Anda di halaman 1dari 14

Bagian Keperawatan Gawat Darurat

Program Profesi Ners

LAPORAN PENDAHULUAN
ALKALOSIS RESPIRATORIK

OLEH :
NURLITA SARI ZARKASI
19. 04. 048

CI INSTITUSI

(Ns. Muh. Zukri Malik, M.Kep)

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2020
BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI ALKALOSIS RESPIRATORIK


Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam
darah menjadi rendah.
Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa. Terjadi
pada gangguan sistem respirasi dengan mengeluarkan CO2 yang berlebihan sebagai
kompensasi untuk mengurangi hypoxia yang ditandai dengan bernafas cepat dan dalam
agar kadar CO2 menjadi rendah dalam darah. Kelainan ini diawali oleh penurunan kadar
PCO2 sehingga ion H+ rendah akan mengasilkan peningkatan pH (PCO 2 < 35 dan pH >
7,45). Kompensasi ginjal berupa penurunan ekresi H+ dengan akibat lebih sedikit
absorbsi HCO3-.

B. ETIOLOGI
Penyebab dasarnya adalah hiperventilasi. Hiperventilasi menyebabkan kadar CO 2
tubuh menurun sehingga terjadi kompensasi tubuh untuk menurunkan pH dengan
meretensi H+ oleh ginjal agar absorpsi HCO3- berkurang. Penyebab hiperventilasi yang
sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lainnya :
 Rangsangan pusat pernafasan :
- Hiperventilasi psikogenik yang disebabkan oleh stress emosional (penyebab
tersering)
- Keadaan hipermetabolik : demam, tirotoksikosis gangguan CNS
- Cedera kepala atau gangguan pembuluh darah otak, tumor otak, intoksikasi
salisilat (awal)
 Hipoksia
 Pneumoni, asma, edema paru
 Gagal jantung kongestif
 Fibrosis paru
 Tinggal ditempat yang tinggi (oleh karena kadar oksigen yang rendah)
 Ventilasi mekanis yang berlebihan
 Sepsis gram negative
 Sirosis hepatis
 Overdosis aspirin

C. Patofisiologi Alkalosis Respiratorik

 Pada keadaan hiperventilasi seperti saat mengalami stress, maka terjadi


pengeluaran CO2 yang berlebihan sehingga kadar ion H+ dalam darah menurun
dan hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan pH. Pada keadaan inilah yang
akan meyebabkan terjadinya alkalosis respiratorik.
 Hipoksia adalah penyebab lazim terjadinya hiperventilasi. hiperventilasi kronis
terjadi sebagai respon penyesuain terhadap ketinggian (tekanan oksigen
lingkungan yang rendah ). alkalosis respiratorik juga dapat disebabkan oleh
factor iatrogenic akibat fentilasi mekanis dengan fentilator siklus volume atau
tekanan. Alkalosis respiratorik sering terjadi pada sepsis gram negative dan
serosis hati. hiperpnea pada latihan fisik yang berat kadang juga dapat
menimbulkan alkalosis respiratorik untuk semantara
 Alkalosis akut juga merangsang pembentukan asam laktat dan piruvat didalam
sel dan membantu pelepasan H+ lebih banyak kedalam cairan ekstra sel (ECF).
Bafer ekstra sel oleh protein plasma hanya sedikit menurunkan HCO3- plasma.
Efek mekanisme bafer ECF dan ICF sedikit menurunkan HCO3_ plasma. apabila
hipokapnia tetap berlangsung, maka penyesuain ginjal mengakibatkan lebih
banyak HCO3- plasma yang berkurang. Terjadi hambatan reabrsobsi tubulus
ginjal dan pembentukan HCO3- baru. kompensasi pada alkalosis respiratorik
kronik jauh lebih sempurna dibandikangkan pada keadaan akut.pada keadaan
akut, penurunan kadar HCO3- plasma diperkirakan sebesar 2mEq/L untuk setiap
penurunan PCO2 sebesar 10mmHg.

PATHWAY

Cedera Kepala/
Pneumonia, asma, edema
gangguan pembuluh Stress
darah emosional paru dan pnyakit lainnya

Terjadi rangsangan Proses peradangan


Dx 1: nyeri akut
pusat pernafasan di (toksin masuk ke dalam
berhubungan dengagan
medula oblongata tubuh seperti
prognosis penyakit
mikroorganisme berupa
bakteri,virus,jamur dll.
Dx 3 : gangguan
pertukaran gas yang
dispnea Dx 4 : Ansietas
berhubungan dengan inflamasi
berhubungan
hiperventilasi
dengan efek
alkalosis pada SSP
Hipokapnia ( Pa
CO2) Dx 2 : Hipertermia
berhubungan dengan
lesi CNS gangguan
hipoventilasi Buffer ginjal
pembuluh darah
(48-72 jam)

