Anda di halaman 1dari 18

ANALISA TINDAKAN MINGGU 2

HARI 1. SENIN, 12 OKTOBER 2020

STANDAR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS

PENGERTIAN Pemasangan infus adalah suatu tindakan memasukkan cairan


elektrolit, obat, atau nutrisi kedalam pembuluh darah vena dalam
jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan set infuse
Indikasi
INDIKASI DAN
KONTRAINDIK 1. Pemberian obat intravena.
ASI 2. Hidrasi intravena.
3. Transfusi darah atau komponen darah.
4. Situasi lain di mana akses langsung ke aliran darah
diperlukan.

Kontraindikasi
1. Infeksi kulit sekitar.
2. Flebitis vena.
3. Sklerosis vena.
4. Infiltrasi intravena sebelumnya.
5. Luka bakar di sekitar lokasi venipuncture.
6. Cedera traumatis proksimal dari lokasi pemasangan.
7. Fistula arteriovenosa di ekstremitas.
8. Prosedur bedah yang mempengaruhi ekstremitas.

TUJUAN 1. Sebagai pengobatan


2. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit
3. Memberi zat makanan pada pasien yang tidak dapat atau
tidak boleh makan melalui mulut

ALAT DAN Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini adalah:
BAHAN
1. Larutan sesuai kebutuhan atau kolaborasi (contohnya: ringer
laktat (RL); dekstrosa 5%; PZ/NZ/NaCl 0,9%; dan lain-lain)
2. Jarum/ pungsi vena yang terdiri dari kateter plastic dan stylet/
manrim (contohnya: medicet, surflo, venflon, abocath) sesuai
ukuran:
a. Dewasa = 18, 20, 22
b. Anak = 24, 22
c. Bayi = 24, jarum kupu-kupu/ wings/ jarum bersayap
3. Set infus
a. Dewasa = makrodrip
b. Anak mikrodrip (bila perlu dengan alat pengontrol
volume/ volutrol/ buret)
4. Alcohol 70%
5. Kapas
6. Povidon-iodin/ betadin
7. Kasasteril
8. Tourniket
9. Papan penyangga lengan (bilaperlu)
10. Spalk bila perlu (untuk fiksasi pada pasien anak yang belum
kooperatif)
11. Plester/hipafix
12. Perlak dan alas perlak
13. Tiang infuse
14. Sarung tangan sekali pakai
15. Bengkok/nierbekken
16. Gunting
17. Baki beralas/ troli/ dressing car
A. Tahap Pre Interaksi:
PROSEDUR
 Menciptakan lingkungan yang kondusif
 Melakukan kontrak waktu
 Menyiapkan alat dan bahan
B. Tahap Orientasi:
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Dekatkan alat di samping tempat tidur pasien
3. Berikan privasi pasien
4. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
C. Tahap Kerja:
1. Buka kemasan sel infus
2. Tempatkan klem tepat 2-4 cm di bawah kulit tetesan, tutup
klem/off
3. Tusukkan set infuse kedalam kantung cairan
 Lepaskan penutup botol cairan (tanpa menyentuh
ujung tempat masuknya set infus)
 Lepaskan penutup ujung insersi selang dengan tidak
menyentuh ujung tersebut, kemudian masukkan ujung
selang tersebut kedalam botol cairan
4. Isi selang infus
 Tekan bilik tetesan kemudian lepaskan, biarkan terisi
½ sampai dengan ½ bagian penuh
 Buka pelindung jarum dan buka klem rol, alirkan
cairan ke adapter jarum, tamping pada bengkok.
Setelah semua selang terisi, tutup kembali klem
 Pastikan bagian dalam selang infuse bebas dari udara
5. Identifikasi vena yang dapat diakses untuk pemasangan
infus
 Hindari daerah yang menonjol
 Pilih vena distal lebih dulu
 Hindari pemasangan dipergelangan tangan, daerah
peradangan, di ruangan tekubital, ekstremitas yang
sensasinya menurun, dan tangan yang dominan
6. Pasang perlak dibawah lokasi yang akan di infus
7. Bila terdapat bulu di tempat insersi, gunting terlebih
dahulu (jangan mencukur bulu karena dapat menyebabkan
mikroabrasi dan predisposisi infeksi)
8. Pasang tourniket 10-12 cm di atas insersi
9. Dilatasi vena, dengan cara:
 Menepuk-nepuk vena dari proksimalke distal
 Mengepal dan membuka tangan
 Ketukan ringan di atas vena
 Kompres hangat di atas vena
10. Disinfeksi lokasi insersi dengan betadin, lalu bilas dengan
kapas alcohol 70% sampai bersih dan tunggu sampai
kering
11. Fiksasi vena dengan ibu jari di atas vena dan renggangkan
kulit berlawanan dengan arah insersi 5-7,5cm dari distal
ketempat pungsi vena
12. Lakukan pungsi vena dengan membentuk sudut 20-30o.
jika darah masuk kejarum, menandakan jarum telah masuk
vena. Rendahkan jarum sampai hamper menyentuh kulit.
Masukkan lagi ± 2-3 cm kemudian tarik stylet/ mandrin
sedikit secara perlahan. Lanjutkan memasukkan kateter
plastic sampai pangkal kateter. (untuk jarum bersayap:
masukkan jarum bersayap kedalam vena sampai pangkal
insersi).
13. Stabilkan kateter dengan satu tangan, lepas tourniket,
tekan diatas ujung kateter plastik (mencegah darah
mengalir keluar). Kemudian tarik dan lepaskan styles/
jarum mandrin
14. Hubungkan adapter jarum infus selang) ke pangkal kateter
plastik
15. Buka klem, atur aliran dengan kecepatan tertentu
(observasi adanya ekstravasasi)
16. Fiksasi kateter IV (sarung tangan di lepas, agar plester
tidak lengket kesarung tangan)
 Fiksasi menyilang pada pangkal kateter plastik
 Letakkan bantalan kasa steril di atas tempat insersi,
fiksasi dengan plester di atasnya
 Lekatkan selang infuse pada balutan dengan plester
Untuk fiksasi jarum bersayap, plester dilekatkan
pada sayap
17. Atur kecepatan aliran sesuai kebutuhan
18. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infuse pada
pleste
D. Tahap Terminasi:
1) Tanyakan keadaan klien setelah dilakukan tindakan
2) Berpamitan dengan klien
3) Rapikan pasien dan bereskan alat
4) Mencuci tangan
E. Tahap Dokumentasi
Mencatat waktu pelaksanaan dan tindakan serta hasil tindakan
yang dilakukan
Referensi :
Annamma, J., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing
Procedures. Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.
Hidayati, R., Huda, M., Hayati, F., Setyorini, D., Aini, E. N., Nuari, N. A., et al. (2014).
Praktik Laboratorium Keperawatan Jilid 2. Ciracas, Jakarta: Erlangga.

HARI KE-2. SELASA, 13 OKTOBER 2020


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT)

PENGERTIAN Pemasangan selang nasogastrik (NG) meliputi pe-


nempatan selang plastik yang lentur melalui nasofaring klien
ke dalam lambung. Selang mempunyai lumen pipa yang
memungkinkan baik pembuangan sekresi lambung dari dan
memasukkan larutan ke dalam lambung.

INDIKASI 1. Pasien tidak sadar (koma)


2. Pasien dengan masalah saluran cerna bagian atas (mis.
Stenosis esofagus, tumor pada mulut, tumor pada faring atau
tumor pada esofagus)
3. Pasien dengan kesulitan menelan
4. Pasien paska bedah mulut, faring atau esofagus
5. Pasien yang mengalami hematemesis
6. Pasien IFO (Intoksikasi Fosfat Organik)

KONTRAINDIKAS Klien dengan obstruksi pada rongga hidung, nasopharynx dan


I Klien dengan radang tenggorokan

TUJUAN 1. Mengeluarkan cairan dan udara dari traktus


gastrointestinalis
2. Mencegah/memulihkan mual dan muntah
3. Menentukan jumlah tekanan dan aktivitas motorik traktus
gastrointestinalis
4. Mengatasi obstruksi mekanis dan perdarahan saluran
cerna bagian atas
5. Memberikan obat-obatan dan makanan langsung ke dalam
saluran cerna
6. Mengambil spesimen cairan lambung untuk pemeriksaan
laboratorium
7. Untuk memasukkan cairan (memenuhi kebutuhan cairan atau
nutrisi) dan obat-obatan oral
8. Persiapan sebelum operasi dengan general anasthesia
9. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang
melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah
muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu
recovery (pemulihan dari general anasthesia).
ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini:
1. Selang Nasogastrik (NGT) yang steril
2. Pelumas/jelly yg larut air
3. Spuit 50-60 ml
4. Plester hipoalergik
5. Stetoskop
6. Nierbekken/bengkok
7. Handschoon
8. Spatel/alat penekan lidah
9. Segelas air dan sedotan
10. Tissue wajah
11. Handuk
12. Penlight
13. Korentang
14. Cairan salin normal
PROSEDUR A. Tahap Pre Interaksi :

1. Klien yang akan diberikan Pemasangan NGT


diidentifikasi sesuai dengan rencana asuhan keperawatan
2. Koordinasi dengan perawat senior untuk validasi
tindakan pemasangan NGT
3. Mencuci tangan
B. Tahap Orientasi :

1. Mengucapkan selama terapeutik


2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur
dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
4. Selama komunikasi digunakan bahasa yg jelas,sistematis
serta tidak mengancam
5. Klien/keluagra diberi kesempatan bertanya dan
klarifikasi
6. Privacy klien seam komunikasi dijaga
7. Memperlihatkan kesabaran penuh empati,sopan dan
perhatian serta respek slemaa berkomunikasi dan
melakukan tindakan
8. Membuat kontrak waktu,tempat dan tindakan)
C. Tahap Kerja :

1. Dekatkan alat yang akan digunakan kedekat pasien


2. Jaga privacy klien dengan menutup sampiran
3. Klien diposisikan dengan posisi fowler tinggi dengan
bantal dibelakang dan bahu
4. Cuci tangan
5. Berdirilah disebelah kanan tempat tidur klien bila anda
bertangan dominant kanan (atau sisi kiri bila anda
