MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar I
Dosen Pengampu : Lilis Fachlishotun Nuha, S. Kep., Ns.
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah
yang berjudul “Sejarah Perkembangan Keperawatan Internasional dan Nasional”.
Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen
pembimbing (Ibu Lilis fachlishotin Nuha S.kep., Ns.) sehingga kami menyelesaikan makalah
ini.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan do’a.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka dari
itu kami mengharap kritik dan saran dari pembaca.
Kendal, Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………….....................…………………………..............i
KATA PENGANTAR …………………………...................…..………………............…….ii
DAFTAR ISI .……………..……………………...................………………............………..iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………….…………..................………………………………........1
B. Rumusan Masalah …………..………..................……………………………….........2
C. Tujuan ………….……………………..................…………………………….............2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Keperawatan Internasional……...................………………………………….3
B. Sejarah Keperawatan di Indonesia.……......................………………………………..5
BAB III PENUTUP
A. Simpulan……………...……….…………...................………………………………..7
B. Saran………………...……….……………...................………………………….…...7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas keperawatan dasar dan untuk menambah wawasan para pembaca
tentang “Sejarah Perkembangan Keperawatan Internasional dan Nasional”. Semoga
dapat bermanfaat.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui sejarah perkembangan keperawatan internasional dimulai
dari zaman purbakala, zaman permulaan masehi, zaman pertengahan, zaman baru, zaman
modern.
b. Mahasiswa mampu mengetahui sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia yang
dimulai dari zaman VOC, zaman penjajahan Belanda I, zaman penjajahan Inggris, zaman
penjajahan Belanda II, zaman penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan sampai sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan
kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat. Keperawatan ternyata sudah
ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini profesi keperawatan berkembang dengan pesat.
Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung ditatanan praktik,
dalam hal ini layanan keperawatan, tetapi juga didunia pendidikan keperawatan. Tidak asing
lagi, pendidikan keperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas pelayanan
keperawatan. Karenanya, perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah
satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.
B. Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus terus
meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang
berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari keperawatan internasional.
DAFTAR PUSTAKA
1. Florence Nigtingale
Florence Nightingale (12 Mei 1820-13 Agustus 1910) adalah pelopor perawat modern,
penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The
Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang
pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.
Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan
kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan
pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi
perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan
Inggris.
2. Masa kecil
Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dalam
keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan. Nama depannya,
Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam
bahasa Inggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya,
William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London,
Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah
keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama
Parthenope.
3. Perjalanan ke Jerman
Di tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh tentang rumah
sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola
oleh biarawati Lutheran (Katolik).
Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan
oleh para biarawati kepada pasien.
Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa
angan-angan tersebut.
4. Belajar merawat
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang putri tuan
tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia tolak,
karena Florence merasa “terpanggil” untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan
kemanusiaan.
Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes
seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena
ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan.
* Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara yang miskin)
yang mengikuti kemana tentara pergi.
* Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka,
sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien
memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak
senonoh
* Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena alasan-
alasan tersebut di atas.
* Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.
Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa
merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik
yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi
mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya.
Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak
setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya
bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan
keluar negeri untuk menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan
pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di
bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang
gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga
Florence adalah Kristen Protestan.
Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit untuk orang
miskin di Perancis.
6. Kembali ke Inggris
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan
sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah
rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga
bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan ₤ 25,000 atau Rp.
425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti
karirnya.
Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien
yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite
ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa;
“ rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi
dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta
mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam ”
Komite Rumah Sakit pun merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.
7. Perang Krimea
Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara
Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran,
namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang
sakit dan luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea.
Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka
bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris
tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan
kemanusiaan yang mulia ini?”.
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia
pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi
sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya
wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena
peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak
memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence
menyanggupi.
Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale
dan termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal.
Gedung Barak Rumah Sakit di Scutari sekarangPada tanggal November 1854 mereka
mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang
mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan.
Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena
cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus
prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan
mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh
tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-
jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu
dan mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit
tersebut dan menyanggupi untuk membantu.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para
penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di
luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung
di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.
8. Bidadari berlampu
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang
dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak
sekali.
Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada
bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa
korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk
mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga
esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah.
Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan melaporkannya kepada
Mayor Prince.
Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence
satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh
yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan,
termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris
dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling
dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal
sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang
seharusnya sudah meninggal.
Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama “Bidadari Berlampu”. Pada
tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence
Nightingale berjudul “Santa Filomena”, yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-
prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.
9. Pulang ke Inggris
Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857,
semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di
medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling
terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle
Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam,
yang disebabkan oleh Bruselosis (“demam Krimea”) yang menyerangnya selama perang
Krimea. Dia memalangi ibu dan saudara perempuannya dari kamarnya dan jarang
meninggalkannya.
Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria – dan meskipun terdapat
keterbatasan kurungan pada ruangannya – Nightingale memainkan peran utama dalam
pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi
ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia
menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia
merupakan alat implementasi rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya
pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem
rekam medik angkatan bersenjata.
10. Karir selanjutnya
Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk
memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang
membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi
sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke
London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan
bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan
Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang
besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence
Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk
wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang
berpendidikan.
Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan
menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak
perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadai
seseorang yang terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London.
Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik
mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan
gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut
telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia
perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan
Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan
merupakan bagian dari Akademi King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya
mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah
tersebut.
Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluh-
puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang lain
banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool
Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal
Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.
Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempat-
tempat tersebut.
Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk
dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa
di negerinya masing-masing.
Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan
mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan.
Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah
sakit-rumah sakit London seperti St. Mary’s Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone
Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti:
Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary;
Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.
Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan
perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin.
Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.
Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing)
buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan
sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan
terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan
bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis
Wanita.
Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika”, berkonsultasi
dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat
dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda
Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red
Cross) oleh Ratu Victoria.
Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus
undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit
dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.
Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
Nightingale adalah seorang universalis Kristen. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama
sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis,
“Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya.”
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi ini, keperawatan
terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan kebudayaan. Konsep
keperawatan dari abad ke abad terus berkembang, berikut adalah perkembangan keperawatan
di dunia.
Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang ibu).
Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri
keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana
orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini
bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu,
pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan
pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan
karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang
yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu perkembangan keperawatan
terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan
janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah
ilmu keperawatan.
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit
dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat
ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati
pasien. Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah
pemimpin agama.
1.3 Keperawatan Sebelum Masehi
Pada masa sebelum masehi perawatan belum begitu berkembang, disebabkan
masyarakat lebih mempercayai dukun untuk mengobati dan merawat penyakit. Dukun
dianggap lebih mampu untuk mencari, mengetahui, dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh
orang sakit. Demikian juga di Mesir yang bangsanya masih menyembah Dewa Iris agar dapat
disembuhkan dari penyakit. Sementara itu bangsa Cina menganggap penyakit disebabkan
oleh setan atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain menyentuh orang
sakit tersebut.
1. India
Bangsa India (Hindu) di zaman Purba telah memeluk agama Brahmana, disamping memuja
dan meminta pertolongan kepada Dewa (dikuil) untuk menyembuhkan orang sakit. Di India
telah terdapat RS khususnya di Utara saat pemerintahan Raja Asoka kurang lebih 8 RS
dimana sebagian kemudian dijadikan sekolah sekolah pengobatan dan perawatan.
2. Tiongkok
Bangsa Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin diantaranya gonorhoe dan syphilis.
Pencacaran juga telah dilakukan sejak 1000 SM ilmu urut dan psikoterapi. Orang – orang
yang terkenal dalam ketabiban :
Dikenal sebagai Bapak Pengobatan, yang ahli penyakit dalam dan telah menggunakan obat-
obat dari tumbuh-tumbuhan dan mineral (garam-garaman). Semboyannya yang terkenal
adalah Lihat, Dengar, Tanya, Rasa.
3. Yunani
Bangsa Yunani zaman purba memuja dan memuliakan banyak dewa (polytheisme) dewa
yang terkenal adalah dewa yang dianggap sebagai dewa pengobatan putrid dewa yang
bernama Hygine sebagai Dewi kesehatan, maka timbullah perkatan higyene. Untuk pemujaan
terhadap para dewa didirikan kuil (1134 SM) yang juga berfungsi sebagai pengobatan orang
sakit dan perawatan di kerjakan oleh para budak-budak. Orang-orang ternama dalam
ketabiban antara lain :
1) Hippocrates (Hidup kurang lebih 400 SM) bapak pengobatan dengan jasa :
2) Plato
3) Aristoteles
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak
terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungiorang
sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi
yang meninggal. Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim
atau hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan.
Pada zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring
dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan
keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama
Islam. Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu
Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar
keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan
lingkungan.
Kegiatan pelayanan keperawatan berkualitas telah dimulai sejak seorang perawat muslim
pertama yaitu Rufaidah pada zaman Nabi Muhammad SAW, yang selalu berusaha
memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkannya tanpa membedakan kliennya
kaya atau miskin, berikut ini akan lebih dijelaskan tentang sejah perkembangan keperwatan
di masa islam dan di Arab Saudi khususnya: 1. Masa penyebaran islam/The Islamic Period
(570-632) Perkembangan keperawatan masa ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad
(Hollywar) memberikan gambaran keperawatan di masa ini. Sistem kedokteran mengenai
pengobatan lebih dilakukan dengan ke rumah pasien, dengan diberikannya resep oleh dokter.
Dalam periode ini dikenal seorang perawat yang bernama Nabi
Sejarah keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali dokumen yang
ada lebih didominasi oleh kedokteran di masa itu. Dr. AL-Razi yang menyediakan pelayanan
keperawatan. Dia menulis dua karangan tentang “The Reason Why Som Person And The
Common People Leave A Physician Event If He Is Clever” dan “A Clever Physicien Does
Not Have Power To Hell All Diseases, For That Is Not Within The Realm Of Possibility”. Di
masa ini ada perawat diberi nama Al Asiyah.
Di masa ini Negara-negara Arab membangun RS dengan baik dan mengenalkan perawatan
orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban islam dan banyak di
anut Rs modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan antara ruang pasien laki-laki dan
wanita, serta perawat wanita mwrawat pasien wanita dan sebaliknya.
Masa ini di tandai dengan banyaknya ekpariet asing (Perawat asing adri Eropa), Amerika dan
Australia, India, Filipina yang masuk dan bekerja di RS di negara-negara Timur Tengah. Di
nasa ini ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-Khateeb, seorang perawat
bidan Sauid pertama yang mendapatkan diploma keperawatan di Kairo dan kembali ke
negaranya.
Keperawatan Islam masa kini dan mendatang Dr. H Arif Muhammad dalam seminar perawat
rohani islam di Akper Aisyiyah, bandung 31 Agustus 2004, mengatakan bahwa masalah sehat
maupun sakit adalah alami sebagai ujian dari Allah SWT, Hingga manusia tidak bisa terbebas
dari penyakit. Sehat kerap kali membuat orang lupa dan lalai baik dalam melaksanakan
perintah Allah maupun mensyukuri nikmat sehat. Tugas seorang perawat, menurut Dr. H.
Arif, tugas perawat adalah untuk menekankan agar pasien tidak berputus asa apalagi
menyatakan tidak memiliki harapan hidup lagi. Pada permulaan abad XVI orientasi
masyarakat berubah dari orientasi agami menjadi orientasi pada kekuasaan. Sehingga banyak
terjadi perang eksplorasi kekayaan alam (Semangat kolonialisme) akibatnya gereja di tutup,
tempat ibadah di tutup.
Pada permulaan Masehi, Agama Kristen mulai berkembang. Pada masa itu, keperawatan
mengalami kemajuan yang berarti, seiring dengan kepesatan perkembangan Agama Kristen.
Ini dapat di lihat pada masa pemerintahan Lord Constantine, yang mendirikan Xenodhoeum
atau hospes (latin), yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan pertolongan
terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan.
Pada pertengahan Abad VI Masehi, Agama Islam mulai berkembang. Pengaruh Agama Islam
terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW
menyebarkan Agama Islam. Memasuki Abad VII Masehi Agama Islam tersebar ke berbagai
pelosok Negara. Pada masa itu di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti:
ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan
seperti pentingnya menjaga kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang secara
pesat. Tokoh keperawatan yang terkenal dari dunia Arab pada masa tersebut adalah “Rafida”.
Pada permulaan Abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari
orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kepada kekuasaan,
yaitu: perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Pada masa itu telah
terjadi kemunduran terhadap perkembangan keperawatan, dimana gereja dan tempat-tempat
ibadah ditutup, sehingga tenaga perawat sangat jauh berkurang. Untuk memenuhi kekurangan
tenaga tersebut maka digunakanlah bekas wanita jalanan (WTS) yang telah bertobat sebagai,
sehingga derajat seorang perawat turun sangat drastis dipandangan masyarakat saat itu.
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah
ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit.
Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah
berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila
yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya
perang salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai
perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami
berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
2. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat
dibidang sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya
pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS
ini.
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama
dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS
ini adalah Genevieve Bouquet.
Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai
dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara
Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi
peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat.
Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.
Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda
sampai pada masa kemerdekaan.
Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada
saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial
Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu
Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf
dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk
Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di
Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan,
karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.
- pencacaran umum
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju.
Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919
dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942
berdiri rumah sakit – rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST
Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan
dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia keperawatan
di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh orang-orang
tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan
obat sehingga timbul wabah.
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai
pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat
SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik
Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian
Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK ( Program
Studi Ilmu Keperawatan ) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di
Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul
PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.
Pada masa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat berasal dari
Indonesia disebut sebagai Verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga
orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang
terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan
tentara Belanda, sehingga akhirnya pada masa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara
dan dinas kesehatan rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan
Belanda, maka tidak diikuti perkembangan dalam keperawatan.
Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless, mereka memperhatikan kesehatan
rakyat dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah diadakan
berbagai usaha dalam memelihara kesehatan diantaranya usaha pengadaan pencacaran secara
umum, membenahi cara perawatan pasien dangan gangguan jiwa dan memperhatikan
kesehatan pada para tawanan.
Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah
sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan
sekarang dikenal dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian
diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan tentara sekutu dan
kedatangan tentara Jepang. Perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.
Pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam
rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat,
kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma.
Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan
sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu
Keperawatan dan akhirnya dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka menjadi sebuah
Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan
keperawatan setingkat S1 di berbagai univeisitas di Indonesia seperti di Bandung,
Yogyakarta, Surabaya dan lain-lain.
Kesimpulan
Keperawatan lahir sejak naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia
perkembangan keperawatan dipengaruhi dengan semakin maju peradaban manusia maka
semakin berkembang keperawatan. dan pengobatan zaman purba Orang-orang pada zaman
dahulu hidup dalam keadaan primitive.Namun demikian mereka sudah mampu sedikit
pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Pekerjaan “merawat” dikerjakan
berdasarkan naluri “mother instinct” (naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri dalam
yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, merawat orang lemah).
Saran
Paradigma merupakan pola atau skema yang mencoba mengorganisasikan atau menerangkan
suatu proses. Paradigma memiliki arti pengetahuan umum dimana didalamnya terdapat
proses ilmiah umum yang secara historis mencerminkan berbagai keberhasilan dalam suatu
disiplin.
Paradigma keperawatan merupakan suatu pedoman yang menjadi acuan dan mendasari
pelaksanaan praktek keperawatan diberbagai tatanan kesehatan. Seperti halnya definisi
paradigma secara umum, maka paradigma keperawatan merupakan serangkaian konsep yang
bisa sama dan terdapat dalam berbagai disiplin keilmuan lain, tetapi tidak memiliki definisi
umum yang dapat berlaku secara universal. Paradigma ini terdiri dari empat komponen yaitu
manusia, sehat dan kesehatan, masyarakat dan lingkungan, serta komponen keperawatan.
1. a. Manusia
Definisi sehat & kesehatan telah berubah dari kondisi seseorang yang bebas penyakit
menjadi kondisi yang mampu mempertahankan individu untuk berfungsi secara konsisten,
stabil dan seimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui interaksi positif dengan
lingkungan. Kesehatan dipandang juga sebagai sebuah kisaran antara sehat dan sakit dimana
individu memiliki suatu nilai yang berharga tentang kesehatan dan bukan semata-mata suatu
fenomena empiris tentang kondisi seseorang.
Para teologis berpendapat bahwa kesehatan bukan suatu elemen utama yang menjadi
gambaran alami seorang individu, tetapi merupakan elemen tambahan bagi gambaran alami
individu. Mereka menyatakan bahwa tingkat kesehatan individu dapat berbeda dan dapat
dipersepsikan sebagai pelengkap yang bervariasi. Selain itu, makna kesehatan dikaitkan
dengan dua elemen dasar proses kehidupan yaitu identitas diri dan perubahan diri.
Komponen paradigma tentang sehat & kesehatan dapat berkembang menjadi suatu
pemahaman tentang “terciptanya suatu kondisi fisik dan psikologis seseorang yang bebas dari
tanda dan keluhan akibat terjadinya masalah kesehatan, dimana orang tersebut dapat tetap
memperlihatkan kinerja aktif, dinamis, dan efektif serta kemampuan untuk menyesuaikan
diri. terhadap setiap tantangan dan ancaman yang datang baik dari dalam dirinya sendiri
maupun lingkungannya, dan berkemampuan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan
fisik, psikologis, sosial dan spmtualnya secara seimbang melalui upaya aktualisasi diri yang
positif” .
1. d. Keperawatan
Keperawatan dapat dipandang sebagi suatu proses kegiatan dan juga sebagai suatu keluaran
kegiatan, tergantung dari cara memandang dan perspektif pandangan. Sebagai proses
serangkaian kegiatan, maka keperawatan perlu mengorganisasikan, mengatur,
mengkoordinasikan serta mengarahkan berbagai sumber (termasuk klien didalamnya) untuk
digunakan seefektif dan efisien mungkin dalam rangka memenuhi kebutuhan klien. Selain
itu, untuk mengatasi masalah-masalah aktual dan potensial klien melalui suatu bentuk
pelayanan keperawatan yang menekankan pada pengadaan fasilitasi interaksi klien dan
lingkungannya.
Manusia :
Fokus model Neuman ini didasarkan pada philosophy bahwa manusia dipandang secara total
sebagai suatu sistem yang multidimensional.
Fisiologi : merupakan struktur fisik dan biokimia serta fungsi tubuh manuasia
Psikologis : adalah proses mental dan emosional manusia
Sosio kultural : hubungan antara manusia, culture yang mendasari dan mempengaruhi
aktivitas manusia
Spiritual : kepercayaan
Perkembangan : segala sesuatu proses yang berhubungan dengan perkembangan
manusia sepanjang siklus kehidupannya
Lingkungan :
Betty Neuman berpendapat bahwa lingkungan harus dilihat secara total. Lingkungan adalah
segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik lingkungan internal maupun eksternal,
dimana di dalamnya manusia akan berinteraksi setiap saat. Interaksi manusia meliputi
intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal yang dapat mempengaruhi stabilitasnya
sebagai suatu sistem.
Kesehatan :
Neuman melihat bahwa kesehatan merupakan suatu kondisi dimana terdapat
keserasian pada seluruh maupun sebagian variabel dalam diri klien. Menurutnya, sistem klien
akan bergeser ke arah sakit dan kematian ketika banyak energi yang dibutuhkan tidak
terpenuhi, sedangkan sistem akan begeser ke arah kesehatan apabila energi yang dibutuhkan
terpenuhi (Neuman, 1995).
Keperawatan :
Keperawatan didefenisikan sebagai suatu tindakan untuk membantu individu, keluarga dan
masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (tercapainya stabilitas sistem
individu untuk menurunkan stressor melalui serangkaian tindakan keperawatan).
Manusia :
Johnson berpendapat bahwa manusia memiliki dua sistem mayor yaitu sistem biologis dan
sistem behavior. Pengobatan merupakan fokus untuk biologis sistem, sedangkan fokus
keperawatan adalah behavioral system (sistem perilaku).
Lingkungan :
Kesehatan :
Merupakan suatu keadaan dimana tercapai suatu respon yang adaptif secara fisik, mental,
emosional dan sosial dari internal dan eksternal stimulus yang mencapai stabilitas dan
kenyamanan.
Keperawatan :
Manusia :
Orem memandang manusia secara total dan bersifat universal, dimana mereka membutuhkan
perkembangan dan kemampuan perawatan diri sendiri secara berkelanjutan. Manusia
merupakan suatu kesatuan dari fungsi biologi, simbolik dan sosial.
Lingkungan :
Keperawatan :
Menurut Orem, keperawatan adalah suatu seni, pelayanan/bantuan dan teknologi. Tujuan dari
keperawatan adalah membuat pasien dan keluarganya mampu melakukan perawatan sendiri,
diantaranya mempertahankan kesehatan, mencapai kondisi normal ketika terjadi kecelakaan
atau bahaya, serta mengontrol, menstabilisasi dan meminimalisasi efek dari pnyakit/kondisi
yang kronis atau kondisi ketidakmampuan.
Kesehatan :
Sehat adalah suatu kondisi ketika keseluruhan struktur dan fungsi saling terintegrasi dengan
baik. Hal ini memungkinkan manusia mampu menghubungkan berbagai macam mekanisme
secara psikologis, fisiologis serta melakukan interaksi dengan orang lain.
Manusia :
Roy mengungkapkan bahwa manusia merupakan suatu sistem adaptif. Manusia dipandang
sebagai makhlik bio-psiko-spiritual yang selalu berinteraksi dengan perubahan lingkungan,
serta berinteraksi dengan menggunakan inisiasi bawaan dan mekanisme di dapat. Mereka
termasuk individu, grup, keluarga, organisasi, komunitas.
Lingkungan – Stimulus :
b. Kontekstual : adalah semua stimulus pada setiap situasi yang berkontribusi memberikan
pengaruh terhadap lingkungan fokal.
c. Residual : adalah faktor yang efeknya tidak jelas dalam suatu kondisi
Menurut Roy, semua kondisi lingkungan tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan
perilaku manusia.
Kesehatan :
Manusia dikatakan berada dalam suatu rentang sehat dan sakit, yang merupakan suatu
dimensi yang tidak dapat dihindari oleh manusia.
Keperawatan :
Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan kemampuan individu dan keluarga terhadap
4 model adaptif, yang berkontribusi terhadap kesehatan, kualitas kehidupan, kematian dengan
bermartabat dengan mengkaji perilaku dan faktor kemampuan adaptif.
Manusia :
Menurut King, manusia merupakan makhluk sosial yang rasional dan selalu ingin tahu.
Manusia memiliki kemampuan untuk berfikir, berpersepsi, perasaan, memilih dan
menetapkan tujuan, serta membuat keputusan.
Lingkungan :
Kesehatan :
Menurut King, kesehatan adalah suatu pengalaman dinamis pada kehidupan manusia, dimana
hal tersebut merupakan penyesuaian terhadap adanya stressor lingkungan baik internal
maupun eksternal dengan menggunakan sumber-sumber optimum sehingga dicapai potensi
yang maksimum dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Keperawatan :
Keperawatan didefenisikan sebagai proses aksi, reaksi dan interaksi antara perawat dan klien
yang saling tukar menukar informasi tentang persepsi keduanya dan kondisi keperawtan.
Proses interaksi perawat-klien melibatkan komunikasi, menentukan tujuan, eksplorasi dan
menyetujui makna dari tujuan.
Berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan diatas, jika dicermati maka terdapat beberapa
perbedaan mendasar pandangan ahli dalam menyikapi paradigma keperawatan yang terdiri
dari 4 komponen yaitu manusia, lingkungan, sehat sakit dan keperawatan itu sendiri.
1. Menurut Neuman
Neuman memandang manusia sebagai makhluk yang multidimensi, karena itu keperawatan
harus berkonsentrasi terhadap seluruh aspek dari manusia. Keperawatan harus
memperhatikan lingkungan internal maupun eksternal manusia, termasuk lingkungan yang
tercipta dari interaksi manusia dengan lingkungan itu sendiri. Neuman memandang bahwa
kesehatan adalah suatu keseimbangan antara seluruh aspek yang terdapat dalam diri manusia.
2. Menurut Johnson
Johnson memandang manusia memiliki 2 aspek dasar yaitu aspek biologis dan aspek
perilaku, dan kosentrasi/fokus utama keperawatan adalah mempertahankan keseimbangan
sistem perilaku manusia.
3. Menurut Orem
Orem juga memandang manusia sebagai makhluk universal yang membutuhakan perawatan
sendiri sepanjnag kehidupannya, karena itu fokus utama keperawatan menurut orem adalah
membuat manusia (individu, keluarga, masyarakat) mampu melakukan perawatan sendiri.
4. Menurut Roy
Manusia dipandang sebagai makhluk yang adaptif, dan selalu berinterkasi dengan
lingkungannya. Untuk itu tujuan utama keperawatan adalah meningkatkan respon adaptif
manusia yang nantinya akan berkontribusi dalam kehidupannya.
5. Menurut King
Manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu ingin tahu dan memiliki potensi untuk
membuat keputusan sendiri. Fokus utama keperawatan adalah pada sharing informasi antara
perawatan dan klien.
Falsafah keperawatan adalah filosofi atau dasar yang masih bersifat abstrak dalam
menjelaskan suatu konsep dalam keilmuan termasuk dalam keperawatan. Sedangkan
paradigma sudah mulai merupakan suatu penjabaran terhadap apa yang terkandung didalam
filosofi keperawatan, sehingga paradigma keperawatan dapat dijadikan suatu cara perawat
memandang permasalahan yang ada dalam disiplin keperawatan. Jadi lahirnya sebuah
paradigma keperawatan harus berdasarkan falsafah keperawatan.
Sebagai suatu profesi yang berbeda dengan profesi lain, keperawatan haruslah memiliki suatu
cara pandang yang berbeda dalam menyikapi setiap permasalahan yang ada dalam
profesinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang merupakan bentuk pelayanan
profesional keperawatan, hendaknya perawat harus memperhatikan seluruh aspek yang
termasuk dalam paradigma keperawatan, yaitu manusia sebagai makhluk holistik dan unik
dengan segala macam kebutuhannya, lingkungan internal mapun eksternal yang didalamnya
terdapat stressor-stressor yang akan mempengaruhi kondisi sehat dan sakitnya manusia.
Sehingga keperawatan harus berperan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan membantu
manusia berada dalam rentang kesehatan yang optimal.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik, perawat juga hendak nya
mengaplikasikan paradigma keperawatan yang tepat yang telah dikemukakan oleh para ahli
disesuaikan dengan kondisi pasien, sehingga tujuan asuhan keperawatan akan tercapai.
Sebagai contoh dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap, perawat
menggunakan paradigma yang dikemukakan oleh Orem dimana perawat membagi pasien
berdasarkan tingkat kemandirian pasien, sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
maksimal dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A Aziz Alimul. 2002. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Potter and Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC:Jakarta.
Marriner-Tomey, A. (2004). Nursing theorists and their work. Sixth edition. St. Louis: Mosby
Company.