Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN

CVA (Cerebro Vaskuler Accident)

Di PUSTU SUKOREJO

Untuk memenuhi tugas

Praktik Klinik Keperawatan Gerontik

Oleh :

NAMA : DHEA NATASYA PUTRI GUNAWAN

NIM : P17230204110

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG’

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah di responsi dan disetujui pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN CVA

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

( ) ( )
NIP NIP
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan

CVA

BAB I
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN CVA

1.1.KONSEP DASAR LANSIA

2. PENGERTIAN LANSIA

Seseorang dapat dikatakan lanjut usia apabila telah berusia 60 tahun


atau lebih, yang disebabkan oleh faktor tertentu sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial
(Nugroho, 2014). Secara umum, seseorang juga dapat dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan merupakan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stres lingkungan. Lansia merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi
stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan erat dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta meningkatkan kepekaan secara individual
(Effendi & Makhfudli, 2009).

3. KLASIFIKASI LANSIA

Berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.:

1. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

2. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau


lebih/seseorang yangberusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (Depkes RI, 2003)

4. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan


dan/ataukegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,
2003)
5. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehinggahidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,
2003)

4. Karakteristis Lansia

Beberapa karakterisktik lansia yang perlu diketahui yaitu:

 Jenis Kelamin

Lansia lebih banyak wanita dari pada pria.

 Status Perkawinan

Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan


mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologi.

 Living Arrangement

Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami, tinggal


bersama anak atau keluarga lainnya.

 Kondisi Kesehatan

Pada kondisi sehat, lansia cenderung untuk melakukan aktivitas sehari-


hari secara mandiri. Sedangkan pada kondisi sakit menyebabkan lansia
cenderung dibantu atau tergantung kepada orang lain dalam
melaksanakan aktivitas sehai-hari.

 Keadaan Ekonomi

Pada dasarnya lansia membutuhkan biaya yang tinggi untuk


kelangsungan hidupnya, namun karena lansia tidak produktif lagi
pendapatan lansia menurun sehingga tidak semua kebutuhan lansia
tadat terpenuhi.

 Usia

Berusia lebih dari 60 tahun


BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN CVA

2.1.KONSEP DASAR CVA


1. PENGERTIAN CVA
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama
24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler. Stroke atau Cerebro Vaskular Accident (CVA) merupakan salah satu
penyakit serius yang dapat mengancam jiwa. CVA (Cerebro Vaskuler Accident)
merupakan kerusakan pada otak yang terjadi ketika aliran darah atau suplai darah ke
otak tersumbat, adanya perdarahan atau pecahnya pembuluh darah. Perdarahan atau
pecahnya pembuluh darah pada otak dapat menimbulkan terhambatnya penyediaan
oksigen dan nutrisi ke otak. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi
aliran darah otak (Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler
adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke
bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa
tahun (Smeltzer et al, 2002).
2. ETIOLOGI
Faktor–faktor yang menyebabkan stroke :
a. Faktor yang tidak dapat dirubah (non-reversibel)
 Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding
wanita.
 Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
b. Faktor yang dapat dirubah :
 Hipertensi
 Penyakit jantung
 Kolestrol tinggi
 Obesitas
 Diabetes melitus
 Polisetemia
 Stress emosional
 Kebiasaan Hidup
 Merokok, peminum alkohol, obat-obatan terlarang, aktivitas yang tidak
sehat : kurang olahraga, makan berkolestrol.

3. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
Faktor pencetus : Hipertensi, DM, PJK, Merokok, Gaya hidup, Obesitas, Kolesterol
yang meningkat dalam darah

