsi sebagai antioksidan,
termasuk chrysin, pinobanksin, vitamin C, katalase,. Komposisi spesifik dari
sejumlah madu tergantung pada bunga yang tersedia untuk lebah yang
menghasilkan madu.

Analisa madu secara umum:

 Fruktosa : 38.2%
 Glukosa : 31.3%
 Maltosa : 7.1%
 Sukrosa : 1.3%
 Air : 17.2%
 Gula paling tinggi : 1.5%
 Abu (analisis kimia) :0.2%
 Lain-lain : 3.2%
Kekentalan madu adalah sekitar 1,36 kilogram per liter. Atau sama dengan 36%
lebih kental dari pada air).

Hidrogen Peroksida terbentuk dari pelepasan yang lambat oleh enzim


glukosa oksida yang ada di madu. Hal ini terjadi jika madu dicairkan, dimana
oksigen dibutuhkan untuk reaksi ini, aktif hanya jika keasaman madu dinetralisasi
oleh cairan tubuh, dapat dihancurkan oleh adanya enzim pencerna protein, dan
akan hancur jika madu terpapar panas atau sinar.

Madu juga dapat menonaktifkan logam bebas, yang tidak akan mengkatalisis
pembentukan radikal oksigen bebas dari hidrogen peroksida, yang menyebabkan
peradangan. Juga, unsur antioksidan dalam madu membantu membersihkan
radikal bebas oksigen yang ada.

C6H12O6 + H2O + O2 → C6H12O7 + H2O2 (reaksi oksidasi glukosa)

Pada saat madu digunakan (seperti dioleskan pada luka) hidrogen peroksida
dihasilkan saat madu mencair terkena cairan tubuh. Sebagai hasilnya, hidrogen
peroksida dilepaskan perlahan lahan dan menjadi antiseptik.

Madu mengandung glukosa (dekstrosa) dan fruktosa (levulosa) dalam


jumlah yang tinggi. Menurut Winarno (1982), kadar dekstrosa dan levulosa yang
tinggi mudah diserap oleh usus bersama zat-zat organic lain, sehingga dapat
bertindak sebagai stimulant bagi pencernaan dan memperbaiki nafsu makan.
Selain itu, madu juga memiliki sifat antimkiroba. Berdasarkan hasil peneliti
Komara (2002), madu memiliki aktivitas senyawa antibakteri terutama pada
baktero Gram (+), yaknibakteriS,Aureus,B.cereusSejak dahulu madu sudah
banyak diginakan oleh para ahli kedokteran untuk menyembuhkan beberapa
penyakit. Penyakit-penyakit yang berhasil disembuhkan antara lain : luka (pasca
pembedahan, dibuktikan oleh ahli bedah Rusia Y. Krintsky), Penyakit saluran
pernapasan bagian atas, flu, penyakit paru (TBC pulmonary), penyakit jantung
(Avicena” bapak kedokteran” berpendapat bahwa madu adalah obat penyakit
jantung yang manjur), penyakit perut dan usus, penyakit hati, penyakit syaraf dan
penyakit kulit. Menutu Winarno (1982), berabad-abad lamanya madu telah
digunakan untuk pengobatan penyakit jantung. Otot jantung bekerja tanpa
istirahat Karen aitu memerlukan desktrosa sebagai sumber energi untuk
menggantikan energi yang hilang .

Madu memiliki komponen kimia yang memiliki efek koligemik yakni


asetilkolin. Asetilkolin berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan
mengurango tekanan darah. Gula yang terdapat dalam madu akan terserap
langsung oleh darah sehingga menghasilkan energi secara cepat bila dibandingkan
dengan gula biasa. Disamping kandungan gulanya yang tinggi (fruktosa 41,0 %;
glukosa 35 %; sukrosa 1,9 %) madu juga mengandung komponen lain seperti
tepung sari dan berbagai enzim pencernaan. Disamping itu madu juga
mengandung berbagai vitamin seperti vitamin A, B1, B2, mineral seperti
kalsium, natrium, kalium, magnesium, besi, juga garam iodine bahkan radium.
Selain itu madu juga mengandung antibiotik dan berbagai asam organic seperti
asam malat, tartarat, sitrat, laklat, dan oksalat. Karena itu madu sangat tinggi
sekali khasiatnya.

Hypocrates, ahli ilmu fisika membiasakan membiasakan diri makan madu secara
teratur yang menyebabkan dia dapat mencapai usia 107 tahun, demikian juga
halnya Aris Totoles, bapak dari “Natural Science” beranggapan bahwa madu
memiliki sifat yang unik yang dapat meningkatkan kesehatan manusia dan
memperpanjang usia, dalam arti dalam usia tua masih mempunyai stamina yang
kuat dan gangguan penyakit sangat jarang dijumpai. Demikian juga Ibn sina
(Avicenna), ilmuwan yang tersohor itu menganjurkan kita mengkonsumsi madu,
karena dapat menjaga kekuatan sehingga masih mampu bekerja pada usia tua
(senja). Dia juga menganjurkan agar manusia yang telah berusia 45 tahun
sebaiknyamengkonsumsimadusecarateratur.
2.2 STREPTOCOCCUS MUTANS

Streptoccocus mutans adalah salah satu genus dari baktri nonmotil yang
mengandung sel gram positif, berbentuk buat, oval dan membentuk rantai pendek,
panjang atau berpasangan. Bakteri ini tidak membentuk spora Bakteri ini dapat
ditemukan di bagian mulut, usus manusia dan hewan. Ada juga jenis yang
digunakan untuk fermentasi makanan dan minuman. Beberapa jenis ada yang
bersifat patogen Spesies bakteri Streptococcus yang bersifat patogen diantaranya
dapat menyebabkan penyakit seperti pneumonia, meningitis, necrotizing fasciitis,
erisipelas, radang tenggorokan, dan endokarditis. Jenis bakteri dari genus ini juga
banyak digunaan dalam produksi keju dan yugort Klasifikasi bakteri dari genus
Streptococcus disusun berdasarkan sifat-sifat hemolitik yang dimiliki yaitu
Streptococcus hemolitik alpha, hemolitik beta, dan hemolitik gamma. Berdasarkan
kombinasi sifat antigen, hemolitik dan fisiologisnya, genus dari banteri ini dibagi
menjadi grup A, B, C, D, F, dan G. Grup A dan D dapat ditularkan pada manusia
melalui makanan.Grup A terdiri dari satu spesies dengan 40 tipe antigen. Spesies
dari grup A tersebut adalah S. pyogenes.

2.3 MORFOLOGI DAN KLARIFIKASI

Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positf (+), bersifat non


motil (tidak bergerak), berdiameter 1-2 μm, bakteri anaerob fakultatif. Memiliki
bentuk bulat atau bulat telur, tersusun seperti rantai dan tidak membentuk spora
Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 180ºC – 400ºC.
Streptococus mutans

Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang


luka dan menjadi bakteri yang paling kondusif menyebabkan karies untuk
email gigi

Sreptococus mutans

Klasifikasi Streptococcuss mutans menurut Bergey dalam Capuccino


(1998) adalah :
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutan

Streptococcus mutans adalah bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam


asidurik, mampu tinggal pada lingkungan asam, dan menghasilkan suatu
polisakarida yang lengket yang disebut dengan dextran. Oleh karena
kemampuan ini, Streptococcus mutans bisa menyebabkan lengket dan
mendukung bakteri lain menuju ke email gigi, lengket mendukung bakteri
– bakteri lain, pertumbuhan bakteri asidodurik yang lainnya, dan asam
melarutkan email gigi.

Patogenesis Karies Gigi

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus mutans


adalah karies gigi. Ada beberapa hal yang menyebabkan karies gigi
bertambah parah adalah gula, air liur, dan juga bakteri pembusuknya.
Setelah mengkonsumsi sesuatu yang mengandung gula, terutama adalah
sukrosa, dan bahkan setelah beberapa menit penyikatan gigi dilakukan,
glikoprotein yang lengket (kombinasi molekul protein dan karbohidrat)
bertahan pada gigi untuk mulai pembentukan plak pada gigi. Pada waktu
yang bersamaan berjuta-juta bakteri yang dikenal sebagai Streptococcus
mutans juga bertahan pada glikoprotein itu. Walaupun banyak bakteri lain
yang juga melekat, hanya Streptococcus mutans yang dapat menyebabkan
rongga atau lubang pada gigi.
Gambar 2: Streptococcus mutans pada plak gigi
Pada langkah selanjutnya, bakteri menggunakan fruktosa dalam suatu
metabolisme glikolisis untuk memperoleh energi. Hasil akhir dari
glikolisis di bawah kondisi anaerob adalah asam laktat. Asam laktat ini
menciptakan kadar keasaman yang ekstra untuk menurunkan pH sampai
batas tertentu sehingga dapat menghancurkan zat kapur fosfat di dalam
email gigi mendorong ke arah pembentukan suatu rongga atau lubang.

Streptococcus mutans ini yang mempunyai suatu enzim yang disebut


glucosyl transferase diatas permukaannya yang dapat menyebabkan
polimerisasi glukosa pada sukrosa dengan pelepasan dari fruktosa,
sehingga dapat mensintesa molekul glukosa yang memiliki berat molekul
yang tinggi yang terdiri dari ikatan glukosa alfa (1-6) alfa (1-3).
Pembentukan alfa (1-3) ini sangat lengket, sehingga tidak larut dalam air.
Hal ini dimanfaatkan oleh bakteri streptococcus mutans untuk berkembang
dan membentuk plak gigi. Enzim yang sama melanjutkan untuk
menambahkan banyak molekul glukosa ke satu sama lain untuk
membentuk dextran yang memiliki struktur sangat mirip dengan amylase
dalam tajin. Dextran bersama dengan bakteri melekat dengan erat pada
enamel gigi dan menuju ke pembentukan plak pada gigi. Hal ini
merupakan tahap dari pembentukan rongga atau lubang pada gigi yang
disebut dengan karies gigi.
Proses pembentukan karies gigi

Streptococcus mutans melekat pada permukaan gigi dengan perantara


glukan, dimana produksi glukan yang tidak dapat larut dalam air merupakan
faktor virulensi yang penting, glukan merupakan suatu polimer dari glukosa
sebagai hasil reaksi katalis glucosyltransferase. Glukosa yang dipecah dari
sukrosa dengan adanya glucosyltransferase dapat berubah menjadi glukan.
Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu glucosyltransferase dan
fruktosyltransferase. Enzim-enzim ini bersifat spesifik untuk substrat sukrosa
yang digunakan untuk sintesa glukan dan fruktan atau levan. Koloni
Streptococcus mutans yang ditutupi oleh glukan dapat menurunkan proteksi dan
daya antibakteri saliva terhadap plak gigi.

Plak dapat menghambat difusi asam keluar dalam saliva sehingga


konsentrasi asam pada permukaan enamel meningkat. Asam akan melepaskan ion
hidrogen yang bereaksi dengan kristal apatit dan merusak enamel, berpenetrasi
lebih dalam ke dalam gigi sehingga kristal apatit menjadi tidak stabil dan larut.
Selanjutnya infiltrasi bakteri aciduric dan acidogenik pada dentin menyebabkan
dekalsifikasi dentin yang dapat merusak gigi. Hal ini menyebabkan produksi asam
meningkat, reaksi pada kavitas oral juga menjadi asam dan kondisi ini akan
menyebabkan proses demineralisasi gigi terus berlanjut. Perlekatan bakteri karena
adanya reseptor dextran pada permukaan dinding sel, sehingga mempermudah
interaksi intersel selama formasi plak. Dextran berhubungan dengan kariogenik
alami bakteri. Streptococcus mutans merupakan bakteri yang berkembang dalam
suatu plak, yang virulensinya tergantung koloni dan produk-produk yang
dihasilkan bakteri.

Skema pembentukan karies gigi

Proses pembentukan karies gigi secara garis besarnya bisa adalah sebagai berikut
1. Konsumsi sukrosadan fruktosa(manis).
2. Terbentuk glikoprotein lengket, terbentuk plak
3. Streptococcus mutans berkembang biak di bagian tersebut, menyebabkan
lubang.
4. Fruktosa digunakan untuk respirasi sel pada proses glikolisis
5. Setelah proses glikolisis karena kondisi anaerob terbentuk asam laktat
6. Kondisi pH berubah menjadi asam akibat adanya asam laktat
7. PH asam mampu menghancurkan zat kapur fosfat pada email gigi, terbentuk
rongga

Mekanisme kerja enzim yang dihasilkan Streptococcus mutans


1. enzim glucosyl transferase menyebabkan polimerisasi glukosa pada sukrosa
dengan pelepasan dari fruktosa
2. Terjadi sintesis molekul glukosa alfa(1,6) dan alfa(1,3)
3. Alfa(1,3) sangat lengket, akibatnya tidak larut dalam air
4. Dimanfaatkn oleh mutans sebagai media berkembang biak
5. Enzim glucosil transeferase juga menambahkan banyak molekul glukosa untuk
membentuk dextran yang merupakan polisakarida hasil penggabungan molekul-
molekul glukosa
6. Produksi glukan (merupakan polimer dari glukosa) yang tidak larut dalam air
menurunkan proteksi daya antibakteri saliva
7. Plak menghambat difusi asam keluar dari saliva sehingga asam terperangkap
pada permukaan enamel gigi yang menyebabkan peningkatan pH asam
8. Kondisi asam melepaskan ion hidrogen yang bereaksi dengan kristal apatit
yang merusak enamel
9. Infiltrasi mutans ke dentin menyebabkan dekalsifikasi dentin yang merusak gigi
sehingga terbentuk karies gigi

Penghitungan Koloni Bakteri Streptococcus Mutans


Tes mikrobiologi dipakai untuk penilaian karies, yaitu sampel air liur dapat
digunakan untuk mengetahui jumlah koloni Streptococcus mutans dan
Lactobacillus di dalam rongga mulut. Selanjutnya dikuantifikasi dan
diekstrapolasi untuk memperoleh jumlah koloni bakteri tersebut dalam hitungan
permililiter air liur yang disebut dengan CFU (colony forming unit) dan
ditetapkan sebagai:
a. Aktifitas karies yang tinggi, jumlah koloni Streptococcus mutans > 106 /mL,
sedangkan jumlah koloni Lactobacillus > 105 /mL.
b. Aktifitas karies yang rendah, jumlah koloni Streptococcus mutans< 105 /mL,
sedangkan jumlah koloni Lactobacillus < 104 /mL
KERANGKA TEORI

2.4 KERANGKA KONSEP

Pertumbuhan Bakteri
Ekstrak Madu Streptococcus mutans

1.4 HIPOTESIS

H0 : Ekstrak madu tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus


mutans.

H1 : Ekstrak madu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan
desain penelitian Post-test only control group design.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran dan Laboratorium Farmasi Fakultas M-IPA Universitas Sam
Ratulangi Manado.
2. Waktu
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2016.
C. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini yaitu jamur Streptococcus mutans.

D. Variabel Penelitian

1. Madu
2. Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans

Anda mungkin juga menyukai