Oleh:
NAMA : SILVIA ANIDA UMAIROH
NIM : P17230203072
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma
Bronkial Di Ruang Wk A Rsud Dr. Soedono Madiun
BAB I
KONSEP DASAR
1.1 Masukan atau inputkan materi tentang konsep dasar yang diajarkan atau ambil dari buku
1) Pengertian
Asma bronkial adalah suatu penyakit saluran napas yang sudah lama diketahui
dan dapat timbul pada berbagai usia, dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan.
Manifestasi penyakit asma bervariasi dari gejala ringan sampai berat. Gejala bisa
samar-samar serta berlangsung sangat singkat dengan interval antara satu serangan
dengan serangan yang lain sangat lama, sampai pada serangan yang mendadak,
sangat berat dan berlangsung beihari-hari serta interval antara serangan sangat
pendek (Rogayah & Yunus, 2018)
2) Etiologi/ Penyebab
Terdapat berbagai keadaan yang memicu terjadinya serangan asma, diantara lain:
a. Kegiatan fisik (exercise)
b. Kontak dengan alergen dan irritan
Allergen dapat disebabkan oleh berbagai bahan yang ada di sekitar
penderita asma seperti misalnya kulit, rambut, dan sayap hewan. Selain itu debu
rumah yang mengandung tungau debu rumah (house dust mites) juga dapat
menyebabkan alergi. Hewan seperti lipas (cockroaches, kecoa) dapat menjadi
pemicu timbulnya alergi bagi penderita asma. Bagian dari tumbuhan seperti
tepung sari dan ilalang serta jamur (nold) juga dapat bertindak sebagai allergen.
Irritans atau iritasi pada penderita asma dapat disebabkan oleh berbagai hal
seperti asap rokok, polusi udara. Faktor lingkungan seperti udara dingin atau
perubahan cuaca juga dapat menyebabkan iritasi. Bau-bauan yang menyengat
dari cat atau masakan dapat menjadi penyebab iritasi. Selain itu, ekspresi emosi
yang berlebihan (menangis, tertawa) dan stres juga dapat memicu iritasi pada
penderita asma.
c. Akibat terjadinya infeksi virus
d. Penyebab lainnya. Berbagai penyebab dapat memicu terjadinya asma yaitu:
Obat-obatan (aspirin, beta-blockers)
Sulfite (buah kering wine)
Gastroesophageal reflux disease, menyebabkan terjadinya rasa terbakar
pada lambung (pyrosis, heart burn) yang memperberat gejala serangan
asma terutama yang terjadi pada malam hari d) Bahan kimia dan debu di
tempat kerja e) Infeksi
3) Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-
faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh
karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas,
maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya
waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum . Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
4) Patofisiologi/ Pathway
Sesak dada;
Batuk, terutama pada malam atau dini hari;
Sesak napas;
Mengi, yang menyebabkan suara siulan saat mengeluarkan napas.
Pola gejala pada setiap pengidap asma pun bisa berbeda. Meski begitu, pola gejala
yang paling umum yaitu:
Datang dan pergi seiring waktu atau dalam hari yang sama;
Mulai atau memburuk dengan infeksi virus, seperti pilek;
Dipicu oleh olahraga, alergi, udara dingin, atau hiperventilasi karena tertawa atau
menangis;
Lebih buruk di malam hari atau di pagi hari.
7) Penatalaksanaan
a. Pengobatan non-farmakologik :
- Memberikan penyuluhan Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisiotherapy
- Beri O2 bila perlu.
b. Pengobatan non-farmakologik :
c. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomim etik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan sem protan. Yang berupa sem protan: MDI (Metered dose
inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricasm a Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasm a serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
2. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin ( Amilex)
Efek dari teofilin sam a dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikom binasikan efeknya
saling memperkuat.
3. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
4. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat
diberika secara oral.
