LAPORAN PENDAHULUAN
ALKALOSIS RESPIRATORIK
OLEH :
NURLITA SARI ZARKASI
19. 04. 048
CI INSTITUSI
KONSEP MEDIS
B. ETIOLOGI
Penyebab dasarnya adalah hiperventilasi. Hiperventilasi menyebabkan kadar CO 2
tubuh menurun sehingga terjadi kompensasi tubuh untuk menurunkan pH dengan
meretensi H+ oleh ginjal agar absorpsi HCO3- berkurang. Penyebab hiperventilasi yang
sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lainnya :
Rangsangan pusat pernafasan :
- Hiperventilasi psikogenik yang disebabkan oleh stress emosional (penyebab
tersering)
- Keadaan hipermetabolik : demam, tirotoksikosis gangguan CNS
- Cedera kepala atau gangguan pembuluh darah otak, tumor otak, intoksikasi
salisilat (awal)
Hipoksia
Pneumoni, asma, edema paru
Gagal jantung kongestif
Fibrosis paru
Tinggal ditempat yang tinggi (oleh karena kadar oksigen yang rendah)
Ventilasi mekanis yang berlebihan
Sepsis gram negative
Sirosis hepatis
Overdosis aspirin
PATHWAY
Cedera Kepala/
Pneumonia, asma, edema
gangguan pembuluh Stress
darah emosional paru dan pnyakit lainnya
KOMPENSASI
Menahan Retensi Eksresi
CO2 Hidrogen bikarbonat
(H+)
Mengembalikan
pH ke normal Mengembalikan ke pH ke
normal
D. Manifestasi Klinis
Pusing (dizziness), karena kurangnya oksigen didalam otak
Bingung, karena Vasopasme serebral oleh hipokapnia
Tetani/kejang, karena alkalosis secara langsung meningkatkan kepekaan terhadap
rangsang dari sistem neuromuskuler. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi
kejang otot dan penurunan kesadaran.
Rasa gatal di sekitar bibir dan wajah.
Nafas cepat dan dalam
Kesemutan dan terasa kebas dijari tangan dan kaki
Apabila alkalosisnya sudah cukup parah dapat timbul kelelahan kronis, berdebar
debar, cemas, mulut terasa kering, tidak bisa tidur
Ketegangan emosi
E. Komplikasi
Sesak napas
Kerusakan integritas kulit
F. Pemeriksaan Penunjang
1. AGD:
pH > 7,45
PaCO2 < 35 mmHg
HCO3 < 22 mEq/L
2. Elektrolit serum
Menentukan adanya gangguan metabolic asam basa.
3. Fosfat serum
Mungkin turun < 0,5 mg/dl (normalnya adalah 3,0-4,5 mg/dl). Karena alkalosis yang
menyebabkan peningkatan ambilan fosfat ke sel-sel.
G. Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat farmakologi
digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan spasme
bronkhial, dan antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan. Tindakan hygiene
pulmonari dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran pernapasan dari
mukus dan drainase pluren. Hidrasi yang adekurat di indikasikan untuk menjaga
membran mukosa tetap lembab dan karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi.
Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan.
Ventilasi mekanik, yang digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi
pulmonari. Penggunaan ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan
eksresi karbondioksida yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk
mengeliminasi kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan
kejang. Untuk alasan ini, kenaikan PaCO2 harus diturunkan secara lambat.
Membaringkan pasien dalam posisi semifowler memfasilitasi ekspansi dinding dada.
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini.
Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup
kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama
mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama
mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika
kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga
mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Pasien
a. Data subjektif :
1. Nyeri (dada, abdomen)
2. Sesak nafas
3. Toleransi aktifitas
4. Demam
5. Napas cepat
6. Berkeringat pada kaki dan tangan
b. Data subjektif :
1. Wajah cemas
2. Dipsnea
3. Sianosis bibir, area sirkumolar, dasar kuku, gusi, daun telinga, telapak kaki,
telapak tangan, pucat
4. Konfusi, gelisah
5. Halusinasi, peningkatan suhu tubuh
6. Diaforesis
7. Status jantung
c. Informasi latar belakang yang terkait
Misalnya:
1. penyakit jantung
2. penyakit ginjal
3. penyakit hati
4. asites
5. polisitemia
6. obesitas
d. Riwayat medis sebelumnya
e. Riwayat keluarga
f. Riwayat sosial
g. Riwayat medikasi
h. Pemeriksaan diagnostik
1. AGD : variabel
pH > 7,45
PaCO2 < 35 mmHg
HCO3 < 22 mEq/L
2. EKG : disritmia
3. LAB : pH ↑ - pCO2 ↓ – bikarbonat ↓ - BE (-)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan prognosis penyakit
2. Hipertermia berhubungan dengan lesi CNS gangguan pembuluh darah otak,
meningitis, cedera kepala, tumor otak.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hiperventilasi.
4. Ansietas berhubungan dengan efek alkalosis pada sistem saraf pusat
C. INTERVENSI
DX 1 : Nyeri Tujuan : Intervensi : Rasional:
akut
berhubungan Rasa nyeri 1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk
dengan berkurang yang komprehensif mengumpulkan
prognosis meliputi lokasi , informasi
penyakit Kriteria Hasil : karakteristik, awitan pengkajian
Nyeri sampai dan durasi, frekuensi,
tingkat kenyamanan kualitas, intensitas
yang dapat diterima atau keparahan nyeri,
oleh pasien 1x24 faktor presipitasinya
jam
2. Observasi isyarat
nonverbal
ketidaknyamanan, 2. Agar mengetahui
khususnya pada tingkat nyeri
mereka yang tidak klien.
mampu
berkomunikasi
secara efektif
Kolaborasi : Kolaborasi :
Berikan obat antipiretik, Membantu
jika perlu. menurunkan panas.
DX 3 : Tujuan : Intervensi : Rasional :
Gangguan
pertukaran klien dapat 1. Pantau tingkat 1. Mengidentifikasi
gas kembali pernafasan, perubahan dari
berhubungan bernafas normal. kedalaman dan usaha pola pernafasan.
dengan jalan nafas.
hiperventilas Kriteria hasil : 2. Pantau saturasi 2. Agar tidak
i. oksigen dengan terjadi hipoksia
Klien kembali oksimetri nadi. akut
mempunyai 3. Pantau hasil gas darah 3. Agar AGD
fungsi paru (misalnya kadar PaO2 dalam batas
dalam batas yang rendah dan yang normal
normal. tinggi menunjukkan
perburukan
pernafasan.
4. Pantau kadar
elektrolit. 4. Tidak terjadi
komplikasi
5. Pantau status mental lainnya.
misalnya tingkat 5. Untuk
kesadaran, gelisah dan mengetahui
konfusi. tingkat kesadaran
klien.
6. Untuk memantau
6. Observasi terhadap
pernafasan klien.
sianosis, terutama
membran mukosa
7. Untuk mngetahui
mulut
batas normal ttv
7. Pantau TTV dalam
batas normal
DAFTAR PUSTAKA