KOMPENSASI
Menahan Retensi Eksresi
CO2 Hidrogen bikarbonat
(H+)
Mengembalikan
pH ke normal Mengembalikan ke pH ke
normal
D. Manifestasi Klinis
 Pusing (dizziness), karena kurangnya oksigen didalam otak
 Bingung, karena Vasopasme serebral oleh hipokapnia
 Tetani/kejang, karena alkalosis secara langsung meningkatkan kepekaan terhadap
rangsang dari sistem neuromuskuler. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi
kejang otot dan penurunan kesadaran.
 Rasa gatal di sekitar bibir dan wajah.
 Nafas cepat dan dalam
 Kesemutan dan terasa kebas dijari tangan dan kaki
 Apabila alkalosisnya sudah cukup parah dapat timbul kelelahan kronis, berdebar
debar, cemas, mulut terasa kering, tidak bisa tidur
 Ketegangan emosi

E. Komplikasi
 Sesak napas
 Kerusakan integritas kulit

F. Pemeriksaan Penunjang
1. AGD:
   pH > 7,45
    PaCO2 < 35 mmHg
    HCO3 < 22 mEq/L
2. Elektrolit serum
Menentukan adanya gangguan metabolic asam basa.
3. Fosfat serum
Mungkin turun < 0,5 mg/dl (normalnya adalah 3,0-4,5 mg/dl). Karena alkalosis yang
menyebabkan peningkatan ambilan fosfat ke sel-sel.

G. Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat farmakologi
digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan spasme
bronkhial, dan antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan. Tindakan hygiene
pulmonari dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran pernapasan dari
mukus dan drainase pluren. Hidrasi yang adekurat di indikasikan untuk menjaga
membran mukosa tetap lembab dan karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi.
Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan.
Ventilasi mekanik, yang digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi
pulmonari. Penggunaan ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan
eksresi karbondioksida yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk
mengeliminasi kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan
kejang. Untuk alasan ini, kenaikan PaCO2 harus diturunkan secara lambat.
Membaringkan pasien dalam posisi semifowler memfasilitasi ekspansi dinding dada.
 Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini.
 Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
 Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup
kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
 Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama
mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama
mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika
kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga
mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Pasien
a. Data subjektif :
1. Nyeri (dada, abdomen)
2. Sesak nafas
3. Toleransi aktifitas
4. Demam
5. Napas cepat
6. Berkeringat pada kaki dan tangan
b. Data subjektif :
1. Wajah cemas
2. Dipsnea
3. Sianosis bibir, area sirkumolar, dasar kuku, gusi, daun telinga, telapak kaki,
telapak tangan, pucat
4. Konfusi, gelisah
5. Halusinasi, peningkatan suhu tubuh
6. Diaforesis
7. Status jantung
c. Informasi latar belakang yang terkait
Misalnya:
1. penyakit jantung
2. penyakit ginjal
3. penyakit hati
4. asites
5. polisitemia
6. obesitas
d. Riwayat medis sebelumnya
e. Riwayat keluarga
f. Riwayat sosial
g. Riwayat medikasi
h. Pemeriksaan diagnostik
1. AGD : variabel
pH > 7,45
    PaCO2 < 35 mmHg
    HCO3 < 22 mEq/L
2. EKG : disritmia
3. LAB : pH ↑ - pCO2 ↓ – bikarbonat ↓ - BE (-)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan prognosis penyakit
2. Hipertermia berhubungan dengan lesi CNS gangguan pembuluh darah otak,
meningitis, cedera kepala, tumor otak.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hiperventilasi.
4. Ansietas berhubungan dengan efek alkalosis pada sistem saraf pusat
C. INTERVENSI
DX 1 : Nyeri Tujuan : Intervensi : Rasional:
akut
berhubungan Rasa nyeri 1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk
dengan berkurang yang komprehensif mengumpulkan
prognosis meliputi lokasi , informasi
penyakit Kriteria Hasil : karakteristik, awitan pengkajian
Nyeri sampai dan durasi, frekuensi,
tingkat kenyamanan kualitas, intensitas
yang dapat diterima atau keparahan nyeri,
oleh pasien 1x24 faktor presipitasinya
jam
2. Observasi isyarat
nonverbal
ketidaknyamanan, 2. Agar mengetahui
khususnya pada tingkat nyeri
mereka yang tidak klien.
mampu
berkomunikasi
secara efektif

3. Minta pasien untuk


mengkaji nyeri atau 3. Untuk
ketidaknyamanan , mengetahui skala
khususnya pada nyeri pasien
mereka yang tidak
mampu
berkomunikasi
secara efektif

