Anda di halaman 1dari 30

KELOMPOK 3 :

Dea akmalia
Dian nopita sari
Erik
Intan ageng
Lailatul
Mia handayani
Ni kadek winda o
Rani aprilia simamora
Resti tri anzani
LATAR BELAKANG
Secara global stroke merupakan penyakit urutan kedua
yang dapat meyebabkan kematian serta kecacatan serius.
Penyakit stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran
darah ke otak mengalami gangguan sehingga
mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak
tidak terpenuhi dengan baik (Arum, 2015).

World Health Organization (WHO) menyatakan stroke


atau Cerebrovascular disease adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
atau global karena adanya sumbatan atau pecahnya
pembuluh darah di otak dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih (Arifianto, Sarosa &
Setyawati, 2014).
DEFINISI STROKE HEMORAGIK
Stroke hamoragik, yaitu stroke yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga terjadi
perdarahan di otak. Stroke hemoragik umumnya terjadi
karena tekanan darah yang terlalu tinggi. Hampir 70
persen kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi (tekanan darah tinggi).

Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar pada


dinding pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh
darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah.
Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah
karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-
tiba karena suatu sebab tertentu.
JENIS-JENIS STROKE HEMORAGIK
Perdarahan intrasebral Perdarahan subaraknoid

Keadaan pecahnya pembuluh Keadaan pecahnya arteri dan


darah (mikroaneurisma) keluarnya darah ke ruang
terutama karena hipertensi subaraknoid yang
yang mengakibatkan darah menyebabkan TIK meningkat
masuk ke dalam jaringan otak secara mendadak, menurunnya
membentuk massa yang respon terhadap nyeri dan
menekan jaringan otak dan vasospasme pembuluh darah
menimbulkan edema otak, jika cerebral yang berakibat
peningkatan TIK terjadi secara disfungsi otak global (sakit
cepat dapat mengakibatkan kepala, penurunan kesadaran)
kematian mendadak akibat maupun fokal (hemiparase,
herniasi otak. gangguan sensorik, afasia dll)
(Wijaya & Putri, 2013).
ETIOLOGI STROKE HEMORAGIK
Tipe stroke ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
di otak atau pembuluh darah otak bocor. Ini bisa terjadi
karena tekanan darah ke otak tiba-tiba meninggi, sehingga
menekan pembuluh darah. Tekanan yang kuat membuat
kebocoran juga merusak sel-sel otak di sekelilingnya.
Pecahnya pembuluh darah bisa karena dinding pembuluh
darah yang lemah, sehingga gampang robek dan darah
akan menjadi tergenang sehingga darah pembawa oksigen
dan nutrisi tidak sampat ke target organ atau sel otak.
Akibatnya, sebagian otak tidak mendapat pasokan
makanan.
FAKTOR RESIKO
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (non reversible) :
• Jenis Kelamin
• Usia
• Keturanan

2. Faktor yang dapat dirubah (reversible) :


• Hipertensi
• Penyakit jantung
• Kolesterol tinggi
• Obesitas
• Diabetes Mellitus
• Polisetemia
• Stress emosional

3. Kebiasaan hidup
• Merokok
• Peminum alkohol
• Obat-obatan terlarang
• Aktivitas yang tidak sehat : Kurang olahraga, makanan berkolesterol.
Patofisiologi Stroke Hemoragik
Perdarahan intra cerebral

Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi


mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan
otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan
TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan
intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus,
sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur
dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau
nekrosis fibrinoid.
Lanjutan
Perdarahan sub arachnoid

Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM.


Aneurisma paling sering didapat pada percabangan
pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat
dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan
ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang
subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang
subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK
yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga
timbul nyeri kepala hebat.
Pathway Stroke Hemoragik
MANIFESTASI KLINIS STROKE HEMORAGIK

Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi


perdarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala
biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan dan sering selama
aktivitas
Lanjutan
Gejala stroke hemoragik bisa
meliputi: 7. Kehilangan keseimbangan.
1. Perubahan tingkat 8. Perubahan gerakan biasanya
kesadaran (mengantuk, pada satu sisi tubuh, seperti
letih, apatis, koma). kesulitan menggerakkan
2. Kesulitan berbicara atau salah satu bagian tubuh,
memahami orang lain. atau penurunan ketrampilan
3. Kesulitan menelan. motorik.
4. Kesulitan menulis atau 9. Mual atau muntah.
membaca. 10. Kejang.
5. Sakit kepala yang terjadi 11. Sensasi perubahan
ketika berbaring, bangun biasanyan pada satu sisi
dari tidur, membungkuk, tubuh, seperti penurunan
batuk atau kadang terjadi sensasi, baal atau
secara tiba-tiba. kesemutan.
6. Kehilangan koordinasi. 12. Kelemahan pada satu sisi
tubuh. (Batticaca, 2008)
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan umum 5 B dengan penurunan
kesadaran
2. Menurunkan kerusakan sistemik.
3. Mengendalikan Hypertensi dan Peningkatan
Tekanan Intra Kranial
4. Terapi Farmakologi
5. Pembedahan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium
 CT scan
 Ultrasonografi Doppler
 Angiografi serebral
 MRI ( magnetic resonance imaging )
 EEG ( elektroensefalogram )
 Sinar-X tengkorak
KOMPLIKASI
1. Infark serebri.
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi
hidrosephalus normotensif.
3. Fistula caroticocavernosum.
4. Epistaksis.
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal.
6. Gangguan otak berat.
7. Kematian bila tidak dapat mengontrol respon
pernafasan atau kardiovaskuler. (Batticaca, 2008)
TINDAKAN PENCEGAHAN
STROKE HEMORAGIK
 Pembatasan makan garam; dimulai dari masa muda, membiasakan
memakan makanan tanpa garam atau makanan bayi rendah garam.
 Khususnya pada orang tua, perawatan yang intensif untuk
mempertahankan tekanan darah selama tindakan pembedahan. Cegah
jangan sampai penderita diberi obat penenang berlebihan dan istirahat
ditempat tidur yang terlalu lama.
 Peningkatan kegiatan fisik; jalan setiap hari sebagai bagian dari program
kebugaran.
 Penurunan berat badan apabila kegemukan
 Berhenti merokok
 Penghentian pemakaian kontrasepsi oral pada wanita yang merokok,
karena resiko timbulnya serebrovaskular pada wanita yang merokok dan
menelan kontrasepsi oral meningkat sampai 16 kali dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok dan tidak menelan pil kontrasepsi.
DAMPAK MASALAH
BAGI INDIVIDU BAGI KELUARGA

a. Biologis  Penderita akan menjadikan beban


b. Psikologis bagi keluarga, karena keluarga yang
c. Sosial sehat berupaya untuk mencarikan
biaya pengobatan, membantu
d. Spiritual
memberikan perawatan, karena
penderita sendiri sangat tergantung
dalam memenuhi kebutuhannya
sendiri. Keluarga akan merasa cemas
mengenai keadaannya.
ASUHAN KEPERAWATAN
 PENGKAJIAN
 Identitas Pasien
 Nama : Ny. R
 Umur : 55 Tahun
 Agama : Islam
 Alamat : Juwiring
 Pekerjaan : Swasta
 Status : Menikah
 No RM : 105484
 Tanggal masuk RS : 10 Januari 2016
Anamnesa
Keluhan utama
 Penurunan kesadaran
Riwayat kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
±5 jam yang lalu SMRS, pasien merasa pusing, pasien
kemudian solat ashar dan mengeluh pusing yang dirasakan
semakin berat. Pasien meminta suaminya untuk memberi
minyak penghangat. Tidak lama kemudian, tiba-tiba pasien
merasa badannya semakin lemah sehingga pasien kesulitan
untuk berdiri dan berjalan. Ketika diangkat semua ekstremitas
terasa lemah. Satu jam kemudian pasien mengeluh mual (+)
dan muntah (+),dan tidak dapat membuka mata saat
dipanggil dan dibangunkan, kejang disangkal. Pasien lalu
dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Delanggu
Lanjutan
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat sakit seperti ini sebelumnya : disangkal
 Riwayat stroke : disangkal
 Riwayat hipertensi : + (± 5 tahun yang lalu), Tidak Terkontrol
 Riwayat diabetes mellitus : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat demam : disangkal
 Riwayat Asam Urat : disangkal
 Riwayat Colesterol : disangkal
 Riwayat Alergi : disangkal
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Gangguan perfusi selebral b.d suplai darah kejaringan


selebral tidak adekuat
 Gangguan mobilitas fisik b.d hemiparase / plegi kanan
 Resiko tinggi gangguan nutrisi b.d penurunan fungsi
nerfus hipoglosus
 Defisit perawatan diri b.d hemiparase / plegi kanan
ANALISA DATA
Gangguan perfusi selebral b.d suplai Resiko tinggi gangguan nutrisi b.d
darah kejaringan selebral tidak adekuat penurunan fungsi nerfus hipoglosus
 DS : Pasien mengeluh pusing, Pasien  DS : Pasien mengeluh mual dan
mengatakan pusing nya bertambah muntah
berat saat sedang shalat asar  DO : Pasien tampak lemah dan pucat,
 DO : Pasien tampak lemas, Pasien Pasien tampak kesulitan dalam
mengalami penurunan kesadaran, menelan makanan, Pasien tampak
Pasien mengalami penurunan tidak nafsu makan
ketajaman penglihatan, Tekanan darah
: 190/100 mmHg, GCS : E1M3V1 Defisit perawatan diri b.d hemiparase /
plegi kanan
Gangguan mobilitas fisik b.d hemiparase
/ plegi kanan  DS :
 DS : Pasien mengeluh badan nya  DO : Pasien tampak lemah, Pasien
semakin lemah sehingga pasien tampak mengalami penurunan
kesulitan untuk berdiri dan berjalan kesadaran, Pasien tidak dapat
melakukan personal hygiene sendiri,
 DO : Pasien mengalami kelemahan Seluruh aktifitas pasien dibantu
pada esktremitas , Hanya bisa perawat
beraktivitas di tempat tidur,
Kemampuan pergerakan sendi pasien
terbatas
Gangguan perfusi selebral b.d suplai darah
kejaringan selebral tidak adekuat
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

 Kaji tingkat kesadaran pasien


 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x24 jam,  Monitor TTV pasien
diharapkan perfusi jaringan  Monitor adanya paretese
otak dapat efektif kembali:  Posisikan klien supinasi
 Tekanan sistole dan diastole  Batasi gerakan pada kepala, leher,
dalam rentang yang diharapkan dan punggung
 Tingkat kesadaran membaik  Monitor adanya tanda-tanda PTIK
 Tidak ada tanda tanda PTIK  Berikan obat sesuai dengan resep
(tidak lebih dari 15 mmHg) dokter
Gangguan mobilitas fisik b.d hemiparase /
plegi kanan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

 Setelah dilakukan tindakan  Monitor TTV


keperawatan 2x24 jam, Konsultasi dengan terapi fisik
diharapkan pasien tidak tentang rencana ambulasi sesuai
mengalami gangguan mobilitas dengan kebutuhan
fisik dengan: Kaji kemampuan pasien dalam
 Nilai kekuatan otot meningkat mobilisasi
 Dapat menggerakkan Kaji kekuatan otot pasien
ekstremitas Latih rentang gerak ROM
 Ubah posisi klien
Resiko tinggi gangguan nutrisi b.d penurunan
fungsi nerfus hipoglosus
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
 Setelah dilakukan tindakan  Monitor adanya penurunan berat
keperawatan 2x24 jam, badan
diharapkan nutrisi kembali  Kaji adanya alergi
seimbang dengan kriteria hasil :  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
 Adanya peningkatan berat yg dibutuhkan klien
badan sesuai dengan tujuan  Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
 Mampu mengidentifikasi  Monitor kulit kering dan perubahan
kebutuhan nutrisi pigmentasi
 Monitor tugor kulit
 Tidak ada tanda- tanda
 Monitor mual muntah
malnutrisi  Monitor kalori dan intake nutrisi
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral
Defisit perawatan diri b.d hemiparase / plegi
kanan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

