Di PUSTU SUKOREJO
Oleh :
NIM : P17230204110
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
( ) ( )
NIP NIP
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan
CVA
BAB I
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN CVA
2. PENGERTIAN LANSIA
3. KLASIFIKASI LANSIA
4. Karakteristis Lansia
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Living Arrangement
Kondisi Kesehatan
Keadaan Ekonomi
Usia
3. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
Faktor pencetus : Hipertensi, DM, PJK, Merokok, Gaya hidup, Obesitas, Kolesterol
yang meningkat dalam darah
N X & N IX
GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL
Proses menelan
Kerusakan pusat gerakan tidak efektif
motoric VII, IX, X GANGGUAN MOBILITAS FISIK
DEFISIT NUTRISI
Mobilitas menurun
Tirah baring
4.
DEFISIT PERAWATAN DIRI
4. KLASIFIKASI
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu :
Stroke iskemik ( non hemoragic ) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah
stroke iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Stroke trombotik : proses terbentuknya thromus yang membuat
penggumpalan atau terjadinya trombosis (bekuan darah didalam
pembuluh darah otak atau leher).
b. Stroke embolik : tertutupnya pembuluh darah arteri oleh bekuan darah.
c. Hipoperfusion sistemik : berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
Stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70%
kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada
2 jenis, yaitu :
a. Hemoragik intraserebral : perdarahan yang terjadi didalam jaringan
otak.
b. Hemoragik subaraknoid : perdarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutup otak).
5. TANDA DAN GEJALA
Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan.
Tiba-tia hilang rasa peka.
Bicara cedal atau pelo.
Gangguan bicara dan bahasa.
Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai.
Gangguan penglihatan.
Gangguan daya ingat.
Nyeri kepala hebat.
Vertigo.
Kesadaran menurun.
Proses kencing terganggu.
Gangguan fungsi otak.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
Menurut (Sutianingsih 2019; Ramdhani 2020)
Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler
CT scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik. Menunjukkan adanya tekanan abnormal dan biasanya ada
thrombosis, emboli dan TIA, tekanan meningkan dan cairan mengandung darah
menunjukkan hemoragi subarachnoid / perdarahan intrakranial.
USG doppler
Mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis)
EEG
Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan
dari masa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
trombosisserebral, kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan
subaraknoid.
Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel
kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari
massa yang meluas
Itrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis/aliran
darah/muncul plaque/arterosklerosis)
Pemeriksaan Laboratorium
- Lumbal pungsi, Tekanan yang menngkat dan di sertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukan adanya hemoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intracranial.
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan kimia darah
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Stroke dapat dilakukan pengobatan dengan cara :
a. Konservatif
Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus
Mencegah peningkatan TIK dengan obat antihipertensi, deuritika, vasodiator
perifer, antikoagulan, diazepam bila kejang, anti tukak misal cimetidine,
kortikosteroid dan manitol luntuk mengurangi edema otak.
b. Operatif
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan
evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial yang menetap akan
membahayakan kehidupan pasien.
c. Pada fase sub akut/pemulihan (>10 hari) perlu : Terapi wicara, terapi fisik dan
stoking anti embolisme.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN CVA
Edukasi
- Dapat
memahami apa
yang di
bicarakan
- Agar
kemampuan
berbicara dapat
dilakukan sesuai
harapan
Kolaborasi
- Membantu
menemukan
cara terbaik
berkomunikasi
untuk
memenuhi
kebutuhan px
DAFTAR PUSTAKA
Tim pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Tim pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Tim pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=mmFhEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA213&dq=buku+cva+at
au+stroke+bahasa+indonesia&ots=V784C9zEEN&sig=foM7-_Clqf0Ky-f4xWGn_-
PC9EA&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=_3flDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR3&dq=buku+cva+atau+s
troke+bahasa+indonesia&ots=N2uIbws6ZD&sig=yhrvzVFGyuYnGmMLAvaGi7yUrfY&redir_esc=y#v=onep
age&q&f=false