4. Berikan analgetik 4. Agar nyeri


secara aman dan berkurang
efektif
5. Mengenali faktor- 5. Untuk
faktor yang menghindari
meningkatkan faktor resiko
nyeri dan terjadinya nyeri.
melakukan
tindakan
pencegahan nyeri
6. Untuk
6. Pantau TTV
mengetahui
dalam batas
TTV dalam
normal
batas normal

DX 2 : Tujuan : Intervensi : Rasional :


hipertermia
berhubungan suhu tubuh kembali 1. Pantau aktivitas 1. Mengetahui
dengan lesi normal. kejang. suhu tubuh
CNS, gangguan Kriteria hasil : 2. Pantau turgor kulit, dalam aktifitas
pembuluh darah suhu tubuh 36,5 – kelembapan membran normal.
otak 37,5 c. mukosa. 2. Mengetahui
klien tidak
dehidrasi dan
mukosa tetap
lembab.
3. Pantau TTV. 3. Menentukan
kebersihan
tindakan atau
mencegah
komplikasi.

Kolaborasi : Kolaborasi :
Berikan obat antipiretik, Membantu
jika perlu. menurunkan panas.
DX 3 : Tujuan : Intervensi : Rasional :
Gangguan
pertukaran klien dapat 1. Pantau tingkat 1. Mengidentifikasi
gas kembali pernafasan, perubahan dari
berhubungan bernafas normal. kedalaman dan usaha pola pernafasan.
dengan jalan nafas.
hiperventilas Kriteria hasil : 2. Pantau saturasi 2. Agar tidak
i. oksigen dengan terjadi hipoksia
Klien kembali oksimetri nadi. akut
mempunyai 3. Pantau hasil gas darah 3. Agar AGD
fungsi paru (misalnya kadar PaO2 dalam batas
dalam batas yang rendah dan yang normal
normal. tinggi menunjukkan
perburukan
pernafasan.
4. Pantau kadar
elektrolit. 4. Tidak terjadi
komplikasi
5. Pantau status mental lainnya.
misalnya tingkat 5. Untuk
kesadaran, gelisah dan mengetahui
konfusi. tingkat kesadaran
klien.
6. Untuk memantau
6. Observasi terhadap
pernafasan klien.
sianosis, terutama
membran mukosa
7. Untuk mngetahui
mulut
batas normal ttv
7. Pantau TTV dalam
batas normal

DX 4 : Ansietas Tujuan: Intervensi : Rasional :


berhubungan
dengan efek Ansietas berkurang 1. Kaji dan 1. Untuk
alkalosis pada dibuktikan oleh dokumentasikan mengetahui
sistem saraf tingkat ansietas tingkat kecemasan ansietas ringan
pusat. hanya ringan pasien, termasuk atau berat
sampai sedang dan reaksi fisik setiap 3
menunjukkan jam.
pengendalian diri 2. Bantu klien untuk 2. Membantu klien
terhadap ansietas. memfokuskan pada dalam
situasi saat ini, mepertahankan
sebagai cara untuk mekanisme
mengidentifikasi koping klien.
mekanisme koping
yang dibutuhkan
untuk mengurangi
Kriteria hasil : ansietas.
3. Beri dorongan 3. Agar tidak ada
1. Klien akan kepada pasien untuk perasaan negatif
meneruskan mengungkapkan dari diri klien
aktivitas yang secara verbal,
dibutuhkan pikiran dan perasaan
meskipun untuk
mengalami mengeksternalisasik
kecemasan. an ansietas.
4. Berikan penguatan 4. Memotivasi
2.Mengomunikasikan positif ketika pasien pasien agar
kebutuhan dan mampu meneruskan cepat sembuh
perasaan negatif aktifitasnya sehari – dan tidak terlalu
secara tepat. hari dan aktifitas bergantung pada
Memiliki TTV lainnya meskipun perawat/keluarg
dalam batas normal. mengalami ansietas. a.
5. Dorong klien untuk 5. Agar perawat
mengekspresikan dapat
kemarahan dan mengambil
iritasi serta pasien langkah yang
izinkan menangis. tepat untuk
mengatasi
masalah pasien
dan pasien tidak
stress.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek M. Gloria. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi 6.


Indonesia:Elsilver Inc.
Corwin, Elizabeth J. 2013. Patofisiologi Buku Saku. Jakarta:EGC.
Ghina Farhah. 2016. Makalah Keseimbangan Asam Basa.
https://www.academia.edu/36097343/Makalah_Patofisiologi_2. Diakses tanggal 26
Oktober 2020.
Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan : Difinisi dan Klasifikasi 2015-2017
edisi 10, Jakarta : EGC 2015
Morhead.Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 5. Indonesia:Elsilver
Inc.
Price, Sylvia Anderson. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Rissa M. 2016. Alkalosis Respiratorik. https://id.scribd.com/document/331519833/Alkalosis-
Respiratorik. Diakses tanggal 26 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai