Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker ovarium merupakan suatu kanker yang belum diketahui penyebabnya.Kanker
Ovarium sering ditemukan wanita yang berumur 40 - 74 tahun. Penyebaran suatu kanker
ovarium bisa menyebar kebagian yang lain,seperti daerah panggul dan perut melalui getah
bening dan melalui peredaran darah untuk menuju kehati dan paru-paru.
Karsinoma ovarium adalah jenis epitel adalah penyebab utama kematian akibat kanker
ginekologi diamerika serikat. Pada tahun 2003 diperkirakan terdapat 25.400 kasus kanker
dengan 14.300 kematian yang mencakup kira- kira 5% dari semua kematian wanita karena
kanker.
Meskipun mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitelial,kanker ovarium dapat juga
berasal dari sel yang terdapat diovarium. Tumor ovarium yang berasal dari sel germinal yang
kelasifisikan sebagai disgerminoma dan teratoma sedangkan tumor ovarium yang berasal dari
sel folikel di kelasifisaikan sebagai sex cord stromal terutama tumor sel granulosa dan tumor
yang berasal dari stroma ovarium adalah sarkoma. Akan tetapi angka kejadian tumor ovarium
non epitelial kecil sekali sehingga dianggap angka kejadian seluruh kanker ovarium.
Kanker ovarium jarang ditemukan pada umur dibawah 40 tahun . Angaka kejadian
meningkat dengan makin tuanya usia 15 – 16 per 100.000 pada usia 40 -44 tahun menjadi
paling tinggi dengan angka kematain 57 per 100.000 pada usia 70 – 74 tahun.Usia median saat
diagnosis adalah 63 tahun dan 48 % penderita berusia diatas 65 tahun.
Pada tahun 2005, Masyarakat kanker Amerika memperkirakan bahwa 22.220 kasus baru
kanker ovarian akan bisa di diagnosa, dan itu kan membunuh 16.200 wanita. Hanya 77% kasus
yang mempunyai tingkat nilai survival 1 tahun, 44% kasus yang mempunyai tingkat nilai
suvival 5 tahun. Dan hanya 19% kasus saja kasus yang di diagnosa sebelum metastasis terjadi.
Hal tersebut disebabkan Oleh karena ketiadaan adanya deteksi dini peyakit dan kemajuan
penyakit yang cepat. Sehingga menyebabkan angka kematian yang sebabkan oleh kanker Ovari
meningkat.
Karena belum ada metode skrining yang efektif untuk kanker ovarium 70% kasus
ditemukan kasus pada keadaan yang sudah usia lanjut yakni tumor yang menyebar jauh dari
ovarium.
Belum lama ini telah dipublikasikan analisis grafik kelangsungan hidup, yang telah
ditujukan sebagai metode untuk melakukan analisis biaya efektivitas . Dimana kedua
pengobatan ini telah dibandingkan satu sama lainnya dalam hal biaya yang diakumulasikan per
tahun dari kehidupan yang didapatkannya. Pada pasien dengan karsinoma ovarium stadium
lanjut, kombinasi dari paclitaxel dan cisplatin telah terbukti dapat meningkatkan kelangsungan
hidup yang lebih baik dari terapi standar dengan cyclophosphamide dan cisplatin. Namun,
tingginya biaya paclitaxel menunjukkan bahwa perlu adanya evaluasi dari profil
pharmacoeconomic untuk pengobatan tersebut.
Dalam penelitian ini, kami menilai profil pharmacoenonomic dari kedua modalitas
kemoterapeutik dengan menentukan biaya per tahun dari pendapatan kehidupannya relatif
untuk dikombinasikan dengan paclitaxel dan cisplatin dibandingkan dengan kombinasi dari
siklofosfamid dan cisplatin. Analisis pharmacoeconomic kami dilakukan dengan
menggunakan pendekatan seumur hidup, yang berasaskan dua hal yaitu biaya dan manfaat
yang ditujukan dalam jangka panjang untuk menutupi keseluruhan rentan hidup dari seluruh
pasien. Penemuan terbaru di lingkup penelitian pharmacoeconomic, merekomendasikan
metode baru dari analisis data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru –
paru.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit).
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang
berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006)
Kanker ovarium merupakan sebuah penyakit dimana ovarium yang dimiliki wanita
memiliki perkembangan sel -sel abnormal. Secara umum, kanker ovarium merupakan suatu
bentuk kanker yang menyerang ovarium. Kanker ini bisa berkembang sangat cepat, bahkan,
dari stadium awal hingga stadium lanjut bisa terjadi hanya dalam satu tahun saja. Kanker
ovarium merupakan suatu proses lebih lanjut dari suatu tumor malignan di ovarium. Tumor
malignan sendiri merupakan suatu bentuk perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol sehingga
berpotensi menjadi kanker. Wikipedia Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang
cenderung menyerang jaringan disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya
jauh (Corwin, 2009, Hal; 66).
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histogenesis yang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga demoblast (ektodermal, endodermal, mesoderal) dengan sifat-sifat
histologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan
10% terdapat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak
dan tidak jelas pasti ganas (borderline malignancy atau carsinoma of low-maligna potensial)
dan jelas ganas (true malignant)(Priyanto, 2007).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker
ovarium disebut silent killer, karena ovarium terletak dibagian dalam sehingga tidak mudah
terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar
(metastasis) kemana-mana (Wiknjoasastro, 1999).

2.2. Manifestasi klinis ca ovarium


Manifestasi klinis terutama berupa rasa tidak enak perut bawah atau tenesmus, pada
stadium awal dapat timbul asites; dengan cepat kanker tumbuh melampaui kavum pelvis
hingga ke abdomen hingga teraba massa; haid tidak teratur, dapat timbul perdarahan per
vaginam. Tanda & Gejala pada pasien Kanker Ovarium, Gejala umum bervariasi dan tidak
spesifik. Pada stadium awal berupa :
a. Haid tidak teratur
b. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
c. Menoragia
d. Nyeri tekan pada payudara
e. Menopause dini
f. Rasa tidak nyaman pada abdomen
g. Dyspepsia
h. Tekanan pada pelvis
i. Sering berkemih
j. Flatulenes
k. Rasa begah setelah makan makanan kecil
l. Lingkar abdomen yang terus meningkat

2.3 Mengetahui jenis stadium dari kanker ovarium


Stadium kanker ovarium menurut International Federation of Obstetrics and
Gynecology (FIGO).
a. Stadium I
Pertumbuhan terbatas pada ovarium
 Ia : pertumbuhan terbatas pada 1 ovarium, tidak ada ascites, kapsul utuh, tidak
ada pertumbuhan pada permukaan luar.
 Ib : pertumbuhan pada 2 ovarium, tidak ada ascites, kapsul utuh, tidak ada
pertumbuhan pada permukaan luar.
 Ic : pertumbuhan terbatas pada 1 atau 2 ovarium dengan tumor pada
permukaan, kapsul ruptur, dan ascites atau bilasan peritoneum yang
mengandung sel ganas.
b. Stadium II
Perluasan ke panggul
 IIa : penyebaran ke uterus atau tuba.
 IIb : penyebaran ke jaringan panggul lainnya.
 IIc : stadium IIa dan IIb dengan tumor pada permukaan, kapsul ruptur, dan
ascites atau bilasan peritoneum yang mengandung sel ganas.
c. Stadium III
Implantasi peritoneum di luar panggul dan/atau adanya nodus retroperitoneal atau
inguinal.
 IIIa : tumor terbatas pada panggul sejati, tanpa nodus, penyebaran mikroskopis
pada peritoneum abdomen.
 IIIb : implantasi pada peritoneum abdominal ≤ 2 cm, tanpa nodus.
 IIIc : terdapat implantasi abdominal > 2 cm dengan adanya nodus
retroperitoneal dan inguinal.
d. Stadium IV
Metastase jauh
2.4 Penatalaksanaan medis
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya
kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang
baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan
sebanyak 6 seri dengan interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan
terhadap efek samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati,
fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem
kardiovaskuler. Metode terapi utama yaitu :
1) Kemoterapi dengan pemanasan intraperitoneal: melalui insisi perkutan dimasukkan
dua tabung silicon intraperitoneal, satu diletakkan di permukaan hati subdiafragma, satu
lagi di resesus posterior kavum pelvis, ujungnya difiksasi di dinding abdomen. Obat
yang diinfuskan biasanya FU, DDP, CTX dll. di dalam 3000-4000cc larutan garam faal.
Sebelumnya larutan itu dipanaskan hingga 42°C, dan upayakan temperatur itu
dipertahankan. Lalu melalui satu tabung silicon dialirkan ke rongga abdomen, setelah 8-
12 jam larutan dikeluarkan lewat tabung yang lainnya. Kecepatan pemberian adalah
500cc per jam. Setiap minggu dilakukan 1-2 kali. Efek buruknya berupa sakit perut,
untuk itu dapat serentak diberikan lidokain intraperitoneal.
2) Imunoterapi intraperitoneal: masukkan tabung ke rongga pelvis, abdomen, suntikkan
obat kemoterapi, 1-2 kali per minggu, serentak disuntikkan imunomodulator, umumnya
digunakan vaksen kuman Serratia marcescen(S311), 1cc per kali. Pasca injeksi dapat
timbul demam yang mencapai 39oC, 2-3 jam kemudian reda spontan. Demam pertanda
respons imun bekerja, tidak akan berdampak buruk.
3) Krioablasi argon-helium: terhadap massa ovarium, tidak peduli itu lesi primer atau
metastasis rongga pelvis dan dinding abdomen, dapat memakai krioablasi argon-
helium. Metode ini setara dengan operasi debulking, rudapaksa bagi pasien jauh lebih
keci dibandingkan operasi.
4) Terapi intra-arteri: melalui arteri femoralis dimasukkan kateter hingga mencapai
arteri ovarial, suntikkan emulsi campuran kemoterapi (misal DDP) dan lipiodol. Jepang
melaporkan terapi dengan cara ini, setelah 1 bulan massa ovarium menyusut rata-rata
49%.

2.4. Terapi Kanker Ovarium


Terapi kanker ovarium terdiri dari tindakan pembedahan dan non pembedahan.
Tindakan pembedahan memiliki dua tujuan yakni pengobatan dan penentuan stadium
surgikal. Terapi pembedahan diantaranya adalah histerektomi, salfingo-ooforektomi,
omentektomi, pemeriksaan ascites/bilasan peritoneum, dan limfadenektomi.
Selanjutnya dilakukan observasi dan pengamatan lanjut dengan pemeriksaan kadar
serum tumor marker. 10 Penatalaksanaan kanker ovarium dilakukan sesuai dengan
stadium klinis. Pengobatan primer pada pasien stadium awal, yakni stadium I dan II
adalah dengan tindakan operatif. Histerektomi dan bilateral salfingooforektomi
merupakan tindakan pilihan. Namun, pada pasien dengan stadium I risiko rendah yang
menginginkan untuk mempertahankan fertilitas, dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan unilateral salfingooforektomi. Sementara pada stadium I risiko tinggi,
diperlukan terapi tambahan seperti kemoterapi setelah dilakukan tindakan pembedahan.
10 Gynecologic Oncology Group (GOG) lebih lanjut menjelaskan bahwa yang
kelompok yang memerlukan kemoterapi tambahan adalah pasien dengan stadium IA
dan IB dengan histologi berdiferensiasi buruk, dan pasien dengan stadium IC dan II. 15
Pada stadium lanjut, tindakan pembedahan juga merupakan pilihan utama. Pada pasien
dengan kondisi yang stabil, tindakan pembedahan dilakukan untuk mengangkat massa
tumor dan metastasis sebanyak-banyaknya. Jika sitoreduksi diperkirakan tidak dapat
dilakukan secara maksimal, pasien dapat diberikan kemoterapi neoadjuvan dengan
tujuan untuk mengurangi massa tumor ke ukuran yang dapat direseksi. Setelah itu,
terapi dilanjutkan dengan kemoterapi seperti alur di bawah ini. Kemoterapi disesuaikan
pada setiap individu dengan tujuan untuk memaksimalkan efek terapi dan
meminimalkan efek toksisitas bagi tubuh. 10,15

2.5 Farmakoekonomi

a. Definisi Farmakoekonomi
Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis pada biaya terapi
pengobatan di sistem pelayanan kesehatan dan masyarakat. Secara lebih spesifik,
penelitian farmakoekonomi adalah proses identifikasi, perhitungan, dan perbandingan
biaya, risiko, dan keuntungan dari program, pelayanan atau pengobatan dan menentukan
alternatif yang memberikan outcome kesehatan paling baik (Dipiro et al., 2009).

Studi farmakoekonomi mempertimbangkan biaya obat alternatif dan regimen obat


dibandingkan dengan hasil keluarannya (outcome), sebagai panduan dalam pembuatan
keputusan dan kebijakan tentang obat yang seharusnya digunakan, obat mana yang
seharusnya dibayar oleh pemerintah atau pihak ketiga (asuransi). Pengaruh dari informasi
farmakoekonomi kepada pembuat keputusan dalam pelayanan kesehatan tergantung pada
sudut pandang analisis yang dilakukan. Dua komponen fundamental dalam studi
farmakoekonomi adalah perhitungan biaya dan hasil keluaran (outcome) yang dinilai
secara kuantitatif (Gattani et al., 2009).

b. Perspektif Farmakoekonomi
Evaluasi farmakoekonomi dapat dinilai dari satu atau lebih perspektif. Klasifikasi
perspektif penting, karena hasil evaluasi ekonomi sangat tergantung dari perspektif yang
diambil, dikarenakan perspektif menentukan biaya (cost) dan keluaran (consequence)
yang akan dievaluasi (Bootman, 2005). Perspektif yang umum digunakan meliputi
(Dipiro et al., 2009):

1) Perspektif Pasien

Pada dasarnya, biaya dari perspektif ini adalah segala biaya yang harus
dibayarkan pasien untuk suatu produk atau pelayanan. Akibatnya, dari perspektif ini,
seluruh efek klinik baik positif dan negatif dari suatu program atau alternatif
pengobatan dapat diketahui.
2) Perspektif Provider

Biaya dari perspektif ini adalah pengeluaran yang sebenarnya karena produk
atau pelayanan kesehatan. Provider dapat mencakup rumah sakit atau klinik. Dari
perspektif ini, biaya langsung seperti obat, biaya rawat inap, tes laboratorium, biaya
jasa petugas kesehatan dapat diidentifikasi, dinilai dan dibandingkan.
3) Perspektif Payer

Perusahaan asuransi atau pemerintah termasuk dalam payer. Biaya paling


penting dalam perspektif ini adalah biaya langsung, namun biaya tidak langsung
seperti hilangnya produktivitas kerja dapat berpengaruh pada biaya total layanan
kesehatan.
4) Perspektif Masyarakat

Perspektif ini merupakan perspektif yang paling luas karena


mempertimbangkan keuntungan pada masyarakat sebagai keseluruhan. Secara
teoritis, seluruh biaya langsung dan tak langsung termasuk dalam evaluasi ekonomi
yang dilakukan dengan perspektif masyarakat. Biaya morbiditas dan mortalitas serta
seluruh biaya dari pemberian dan penerimaan pelayanan kesehatan juga termasuk
dalam perspektif ini.

c. Biaya dalam Farmakoekonomi


Evaluasi farmakoekonomi tidak dapat lepas dari isu biaya. Berdasarkan konsep
ekonomi, biaya didasarkan pada penggunaan suatu sumber daya terhadap suatu jalan
dengan mengesampingkan alternatifalternatif lain (Walley et al., 2004). Terdapat
beberapa tipe biaya dalam cost analysis yaitu:
1) Biaya Medik Langsung

Biaya medik langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk produk medis
dan pelayanan medis yang digunakan untuk mencegah, mendeteksi, atau mengobati
penyakit. Contoh dari biaya ini adalah biaya untuk obat, alat dan bahan medis, tes
diagnosis dan laboratorium, biaya rawat inap dan biaya kunjungan (Dipiro et al.,
2009).
Biaya Non-medik Langsung
Biaya ini adalah biaya untuk pelayanan non-medis akibat adanya penyakit
namun tidak termasuk dalam pembayaran pelayanan medis. Contoh dari biaya ini
meliputi biaya yanng dikeluarkan pasien untuk transportasi ke fasilitas pelayanan
kesehatan, biaya hidup keluarga, biaya untuk makanan khusus, dan lainnya (Dipiro et
al., 2009).
2) Biaya Tak Langsung (indirect cost)

Biaya tak langsung adalah biaya-biaya dari sudut pandang masyarakat secara
keseluruhan, seperti kehilangan penghidupan, hilangnya produktivitas, ongkos
perjalanan ke rumah sakit dan lainnya. Biaya tersebut tidak hanya meliputi diri pasien
tetapi juga masyarakat dan keluarga pasien (Walley et al., 2004).

3) Intangible Costs

Biaya ini meliputi outcome non-finansial lain akibat adanya suatu penyakit
(Dipiro et al., 2009). Contoh dari biaya ini yaitu: nyeri, kecemasan atau tekanan lain
yang pasien atau keluarga derita akibat adanya penyakit. Jenis biaya ini cukup sulit
jika dilihat dalam bentuk mata uang namun dapat terlihat dengan pengukuran kualitas
hidup.
(Walley et al., 2004).

d. Metode Evaluasi Farmakoekonomi


Menurut Walley et al. (2004) evaluasi ekonomi adalah proses resmi untuk menghitung
keuntungan dan biaya dalam sebuah analisis inkremental. Pada dasarnya merupakan
sebuah kerangka yang menyusun keseimbangan antara keuntungan dan biaya untuk
membantu pembuatan keputusan. Metode-metode evaluasi farmakoekonomi tersebut
yaitu:

1) Cost-of-Illness (CoI)

Evaluasi ini mengidentifikasi dan memperkirakan keseluruhan biaya dari


suatu penyakit pada populasi tertentu, sering juga dianggap sebagai burden of illness.
Evaluasi COI tidak digunakan untuk membandingkan terapi alternatif tetapi untuk
memberikan estimasi beban finansial akibat suatu penyakit (Dipiro et al., 2009).
2) Cost-Minimization Analysis (CMA)

Cost-Minimization Analysis (CMA) didefinisikan sebagai tipe analisis yang


memilih biaya terendah dari dua atau lebih alternatif terapi dengan asumsi besarnya
manfaat yang diperoleh sama. Dengan CMA, alternatif terapi harus memiliki bukti
mengenai keamanan, efikasi serta outcome yang dihasilkan sama atau mirip. Jika
terbukti outcome tersebut ekivalen, biaya diidentifikasi, diukur, dan dibandingkan
dalam nilai mata uang yang sesuai (Sanchez, 2005).
Contoh dari analisis ini adalah terapi dengan antibiotika generik dengan
paten, outcome klinik (efek samping dan efikasi sama), yang berbeda adalah onset dan
durasinya. Maka pemilihan obat difokuskan pada obat yang biaya perharinya lebih
murah (Vogenberg, 2001).
3) Cost-Benefit Analysis (CBA)

Pada analisis ini, keuntungan (benefit) dihitung sebagai keuntungan ekonomi


yang berhubungan dengan suatu intervensi, sebagai contoh: nilai uang yang diperoleh
dari kembali bekerja. Maka, baik biaya maupun hasil keluaran (outcome) dinilai dalam
uang. Keunggulan dari tipe analisis ini adalah dapat membuat perbandingan antara
area yang sangat berbeda, tidak hanya dalam bidang medis, sebagai contoh:
perbandingan antara memperluas edukasi (keuntungan yang diperoleh dari
peningkatan edukasi dan produktivitas) dengan menetapkan pelayanan untuk sakit
punggung (meningkatkan produktivitas karena pasien dapat kembali bekerja) (Gattani
et al., 2009).
4) Cost-Effectiveness Analysis (CEA)

Analisis ini digunakan ketika keuntungan kesehatan dapat didefinisikan dan


dinilai dalam unit natural (contoh: berapa tahun umur dapat diselamatkan) dan biaya
dinilai dalam uang. CEA digunakan untuk membandingkan jenis terapi dengan hasil
keluaran (outcome) yang secara kualitatif hampir sama. Tipe analisis ini paling sering
digunakan pada analisis ekonomi dalam literatur, dan terutama dalam terapi dengan
obat (Gattani et al., 2009). Hasil CEA dituliskan sebagai rasio yaitu average cost-
effectiveness ratio (ACER) atau sebagai incremental costeffectiveness ratio (ICER)
(Dipiro et al., 2009). ACER menggambarkan total biaya program atau alternatif terapi
dibandingkan dengan outcome, sehingga menghasilkan rasio harga dalam mata uang
per outcome yang diperoleh (Sanchez, 2005).
5) Cost-Utility Analysis (CUA)

Cost-Utility Analysis (CUA) adalah metode untuk membandingkan alternatif


terapi dan HRQOL atau Health Related Quality of Life. CUA mampu membandingkan
biaya, kualitas dan kuantitas. Biaya dinilai dalam mata uang dan hasil terapi dinilai
dalam utility yang diterima pasien bukan unit fisik. Penilaian utility yang digunakan
adalah quality-adjusted life years (QALY) yang diperoleh (Dipiro et al., 2009).
QALY merupakan alat ukur status kesehatan dalam CUA, dikombinasikan dengan
data morbiditas dan mortalitas (Sanchez, 2005). Walaupun CUA telah berhasil
digunakan untuk membantu memutuskan suatu program kesehatan (misalnya
pembedahan atau kemoterapi), akan tetapi instrumen yang handal dan sensitif masih
dibutuhkan untuk mendeteksi perubahan akibat terapi (Skrepnek, 2005).
BAB III
PENERAPAN FARMAKOEKONOMI

3.1 Analisis Utilitas-Biaya


Berikut dapat dilihat contoh perhitungan AUB yang diambil dari kasus pengobatan
kanker Ovarium ( Karsinoma Ovarium ) stadium I di suatu Rumah Sakit. Dibandingkan 2
(dua) jenis intervensi, yaitu program A yang dilakukan tanpa uji skrining dan tanpa
pemberian interferon, dengan program B yang dilakukan dengan uji skrining dan pemberian
interferon.
Contoh yang digunakan di sini pada prinsipnya hampir sama dengan contoh AEB,
karena pada dasarnya AUB juga termasuk AEB, dimana hasil pengobatan (outcome) yang
diperhitungkan adalah dalam bentuk QALY. Sehingga langkah analisis dan perhitungan yang
dilakukan sama dengan langkah dan perhitungan yang dilakukan dalam AEB.
Contoh Perhitungan Analisis Utilitas-Biaya (AUB) Skenario:

Guna mengendalikan biaya pelayanan kesehatan, coba dikembangkan program skrining


dengan uji Sentinel lymph-node biopsy (SLN). Mereka yang ditemukan positif
mikrometastase (terkena malignant melanoma stadium II) diberi pengobatan interferon. Pada
kasus ini akan dibandingkan utilitas-biaya dari:
1. Program A: Tanpa uji, tanpa interferon
2. Program B: Uji SLN, interferon untuk mereka yang positif Lakukan analisis
utilitas-biaya (AUB).

Tabel 3.3. Langkah Perhitungan Analisis Utilitas-Biaya

No. Langkah Contoh


1. Tentukan Menentukan alternatif program untuk
tujuan. penanggulangan malignant melanoma yang
memberikan utilitas -biaya, dalam QALY
tertinggi • Program A: Tanpa uji, tanpa
interferon

• Program B: Uji SLN, interferon untuk


pasien yang positif
2. Buat daftar Membandingkan:
cara untuk
• Program A: Tanpa uji, tanpa interferon
mencapai
tujuan • Program B: Uji SLN, interferon untuk
tersebut. mereka yang positif
3. Identifikasi Data yang dari produsen interferon dan/atau
utilitas literatur menunjukkan bahwa utilitas
masingmasing masingmasing program adalah: • Program
alternatif. A → QALY = 3,06

•Program B → QALY = 3,37


No. Langkah Contoh
4. Identifikasi Biaya yang teridentifikasi menunjukkan:
dan hitung ● Biaya rerata Program A = Rp
biaya 184.000.000/pasien
pengobatan. ● Biaya rerata Program B = Rp
242.000.000/pasien
5. Hitung dan a. Hitung rasio utilitas -biaya (“RUB”) setiap
lakukan pengobatan.
interpretasi
Rumus: Biaya / Utilitas
utilitas-biaya
• RUB Program A =Rp
dari pilihan
pengobatan. 184.000.000 / 3,06 = Rp
50.130.719

• RUB Program B =Rp


242.000.000 / 3,37
=Rp 71.810.089
b. Tentukan posisi alternatif pengobatan
dalam Tabel atau Diagram Utilitas-Biaya.
Biaya yang dilihat adalah biaya
pengobatan, bukan rerata utilitas- biaya.
Utilitas Biaya Biaya Biaya lebih
biaya lebih sama tinggi
rendah
Utilitas A
lebih (lakukan C
B
rendah (Didominasi)
RIUB)
Utilitas D E F
sama
Utilitas I
G
lebih H (lakukan
(Dominan)
tinggi RIUB)
No. Langkah Contoh
c. Hitung rasio inkremental utilitas-
biaya (“RIUB”) pengalihan
program.

• RIUB Program B terhadap A :

= (Rp 242.000.000 –Rp


184.000) / (3,37 – 3,06)

= Rp 187.096.774/QALY
6 Interpretasi. Program B memerlukan tambahan
biaya Rp 187.096.774/QALY, namun
masyarakat mendapat tambahan usia
0,31 (survival years) atau 3,72 bulan.
7 Lakukan Analisis dilakukan dengan mengukur
analisis kualitas hidup pasien setelah
sensitivitas pengobatan sampai meninggal, dengan
dan ambil memperhitungkan variasi utilitas dan
kesimpulan. variasi biaya. Selain itu, perlu
dipertimbangkan perubahan nilai
inflasi biaya dan hasil pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai