Anda di halaman 1dari 10

UNNES

UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG

BIOTEKNOLOGI MODERN
INTERFERON
Mata Kuliah Bioteknologi
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Supartono, M.S. dan Dr. Nanik Wijayati, M.Si.

Oleh
Widi Widayat
0402514025

PRODI PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
I.

LATAR BELAKANG
Manusia terus menerus berkontak dengan agen eksternal yang dapat

membahayakan jika masuk ke dalam tubuh. Yang paling serius mikroorganisme


penyebab penyakit. Jika bakteri atau virus akhirnya masuk ke dalam tubuh, maka
tubuh dilengkapi oleh sistem pertahanan internal yang kompleks dan multifasetsistem imun-yang memberi perlindungan terus menerus terhadap invasi oleh agen
asing. Selain itu, permukaan tubuh yang terpajan ke lingkungan eksternal, misalnya
sistem integumen atau kulit, berfungsi sebagai lini pertama pertahanan untuk
mencegah masuknya mikroorganisme asing. Sistem imun juga melindungi tubuh dari
kanker dan untuk mempermudah perbaikan jaringan yang rusak.
Sistem imun secara tidak langsung berperan dalam homeostasis dengan
membantu mempertahankan kesehatan organ-organ yang secara langsung berperan
dalam homeostasis.
Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk menahan atau menghilangkan benda
asing atau sel abnormal yang berpotensi merugikan. Sistem imun suatu sistem
pertahanan internal yang berperan kunci dalam mengenal dan menghancurkan atau
menetralkan benda-benda di dalam tubuh yang asing bagi diri normal.
II.

TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian interferon
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari interferon
3. Untuk mengetahui fungsi dari interferon

III.
1.
2.
3.
4.

RUMUSAN MASALAH
Apakah pengertian dari interferon ?
Bagaimanakah mekanisme kerja dari interferon ?
Apa saja manfaat interferon ?
Apa saja efek samping dari interferon ?
BAB II
PEMBAHASAN

I.

DEFENISI INTERFERON
Interferon adalah protein yang diproduksi secara alami oleh sel di dalam tubuh

untuk melindungi tubuh dari serangan berbagai penyakit, contohnya pada sel-sel
darah putih, sel-sel pembunuh alami, fibroblast-fibroblast, dan sel-sel epithelial.
Salah satu dari kelompok protein antivirus diproduksi oleh hewan, termasuk manusia,
sebagai respon terhadap infeksi oleh virus. Zat antivirus aktif bukan interferons
sendiri,

tetapi

protein

yang

menyebabkan

sel

interferon

lain

untuk

menghasilkan. Beberapa dari protein ini telah diidentifikasi, namun cara operasi
mereka belum dipahami dengan baik.
Jelas, bagaimanapun, bahwa interferon berperan dalam pertahanan tubuh
terhadap virus yang paling penting, dan bahwa mereka membantu melawan bakteri
dan penyakit-agen penyebab.
Interferon diproduksi oleh tubuh bila mendapat serangan dari berbagai agen
penyakit. Namun, umumnya jumlah yang diproduksi tidak mencukupi untuk
melawan agen penyakit yang berkembang biak sangat cepat. Karena itu, suplai
interferon dari luar diperlukan. Karena itu interferon kemudian dijadikan sebagai
jenis terapi yang termasuk ke dalam jenis imunoterapi (immunotherapy). Inilah yang
menjadi ide awal penggunaan interferon sebagai obat.
Imunoterapi menjadikan sistem imun tubuh sebagai targetnya. Karena sistem
imun ini berhubungan dengan hampir semua penyakit, imunoterapi bisa diaplikasikan
untuk semua jenis penyakit. Dengan demikian, interferon bisa digunakan sebagai
multidrug untuk terapi berbagai penyakit.
Interferon awalnya dikembangkan untuk terapi kanker. Tapi, saat ini, selain
untuk terapi kanker, interferon digunakan untuk terapi berbagai penyakit, termasuk
hepatitis B dan hepatitis C. Untuk beberapa penyakit yang belum ditemukan obatnya,
interferon juga menjadi alternatif utama walaupun tingkat penyembuhannya tidak
begitu tinggi. Untuk terapi hepatitis , misalnya, efektivitasnya tidak lebih dari 30
persen.

Interferon-interferon yang tersedia secara komersial adalah interferon manusia


yang dibuat menggunakan teknologi recombinant DNA. Mekanisme aksi dari
interferon adalah sangat kompleks dan belum dimengerti dengan baik. Interferoninterferon memodulasi respon sistem imun pada virus-virus, bakteri-bakteri, kanker,
dan senyawa-senyawa asing lain yang menyerang tubuh.
Meskipun interferon adalah sangat serupa, namun pengaruhnya terhadap
tubuh bisa sangat berbeda. Oleh karenanya, interferon yang berbeda digunakan untuk
kondisi yang berbeda pula. Sebagai contoh Interferon alpha digunakan untuk merawat
penyakit kanker dan infeksi-infeksi virus; interferon beta digunakan untuk merawat
multiple sclerosis; dan interferon gamma digunakan untuk merawat penyakit
granulomatous kronis.
Semua interferon memberikan efek yang sama, terbentuknya agen-agen
kekebalan akibat benda asing yang masuk kesuatu sistem organ tubuh sehingga agenagen tersebut akan melawan dan menghancurkan (macrophage) seperti virus, bakteri,
kuman dan demikian juga bisa melawan tumor dan atau juga benda asing lain.
Sebagai sel yang terinfeksi dan sel tersebut mati akibat dari virus cytolytic, partikel
virus yang dirilis, dapat menginfeksi sel-sel di dekatnya. Namun, sel yang terinfeksi
dapat memperingatkan sel tetangga kehadiran virus dan atau benda asing dengan
melepaskan interferon. Sel-sel tetangga, sebagai respons terhadap interferon,
menghasilkan sejumlah besar enzim yang dikenal sebagai protein kinase R (PKR).
Enzim ini phosphorylates protein yang dikenal sebagai EIF-2 dalam menanggapi
infeksi virus dan benda asing; EIF-2 adalah faktor inisiasi penerjemahan eukariotik
yang membentuk kompleks dengan protein lain tidak aktif, yang disebut eIF2B,
untuk mengurangi sintesis protein dalam sel. Lain enzim selular, RNAse L-juga
diinduksi berikut PKR aktivasi-menghancurkanRNAdalam sel untuk mengurangi
sintesis protein gen baik pada virus dan host. Menghambat sintesis protein
menghancurkan baik virus dan sel inang terinfeksi dengan cara menginduksi produksi
interferon ratusan protein lain.
Terdapat tiga jenis interferon yaitu, alfa, beta, dan gamma :

Interferon- yang dibuat oleh sel-sel darah putih, berperan sebagai

molekul anti-viral.
Interferon- dihasilkan oleh fibroblas dan dapat bekerja pada hampir semua

sel di dalam tubuh manusia.


Interferon- dihasilkan oleh limfosit sel T pembantu dan hanya bekerja pada
sel-sel tertentu, seperti makrofag, sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik,
dan limfosit B.

II.

MEKANISME KERJA INTERFERON


IFN- dan IFN-, merupakan family IFN tipe I, yang bersifat tahan asam dan

bekerja pada reseptor yang sama. IFN biasanya diinduksi oleh infeksi virus. IFN-
merupakan IFN tipe II yang tidak tahan asam dan bekerja pada reseptor yang
berbeda. IFN- biasanya dihasilkan oleh limfosit T.
Setelah berikatan dengan reseptor selular spesifik, IFN mengaktivasi jalur
transduksi sinyal JAK-STAT, menyebabkan translokasi inti kompleks protein seluler
yang berikatan dengan interferon-specific response element. Ekspresi aktivasi
transduksi sinyal ini adalah sintesis lebih dari dua lusin protein yang berefek
antivirus. Efek antivirus melalui hambatan penetrasi virus, sintesis mRNA virus,
translasi protein virus dan/atau assembly dan pelepasan virus. Virus dapat dihambat
oleh IFN pada beberapa tahap, dan tahapan hambatannya berbeda pada tiap virus.
Namun beberapa virus juga dapat melawan efek IFN dengan cara menghambat kerja
protein tertentu yang diinduksi oleh IFN. Salah satunya adalah resistensi HCV
terhadap IFN yang disebabkan oleh hambatan aktivitas protein kinase oleh HCV.

