Anda di halaman 1dari 7

PBL 3

ASMA

Disusun oleh :

OLEH :

Nama :Nurul Istiqomah


NIM : 70100119084
Nama Dosen: Nur Asma S.si,M.si, Apt

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

GOWA-SAMATA
2020
SKENARIO

Seorang laki-laki, usia 36 tahun datang ke klinik dengan keluhan sesak nafas. Setelah dilakukan
pemeriksaan, tampak gejala shortness of breath/dipsnea, wheezing, lemas, kondisi kompos mentis,
namun jika tidak ditangani dengan cepat pasien akan beresiko mengalami delirium, hingga koma. Dokter
mendiagnosa pasien terkena asma akut dengan level moderate. Hasil anamnesis menunjukkan riwayat
sosial dan penyakit terdahulu :
1. Pasien adalah salah satu pegawai perusahaan pembuat bantal dan kasur dengan bahan dasar kapuk
2. Pasien memiliki riwayat asma, namun dianggap sudah sembuh karena dalam 1 tahun terakhir tidak
menunjukkan gejala
3. Obat asma yang pernah dikonsumsi adalah ventolin® inhaler Dalam penanganan kondisi tersebut,
pasien diberikan :

1. Aminofilin 6 mg/kg BB intra vena selama 20 menit secara loading dose


2. Terapi oksigen

STEP 1

KLARIFIKASI ISTILAH ASING

1. Klinik : Klinik adalah bagian) rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang berobat dan
memperoleh advis medis serta tempat mahasiswa kedokteran melakukan pengamatan thd kasus
penyakit yang diderita para pasien; (KBBI)

2. Klinik : Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dan menyediakan pelayanan


medis dasar dan atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan
dipimpin oleh seorang tenaga medis (Departemen Kesehatan RI, 2014).

3. Sesak nafas (dyspnea) :adalah suatu istilah yang menggambarkan suatu persepsi subjektif
mengenai ketidaknyamanan bernapas yang terdiri dari berbagai sensasi yang berbeda intensitinya.
Menurut dokter spesialis anak RSIA Catherine Booth dr.Irvan Auwriadharma, Sesak nafas adalah
dimana kondisi kita susah bernafas biasanya terjadi ketika kita melakukan aktivitas fisik dan bisa
terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak dan bayi sekalipun, sesak afas juga suatu gejala
dari beberapa penyakit yang dapat bersifat kronis. Kesulitan bernafas tersebut merupakan hasil
dari kombinasi impuls yang diteruskan ke otak dari ujung saraf di paru-paru, tulang rusuk, otot
dada, atau diafragma kemudian dikombinasikan dengan persepsi pasien dan interpretasi JURTI,
Vol.2 No.1, Juni 2018, ISSN: 2579-8790

4. Mengi atau wheezing adalah suara memanjang yang disebabkan oleh penyempitan saluran
pernafasan dengan aposisi dinding saluran pernafasan. Suara tersebut dihasilkan oleh vibrasi
dinding saluran pernafasan dengan jaringan sekitarnya. Karena secara umum saluran pernafasan
lebih sempit pada saat ekspirasi, maka mengi dapat terdengar lebih jelas pada saat fase ekspirasi.
(PDPI. Klasifikasi. Dalam : PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) Diagnosis dan
Penatalaksanaan. Edisi Juli 2011; h.30)
5. Pasien : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter
atau dokter gigi.

