PEMBAHASAN
Pada kasus pasien An. S, 8 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan
batuk dan pilek tanpa demam. 1 hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan
batuk semakin sering terutama pada malam hari dan nafas berbunyi ngik-ngik
disertai sesak. Berat badan pasien 19 kg dan tinggi badan 100 cm. Pasien
didiagnosis asma dan mendapat terapi intrizin syr 1 x 10 ml dan singulair
sachet 1 x 1.
Pada kasus diatas, pasien diberikan singulair sachet dan intrizin. Untuk
terapi singulair sachet dan intrizin dihentikan karena memiliki efek terapi
pengobatannya tidak opitimal, maka diberikan terapi saturasi oksigen dan
Ventolin Inhaler, Prednison untuk menangani penyakit asma, dan ambroxol
untuk batuk yang dikeluhkan pasien.
Kortikosteroid adalah salah satu obat antiinflamasi yang poten dan banyak
digunakan dalam penatalaksanaan asma. Obat ini diberikan baik yang bekerja
secara topikal maupun secara sistemik (Yunus, 1998). Kortikosteroid
mengurangi jumlah sel inflamasi di saluran napas, termasuk eosinofil, limfosit
T, sel mast dan sel dendritik. Efek ini dicapai dengan menghambat penarikan
sel inflamasi ke saluran napas dan menghambat keberadaan sel inflamasi di
saluran napas. Oleh karena itu, kortikosteroid mempunyai efek antiinflamasi
spektrum luas, sehingga berdampak pada berkurangnya aktivasi inflamasi,
stabilisasi kebocoran vaskular, penurunan produksi mukus dan peningkatan
respon β-adrenergik (Ikawati, 2006)
2. PLAN
1) Terapi Farmakologi
No Terapi Dosis
1 Saturasi Oksigen Bila perlu
2 Ventolin Inhaler 1 x 1ml
3 Prednisone 2mg/kgBB selama 10 hari
4 Ambroxol Sirup 3 x 2,5ml
2) Terapi Non-Farmakologi
Efektivitas :
Efek Samping :
DAFTAR PUSTAKA
Sundaru, H. 2001. Asma Bronkial Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.