dominant kiri)
6. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien .Pertahankan
tisu wajah dalam jangkauan klien
7. Pilih lubang hidung yg aliran udaranya lebi baik, dengan
cara menutup salah satu lubang kemudian klien diminta
ekspirasi.lakukan hal yang sama pada lubang hidung
lainnya
8. Potong 10 cm plester
9. Siapkan selang nasogastrik berdiameter kecil untuk
intubasi:Slang plastic tidak boleh direndam air es &
injeksikan 10 ml air dari spuit 30 ml
10. Cuci tangan dan Pasang handschoon/sarung tangan
11. Tentukan panjang selang yang akan dimasukkan dan
ditandai dengan plester: Ukur jarak dari ujung hidung
kedaun telinga keprosesus xifoideus sternum tambahkan
20-30 cm untuk selang nasointestinal
12. Perhatikan tutup selang dalam keadaan tertutup /tutup
ujung selang dengan spuit
13. Beri pelumas/jelly pada selang NGT kira-kira 20-20 cm.
14. Beritahu klien ketika menginsersi selang. Masukkan
selang dengan perlahan melalui lubang hidung sampai
tenggorokan (nasofaring posterior). Dapat menyebabkan
klien menelan. Arahkan kebelakang dan kearah daun
telinga.
15. Fleksikan kepala keara dada setelah selang melalui
nasofaring secara perlahan setiap kali menelan, biarkan
klien rileks sebentar.
16. Dorong klien untuk menelan dengan memberikan sedikit
air bila mungkin.Masukkan selang saat klien menelan.
Rotasi selang 180 derajat saat memasukannya
17. Tekankan perlunya bernapas lewat mulut dan menelan
selama prosedur
18. Ketika ujung selang mencapai karina (kira-kira 25 cm
pada orang dewasa) berhenti dan dengarkan adanya
pertukaran udara dari bagian distal lambung.
19. Masukkan selang tiap kali klien menelan sampai panjang
yg diinginkan telah dilalui
kewaspadaan perawat :
 Jangan memaksa mendoorong selang ketika
menemui tahanan atau klien mulai muntah,
tersedak atau sianotik hentikan masukkan selang
dan tarik selang tersebut.
20. Periksa penempatan selang dibelakang tenggorok diatas
lidah
21. Periksa Letak selang :
 Ambil udara 30 ml dengan spuit keujung selang
nasogastrik, kemudian dengarkan dengan stetoskop
pada bagian lambung diatas abdomen, Bunyi desiran
udara pertanda selang sudah masuk kelambung
 Aspirasi dengan perlahan untuk mendapatkan isi
gastric dan ukur pHnya. Ph gastric berkisar 1-4,pH
nasointestinal berkisar > 6.
 Bila selang tidak diambung masukkan 2,5-5 cm lagi
dan periksa kembali posisinya.
22. Fiksasi Selang :
 Dengan metode plester : potong 10 cm plester ,bagi
dua pada satu ujung sepanjang 5 cm
 Tempatkan ujung plester yang lain diatas batang
hidung klien dan balutkan 1,3 cm plester melingkari
selang dibagian luar hidung.
 Ikatkan ujung selang nasogastrik kepakaian klien
dengan menggulung pita karet mengitari selang pada
simpul hidup dan penitikan dipakaian
23. Sering berikan hygiene oral. Bersihkan selang dilubang
hidung
24. Tetap tinggal dan bicara dengan klien
25. Lepaskan sarung tangan, Rapikan alat-alat dan
kembalikan klien keposisi yg benar
26. Cuci tangan
27. Catat jenis selang,waktu dan reaksi klien

