Abstrak
Menurut GINA (Global Initiative for Asthma) tahun 2011, diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma di seluruh
dunia. Prevalensi asma terus mengalami peningkatan terutama di negara-negara berkembang akibat perubahan gaya hidup
dan peningkatan polusi udara. Tingginya jumlah penderita asma saat ini dan kondisi lingkungan yang berpotensi
menyebabkan jumlah kasus asma semakin bertambah di kemudian hari, menjadi masalah kesehatan yang serius. Peran
edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit asma sangat penting untuk mencegah individu
dengan predisposisi asma berkembang menjadi asma dan mencegah pasien asma mengalami serangan asma. Seorang
wanita usia 52 tahun mengalami serangan asma. Diagnostik holistik pasien pada aspek personal ditemukan keluhan sesak
napas semakin sering timbul dan memberat, serta khawatir tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum
sakit. Aspek klinik, pasien mengalami asma persisten ringan (ICD X: J45.901). Aspek risiko internal pasien masih terdapat
kurangnya pengetahuan. Aspek resiko eksternal pada pasien yaitu lingkungan yang cukup berdebu yang dapat mencetuskan
terjadinya asma pada pasien. Dilakukan intervensi melalui farmakologis untuk serangan asma pada pasien serta non
farmakologi berupa edukasi dalam mencegah terjadinya serangan asma pada pasien. Intervensi yang diberikan pada pasien
telah dilakukan secara holistik dan komperhensif. Telah terdapat perubahan perilaku pasien dan keluarga yang membuat
penyakit asma pada pasien menjadi lebih terkontrol.
Korespondensi: Diah Balqis Ikfi Hidayati, alamat BTN D1/06 RT/RW 061/000, Lempuyang Bandar, Way Pengubuan,
Lampung Tengah, HP 082178037411, e-mail diahbalqis@gmail.com.
5. Derajat Fungsional
Derajat 2 yaitu masih mampu melakukan
pekerjaan ringan sehari-hari di dalam
maupun di luar rumah.
Rencana Intervensi
Intervensi yang diberikan berupa terapi
medikamentosa dan non-medikamentosa yang
berkaitan dengan penyakit yang diderita
Gambar 3. Denah Rumah Keluarga Ny. A pasien. Intervensi dilakukan untuk mengurangi
keluhan pasien dan mencegah terjadinya
Diagnostik Holistik Awal serangan berulang.
1. Aspek Personal
- Keluhan: sesak napas sejak 1 hari yang Patient centered
lalu Non Farmakologi:
- Kekhawatiran: sesak napas semakin 1. Edukasi pasien mengenai definisi,
sering timbul dan memberat 1 bulan ini, penyebab, faktor risiko, dan cara
serta khawatir tidak mampu melakukan penanganan serangan asma di rumah.
aktivitas sehari-hari seperti sebelum 2. Edukasi pasien mengenai pola hidup yang
sakit. dapat memperparah kondisi pasien.
- Persepsi: keluhan sesak semakin 3. Edukasi kepada pasien mengenai pola hidup
memberat dan mengganggu pasien bersih dan sehat.
dalam beraktivitas. Pasien tidak
mengetahui bahwa penyakit yang Farmakologi
diderita tidak dapat disembuhkan 1. Nebulisasi combivent 1x selama 15 menit
namun dapat dikontrol. 2. Salbutamol 2 mg/ 8 jam (reliever)
- Harapan: sesak napas yang dialami 3. Inhalasi glukokortikosteroid 200 mcg
dapat berkurang, frekuensi (controller)
kekambuhan berkurang, dan dapat
beraktivitas seperti biasa. Family Focused
1. Edukasi keluarga pasien mengenai definisi,
2. Aspek Klinik penyebab, faktor risiko, tanda dan gejala,
Asma persisten ringan (ICD X: J45.901) pencegahan serta penanganan asma di
rumah.
3. Aspek Risiko Internal 2. Pemberian masker kepada keluarga untuk
- Kurangnya pengetahuan pasien digunakan saat melakukan aktivitas yang
mengenai penyakit yang diderita memiliki kontak dengan debu yang banyak.