6 .Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya

7. Delirium : adalah diagnosis klinis, gangguan otak difus yang dikarasteristikkan dengan variasi
kognitif dan gangguan tingkah laku. Delirium ditandai oleh gangguan kesadaran, biasanya terlihat
bersamaan dengan fungsi gangguan kognitif secara global. Kelainan mood, persepsi dan perilaku
adalah gejala psikiatrik yang umum; tremor, asteriksis, nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia
urin merupakan gejala neurologis yang umum.(Delirium , Pedoman Klinis NICE (Juli 2010);
Delirium: diagnosis, pencegahan dan manajemen)

Delirium : merupakan suatu sindrom serebral organik dengan penyebab yang tidak spesifik.
Karakteristik delirium adalah gangguan fungsi kesadaran, atensi, persepsi, berpikir, memori,
psikomotor, emosi, serta pola tidur-bangun.Delirium ditandai dengan perubahan status mental,
tingkat kesadaran, serta perhatian yang akut dan
fluktuatif. Keadaan ini merupakan kelainan yang serius berhubungan dengan pemanjangan lama
perawatan di Intensive Care Unit (ICU), biaya yang lebih tinggi, memperlambat pemulihan
fungsional, serta peningkatan morbiditas dan mortalitas.Jurnal Anestesi Perioperatif [JAP.
2016;4(1): 36-41)

8. Asma :merupakan penyakit paru obstruktif kronis yang sering diderita oleh anak-anak, orang
dewasa, maupun para lanjut usia. Penyakit ini memiliki karakteristik serangan periodik yang
stabil (Sykes, et al, 2008).

9. Bantal: alas kepala, alas duduk, sandaran punggung, dsb yg dijahit spt karung, diisi dng kapuk,
sabut, dsb; (kbbi)

10. kasur : alas tidur yang terbuat dari kain atau plastik, berisi kapuk, karet busa, dan sebagainya;

11. Terapi oksigen (O2): merupakan suatu intervensi medis berupa upa-ya pengobatan dengan
pemberian oksigen (O2) untuk mencegah atau me-merbaiki hipoksia jaringan dan
mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara meningkatkan masukan
oksigen (O2) ke dalam sistem respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen (O2) ke dalam
sirkula-si dan meningkatkan pelepasan atau ekstraksi oksigen (O2) ke jaringan

12. Aminofilin : Aminofilin/teofilin merupakan suatu bronkodilator yang poten dengan aksi
antiinflamasi yang ringan,sehingga dapat digunakan untuk pengobatan serangan asma.
Aminofilin merupakan obat dengan rentang terapi sempit yang memiliki risiko tinggi terhadap
kejadian adverse drug reaction (ADR) atau reaksi obat yang tidak dikehendaki pada dosis normal,
sehingga seringkali obat dengan rentang terapi sempit memerlukan pemantauan khusus agar
dapat mengoptimalkan keamanan dan efektivitas. (Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Juni 2018
Tersedia online pada: Vol. 7 No. 2, hlm 78–88)
STEP 2

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa saja gejala penyakit asma ?


2. Faktor-faktor Risiko terjadinya asma ?
3. Baimana Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi yang baik untuk pasien ?
4. Apakah terapi yang diberikan pada scenario sudah tepat?
5. Efikasi dan efek samping terapi pada scenario ?

STEP 3

BRAINSTORMING

1. Gejala khas pada asma anak adalah wheezing, napas pendek, sesak napas, dan batuk yang terjadi
bervariasi dari segi waktu dan intensitas.10 Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya serangan
atau memperburuk gejala, diantaranya: infeksi virus, alergen, asap rokok, latihan, dan stres. Bisa juga
dipicu oleh konsumsi obat-obatan seperti beta-blocker, aspirin, OAINS, dan lainnya.12Be.

2. Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host factor) dan
faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi
untuk berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi) , hipereaktiviti bronkus, jenis
kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecenderungan/
predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan
atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu
alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus),
diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga.

3. Terapi Non Farmakologi dan Farmakologi

non-farmakologi meliputi edukasi pasien, pengukuran dengan peak flow meter, identifikasi dan
mengendalikan faktor pencetus, pemberian oksigen, banyak minum untuk menghindari dehidrasi
terutama pada anak-anak, kontrol secara teratur dan penerapan pola hidup seperti berhenti merokok,
menghindari kegemukan, dan melakukan latihan fisik rutin atau berolahraga. Edukasi Pasien Dokter
memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya agar bekerja sama dalam melakukan
penatalaksanaan terhadap pasien asma. Hal ini bertujuan untuk:

 Meningkatkan pemahaman ( mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit asma
sendiri ) .
 Meningkatkan keterampilan ( kemampuan dalam menangani asma secara mandiri ) 
 Meningkatkan kepuasan Meningkatkan rasa percaya diri .
 Meningkatkan kepatuhan dan penangan mandiri .
 Membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaa dan mengontrol asma
Terapi FARMAKOLOGI

Tatalaksana farmakologi yaitu penggunaan obat-obatan pelega (reliever) dan pengontrol


(controller), seperti agonis β2, kortikosteroid inhalasi, leukotrien, kromolin dan nedokromil, teofilin, serta
kortikosteroid oral. oksigenisasi dan melibatkan pengobatan beta 2 adrenergik.

4. Apakah terapi yang diberikan pada scenario sudah tepat ?

Menurut pedoman dari Global Initiative forAsthma, golongan methylxanthine digunakan sebagai
terapi tambahan dalam manajemen asma apabila efektifitas terapi belum optimal, bahkan perannya
dalam menejemen eksaser-basi asma masih kontroversional.2Di Indonesia, aminofilin merupakan
salah satu golongan methylxanthine yang sering digunakan, bahkan digunakan sebagai salah satu obat
tanpa resep dokter (over-the-coun-ter) pada terapi sesak napas. Suatu penelitian dengan metode
randomized control trial hendak melihat efek dari penambahan aminofilin pada terapi standar β-2
agonis nebulasi dan kortikosteroid pada pasien asma akut.

Terapi oksigen (O2) merupakan suatu intervensi medis berupa upaya pe ngobatan dengan
pemberian oksigen (O2) untuk mencegah atau memperbaiki hipoksia jaringan dan mempertahankan
oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara meningkatkan masukan oksigen (O2) ke dalam
sistem respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen (O2) ke dalam sirkulasi dan meningkatkan
pelepasan atau ekstraksi oksigen (O2) ke jaringan.3,8 Dalam pemberian terapi oksigen (O2) harus
dipertimbangkan apakah pasien benar-benar membutuhkan oksigen (O2), apakah dibutuhkan terapi
oksigen (O2) jangka pendek (shorterm oxygen therapy) atau panjang (long-term oxygen therapy).
Oksigen (O2) yang diberikan harus diatur dalam jumlah yang tepat dan harus dievaluasi agar
mendapat manfaat terapi dan menghindari toksisitas.4,5 Terapi oksigen (O2) jangka pendek
merupakan terapi yang dibutuhkan pada pesien- dengan keadaan hipoksemia akut, di antaranya
pneumonia, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dengan eksaserbasi akut, asma bronkial, gangguan
kardiovaskuler dan emboli paru sedangkan terapi oksigen (O2) jangka panjang merupakan terapi yang
dibutuhkan pada pesien-pasien dengan keadaan hipoksemia kronis, di antaranya penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), kor pulmonal dan polisitemia

5. A. AMINOFILIN
efikasi dan keamanan dari penggunaan aminofilin termasuk dalam kategori kurang serta lebih
berisiko untuk menimbulkan efek samping. Pada pasien dewasa, penggunaan aminofilin juga tidak
memperbaiki gejala dibandingkan penggunaan beta-2 agonis aksi pendek (contoh: salbutamol) secara
tunggal yang merupakan pengobatan lini pertama pada eksaserbasi asma.4 Perbedaan efek aminofilin
antara masyarakat di Indonesia dan luar negeri ini dapat disebabkan sifat individual yang
menyebabkan respons yang berbeda terhadap terapi asma.15,16 Variabilitas interindividual kinetika
distribusi dan eliminasi teofilin akan mengakibatkan terjadinya perbedaan kadar teofilin dalam plasma.
Hal ini menyebabkan konsekuensi klinis yang tidak bisa diprediksi dikarenakan perbedaan respons
terapi teofilin secara individual, yang dapat berupa dosis subterapetik atau dosis toksik.Adanya
variabilitas antar subjek dalam metabolisme teofilin/aminofilin yang tidak dapat diprediksi dapat
menyebabkan waktu paruh eliminasi dari teofilin berbeda hingga sepuluh kali lipat.
EFEK SAMPING :
Aminofilin/teofilin dapat menyebabkan efek hipotensi atau hipertensi dengan meningkatkan
tingkat katekolamin yang beredar dengan menstimulasi reseptor β-2 adrenergik vaskular dengan
penurunan resistensi pembuluh darah perifer. Vasodilatasi perifer dan hipotensi terjadi pada toksisitas
teofilin signifikan. Intraseluler pergeseran hasil kalium dalam hipokalemia.24 Interaksi obat antara
salbutamol (β-2 agonis) dan teofilin terjadi dapat menyebabkan terjadinya hipokalemia dan takikardi,
terutama pada penggunaan teofilin dosis tinggi. Efek yang dapat tejadi adalah efek pada heart rate
atau kadar kalium. β-2 agonis dapat menyebabkan hipokalemia terutama ketika diberikan secara
parenteral atau nebulasi. Efek penurunan kadar kalium dari interaksi obat ini tidak diketahui,sehingga
methylxanthine dapat berpotensi menyebabkan hipokalemia yang disebabkan oleh penggunaan β-2
agonis dan kortikosteroid (Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 1, Nomor 4, Desember 2012)

B. TERAPI OKSIGEN

EFEK SAMPING :

Efek Samping Pemberian Terapi Oksigen (O2)Seperti halnya terapi dengan obat, pemberian terapi
oksigen (O2) juga dapat menimbulkan efek samping, terutama terhadap sistem perna-pasan, susunan
saraf pusat dan mata, terutama pada bayi prematur. Efek samping pemberian terapi oksigen (O2)
terhadap sistem pernapasan, di antaranya dapat

menyebabkan terjadinya depresi napas : Depresi napas dapat terjadi pada pasien yang menderita
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dengan hipoksia dan hiperkarbia kronis.
keracunan oksi-gen (O2) : Keracunan oksigen (O2) terjadi apabila pemberian oksigen (O2)
dengan konsentrasi tinggi (di atas 60%) dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan
menimbulkan perubahan pada paru dalam bentuk kongesti paru, penebalan membran alveoli,
edema, konsolidasi dan atelektasis.
nyeri substernal.
Efek samping pemberian terapi oksigen (O2) terhadap susunan sa raf pusat apabila diberikan
dengan konsentrasi yang tinggi maka akan dapat menimbulkan keluhan parestesia dan nyeri pada
sendi
efek samping pemberian terapi oksigen (O2) terhadap mata, terutama pada bayi baru lahir yang
tergolong prematur, keadaan hiperoksia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada retina
akibat proliferasi pembuluh da-rah yang disertai dengan perdarahan dan fibrosis atau seringkali
disebut sebagai retrolental fibroplasias.

STEP 4

ANALISIS MASALAH

MEKANISME TERJADINYA ASMA



GEJALA-GEJALA YANG DITIMBULKAN

TERAPI FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI

OBAT YANG RASIONAL UNTUK TERAPI ASMA

EFIKASI DAN EFEK SAMPING TERAPI ASMA

STEP 5

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Melakukan upaya penggunaan obat yang rasional dengan didasari pertimbangan ilmiah
(khususnya biofarmasi-farmakokinetik), pedoman, dan berbasis bukti terkaiT penyakit
asma

2. Melakukan monitoring dan evaluasi terkait efikasi dan efek samping terapi penyakit asma

Anda mungkin juga menyukai