D. Tahap Terminasi :

1. Melakukan evaluasi tindakan


2. Menilai dan mengobservasi repon klien sesudah
pelaksanaan tindakan
3. Berpamitan dengan klien
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
E. Tahap Dokumentasi :
1. Catat tindakan yg dilakukan dan hasilnya
2. Catat waktu (hari,tgl,jam)
3. Catat nama perawat yang melakukan tindakan dan tanda
tangan
Referensi :
Hidayati, R., Huda, M., Hayati, F., Setyorini, D., Aini, E. N., Nuari, N. A., et al. (2014).
Praktik Laboratorium Keperawatan Jilid 2. Ciracas, Jakarta: Erlangga.
Annamma, J., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures.
Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara

HARI KE-3. RABU, 14 OKTOBER 2020

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM
PENGERTIAN Teknik relaksasi napas dalam merupakan metode efektif untuk
mengurangi rasa nyeri pada pasien yang mengalami nyeri akut
ataupun kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi
ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan, sehingga mencegah
menghebatnya stimulasi nyeri

TUJUAN 1. Meningkatkan aliran udara dan oksigen dalam darah


2. Mengurangi rasa nyeri
3. Membantu dan meningkatkan relaksasi
4. Meningkatkan kualitas tidur
5. Menmbantu mengeluarkan gas anastesi yang tersisa didalam
jalan nafas.
Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri akut atau nyeri
INDIKASI
kronis
KONTRAINDIKASI 1. Hemoptisis
Hemoptisis bisa disebut dengan batuk darah. Dapat
dijelaskan dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari
saluran pernafasan bagian bawah tubuh, mulai dari daerah
glottis kearah distal. Lebih jelasnya yaitu perdarahan pada
saluran nafas di bawah laring.
2. Serangan asma akut
3. Deformitas struktur dinding dada dan tulang belakang
4. Nyeri semakin meningkat
5. Kelelahan yang terlalu. mialnya ketika habis olah raga lama
atau lari jarak jauh.
PROSEDUR Tahap Pra Interaksi

1. Pastikan identitas pasien


2. Kaji kondisi pasien
3. Ciptakan lingkungan yang kondusif
4. Mencuci tangan
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
(menyebut nama pasien dan memperkenalkan diri perawat)
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada
pasien
3. Menanyakan kesiapan pasien sebelum melakukan tindakan
Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada
yang kurang jelas
2. Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
3. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam melalui hidung
sehingga rongga paru berisi udara, melalui hitungan 1, 2, 3
kemudian ditahan sekitar 3 detik.
d. Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas, hitung
sampai tiga secara perlahan melalui mulut.
4. Instruksikan pasien secara perlahan menghembuskan nafas
melalui mulut dalam hitungan 1-3, pada waktu yang
bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhatian
5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal
beberapa saat (1-2 menit)
6. Kemudian instruksikan kembali pasien untuk bernafas
dalam, lalu menghembuskan secara perlahan dan
merasakan saat ini udara mengalir dari tangan, kaki,
menuju paru-paru kemudian rasakan udara mengalir
keseluruh tubuh
7. Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini
apabila rasa nyeri kembali lagi
8. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk
melakukan secara mandiri
Tahap Terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Cuci tangan
Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksanaan kegiatan
b. Catat respon pasien
c. Paraf dan nama perawat yang melaksanakan tindakan
Referensi :

Smeltzer dan Bare, 2002. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8 vol 1. Alih Bahasa: Agung
waluyo. Jakarta : EGC.

Priharjo, 2013. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC

HARI KE-4. Kamis, 15 OKTOBER 2020

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


SUCTION / PENGHISAPAN LENDIR

PENGERTIAN Suatu tindakan aspirasi sekresi/penghisapan sekresi mulut,


hidung dan tenggorokan dengan menggunakan suction kateter
yang dihubungkan dengan alat mesin suction.

TUJUAN 1. Untuk memelihara saluran nafas tetap bersih.


2. Untuk mengeluarkan sekret dari pasien yang tidak mampu
mengeluarkan sendiri.
3. Diharapkan suplay oksigen terpenuhi dengan jalan nafas
yang adekuat
INDIKASI 1. Pasien yang pita suaranya tidak dapat tertutup.
2. Pasien yang koma.
3. Pasien yang tidak bias batuk karena kelumpuhan dari otot
pernafasan.
4. Bayi atau anak dibawah umur 2 tahun.
5. Pasien yang secretnya sangat banyak dan kental, dimana dia
sendiri sulit untuk mengeluarkannya.
KONTRAINDIKASI 1. Pasien dengan stridor.
2. Pasien dengan kekurangan cairan cerebro spinal.
3. Pulmonary oedem.
4. Post pneumonectomy, ophagotomy yang baru.
PERALATAN 1. Bak instrument berisi: pinset anatomi 2, kasa secukupnya
2. NaCl atau air matang
3. Canule suction
4. Perlak dan pengalas
5. Mesin suction
6. Kertas tissue
7. Handscoon

PROSEDUR  Tahap PraInteraksi


PELAKSANAAN 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
 Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan  dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
 Tahap Kerja
1. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
kepala sedikit Ekstensi
2. Memberikan Oksigen 2 – 5  menit
3. Meletakkan pengalas di bawah dagu pasien
4. Memakai sarung tangan
5. Menghidupkan mesin, mengecek tekanan dan botol
penampung
6. Memasukkan kanul section dengan hati-hati
(hidung ± 5 cm, mulut ±10 cm)
7. Menghisap lendir dengan menutup lubang kanul,
menarik keluar perlahan sambil memutar (+ 5 detik
untuk anak, + 10 detik untuk dewasa)
8. Membilas kanul dengan NaCl, berikan kesempatan
pasien bernafas
9. Mengulangi prosedur tersebut 3-5 kali suctioning
10. Mengobservasi keadaan umum pasien dan status
pernafasannya
11. Mengobservasi secret tentang warna, bau dan
volumenya
 Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan
2. Merapikan pasien dan lingkungan
3. Berpamitan dengan pasien
4. Membereskan dan kembalikan alat ketempat
semula
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan

HARI KE-5. JUM’AT, 16 OKTOBER 2020


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI OKSIGEN
PENGERTIAN Memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui
saluran pernapasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan.