- Pengetahuan yang kurang mengenai 3. Edukasi kepada keluarga pasien tentang
pencegahan kekambuhan dengan faktor risiko eksternal, terutama lingkungan
meghindari faktor pencetus dan kondisi rumah.
- Penggunaan teknik inhalasi obat 4. Merencanakan bersama keluarga aktivitas
- Pola berobat kuratif fisik yang sesuai untuk penderita asma.
5. Derajat Fungsional
Derajat 1 (satu) yaitu mampu melakukan
aktivitas seperti sebelum sakit (tidak ada
kesulitan)
Pembahasan
Asma merupakan penyakit inflamasi
kronik pada saluran pernapasan bawah yang
akan menyebabkan penderita mengalami
mengi (wheezing), sesak napas, batuk, dan Eksaserbasi (serangan) asma, adalah
sesak di dada. Menurut penelitian, prevalensi episode perburukan gejala asma secara
asma akan terus meningkat. Skitar 100-150 progresif. Gejala yang dimaksud adalah sesak
juta penduduk dunia akan terserang asma napas, batuk, mengi, dada rasa tertekan, atau
dengan penambahan 180.000 setiap berbagai kombinasi dari gejala tersebut. Pada
tahunnya.5,8Asma ini sering terjadi pada umumnya eksaserbasi disertai dengan distress
kelompok usia anak kurang dari 5 tahun.9 pernapasan. Derajat serangan asma bervariasi,
Asma dapat muncul karena reaksi mulai dari ringan sampai mengancam jiwa,
terhadap faktor pencetus yang mengakibatkan perburukan dapat terjadi dalam beberapa
penyempitan dan penyebab yang menit, jam, atau hari. Serangan akut biasanya
mengakibatkan inflamasi saluran pernapasan timbul akibat pajanan terhadap faktor
atau reaksi hipersensitivitas. Kedua faktor pencetus.2,12
tersebut akan menyebabkan kambuhnya asma Diagnosis asma pada Ny. A, didasarkan
dan akibatnya penderita akan kekurangan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
udara sehingga kesulitan bernapas. Faktor anamnesis sesak napas sejak 1 hari yang lalu,
pencetus asma banyak dijumpai di lingkungan yang sebelumnya didahului aktivitas yang
baik dalam rumah maupun di luar rumah, membuat pasien kelelahan, Sesak memberat
tetapi anak dengan riwayat asma pada pada malam hari. Sesak disertai dengan suara
keluarga memiliki risiko lebih besar terkena napas berbunyi ngik-ngik (mengi) jika sesak
asma. Tiap penderita asma akan memiliki nafas berat. Dalam 1 bulan ini pasien
mengalami serangan asma sebanyak 3 dalam 1 ditimbulkan dari kontraksi otot polos saluran
bulan. Namun untuk bulan bulan sebelumnya napas yang juga diperberat oleh penebalan
gejala sesak pada pasien jarang kambuh. saluran napas yang berhubungan dengan
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan edema akut, infiltrasi sel, dan remodeling
tampak sakit sedang, kesadaran compos adalah hyperplasia kronik dari otot polos,
mentis dengan nilai GCS (Glasgow Coma Scale) pembuluh darah, serta terjadi deposisi matriks
15. Berat badan 65 kg, dan tinggi badan 155 pada dinding saluran napas. Namun,
cm, dengan status gizi overweight. Tanda- keterbatasan aliran udara pernapasan dapat
tanda vital didapati tekanan darah 100/70 juga timbul pada keadaan dimana saluran
mmHg, nadi 81x/menit, frekuensi napas napas dipenuhi oleh sekret yang banyak
24x/menit, dan suhu tubuh 36,50C. Mata: (diproduksi oleh sel goblet dan kelenjar