 Setelah dilakukan tindakan  Pantau tingkat kekuatan dan


keperawatan 2x24 jam, toleransi aktivitas
diharapkan kebutuhan  Kaji kemampuan klien dalam
perawatan diri pasien terpenuhi perawatan diri
dengan kriteria hasil :  Pantau peningkatan dan penurunan
 Klien bersih, rapi, dan tidak bau kemampuan untuk berpakaian dan
melakukan perawatan rambut
 Dapat melakukan personal
 Bantu klien dalam personal hygiene
hygiene sendiri
 Rapihkan tempat tidur klien jika
kotor atau berantakan
 Libatkan keluarga dalam melakukan
perawatan diri pasien
Gangguan perfusi selebral b.d suplai darah
kejaringan selebral tidak adekuat
Implementasi Evaluasi

 Mengkaji tingkat kesadaran  S : Pasien mengatakan masih


pasien merasa pusing
 Memonitor TTV pasien  O:
 Memonitor adanya paretese  TTV 170/90mmHg
 Memposisikan klien supinasi  Pasien terlihat lemas
 Membatasi gerakan pada  A : Masalah belum teratasi
kepala, leher, dan punggung  P : Intervensi dilanjutkan
 Memonitor adanya tanda-tanda
PTIK
 Memberikan obat sesuai
dengan resep dokter
Gangguan mobilitas fisik b.d hemiparase /
plegi kanan
Implementasi Evaluasi

 Memonitor TTV  S : Pasien mengatakan masih


sulit menggerakan anggota
 Berkonsultasi dengan terapi
geraknya
fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan  O:
 Mengkaji kemampuan pasien  Pasien tampak lemas
dalam mobilisasi  Mobilitas pasien dibantu
 Mengkaji kekuatan otot pasien  Pasien tampak sulit beraktivitas
 Melatih rentang gerak ROM  A : Masalah belum teratasi
 Mengubah posisi klien  P : Lanjutkan intervensi
Resiko tinggi gangguan nutrisi b.d penurunan
fungsi nerfus hipoglosus
Implementasi Evaluasi
 Memonitor BB  S : Pasien mengatakan sudah
 Mengkaji adanya alergi tidak mengalami mual muntah
 Berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori lagi
dan nutrisi yang dibutuhkan  O:
 Memonitor interaksi anak atau
orangtua selama makan  Tidak mengalami penurunan
 Memonitor kulit kering dan berat badan
perubahan pigmentasi  Pasien belum mampu menelan
 Memonitor tugor kulit
 Memonitor mual muntah  A : Masalah teratasi sebagian
 Memonitor kalori dan intake  P : Intervensi dilanjutkan
nutrisi
 Mencatat adanyan edema,
hiperemik, hipertonik papila dan
cavitas oral
Defisit perawatan diri b.d hemiparase / plegi
kanan
Implementasi Evaluasi
 Memantau tingkat kekuatan dan
 S : Pasien mengatakan belum
toleransi aktivitas
mampu melakukan perawatan
 Mengkaji kemampuan klien dalam
perawatan diri diri sendiri
 Memantau peningkatan dan  O:
penurunan kemampuan untuk  Pasien dibantu keluarga dalam
berpakaian dan melakukan
perawatan rambut melakukan personal hygine
 Membantu klien dalam personal  A : Masalah belum teratasi
hygiene  P : Lanjutkan intervensi
 Merapihkan tempat tidur klien jika
kotor atau berantakan
 Melibatkan keluarga dalam
melakukan perawatan diri pasien
Thank you

Anda mungkin juga menyukai