INDIKASI DAN 1. Indikasi


KONTRAINDIKAS a. Gagal napas
I b. Gangguan jantung
c. Kelumpuhan alat pernapasan
d. Perubahan pola napas
e. Keadaan gawat seperti koma
f. Trauma paru
g. Mekanisme yang meningkat : Luka bakar
h. Post operasi
i. Keracunan karbondioksida
2. Kontraindikasi
-
TUJUAN Memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia
1. Handscoen bersih
ALAT DAN BAHAN
2. Selang kanul binasal
3. Sumber O2
4. Flowmeter
5. Aqua steril
6. Jelly
7. Kain kasa
1. Tahap Pre Interaksi
PROSEDUR
a. Melakukan feed back status klien
KERJA
b. Mencuci tangan
2. Tahap Orientasi
a. Memberi salam
b. Mendekatkan alat
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur serta meminta
persetujuan klien
3. Tahap Kerja
a. Memakai handscoen bersih
b. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
c. Hubungkan selang kanul binasal ke humidifier dan ke
sumber O2
d. Fiksasi selang oksigen
e. Atur aliran O2 sesuai dengan yang diinginkan
Hal-hal yang erlu diperhatikan :
a. Aliran yang sudah ditentukan tekanan oksigen
dan lamanya pemberiah harus tepat dan benar
sesuai program pengobatan
b. Humidifier harus selalu terisi Aquades sebatas
garis bertuliskan “Water Level” dan harus
diganti/dibersihkan tiap hari
c. Setiap pemberian oksigen, harus selalu
memaki humidifier yang berisi aquades untuk
mencegah kekeringan mukosa pada saluran
pernapasan
d. Perhatikan kemungkinan adanya tanda-tanda
cyanosis pada bibir, ujung jari tangan dan
ujung jari kaki
e. Lakukan pemeriksaan gas darah secara
periodic untuk menilai keberhasilan terapi
oksigen
f. Perhatikan kemungkinan regurgitasi yang
dapat menyebabkan aspirasi
4. Tahap Terminasi
a. Merapikan alat
b. Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan
pengambilan darah
c. Mendoakan kesembuhan klien
d. Berpamitan
e. Dokumentasi
f. Cuci tangan
Referensi :
Hidayati, R. Dkk., (2014). Praktik Laboratorium Keperawatan Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Annamma, J., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing
Procedures. Tangerang Selatan : Binarupa Aksara

HARI KE-6. SABTU, 17 OKTOBER 2020

STANDAR OPERASIONAL PROSUDUR ( SOP)

KOMPRES HANGAT

PENGERTIAN Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah


tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan
hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Pemberian kompres
dilakukan pada radang persendian, kekejangan otot, perut
kembung, dan kedinginan.

TUJUAN 1. Memperlancar sirkulasi darah


2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
5. Memperlancar pengeluaran eksudat
6. Merangsang peristaltik usus
INDIKASI 1. Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)
2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang
persendian
4. Sepasme otot
5. Adanya abses, hematoma
1. Trauma 12-24 jam pertama
KONTRAINDIKASI
2. Gangguan sirkulasi
3. Alergi dan hipersensitivitas terhadap dingin
4. Demam tinggi
5. Pendarahan edema
6. Pasien yang berdarah (luka terbuka)
ALAT DAN BAHAN 1. Larutan kompres berupa air hangat 40° dalam wadah
(kom)
2. Handuk / kain / washlap untuk kompres
3. Handuk pengering
4. Sarung tangan
5. Termometer
PROSEDUR 1. Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan
TINDAKAN 2. Cuci tangan/pakain sarung tangan
3. Ukur suhu tubuh
4. Basahi kain pengompres dengan air, peras kain sehingga
tidak terlalu basah
5. Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres (dahi,
ketiak, perut, leher, bagian belakang)
6. Tutup kain kompres dengan handuk kering
7. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi
dingin, masukkan kembali kain kompres ke dalam cairan
kompres dan letakkan kembali di daerah kompres, lakukan
berulang-ulang hingga efek yang diinginkan dicapai
8. Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien setelah
20 menit
9. Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian
tubuh yang basah dan rapikan alat
10. Cuci tangan
EVALUASI 1. Respon klien
2. Alat kompres terpasang dengan benar
3. Suhu tubuh klien membaik
DOKUMENTASI 1. Waktu pelaksanaan
2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan
dan di evaluasi
3. Nama perawat yang melaksanakan

Anda mungkin juga menyukai