kojngtiva anemis (-), sklera ikterik (-), Hidung: submukosa), pengendapan protein plasma
deviasi septum (-), sekret (-), Telinga: yang keluar dari mikrovaskularisasi bronkial
hiperemis (-), sekret, dan mulut: sianosis (-) . dan debris seluler.3,13
Kelenjar getah bening pada leher tidak teraba. Penatalaksanaan pada pasien ini
Pada regio thorax didapati dinding dada menggunakan pendekatan kedokteran
simetris, retraksi dinding dada (+), penggunaan keluarga. Pelaksanaan pembinaan pada pasien
otot bantu pernapasan (+), pada palpasi ini dilakukan dengan melakukan kunjungan ke
didapati ekspansi dada simetris, nyeri tekan (-), rumah pasien beserta keluarganya sebanyak 3
fremitus taktil sama pada kedua lapang paru, kali, dimana kunjungan pertama kali dilakukan
hasil perkusi didapati bunyi sonor pada kedua pada 1 Oktober 2019. Pada kunjungan keluarga
lapang paru, dan pada auskultasi didapati pertama dilakukan pendekatan dan
wheezing pada kedua paru sepanjang ekspirasi. pengenalan terhadap pasien serta
Pemeriksaan pada regio abdomen: cembung, menerangkan maksud dan tujuan kedatangan,
BU 9x/menit, nyeri tekan (-), organomegali (-), diikuti dengan anamnesis tentang keluarga dan
timpani. Pada ekstremitas didapati edem (-), perihal penyakit yang diderita. Sesuai konsep
akral hangat, CRT<2. Mandala of Health, dari segi perilaku
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik kesehatan dalam keluarga pasien masih
dapat disimpulkan bahwa serangan asma yang mengutamakan pola perilaku kuratif
dialami pasien masuk ke dalam kelompok dibandingkan preventif, serta kurangnya
serangan asma persisten ringan yang pengetahuan keluarga tentang penyakit yang
disebabkan oleh faktor pencetus debu dari diderita pasien. Pada faktor biologi tidak
kondisi rumah pasien. terdapat faktor resiko keturunan genetik pada
Inflamasi saluran respiratori yang pasiren. Dari segi gaya hidup pasien sering
ditemukan pada pasien asma merupakan hal bekerja terlalu lama dan kurang istirahat.
yang mendasari terjadinya gangguan fungsi Pekerjaan pasien merupakan seorang ibu
pada penyakit asma yaitu obstruksi saluran rumah tangga yang kesehariannya
respiratori yang mengakibatkan keterbatasan membersihkan rumah. Lingkungan rumah
aliran udara yang bersifat reversible. pasien terkesan lembab dan berdebu.
Perubahan fungsional ini dihubungkan dengan Lingkungan sekitar rumah banyak kebun
gejala khas pada asma (seperti batuk, sesak, singkong dan terkesan gersang serta keadaan
mengi) dan respons saluran napas yang rumah bedeng yang padat terlihat kumuh.
berlebihan terhadap rangsangan Lingkungan psikososial, hubungan pasien
3
bronkokonstriksi. dengan keluarganya terbilang cukup erat dan
Penyempitan saluran napas yang terjadi pasien mendapatkan dukungan keluarga dalam
pada pasien asma dapat disebabkan oleh perawatan penyakit yang dideritanya. Hal ini
banyak faktor. Penyebab utamanya adalah dapat membantu pasien untuk menjalani
kontraksi otot polos bronkial yang diprovokasi pengobatan yang dapat dilihat dari seluruh
mediator agonis yang dikeluarkan sel inflamasi. anggota keluarga memberikan dukungan.
Mediator tersebut antara lain histamin, Kunjungan kedua pada tanggal 12
triptase, prostaglandin D2, leukotriene C4 yang Oktober 2019 dengan tujuan intervensi
dikeluarkan oleh sel mast. Akibat yang terhadap pasien. Intervensi secara non
farmakologis dilakukan dengan bantuan media terhindar dari faktor pencetus yang dapat
intervensi berupa poster yang berisikan menyebabkan terjadinya serangan asma.
tentang penyakit asma, penyebab, faktor Kunjungan follow up dilakukan pada
risiko, faktor pencetus pencegahan.7 tanggal 29 Oktober 2019. Follow up yang
Intervensi non farmakologis yang dilakukan terdiri atas evaluasi hasil intervensi
disebutkan diatas memiliki tujuan tertentu apakah terdapat perubahan terkait perilaku
yaitu sebagai berikut: dan klinis dari pasien. Hasil Follow Up terkait
1. Intervensi tentang penyakit asma, intervensi farmakologis dan non farmakologis
penyebab, faktor risiko dan cara terangkum pada tabel Follow Up Intervensi .
penanganan di rumah agar pasien
mengerti tentang penyakitnya, dan sadar Tabel 1. Follow Up
bahwa tidak hanya obat yang dapat Intervensi Parameter Follow up
mengontrol penyakitnya, namun Penggunaan Digunakan Sudah teratur
menghindari faktor pencetus juga dapat obat kontroler secara teratur
mencegah timbulnya kekambuhan serta secara teratur
memperberat penyakitnya. Perlunya Membersihkan Ruangan di Sudah cukup
barang-barang seluruh bersih
modifikasi lingkungan rumah agar debu
dan kipas angin rumah bersih
tidak menumpuk dan rumah terasa dengan lap
lembab. Hal ini berkaitan dengan ventilasi basah
dan penempatan/penyusunan barang- Menjaga berat Melakukan Belum rutin
barang di dalam rumah, hal ini dilakukan badan agar aktivitas fisik dilakukan
agar sirkulasi udara di dalam rumah cukup ideal dan seperti jalan
dan debu tidak menumpuk, sehingga melakukan pagi selama
dapat memicu kekambuhan asma pada kegiatan 30 menit
pasien.10,11 olahraga dengan
2. Intervensi edukasi dan evaluasi cara secara teratur frekuensi
pemakaian obat. Agar obat yang 2x/minggu
Menghimbau Tidak Terkadang
digunakan lebih efektif dan dapat
agar anggota merokok Tn. R masih
mengontrol asma pasien dengan dosis keluarga yang didalam merokok
yang tepat. Selain itu edukasi tentang merokok tidak rumah didalam
kepatuhan pasien untuk berobat rutin merokok rumah
juga penting dalam mengontrol asma yang didalam rumah
diderita pasien.5,16
3. Intervensi edukasi kepada pasien dan Apabila dilihat berdasarkan tabel diatas
keluarganya mengenai jenis aktivitas ada beberapa perubahan perilaku pada pasien,
fisik/olahraga yang dapat dilakukan oleh namun ada juga beberapa perilaku yang belum
pasien. Dengan melakukan olahraga yang dilakukan. Pasien sudah menggunakan obat
tepat, dapat bermanfaat dalam sebagai kontrol penyakit asma secara teratur.
mengurangi inflamasi jalan napas, Pasien dan keluarga telah menerapkan
mengurangi hipersensitivitas bronkus, kebersihan diri dan lingkungan rumah. Pasien
memperbaiki kebugaran, dan belum membiasakan diri untuk melakukan
meningkatkan toleransi terhadap kegiatan aktivitas fisik secara teratur. Dalam ilmu
fisik serta kualitas hidup pasien.14 perilaku terdapat beberapa langkah atau
proses sebelum orang mengadopsi perilaku
Kepada anggota keluarga lainnya baru. Pertama adalah awareness (kesadaran),
dilakukan pendekatan personal untuk turut dimana orang tersebut menyadari stimulus
serta memberikan dukungan terhadap pasien. tersebut. Kemudian dia mulai tertarik
Dukungan keluarga yang dianjurkan adalah (interest). Selanjutnya, orang tersebut akan
dukungan dalam memberikan semangat bahwa menimbang-nimbang baik atau tidaknya
penting untuk berobat rutin serta menjaga stimulus tersebut (evaluation). Setelah itu, dia
pola makan pasien, menciptakan lingkungan akan mencoba melakukan apa yang
rumah yang bersih dan menjaga agar pasien dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap
akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai 3. Intervensi yang diberikan telah mengubah
dengan pengetahuan, kesadaran dan beberapa perilaku pasien dan keluarga,
15
sikapnya. namun ada beberapa yang belum dapat
Berdasarkan hasil tersebut, metode diubah dari perilaku pasien, hanya sebatas
intervensi yang diberikan cukup memberikan menambah pengetahuan tetapi tidak
hasil yang efektif. Intervensi telah menambah menimbulkan awareness atau kesadaran
pengetahuan pasien dan keluarganya, disertai dari diri pasien.