Elastisitas pembuluh thrombus Kepekatan darah meningkat Pembentukan obstruksi thrombus


darah

Sirkulasi serebal terganggu atau tidak adekuat

RISIKO PERFUSI SEREBAL TIDAK


Penurunan darah & O2 ke otak EFEKTIF

Hipoksia serebri Kerusakan fungsi N VII & N XII Menurunnya fungsi

N X & N IX
GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL
Proses menelan
Kerusakan pusat gerakan tidak efektif
motoric VII, IX, X GANGGUAN MOBILITAS FISIK

di lobus frontalis Disfagia

DEFISIT NUTRISI
Mobilitas menurun

Tirah baring

4.
DEFISIT PERAWATAN DIRI

4. KLASIFIKASI
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu :
 Stroke iskemik ( non hemoragic ) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah
stroke iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Stroke trombotik : proses terbentuknya thromus yang membuat
penggumpalan atau terjadinya trombosis (bekuan darah didalam
pembuluh darah otak atau leher).
b. Stroke embolik : tertutupnya pembuluh darah arteri oleh bekuan darah.
c. Hipoperfusion sistemik : berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
 Stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70%
kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada
2 jenis, yaitu :
a. Hemoragik intraserebral : perdarahan yang terjadi didalam jaringan
otak.
b. Hemoragik subaraknoid : perdarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutup otak).
5. TANDA DAN GEJALA
 Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan.
 Tiba-tia hilang rasa peka.
 Bicara cedal atau pelo.
 Gangguan bicara dan bahasa.
 Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai.
 Gangguan penglihatan.
 Gangguan daya ingat.
 Nyeri kepala hebat.
 Vertigo.
 Kesadaran menurun.
 Proses kencing terganggu.
 Gangguan fungsi otak.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
Menurut (Sutianingsih 2019; Ramdhani 2020)
 Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler
 CT scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
 MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik. Menunjukkan adanya tekanan abnormal dan biasanya ada
thrombosis, emboli dan TIA, tekanan meningkan dan cairan mengandung darah
menunjukkan hemoragi subarachnoid / perdarahan intrakranial.
 USG doppler
Mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis)
 EEG
Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
 Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan
dari masa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
trombosisserebral, kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan
subaraknoid.
 Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel
kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari
massa yang meluas
 Itrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis/aliran
darah/muncul plaque/arterosklerosis)
 Pemeriksaan Laboratorium
- Lumbal pungsi, Tekanan yang menngkat dan di sertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukan adanya hemoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intracranial.
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan kimia darah
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Stroke dapat dilakukan pengobatan dengan cara :
a. Konservatif
 Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus
 Mencegah peningkatan TIK dengan obat antihipertensi, deuritika, vasodiator
perifer, antikoagulan, diazepam bila kejang, anti tukak misal cimetidine,
kortikosteroid dan manitol luntuk mengurangi edema otak.
b. Operatif
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan
evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial yang menetap akan
membahayakan kehidupan pasien.
c. Pada fase sub akut/pemulihan (>10 hari) perlu : Terapi wicara, terapi fisik dan
stoking anti embolisme.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN CVA

3.1.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan pengambilan data yang dilakukan pertama kali kepada klien dengan
tujuan untuk memperoleh informasi klien. Kita sebagai perawat harus mengumpulkan data
secara lengkap dan sistematis berdasarkan fakta yang ada. Data yang dikumpulkan dapat
menggambarkan status kesehatan dan masalah yang dialami klien.
a) Biodata
Pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, nomor register, tanggal masuk RS dan diagnosa medis.
b) Riwayat kesehatan pasien
- Keluhan utama atau alasan masuk rumah sakit
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini.
- Riwayat penyakit (sekarang dan dahulu)
Pengalaman yang dirasakan pasien hingga membentuk suatu kronologi dari
terjadinya etiologi serta adanya riwayat penyakit terdahulu seperti DM, HT dll.
- Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit dari keluarga atau tidak
c) Pola aktivitas sehari-hari
- Pola tidur atau istirahat
- Pola eliminasi
- Pola makan dan minum
- Kebersihan diri atau personal hygiene
- Pola kegiatan atau aktivitas lain
d) Data psikososial
e) Data spiritual
f) Pemeriksaan fisik
- Kesadaran umum
Kesadaran dapat compos mentis sampai koma tergantung beratnya kondisi
penyakit yang dialami, tanda-tanda vital biasanya normal kecuali bila ada
komplikasi lebih lanjut, badan tampak lemas.
- Tanda – tanda vital
- Pemeriksaan kepala dan leher
 Kepala dan rambut
 Mata
 Wajah
 Hidung
 Telinga
 Mulut dan faring
- Pemeriksaan integumen (kulit)
- Pemeriksaan payudara dan ketiak
- Pemeriksaan thorak atau dada
- Pemeriksaan jantung
- Pemeriksaan abdomen
- Pemeriksaan musculoskeletal (ekstrimis)
- Pemeriksaan neorologi
g) Pemeriksaan penunjang
h) Penatalaksanaan dan terapi
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 Edisi 1 Cetakan II
diagnosis klien yang mungkin muncul dengan masalah di atas, diantaranya sebagai
berikut :
a. Risiko jaringan perfusi serebral tidak efektif d.d. embolisme serebral
b. Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan menelan makanan d.d nafsu makan
menurun, otot menelan lemah, membrane mukosa pucat
c. Gangguan mobilitas fisik b.d. gangguan neuromuscular d.d. sulit
menggerakkan ekstremitas, rentang gerak menurun, fisik lemah, Gerakan
terbatas
d. Defisit perawatan diri b.d. gangguan neuromuscular d.d. tidak mampu
mandi secara mandiri, kurang melakukan perawatan diri
e. Gangguan komunikasi verbal b.d. gangguan neuromuscular d.d. tidak
mampu berbicara, pelo, tidak ada kontak mata, sulit menggunakan ekspresi
wajah atau tubuh
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Risiko Perfusi Setelah dilakukan MANAJEMEN MANAJEMEN
Serebal Tidak tindakan keperawatan PENINGKATAN PENINGKATAN
Efektif selama … x… jam TEKANAN TEKANAN
diharapkan perfusi INTRAKRANIAL INTRAKRANIAL
serebal meningkat (1.06194) (1.06194)
dengan kriteria hasil : Observasi Observasi
 Tingkat kesadaran - Identifikasi - Mengetahui
meningkat penyebab penyebab
 Kognitif peningkatan TIK peningkatan TIK
meningkat (mis. lesi, gangguan dan tindakan
 Tekanan intra metabolism, edema yang dilakukan
kranial menurun serebral) - Dapat me-
 Sakit kepala - Monitor tanda/gejala minimalkan
menurun peningkatan TIK akibat yang
 Gelisah menurun (mis. tekanan darah ditimbulkan

 Kecemasan meningkat, tekanan - Mengetahui per-


menurun nadi melebar, kembangan MAP

 Agitasi menurun bradikardi, pola - Mengatahui

 Demam menurun nafas ireguler, apakah terdapat


kesadaran menurun) pernafasan
- Monitor MAP abnormal
Terapeutik
 Nilai rata rata - Monitor status - Memberikan
tekanan darah pernafasan lingkungan
membaik Terapeutik tenang untuk
 Keasadaran - Minimalkan pasien
membaik stimulus dengan - Memberikan
 Tekanan darah menyediakan posisi nyaman
sistolik membaik lingkungan yang untuk pasien
 Tekanan darah tenang - Mencegah
diastolic membaik - Berikan posisi semi terjadinya demam
 Refleks saraf fowler Kolaborasi
membaik - Pertahankan suhu - Untuk
normal menurunkan
Kolaborasi kecemasan,
- Kolaborasi meningkatkan
pemberian sedasi kemampuan
dan anti konvulsan, kognitif, bekerja
jika perlu pada otak dan
- Kolaborasi sistem saraf
pemberian diuretic - Untuk
osmosis, jika perlu menurunkan
tekanan
intracranial oleh
penumpukan
cairan

2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan MANAJEMEN NUTRISI MANAJEMEN


tindakan keperawatan (1.03117) NUTRISI
selama … x … jam Observasi (1.03117)
status nutrisi membaik - Identifikasi status Observasi
dengan kriteria hasil : nutrisi - Untuk
 Porsi makanan - Identifikasi alergi mengidentifikasi
yang dihabiskan dan intoleransi pasien memiliki
meningkat makanan risiko mengalami
 Kekuatan otot - Identifikasi masalah nutrisi
pengunyah makanan disukai atau tidak
meningkat - Identifikasi - Untuk
 Kekuatan otot kebutuhan kalori meningkat-kan
menelan dan jenis nutrien nafsu makan
meningkat serum - Identifikasi perlunya pasien
albumin meningkat penggunaan selang - Untuk
 Serum albumin nasogastric mengetahui
meningkat - Monitor asupan asupan makanan
 Verbalisasi makanan yang di makan
keinginan untuk - Monitor berat badan pasien
meningkatkan - Monitor hasil Terapeutik
nutrisi meningkat pemeriksaan - Untuk
 Pengetahuan laboraratorium memperbaiki
tentang pilihan Terapeutik jaringan tubuh
makanan yang - Lakukan oral yang rusak dan
sehat meningkat hygiene sebelum membangun
 Pengetahuan makan, jika perlu jaringan tubuh
tentang pilihan - Fasilitasi yang baru
minuman yang menentukan Edukasi
sehat meningkat pedoman diet (mis. - Mengatur pola

 Pengetahuan piramida makanan) makan untuk


tentang standar - Sajikan makanan menjaga
asupan nutrisi yang secara menarik dan kesehatan tubuh
tepat meningkat suhu yang sesuai Kolaborasi
 Penyiapan dari - Berikan makanan - Mencegah
penyimpanan tinggi serat untuk terjadinya mual
makanan yang mencegah konstipasi muntah sebelum
aman meningkat - Berikan makanan makan
 Penyiapan dan tinggi kalori dan
penyimpanan tinggi protein
minuman yang - Berikan suplemen
aman meningkat makanan, jika perlu
 Sikap terhadap - Hentikan
makanan/minuman pemberikan makan
sesuai dengan melalui selang
tujuan kesehatan nasogastric jika
meningkat asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi
Pemberian medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

3. Gangguan Setelah dilakukan DUKUNGAN DUKUNGAN


Mobilitas Fisik tindakan keperawatan MOBILISASI MOBILISASI
selama … x … jam (1.05173) (1.05173)
diharapkan mobilitas Observasi Observasi
fisik meningkat dengan - Identifikasi adanya - Mengetahui letak
kriteria hasil : nyeri atau keluhan nyeri dan
 Pergerakan fisik lainnya masalah fisik
ekstremitas - Identifikasi toleransi untuk ditindak
meningkat fisik saat melakukan lanjuti setelahnya
 Kekuatan otot pergerakan - Untuk
meningkat - Monitor frekuensi mengalokasikan
 Rentang gerak jantung dan tekanan lokasi nyeri
(ROM) meningkat darah sebelum - Memantau TTV
 Nyeri menurun memulai mobilisasi untuk mencegah
 Kecemasan - Monitor kondisi kejadian tidak
menurun umum selama diinginkan

 Kaku sendi melakukan mobili- - Mencegah risiko


menurun sasi jatuh pasien

 Gerakan tidak Terapeutik Terapeutik


terkoordinasi - Fasilitasi aktivitas - Untuk
menurun mobilisasi dengan mempermudah

 Gerakan terbatas alat bantu (mis. pasien melakukan

menurun pagar tempat tidur) mobilisasi

 Kelemahan fisik - Fasilitasi melakukan - Untuk membantu

menurun pergerakan, jika pasien bergerak


perlu menggunakan
alat
- Libatkan keluarga - Untuk membantu
untuk membantu pasien bergerak
pasien dalam tanpa alat dengan
meningkatkan melibatkan
pergerakan keluarga dalam
Edukasi melakukan
- Jelaskan tujuan dan pergerakan
prosedur mobilisasi Edukasi
- Anjurkan - Agar pasien tidak
melakukan melakukan
mobilisasi dini kesalahan dan
- Ajarkan mobilisasi sesuai anjuran
sederhana yang yang sesuai
harus dilakukan - Untuk
(mis. duduk di mempertahankan
tempat tidur, duduk fungsi tubuh
di sisi tempat tidur, - Mempertahankan
pindah dari tempat tonus otot agar
tidur ke kursi) tidak kaku

4. Defisit Setelah dilakukan EDUKASI EDUKASI


Perawatan Diri tindakan keperawatan PERAWATAN PERAWATAN KULIT
selama … x … jam KULIT (I.12426) (I.12426)
diharapkan perawatan Observasi Observasi
diri meningkat dengan - Identifikasi - Untuk
kriteria hasil : kesiapan dan mengetahui
 Kemampuan kemampuan bahwa klien
mandi meningkat menerima sudah siap
informasi menerima
Terapeutik
 Kemampuan - Sediakan materi segala materi
mengenakan dan media dan informasi
pakaian meningkat pendidikan Terapeutik
 Kemampuan kesehatan - Untuk memberi
makan meningkat Edukasi bahan sebagai
 Kemampuan ke - Anjurkan minum acuan dari
toilet (BAB/BAK) cukup cairan pendidikan
meningkat - Anjurkan melapor kesehatan yang
 Verbalisasi jika ada lesi kulit dilakukan oleh
keinginan yang tidak biasa perawat
melakukan Edukasi
perawatan diri - Agar tubuh
meningkat tidak mengalami
 Minat melakukan dehidrasi,
perawatan diri meningkatkan
meningkat elastisitas kulit
 Mempertahankan dan lesi kulit
kebersihan diri segera membaik
meningkat - Untuk
 Mempertahankan mencegah
kebersihan mulut terjadinya
meningkat penambahan lesi
yang tidak
diketahui oleh
perawat
5. Gangguan Setelah dilakukan PROMOSI PROMOSI
Komunikasi tindakan keperawatan KOMUNIKASI – KOMUNIKASI –
Verbal selama … x … jam DEFISIT BICARA DEFISIT BICARA
diharapkan komunikasi (I.13492) (I.13492)
verbal meningkat dengan Observasi Observasi
kriteria hasil : - Monitor kecepatan, - Untuk
 Kemampuan tekanan, kuantitas, mengetahui
berbicara volume dan diksi kecepatan,
meningkat bicara tekanan,
 Kemampuan - Monitor proses kuantitas,
mendengar kognitif, anatomis, volume dan
meningkat dan fisiologis yang diksi bicara
 Kesesuaian berkaitan dengan - Untuk
ekspresi bicara mengetahui
wajah/tubuh - Monitor frustasi, proses kognitif,
meningkat marah, depresi, anatomis, dan
 Kontak mata atau hal lain fisiologis yang
meningkat - Identifikasi berkaitan
 Afasia menurun perilaku emosional dengan bicara

 Disfasia menurun dan fisik sebagai - Untuk

 Apraksia menurun bentuk komunikasi menonitor

 Disleksia menurun Terapeutik frustasi, marah,

 Disatria menurun - Gunakan metode depresi, atau hal


komunikasi lain
 Afonia menurun
alternatif - Untuk
 Dislasia menurun
- Sesuaikan gaya mengetahui
 Pelo menurun
komunikasi dengan perilaku
 Gagap menurun
kebutuhan emosional dan
 Respons perilaku
- Modifikasi fisik sebagai
membaik
lingkungan bentuk
komunikasi
 Pemahaman - Ulangi apa yang Terapeutik
komunikasi disampaikan pasien - Untuk
membaik - Berikan dukungan mempermudah
psikologis komunikasi
- Gunakan juru - Untuk
bicara, jika perlu memudahkan
Edukasi saat
- Anjurkan bicara berkomunikasi
perlahan - Membuat
- Ajarkan pasien dan lingkungan
keluarga proses menjadi nyaman
kognitif, anatomis, - Untuk
dan fisiologis yang memperjelas
berhubungan saat
dengan berkomunikasi
kemampuan - Agar px lebih
berbiacara semangat
Kolaborasi menghadapinya
- Rujuk ke ahli - Agar
patologi bicara atau komunikasi
terapis lebih
tersampaikan

Edukasi
- Dapat
memahami apa
yang di
bicarakan
- Agar
kemampuan
berbicara dapat
dilakukan sesuai
harapan
Kolaborasi
- Membantu
menemukan
cara terbaik
berkomunikasi
untuk
memenuhi
kebutuhan px
DAFTAR PUSTAKA

Tim pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(Definisi Dan Indikator Diagnostik). Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(Definisi Dan Indikator Diagnostik). Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(Definisi Dan Indikator Diagnostik). Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=mmFhEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA213&dq=buku+cva+at
au+stroke+bahasa+indonesia&ots=V784C9zEEN&sig=foM7-_Clqf0Ky-f4xWGn_-
PC9EA&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=_3flDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR3&dq=buku+cva+atau+s
troke+bahasa+indonesia&ots=N2uIbws6ZD&sig=yhrvzVFGyuYnGmMLAvaGi7yUrfY&redir_esc=y#v=onep
age&q&f=false

Anda mungkin juga menyukai