BAB II
KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA
BRONKIAL
2.1 Pengkajian Identitas
a. Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelaminan, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor RM, diagnose medis.
b. Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
Terapeutik :
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
trust jika curiga trauma servikal)
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan sebelum penghisapan endotrakeal
8. Keluarkan sumbatan sebelum penghisapan endotrakeal
9. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep McGill
10. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasikan pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
c. Rasional
Rasional dari Pola Nafas Tidak Efektif adalah :
Observasi :
1. Untuk mengetahui pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas
pasien)
2. Untuk mengetahui bunyi napas tambahan pasien
3. Untuk mengetahui jumlah, warna, dan aroma sputum pasien
Terapeutik :
1. Agar pasien dapat bernapas dengan mudah
2. Posisi yang tepat akan mengurangi sesak yang dirasakan pasien
3. Pengenceran secret , dan mempermudah pengeluaran secret pada jalan
napas
4. Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan mengencerkan dahak
5. Untuk menghilangkan lendir yang terdapat pada jalan napas
6. Untuk menghindari hipoksemi akibat penghisapan lender
7. Memasang inkubasi atau alat bantu saluran napas atau mengambil
benda asing dari saluran napas bagian atas pasien
8. Memenuhi kekurangan oksigen dan mencegah hipoksia
Edukasi :
1. Mempertahankan keseimbangan elektrolit dan volume cairan
2. Untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan mencegah
efek samping dari retensi sekresi
Kolaborasi :
1. Untuk meredakan pasien yang mengalami penyempitan dan
penumpukan lendir atau dahak di saluran pernapasan
b. Rencana Tindakan
Rencana tindakan dari Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah :
Observasi :
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik :
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
(jaw-trust jika curiga trauma servikal)
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan sebelum penghisapan endotrakeal
8. Keluarkan sumbatan sebelum penghisapan endotrakeal
9. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep McGill
10. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasikan pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
c. Rasional
Rasional dari Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah :
Observasi :
1. Untuk mengetahui pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas
pasien)
2. Untuk mengetahui bunyi napas tambahan pasien
3. Untuk mengetahui jumlah, warna, dan aroma sputum pasien
Terapeutik :
1. Agar pasien dapat bernapas dengan mudah
2. Posisi yang tepat akan mengurangi sesak yang dirasakan pasien
3. Pengenceran secret , dan mempermudah pengeluaran secret pada jalan
napas
4. Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan mengencerkan dahak
5. Untuk menghilangkan lendir yang terdapat pada jalan napas
6. Untuk menghindari hipoksemi akibat penghisapan lender
7. Memasang inkubasi atau alat bantu saluran napas atau mengambil
benda asing dari saluran napas bagian atas pasien
8. Memenuhi kekurangan oksigen dan mencegah hipoksia
Edukasi :
1. Mempertahankan keseimbangan elektrolit dan volume cairan
2. Untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan mencegah
efek samping dari retensi sekresi
Kolaborasi :
1. Untuk meredakan pasien yang mengalami penyempitan dan
penumpukan lendir atau dahak di saluran pernapasan
3. Dx : Intoleransi Aktivitas
Tujuan dari Intoleransi Aktivitas adalah :
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Saturasi oksigen meningkat
3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
4. Kecepatan berjalan meningkat
5. Jarak berjalan meningkat
6. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
7. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
8. Toleransi dalam menaiki tangga meningkat
9. Keluhan lelah menurun
10. Dyspnea saat aktivitas menurun
11. Perasaan lemah menurun
12. Aritmia setelah aktivitas menurun
13. Aritmia saat aktivitas menurun
14. Sianosis menurun
15. Warna kulit membaik
16. Tekanan darah membaik
17. Frekuensi darah membaik
18. EKG iskemia membaik
a. Rencana Tindakan
Rencana tindakan dari Intoleransi Aktivitas adalah :
Observasi :
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara berharap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
5. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
c. Rasional
Rasional dari Intoleransi Aktivitas adalah :
Observasi :
1. Untuk menegetahui gangguan fungsi tubuh yang dialami pasien akibat