adanya beberapa perubahan perilaku yang
terjadi. Namun ada beberapa hal yang belum Daftar Pustaka
dapat menimbulkan kasadaran (awareness) 1. Kemenkes RI. Pedoman Pengendalian
untuk berubah seperti masih dilakukannya Penyakit Asma. Keputusan Menteri
merokok di dalam rumah. Tentunya diperlukan Kesehatan No 1023 / MENKES / SK / XI.
metode intervensi lain yang dapat 2008.
15
menimbulkan rasa sadar pada diri pasien. 2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Followed up klinis dinilai dari keluhan, (PDPI). Pedoman Diagnosis dan
pemeriksaan vital sign diikuti dengan Penatalaksaan Asma di Indonesia
pemeriksaan spesifik terkait dengan penyakit. [Internet]. Jakarta; 2013. Available from:
Secara garis besar followed up terangkum pada www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma
tabel 3. .pdf
3. Supriyanto B, Wahyudin B. Patogenesis
Tabel 2. Follow Up Klinis pada Ny. A dan Patofisiologi Asma Anak. In: Rahajoe
N, Supriyanto B, Setyanto B, editors. Buku
Keluhan Follow up Ajar Respirologi Anak. Edisi 1. Jakarta:
Sesak napas Berkurang Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Batuk di malam dan dini hari Berkurang Indonesia; 2018.
Intensitas aktivitas yang dapat Aktivitas 4. Kumar V, Abbas A, Aster J. Robbins Basic
dilakukan sedang
Pathology. Singapore: Elsevier; 2015.
Keluhan tambahan -
5. GINA (Global Initiative for Asthma). Global
Strategy for Asthma Management and
Tabel 3. Pemeriksaan Fisik Pasien
Pemeriksaan Follow up
Prevention [Internet]. Global Strategy for
Keadaan umum Sesak (-) Asthma Management and Prevention.
Auskultasi Wheezing tidak terdengar 2018. Available from:
pulmo saat auskultasi dilakukan https://ginasthma.org/wp-
dikedua lapang paru saat content/uploads/2018/04/wms-GINA-
inspirasi dan ekspirasi 2018-report-tracked_v1.3.pdf
6. Kementrian Kesehatan Republik
Serangan asma tidak lagi dialami sejak Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta;
kunjungan kedua. Pasien dan keluarganya 2013.
mulai menjalani gaya hidup sehat. Pasien juga 7. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
mulai menyadari kondisinya untuk (PDPI). Peringatan Hari Asma Sedunia
menghindari faktor pencetus [Internet]. 2018. Available from:
www.klikpdpi.com/index.php?mod=article
Simpulan &sel=8437
Adapun kesimpulan yang didapat dari 8. Tesse R, Borrelli G, Mongelli G, Mastrorilli
laporan kasus ini sebagai berikut: V, Cardinale F. Treating Pediatric Asthma
1. Penegakan diagnosis asma pada kasus ini According Guidelines. Front Pediatr.
sudah sesuai dengan beberapa teori dan 2018;6(August):1–7.
telaah kritis dari penelitian terkini. 9. Wahyudi A, Fitry Yani F, Ekardius.
2. Telah dilakukan penatalaksanaan pada Hubungan Faktor Risiko terhadap Kejadian
pasien secara holistik dan komprehensif, Asma pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil
dan sesuai dengan literatur. Padang. J Kesehat Andalas. 2016;5(2):312–
8.