UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
Oleh
Widi Widayat
0402514025
Widi Widayat
0402514025
widitugas@gmail.com
Pendidikan IPA Konsentrasi IPA
Program Pascasarjana Unnes
Universitas Negeri Semarang
RANGKUMAN 2:
Udara dan Pencemar Udara serta pemecahan masalah lingkungan
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam
udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya.
Kehadiran bahan atau zat asing didalam udara dalam jumlah tertentu serta berada diudara
dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan dan
tumbuhan. Bila keadaan itu terjadi maka diudara dikatakan telah tercemar. Udara merupakan
campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan
suhu udara / tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara adalah juga atmosfer yang
berada disekeliling bumi yang berfungsi sangat penting bagi kehidupan didunia ini. Dalam
udara terdapat oksigen (O2) untuk bernapas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh
khlorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet. Gas-gas lain yang terdapat
dalam udara antara lain gas-gas mulia, nitrogen oksida, hidrogen, methana, belerang
dioksida, amonia dan lain-lain. Apabila susunan udara menglami perubahan dari susunan
keadaan normal seperti tersebut diatas dan kemudian mengganggu kehidupan manusia,
hewan dan binatang, maka udara telah tercemar
I.
-129OC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara,
berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan
gas CO sehingga kadar CO dalam uadra relatif tinggi dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara
alamiah gas CO juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas
hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain. Secara umum terbentuk
gas CO adalah melalui proses berikut ini :
a) Pembakaran bahan bakar fosil.
b) Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbondioksida (CO 2) denagn karbon C
yang menghasilkan gas CO.
c) Pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen.
Penyebaran gas CO diudara tergantung pada keadaan lingkungan. Untuk
daerah perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya
sudah banyak tercemar oleh gas CO. Sedangkan daerah pimggiran kota atau desa,
cemaran CO diuadra relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka dimana belum
ada bangunan diatasnya, dapat membantu penyerapan gas CO. Hal ini disebabkan
mikroorganisme yang ada didalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat
diudara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena
perpindahan ke tempat lain.
2. Nitrogen Oksida (NO2)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen
mempunyai 2 bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx. Sifat gas
NO2 adalh berwarna dan berbau, sedangakn gas No tidak berwarna dan tidak berbau.
Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. Kadar
NOx diudara daearh perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah
pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam
kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOx diudara,
seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain.
Pencemaran gas NOx diudara teruatam berasal dari gas buangan hasil pembakaran
yang keluar dari generator pembangkit listri stasioner atau mesin-mesin yang
menggunakan bahan bakar gas alami. Keberadaan NOx diudara dapat dipengaruhi
oleh sinar matahari yang mengikuti daur reaksi fotolitik NO2 sebagai berikut :
sulfat maupun asam sulfit yang akan berkumpul bersama awan yang akhirnya akan
jatuh sebagai hujan asam. Hujan asam inilah yang menyebabkan kerusakan hutan di
Eropa (terutama di Jerman) karena banyak industri peleburan besi dan baja yang
melibatkan pemakaian batu bara maupun minyak bumi di negeri itu.
4. Partikulat
Partikel adalah pencemar udara yang berada bersama-sama denagn bahan atau
bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai
bahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam pengertian yang lebih
luas, dalam kaitan dengan masalah pencemaraan lingkungan, pencemar partikel dapat
meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan
bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran
udara. Sunber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan juga dapat
berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Pencemaran partikel yang bersaal dari alam contohnya adalah :
1. Debu tanah / pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang.
2. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibatletusan gunung
berapi.
3. Semburan uap iar panas disekitar daerah sumber panas bumi didaerah
pegunungan.
II.
hewan, tanaman, bangunan gedung dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1980, Kematian yang disebabkan oleh
pencemaran udara mencapai angka kurang lebih 51.000 orang. Angka tersebut cukup
mengerikan karena bersaing keras dengan angka kematian yang disebabkan penyakit
jantung, AIDS dan lain sebagainya.
1. Dampak Pencemaran Oleh Karbon
Monoksida Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan
ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan
oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi
secara metabolisme dengan darah. Konsentrasi gas CO samapi dengan 100 ppm masih
dianggap aman kalau waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila
dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Pengaruh karbon
monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama dengan manusia yang satu
dengan yang lainnya. Konsentrasi gas CO disuatu ruang akan naik bila diruangan itu ada
orang yang merokok. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang
mengandung gas CO denagn konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi
encer sekitar 400-5000 ppm selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi didalam
asap rokok menyebabkan kandungan COHb dalam darah orang yang merokok jadi
meningkat. Keadaan ini sudah barang tentu sangat membahayakan kesehatan orang yang
merokok. Orang yang merokok dalam waktu yang cukup lama (perokok berat)
konsentrasi COHb dalam darahnya sekitar 6,9%. Hal inilah yang menyebabkan perokok
berat mudah terkena serangan jantung. Pengaruh konsentrasi gas CO di udara sampai
dengan dengan 100 ppm terhadap tanaman hampir tidak ada, khususnya pada tanaman
tingkat tinggi. Bila konsentrasi gas CO di udara mencapai 2000 ppm dan waktu kontak
lebih dari 24 jam, maka kana mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri
bebas yang ada pada lingkungan terutama yang terdapat pada akar tanaman.
2. Dampak Pencemaran Nitrogen Oksida (NOx)
Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam , yakni gas nitrogen monoksida (NO)
dan gas nitrogen dioksida (NO2). Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang
berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara
secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau.
Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat
menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Udara yang mengandung gas NO dalam
batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali jika gas NO berada dalam
konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada
system saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini terus berlanjut akan
dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan menjadi lebih berbahaya apabila gas itu
teroksidasi oleh oksigen sehinggga menjadi gas NO2.
Udara yang telah tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya bagi
manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas
NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Pada
konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan
pada jaringan daun. Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna
sebagai temapat terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman
tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm
sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga 70%.
Pencemaran udara oleh gas NOx dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil Nitrates
yang disingkat dengan PAN. Peroxi Acetil Nitrates ini menyebabkan iritasi pada mata
yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama senyawa kimia
lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya kabut foto kimia atau Photo
Chemistry Smog yang sangat menggangu lingkungan.
3. Dampak Pencemaran oleh Belerang Oksida (SOx)
Sebagian besar pencemaran udara oleh gas belerang oksida (SOx) berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil, terutama batu bara. Adanya uap air dalam udara akan
mengakibatkan terjadinya reaksi pembentukan asam sulfat maupun asam sulfit. Apabila
asam sulfat maupun asam sulfit tersebut ikut berkondensasi di udara dan kemudian jatuh
bersama-sama air hujan sehingga pencemaran berupa hujan asam tidak dapat dihindari
lagi. Hujan asam ini dapat merusak tanaman, terkecuali tanaman hutan. Kerusakan hutan
ini akan mengakibatkan terjadinya pengikisan lapisan tanah yang subur. Walaupun
konsentrasi gas SOx yang terdispersi ke lingkungan itu berkadar rendah, namun bila
waktu kontak terhadap tanaman cukup lama maka kerusakan tanaman dapat saja terjadi.
Konsentrasi sekitar 0,5 ppm sudah dapat merusakan tanaman, terlebih lagi bila
konsentrasi SOx di Udara lingkungan dapat dilihat dari timbulnya bintik-bintik pada
permukaan daun. Kalau waktu paparan lama, maka daun itu akan gugur. Hal ini akan
mengakibatkan produktivitas tanaman menurun. Udara yang telah tercemar SOx
menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada systen pernapasaannya. Hal ini
karena gas SOx yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada
hidung, tenggorokan dan saluran napas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx
tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.
III.
hujan
ini
sangat
bermanfaat
karena
membantu
melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor
dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan
bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut
sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar
keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan
tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini saat ini sedang gencar dilaksanakan. Secara
sederhana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:
IV.
V.
berbahaya. Beberapa jenis dari penerapan green chemistry adalah pengurangan dari
penggunaan bahan-bahan berbahaya dalam industri, sintesis zat pelarut baru untuk
menggantikan pelarut organik yang mudah menguap, minimalisasi dari penggunaan
energi dari proses industri yang bersifat komersial, dan minimalisasi zat-zat buangan
dalam proses industri.
Anastas dan Warner dalam bukunya Green Chemistry Theory and Practice
mengembangkan dua belas prinsip dari green chemistry, yaitu:
1. Lebih baik mencegah produksi dari zat buangan daripada mengolah atau
mengeliminasinya setelah zat buangan tersebut terbentuk.
2. Metode dari sintesis produk sebaiknya didesain untuk memaksimalkan output yang
diharapkan.
3. Metode dari sintesis produk juga sebaiknya didesain agar zat-zat yang akan digunakan
atau yang nanti akan dibuang, memiliki tingkat toksisitas serendah mungkin yang
berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan
4. Produk yang dihasilkan sebaiknya bersifat seefektif dan seefisien mungkin sambil
dikurangi tingkat toksisitasnya.
5. Penggunaan zat-zat tambahan, seperti pelarut dan zat pemisah sebaiknya diminimalkan
walaupun memungkinkan untuk digunakan dan juga tidak berbahaya.
6. Minimalisasi dari penggunaan energi yang dapat mengakibatkan dampak yang kurang
baik dalam bidang ekonomi dan lingkungan.
7. Sebaiknya digunakan bahan-bahan mentah yang bersifat renewable meskipun bersifat
ekonomis dan teknis.
8. Minimalisasi dari derivatisasi, seperti langkah-langkah untuk memproteksi dan
mendeproteksi dalam mekanisme reaksinya.
9. Penggunaan reagen katalitik
10. Produk yang dihasilkan sebaiknya bersifat mudah didegradasi.
11. Pengembangan metodologi analisis untuk memantau proses dan mengontrol lebih awal
terhadap kemungkinan terbentuknya zat-zat yang berbahaya.
12. Semua zat yang terlibat dalam proses, termasuk reaktan dan produk, sebaiknya tidak
berpotensi untuk menimbulkan kecelakaan kimia, seperti ledakan dan timbulnya api.