Gambar 1 contoh interferon pada virus herpes simpleks


III.
MANFAAT INTERFERON
a. Sebagai Antivirus
Interferon merupakan sistem kekebalan tubuh kelompok sitokin yang
diproduksi oleh tubuh bila mengetahui ada virus yang menempel pada permukaan sel
sebelum virus tersebut masuk untuk menginfeksi. Antibodi dalam sirkulasi darah
(IgG) akan mencegah virus untuk menempel. Bila virus tersebut lolos dan
menginfeksi, sel tubuh akan melepas interferon untuk meresponnya. Di samping itu,
interferon mengaktifkan sel pembunuh alamiah (Natural Killer Cell) yang akan
menghancurkan sel yang terinfeksi virus yang dapat dikenali dari perubahan pada
permukaannya.
b. Pengobatan Hepatitis B dan C
Interferon sudah dikenal sejak tahun 1989, tetapi efektivitas pengobatannya
masih rendah, yaitu sekitar 20% untuk hepatitis B dan 11-19% untuk hepatitis C.
setelah dikembangkan menjadi bentuk terpegilasidari interferon 2a dan terpegilasi

dari interferon 2b terjadi peningkatan efektivitas pengobatan menjadi 40-50%.


Perbedaannya terletak pada kestabilan protein yang menjadi inti

interferon.

Dibandingkan yang konvensional, protein yang terpegilasi cenderung lebih stabil


sehingga dapat aktif lebih lama membunuh virus.
Saat ini obat Hepatitis C standar adalah kombinasi Interferon dengan
Ribavirin. Kombinasi obat Hepatitis C ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan
respon yang tinggi melawan virus pada penderita Hepatitis C kronis.
Obat Hepatitis C bentuk terpegilasi dari interferon- dibuat dengan
menggabungkan suatu molekul besar yang larut air, yaitu Polietilenglikol (PEG)
dengan molekul interferon-. Penggabungan tersebut memperbesar ukuran interferon sehingga dapat bertahan dalam tubuh lebih lama. Hal tersebut juga dapat
melindungi molekul interferon agar tidak dirusak oleh enzim tubuh. Selain itu, obat
ini juga memiliki waktu paruh yang lebih panjang sehingga tidak perlu sering-sering
dikonsumsi. Interferon- standar biasa disuntikkan tiga kali dalam seminggu,
sedangkan interferon- bentuk terpegilasi cukup disuntikkan sekali dalam seminggu.
c. Pengobatan SARS
Menurut Prof. JindrichCinatl, kombinasi interferon dengan glycyrrhizin
mendapatkan hasil yang maksimal dalam melawan virus SARS.
d. Pengobatan Penyakit Lain
Interferon
alfa-2a

(Roferon-A)

disetujui

FDA

untuk

mengobati Leukemia , AIDS-terkait Sarkoma Kaposi, dan Leukemia

Myelogenous kronis.
Interferon alfa-2b telah disetujui untuk pengobatan Sarkoma (tumor
yang timbul dari jaringan ikat), hepatitis C kronik, dan hepatitis

B kronik.
Interferon beta-1b (Betaseron) dan interferon beta-1a (Avonex)
disetujui untuk pengobatan multiple sclerosis (peradangan pada otak
dan sumsum tulang belakang).

Interferon-alfa n3 (Alferon-N) disetujui untuk pengobatan genital dan

perianal kutil yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV).


Interferon gamma-1B (Actimmune) disetujui untuk pengobatan
penyakit granulomatosa (pembentukangranuloma multiple) kronis
dan malignant osteopetrosis(kepadatan tulang abnormal).

IV.