kecelakaan
2. Untuk mengetahui tingkat kelelahan fisik dan emosional pasien
3. Untuk mengetahui pola tidur pasien apakah teratur atau tidak
4. Untuk mengetahui lokasi dan tingkat ketidaknyamanan pasien selama
melakukan aktivitas
Terapeutik :
1. Untuk memberikan rasa nyaman bagi pasien
2. Untuk meningkatkan dan melatih massa otot dan gerak ekstremitas
pasien
3. Untuk mengalihkan rasa ketidaknyamanan yang dialami pasien
4. Untuk melatih gerak mobilitas pasien selama dirawat
Edukasi :
1. Untuk memberikan kenyamanan paasien saat istirahat
2. Untuk menunjang proses kesembuhan pasien secara bertahap
3. Agar perawat bisa dengan segera mengkaji dan merencanakan kembali
tindakan keperawatan yang bisa diberikan
4. Agar pasien dapat mengatasi kelelahannya secara mandiri dengan
mudah
Kolaborasi :
1. Untuk memaksimalkan proses penyembuhan pasien
b. Rencana Tindakan
Rencana tindakan dari Gangguan Pola Tidur adalah :
Observasi :
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi factor pengganggu tidur (fisik dan atau psikologis)
3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. kopi,
teh, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum
tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik :
1. Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur) batasi waktu tidur siang, jika perlu
2. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
3. Tetapkan jadwal tidur rutin
4. Lakukan prosedur untuk meningktakan kenyamanan (mis. pijat,
pengaturan posisi, terapi ekupresur)
5. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga.
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
4. Anjurakan penggunakan obat tidur yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
5. Ajarkan factor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
(mis. psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
c. Rasional
Rasional dari Gangguan Pola Tidur adalah :
Observasi :
1. Untuk mendata masalah yang dalam pasien
2. Untuk mengumpulkan data yang mendukung dalam pemenuhan
kebutuhan pasien
3. Untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pola tidur
4. Untuk mengetahui efek samping yang terjadi
Terapeutik :
1. Untuk memberikan rasa nyaman terhadap pasien
2. Agar pasien mampu merasa tenang
3. Untuk menjaga kualitas tidur yang baik
4. Agar pasien mampu rileks dan merasa lebih santai
5. Untuk membatu peningkatan kualitas tidur yang baik
Edukasi :
1. Agar pasien tahu mengenai pentingnya istirahat yang cukup
2. Untuk membiasakan waktu tidur rutin
3. Untuk menghindari terjadinya gangguan kualitas tidur
4. Agar mendapat efek tenang pada pasien
5. Untuk memberikan pemahaman yang baik kepada pasien terkait pola
tidur
6. Untuk menunjang penyembuhan pasien dengan baik
5. Dx : Defisit Pengetahuan
a. Tujuan
Tujuan dari Defisit Pengetahuan adalah :
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat
2. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
3. Kemampauan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic meningkat
4. Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai topic
meningkat
5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
6. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
7. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
8. Perilaku membaik
b. Rencana Tindakan
Rencana tindakan dari Defisit Pengetahuan adalah :
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih
Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskna factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
c. Rasional
Rasional dari Defisit Pengetahuan adalah :
Observasi :
1. Untuk mengetahui kesiapan dan kemampuan menerima informasi dari
pasien
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih pasien
Terapeutik :
1. Agar pasien lebih mengerti dan bisa membaca dari materi tersebut
2. Agar pasien mengetahui jadwal belajar
3. Agar pasien lebih leluasa untuk bertanya dan tidak takut serta bingung atas
materi tersebut
Edukasi :
1. Agar pasien mengetahui factor apasaja yang dapat mempengaruhi
kesehatan
2. Agar pasien bisa dan mengerti perilaku hidup bersih dan sehat
3. Agar pasien mengetahui strategi untuk meningkat kan perilaku hidup sehat
dan bersih
Daftar Pustaka
Rogayah, R., & Yunus, F. (2018). Senam pada Penderita Asma untuk mencegah kekambuhan
asma dan. J Respir Indo, 40–44.
https://kolegiumpulmonologi.org/wp-content/uploads/2018/05/senam-pada-penderita-
asma.pdf
Tim Pokja Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Jakarta Selatan : PPNI.
Tim Pokja Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Jakarta Selatan : PPNI.
Tim Pokja Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Jakarta Selatan : PPNI.