EFEK SAMPING
Masalahnya walaupun interferon berfungsi ganda, yaitu melindungi tubuh dari

serangan penyakit dan sekaligus membunuh agen penyebab penyakit, obat ini masih
mempunyai beberapa kelemahan. Pertama adalah adanya efek samping. Penggunaan
interferon akan menimbulkan efek samping berupa gejala demam, termasuk panas
dan sakit kepala.
Penggunaan interferon dalam waktu yang lama akan menyebabkan turunnya
daya lihat dan bahkan rontoknya rambut. Kelemahan kedua adalah masa terapi lama
bahkan sampai lebih dari satu tahun. Ini akan menyusahkan pasien karena konsumsi
interferon biasanya melalui infus.
Pemberian interferon dapat memberikan efek samping yang mirip dengan
gejala-gejala flu, seperti demam, menggigil, sakit kepala, sakit-sakit dan nyeri-nyeri
otot, malaise. Efek ini dapat terjadi pada pemberian semua jenis interferon. Gejalagejala ini bervariasi dari ringan sampai parah dan terjadi pada sampai setengah dari
senua pasien-pasien.
Efek samping lain yang mungkin terjadi dengan semua interferon-interferon
dan yang mugkin disebabkan oleh dosis-dosis yang lebih tinggi adalah:
Kelelahan,diare,mual,muntah,nyeri perut,sakit-sakit persendian,nyeri tulang
belakang, dan dizziness. Anorexia, congestion, denyut jantung yang meningkat,
kebingungan, jumlah sel darah putih yang rendah, jumlah platelet yang rendah
(thrombocytopenia), jumlah sel darah merah yang rendah, dan peningkatan pada
enzim-enzim hati, peningkatan pada triglycerides, ruam-ruam kulit, rambut rontok
yang ringan atau penipisan rambut, pembengkakan (edema), batuk, atau kesulitan
bernapas telah dilaporkan. Reaksi-reaksi alergi dan anaphylactik mungkin juga
terjadi.

V.

TERAPI INTERFERON
Interferon- dan - telah digunakan untuk penyembuhan berbagai infeksi

virus, salah satunya adalah beberapa hepatitis C dan B tertentu yang bersifat kronis
serta akut dapat menggunakan interferon-. Sementara itu, interferon- yang berperan
dalam aktivasi makrofag, digunakan dalam penyembuhan kusta lepromatosa,
toksoplasmosis, dan leisymaniasis. Efek anti-proliferasi yang dimiliki interferon juga
menyebabkan senyawa ini dapat digunakan untuk mengatasi tumor seperti melanoma
dan Sarkoma Kaposi.
Terapi interferon digunakan sebagai pengobatan untuk kanker. Pengobatan ini
paling efektif untuk mengobati keganasan hematologi, leukemia dan limfoma
termasuk leukemia sel berbulu, leukemia myeloid kronis, limfoma nodular, kulit Tlimfoma sel. Pasien dengan melanoma berulang menerima rekombinan IFN-2b.
Tipe I IFNs memiliki potensi terapi untuk pengobatan berbagai macam leukemia dan
tumor padat karena efek antiproliferatif dan apoptosis mereka, mereka antiangiogenik. efek dan kemampuan mereka untuk memodulasi respon imun spesifik
mengaktifkan sel dendritik, sel T dan sel NK cytolytic. Penelitian di daerah ini
menerima penyelidikan intensif
Penggunaan interferon pengobatan memang dibatasi karena adanya efek
samping berupa demam, malaise, kelelahan, dan nyeri otot. Selain itu, interferon juga
bersifat toksik atau beracun terhadap hati, ginjal, sumsum tulang, dan jantung.

BAB III
SIMPULAN

Interferon adalah keluarga dari protein-protein yang terjadi secara alami yang
dibuat dan dikeluarkan oleh sel-sel sistem imun (contohnya, sel-sel darah putih, selsel pembunuh alami, fibroblast-fibroblast, dan sel-sel epithelial). Terdapat tiga
kelompok interferon yang telah diidentifikasi: alpha,beta,gamma.
Setiap kelompok mempunyai banyak efek, meskipun efek-efeknya saling
tumpang tindih. Interferon-interferon yang tersedia secara komersial adalah interferon
manusia yang dibuat menggunakan teknologi recombinant DNA. Mekanisme aksi
dari interferon adalah sangat kompleks dan belum dimengerti dengan baik.
Interferon-interferon memodulasi respon sistem imun pada virus-virus, bakteribakteri, kanker, dan senyawa-senyawa asing lain yang menyerang tubuh.

Anda mungkin juga menyukai