Anda di halaman 1dari 37

BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesenambungan


mencakup interaksi dari suatu rangkayan pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir karitis
merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang berhubungan dengan proses
belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang
komponen berfikir kritis dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari defenisi,elemen
berfikir kritis,model berfikir kritis,analisa berfikir kritis,berfikir logis dan kreatif, krakteristik
berfikir kritis,pemecahan masalahdan langka-langka pemecahan masalah,proses pengambilan
keputusan,fungsi berfikir kritis,model pebggunaan atribut,proses intuisi,indikator, dan prinsip
utama .
Perawat sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi asuhan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berfikir
kritis dalam berbagai situasi. penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan dengan
kasus nyata yang akan memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan
keperawatan yang komprehensif dan bermutu. Seseorang yang berfikir dengan cara kreatif
akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama,
sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya  pengetahuan baru, seseorang profesional harus
selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang selalu efektif dan ilmia dan memberikan
hasil yang lebih baik untuk kesejateraan diri maupun orang lain.
Proses berfikir ini dilakukan sepenjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita
dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita jadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat simpulan yang valid. Semua proses tersebut
tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.     DEFENISI
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang berjalan secara berkisinambungan
menjakup interaksi dari suatu rangkayan pikiran dan  presepsi. Sedangkan berpikir kritis
merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses
belajar dan krisis itu sendiri sebagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang
komponen berpikir kritis  dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari krakteristik, sikap
dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas
dalam berpikir kritis.
Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu proses dimana
seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau mengefaluasi informasi untuk
membuat sebuah penilain atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu
pengetahuan dan pengalaman. Menurut Bandman (1988), berpikir kritis  adalah pengujian
secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,masalah,
kepercayaan, dan tindakan. Menutut Strader  (1992), berpikir kritis adalah suatu proses
pengujian yang menitikberatkan  pendapat atau fakta yang mutahir dan menginterfensikan
serta mengefaluasikan pendapat-pendapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan
tentang adanya perspektif pandangan baru.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.
Untuk lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya paham atau tau
dari komponen berpikir kritis itu sendiri, dan komponen berpikir kritis meliputi pengetahuan
dasar, pengalaman, kompetensi, sikap dalam berpikir kritis, standar/ krakteristik berpikir
kritis.
Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan
disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks, yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominatur umum untuk pengetahuan
yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.

1. Berfikir kritis perlu bagi perawat :


1.      Penerapan profesionalisme.
2.      . Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalammemberikan askep.Seorang      pemikir
yang baik tentu juga seorang perawat yang baik.Diperlukan perawat, karena :
‡a.  Perawat setiap hari mengambil keputusan
‡b.  Perawat menggunakan keterampilan berfikir :
1. Menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek danlingkungannya
2. menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan
3.. penting membuat keputusan.Mz.Kenzie à Critical thinking : Ditujukan pada situasi,rencana,
aturan yang terstandar dan mendahului dalam- menggunakan pengetahuan untuk
mengembangkanhasil yang diharapkan- keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki
untuk memilih tindakand. Pelaksanaan keperawatan :
- pelaksanaan tindakan keperawatan adalkahketerampilan dalam menguji hipotesa.
- Tindakasn nyata yang menentukan tingkat keberhasilane. Evaluasi keperawatan :
-Mengkaji efektifitas tindakan            
-Perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien
-Perlukah diulangi
keperawatan.
2.Argumentasi dalam keperawatan
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk menenukan,
menjelaskankebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan,mempertahankan
terhadap suatu tuntutan/tuduhan.Argumentasi
Badman and Badman (1988) terkait dg.konsep berfikir dalam keperawatan :
1. berhubungan dengan situasi perdebatan.
2. Debat tentang suatu isu
3. Upaya untuk mempengaruhi individu/kelompok
 4. Penjelasan yang rasional
3.Pengambilan keputusan dalam keperawatan
 Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yangtepat.
4.Penerapan
 Proses Keperawatan
 Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proseskeperawatana.
 Pengkajian :
- mengumpulkan data dan validasi
- Perawat melakukan observasi berfikir kritis dalam pengumpulan data.
- Mengelola dan menggunakan ilmu-ilmu lain yangterkait. b. Perumusan diagnosa
keperawatan :
 Tahap pengambilan keputusan yang paling kritis.
- Menentukan masalah dan argumen secara rasional
- Lebih terlatih, lebih tajam dalam masalahc. Perencanaan keperawatan : pembuatan
keputusan.Critical thinking à Investigasi terhadap tujuan gunamengeksplorasi situasi,
phenomena, pertanyaan, ataumasalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan
secaraterintegrasi.Critical thinking : Pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh,
asumsi, prinsip-prinsip, argumen, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan
aktifitas(Bandman and Bandman, 1988).Pengujian berdasarkan alasan ilmiah, pengembilan
keputusandan kreatifitas
Asumsi Berfikir (Think) :
Berfikir, perasaan dan berbuat dilakukan komponen dasar  bersama/sejalan pada
saatmelakukan keperawatan.Berfikir tanpa melakukan sesuatu adalah sia-siaBekerja tanpa
berfikir adalah sangat berbahayaBerfikir /berbuat tanpa diserta perasaan tidak mungkinMetoda
berfikir kritis :
Freely debate .
1. lndividual decision Group
2. Persuasi
3. Propaganda
4. Coercion
B.      Elemen berpikir kritis
Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen, pemecahan masalah,
keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen keterampilan dan sikap berpikir
kritis.
Elemen berpikir kritis antara lain:
1.      Menentukan tujuan
2.       Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah
3.      Menujukan bukti
4.      Menganalisis konsep
5.      Asumsi
Perspektif yang digunakan selanjutnya keterlibatan dan kesesuaian
Kriteria elemen terdiri dari kejelasan, ketepatan, ketelitan dan keterkaitan.

C.      MODEL BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATA


Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di pendidikan keperawatan, dapat
digunakan tiga model, yaitu: feeling, vision model, dan examine model yaitu sebagai berikut:
1.    Feling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir kritis
mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam
melakukan aktifitas keperawatan dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam
pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk dan perhatian kepada
pernyataan serta pikiran klien.

2.    Vision  model


Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan
perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan dan ide tentang permasalahan
perawatan kesehatan klien, beberapa kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip
pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.

3.    Exsamine model


Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi. Perawat menguji ide dengan
bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk
analisis, mencari, meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan menentukan
sesuatu yang berkaitan dengan ide.
Model berfikir kritis dalam keperawatan menurut para ahli,
a.                   Costa and colleagues (1985)
Menurut costa and colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai ‘the six Rs” yaitu:
1.     Remembering ( mengingat)
2.     Repeating (mengulang)
3.     Reasoning (memberi alasan)
4.     Reorganizing (reorganisasi)
5.     Relating (berhubungan)
6.     Reflecting (merenungkan)

b.                   Lima model berpikir kritis


1.     Total recall
2.     Habits ( kebiasaan)
3.     Inquiry ( penyelidikan / menanyakan keterangan )
4.     New ideas and creativity
5.     Knowing how you think (mengetahui apa yang kamu pikirkan)
            Ada empat alasan berpikir kritis yaitu: deduktif, induktif, aktifitas informal, aktivitas
tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang defenisi tersebut, alasan
berpikir kritis adalah untuk mengenalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah,
penjelasan, dan ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti,menilai kesimpulan, membedakan
antara baik dan buruknya argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang
diyakini benar serta tindakan yang dilakukan.

D.     Analisa berfikir kritis

1.      Analisis kritis merupakan suatu cara untuk mencoba memahami kenyataan kejadian atau
peristiwa dan pernyataan yang ada dibalik makna yang jelas atau makana langsung. Analisis
kritis mempersaratkan sikap untuk berani menentang apa yang dikatakan atau dikemukaan
oleh pihak-pihak yang berkuasa
2.      Analisis kritis merupakan suatu kapesitas potensi yang dimiliki oleh semua orang demikian
analisis kritis tetap akan tumpul dan tidak berkembang apabila tidak di asa atau dipraktekan
3.      Analisis kritis merupakan upaya peribadi atau upaya kolektif
4.      Analisis kritis menentukan kemungkinan sesuatu kesempatan yang lebih baik ke arah langka
untuk memperbaiki kenyataan atau situasi yang telah dianalisis.
5.      Peran terpenting untuk melaksanakan analisis kritis bukanlah serangkaian langkah atau
pertanyaan yang berangkat dari ketidak tahuan menuju kepencerahan.
6.      Analisis kritis juga mencoba memahami riwayat pernyataan situasi atau masalah yang perlu
dipahami. Analisis kritis mengkaji situasi atau peristiwa yang tengah dalam proses
perubahan.

E.      Berfikir logis  dan kreatif

Berfikir logis adalah penalaran atau keterampilan berfikir dengan tepat, ketepatan berfikir
sangat tergantung pada jalan pikiran yang logis dalam berfikir secara logis. Kita harus
terampil untuk mengerti fakta, memahami konsep hubungan dalam menarik kesimpulan.
Berfikir kreatif adalah berfikir lintas bidang yang ditandai dengan krakterlistik berfikir.
Disamping itu berfikir  kreatif  juga menuntut adanya pengikatan diri terhadap tugas yang
tinggi yang artinya kreatifitas menuntut disiplin yang tinggi dan konsisten terhadap bidang
tungas.
Krakteristik Berpikir Kritis
 Krakteristik Berpikir Kritis adalah
1.      Konseptualisasi
Konsep tualisasi artinya : proses intelektual membentuk suatu konsep.  Sedangkan konsep
adalah fenomena atau pandangan mental  tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian,
objek atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak
yang digenerilisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.

2.      Rasional dan Beralasan


Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari
fakta fenomena nyata.

3.      Reflektif
Artinya bahwa seseorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau presepsi dalam
berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan
data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu. Fakta dan kejadian.

4.      Bangian dari suatu sikap


Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu menguji
apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain.

5.      Kemandirian berpikir


Seorang berpikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan
keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.

6.      Berpikir adil dan terbuka


Yaitu mencoba untuk beruubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan
menjadi benar dan lebih baik. 
7.      Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis dingunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta
suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.

8.      Watak (dispositions)


Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat
terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat,resespek
tehadap  kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan
berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang diangapnya baik.

9.      Kriteria (criteria)


Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai kearah
mana maka harus menemukan sesuatu untuk  diputuskan atau dipercayai.meskipun sebuah
argumen dapat disusun dari berapa sumber pembelajaran, namun akan mempunyai kriteria
yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarlisasi maka haruslah berdasarkan
relenfansi, keakuratan fakta-fakta, berdasarkan sumber yang kredibel, teliti tidak benas dari
logika yang keliru, logika yang konsisten dan pertimbangan yang matang.

10.  Sudut pandang


Yaitu cara memandang atau menafkirkan dunia ini, yang akan menentukan kontruksi
makna.seseorang yang berfikir dengan kritis akan memandang sebuah penomena dari
berbagai sudut pandang yang berbeda.

F.     Pemecahan Masalah Dalam Berpikir Kritis


Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang
difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat digambarkan
sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”.  Pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki
kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role
model di lingkungan kerjanya.
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi.
2.      Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3.      Mengolah fakta dan data.
4.      Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5.      Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6.      Memutuskan tindakan yang akan diambil.
7.      Evaluasi.
G.PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERFIKIR KRITIS DALAM
KEPERAWATA

keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi praktisi


kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak hanya berpengaruh
pada proses pengelolaan asuhan  keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk
meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua
tingkatan posis iklinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambi
lkeputusan yang efektif, baik sebaga ipelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk sinonim.
Pemecahan masalah  dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan
analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya
pencapa iantujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif.
Tidak semua pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :
1.      Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2.      Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada
sistematika tertentu :
a.       Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b.      Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia
c.       Falsafah yang dianut organisasi.
d.      Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan
manajemen di dalam organisasi.
3.      Masalah harus diketahui dengan jelas.
4.      Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
5.      Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah
dianalisa secara matang.

H.     Fungsi berpikir Kritis dalam Keperawatan


Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai
berikut:
1.      Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari
2.      Membedakan sejumlah penggunaan dan isu- isu dalam keperawatan
3.      Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan
4.      Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing idikasi, penyebab dan tujuan, serta
tingkat hubungan.
5.      Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6.      Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7.      Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8.      Membuat dan mengecek dasar analisis dan faliidasi data keperawatan.
9.      Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan
10.  Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
11.  Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan
12.  Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan akktifitas nilai-nilai keputusan.
13.  Mengefaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

I.        Model penggunanaan atribut


Berdasarkan  penelitan sebelumnya, penelitian ini mencoba mempertimbangkan efek
ketidak linieran tersebut untuk perjalanan dengan range yang cukup signifikan perbedaannya
dalam penelitian model penggunaan atribut ini dilakukan untuk mempelajari perilaku
pemilihan model dengan menvariasikan berbagai jenis model.dengan mempertimbangkan
efek ketidak linieran nilai atribut antara lain melalui penggunaan presentase perubahan nilai
atribut sebagai nilai atribut model dalam keperawatan.

J.        Proses  Intuisi


 Proses intuisi merupakan  pendorong utama untuk benalar logis (masuk akal)
sekaligus pemicu aktifitas berfikir bagi siswa untuk itu perlu adanya upaya pemilihan
pendekatan pembelajaran yang tepat dan efektif untuk tercapainya kemampuan berfikir yang
diharapkan mampu mengoptimalkan serta memupuk sikap positif dan pola berfikir yang
membudaya dalam mengatasipermasalahan real word. Sala satu solusi yang dipandang tepat
untuk mewujudkan tuntutan tersebut adalah pendekatan kontekstual berbasis intuisi sebagai
suatu pendekatan yang diawali dengan berintiwisi informal dalam menyelesaikan masalah
berkonteks yang rancang secara kusus.

ASPEK-ASPEK BERPIKIR KRITIS


Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku
selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat
dari beberapa aspek:
1.      relevance 
relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan. 

2.      Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.

3.       Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam
sikap menerima adanya ide-ide orang lain.

4.      Outside material


Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan

5.      Ambiguity clarified


Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan

6.      Linking ideas


Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari informasi
yang berhasil dikumpulkan.

7.      justification
memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang
diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan mengenai keuntungan
dan kerungian dari suatu situasi atau solusi.

INDIKATOR BERPIKIR KRITIS


Wade (1995) mengidentifikasi  delapan kerakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
1.      Kegiatan merumuskan pertanyaan
2.      Membatasi permasalahan
3.      Menguji data-data
4.      Menganalisis berbagai pendapat
5.      Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
6.      Menghindari penyederhanaan berlebihan
7.      Mempertimbangkan berbagai interpretasi
8.      Mentolerasi ambiguitas

Prinsip utama penerapan dalam berpikir kritis

Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta, kemudian
memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi fakta objektif dan
menentukan luasnya masalah tersebut. Manajer membutuhkan kemampuan untuk
menetapkan prioritas pemecahan masalah. Umumnya untuk pemecahan masalah selalu
menggunakan metoda coba-coba dan salah, eksperimen, dan atau tidak berbuat apa-apa (“do
nothing”). Pembuatan keputusan dapat dipandang sebagai proses yang menjembatani hal
yang lalu dan hal yang akan datang pada saat manajer hendak mengadakan suatu perubahan.
Proses pemecahanmasalah dan pengambilan keputusan di atas adalah salah satu
penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah kurang
tepat mengidentifikasi masalah.Oleh karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang
paling penting.Kualitashasiltergantungpadakeakuratandalammengidentifikasimasalah.

Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan
pengalaman  pembuat keputusan serta waktu penyelesaian masalah. Terutama waktu yang
cukup untuk mengumpulkan dan mengorganisir data.
Rabu, 15 Juni 2011

BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1         LATAR BELAKANG

Berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki seorang perawat,
agar menjadi seorang perawat yang profesional, sehingga mampu menyelesaikan masalah.

Dalam makalah ini,kita membahas Meliputi cara membangkitkan semangat,


kebahagiaan, dan pengharapan.menjelaskan salah satu cara berpikir tidak bisa dilakukan
secara luas, karena bagian dalam keperawatan sebagai suatu perkumpulan profesi dengan
“bagaimana mengerjakan sesuatu?”. Bagaimanapun juga semua tindakan keperawatan
yang perawat lakukan membutuhkan tingkat pemikiran yang tinggi, tidak ada tindakan yang
dilakukan tanpa berpikir kritis.
Berpikir bukan proses yang statis tetapi dapat berubah setiap hari bahkan setiap jam.
Karena berpikir merupakan sesuatu yang dinamis dan karena tindakan keperawatan selalu
membutuhkan berpikir, hal ini sangat penting untuk memahami berpikir secara umum. Dan
sangat diperlukan pula untuk menghadapi klien dengan gaya yang unik dan untuk
mengidentifikasi apa yang bisa membuat mereka lebih baik.

1.2      RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam keperawatan ?

2. Bagaimana penerapan berfikir kritis dalam keperawatan ?

3. Bagaimana Model berpikir kritis dalam kepeeawatan ?

1.3     TUJUAN

Untuk lebih memahami makna dan maksud dari berpikir kritis dalam keperawatan,
serta untuk mengetahui penerapan dan model berpikir kritis dalam keperwatan,sehingga kita
mampu menylesaikan suatu masalah serta dapat mengambil suatu keputusan

1.4 MANFAAT
Dengan kita memahami konsep dan tujuan dalam penerapan berpikir kritis
keperawatan, kita dapat berpikir kritis sehingga mampu mengambil suatu keputusan dengan
tepat dan pasti

BAB II

ISI

2.1      TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Makna Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk


kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir
kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Menurut Halpen (1996),
berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan
tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan
mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan
dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai
kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut
secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan
mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan
beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut
directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. Pendapat senada
dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan
berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal
permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir
kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat
pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan
mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman,
pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan
sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1). Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo
(1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang
meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan
penilaian.

Matindas Juga mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak terlalu membedakan
antara berpikir kritis dan berpikir logis padahal ada perbedaan besar antara keduanya yakni
bahwa berpikir kritis dilakukan untuk membuat keputusan sedangkan berpikir logis hanya
dibutuhkan untuk membuat kesimpulan. Pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis
yang diteruskan dengan pengambilan keputusan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat
dikatakan bahwa berpikir kritis itu melipuri dua langkah besar yakni melakukan proses
berpikir nalar (reasoning) yang diikuti dengan pengambilan keputusan/ pemecahan masalah
(deciding/problem solving). Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa kemampuan
yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan reflektif), seseorang tidak
dapat melakukan proses berpikir kritis secara benar.

2.1.2 Karakter Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas. Ini dapat diartikan
bahwa awal munculnya kreativitas adalah karena secara kritis kita melihat fenomena-
fenomena yang kita lihat dengar dan rasakan maka akan tampak permasalahan yang
kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif. Karakteristik yang berhubungan dengan
berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking,
yaitu:
1. Watak

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis,


sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan
pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain
yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya
baik.

2. Kriteria

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria. Untuk sampai ke arah sana
maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah
argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria
yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi harus berdasarkan kepada
relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, bebas dari
logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.

3. Argumen

Argumen merupakan suatu pernyataan atau proposisi yang dilandasi atau


berdasarkan noleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi hal-hal
sepertikegiatan pengenalan, dan penilaian, serta menyusun argumen.

4. Pertimbangan atau pemikiran

Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis.
Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau
data.

5. Sudut pandang

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang
sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

6. Prosedur penerapan kriteria

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut
akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil.

Langkah-langkah dalam berpikir kritis


1. Mengenali masalah (defining and clarifying problem) meliputi mengidentifikasi isu-isu atau
permasalahan pokok, membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih
informasi yang relevan, merumuskan masalah.

2. Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun opini, mengecek
konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan emosi maupun salah
penafsiran kalimat, mengenali kemungkina perbedaan orientasi nilai dan ideologi.

3. Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi mengenali data-data yang
diperlukan dan meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan
masalah/kesimpulan yang diambil.

2.1.3 Berpikir Kritis Dalam Keperawatan

Berfikir meliputi proses yang tidak statis, berubah setiap saat. Berfikir kritis dalam
keperawatan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan profesional dan kualitas
asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai
sukses dalam berbagai aktifitas dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta
pengetahuan tekhnis atau keterampilan tekhnis dalam memberikan asuhan keperawatan.

Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi, mempertanyakan maupun


menjawab, membangun pertanyaan yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk
mencari jawaban dngan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.

Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:

1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan

Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. perawat


menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran, info,
fakta, perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara
nonverbal saat melakukan pedokumentasian keperawatan.

2. Argumentasi dalam keperawatan

Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk


menemukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan,
mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988)
argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan berhubungan dengan situasi
perdebatan, upaya untuk mempengaruhi individu ataupun kelompok.

3. Pengambilan keputusan dalam keperawatan


Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.

4. Penerapan proses keperawatan

Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan

a. Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan data berfikir

kritis, mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.

b. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan yang paling kritis,

menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.

c. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil

yang diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.

d. Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah keterampilan


dalam menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat keberhasilan.

e. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil


keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.

2.1.4. Penerapan Berpikir Kritis dalam Transkultural Keperawatan

Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya, maka
perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi terpenuhinya
kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan berfikir kritis dalam menangani
hal tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21,
termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar.
Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi)
dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.

Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman


budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut
diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan
dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Salah satu
contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa
daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan
berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya
dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka
ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya
untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena
dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini
akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses


belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Untuk memahami perbedaan budaya yang ada maka perawat perlu berpikir secara kritis.
Dalam berpikir kritis seorang perawat harus bisa menyeleksi kebudayaan mana yang sesuai
dengan kesehatan atau yang tidak menyimpang dari kesehatan. Jika perawat dapat
memahami perbedaan budaya maka akan bisa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
dari perawat.

Budaya shock adalah kecemasan dan perasaan (dari kejutan, disorientasi,


ketidakpastian, kebingungan, dll) merasa ketika orang harus beroperasi dalam budaya yang
berbeda dan tidak dikenal seperti satu mungkin terjadi di negara asing. Ini tumbuh dari
kesulitan dalam asimilasi budaya baru, menyebabkan kesulitan dalam mengetahui apa yang
sesuai dan apa yang tidak. Hal ini sering digabungkan dengan atau bahkan tidak suka untuk
jijik (moral atau estetika) dengan aspek-aspek tertentu dari kebudayaan baru atau berbeda.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1     PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan bahwa berpikir kritis dalam
keperawatan penting untuk disosialisasikan. Meskipun ada Literatur yang menjelaskan
tentang berpikir kritis tetapi spesifikasi berpikir kritis dalam keperawatan sangat terbatas.
Tahun 1997 & 1998 penelitian menegaskan secara lengkap tentang berpikir kritis dalam
keperawatan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam


mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan
menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas,
pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi, pola piker terbuka,
pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif
meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi,
dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.

Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai sukses dalam
berbagai aktifitas dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta pengetahuan
tekhnis atau keterampilan tekhnis dalam memberikan asuhan keperawatan.

Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi, mempertanyakan maupun


menjawab, membangun pertanyaan yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk
mencari jawaban dngan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.

3.2 PENERAPAN BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:

1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan

Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. perawat


menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran, info,
fakta, perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara
nonverbal saat melakukan pedokumentasian keperawatan.

2. Argumentasi dalam keperawatan

Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk


menemukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan,
mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988)
argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan berhubungan dengan situasi
perdebatan, upaya untuk mempengaruhi individu ataupun kelompok.

3. Pengambilan keputusan dalam keperawatan

Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.

4. Penerapan proses keperawatan

Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan

a. Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan data berfikir


kritis, mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.
b. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan yang paling kritis,
menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.
c. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil
yang diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.

d. Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah keterampilan


dalam menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat keberhasilan.
e. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil
keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.

3.3. MODEL BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN


Sebelum melanjutkan lebih jauh, kita perlu mencoba untuk menemukan jalan yang
membantu pelajar pemula untuk belajar tentang berpikir kritis dan termasuk perkembangan
model berpikir kritis yang menjadi pokok bahasan. Banyak klasifikasi berpikir yang
ditemukan di literature.
3.3.1 Costa and Colleagues (1985)
Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai “The Six Rs” yaitu :
1 Remembering (Mengingat)
2 Repeating (Mengulang)
3 Reasoning (Memberi Alasan/rasional)
4 Reorganizing (Reorganisasi)
5 Relating (Berhubungan)
6 Reflecting (Memantulkan/merenungkan)

3.3.2 Lima Model berpikir kritis


Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok dengan dalam
keperawatan. Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba mengembangkan gambaran
berpikir dan mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu:
Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You Think.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu untuk
mempelajari asumsi yang menggarisbawahi pendekatan lima model tersebut.
Asumsi pertama adalah berpikir, merasa, dan keahlian mengerjakan seluruh
komponen esensial dalam keperawatan dengan bekerja sama dan saling berhubungan.
Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu tanpa berpikir
adalah membahayakan. Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu tanpa perasaan adalah
sesuatu yang tidak mungkin. Perasaan, diketahui sebagai status afektive yang
mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan harus dipertimbangkan saat belajar berpikir
dan menyimpulkan sesuatu. Pengakuan atas 3 hal (Thinking, Feeling, and Doing)
mengawali langkah praktek professional ke depan.
Asumsi yang kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan mengerjakan tidak
bisa dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini dapat dipelajari dengan
mendiskusikan secara terpisah mengenai ketiga hal tersebut. Meliputi belajar
mengidentifikasi, menilai dan mempercepat kekuatan perkembangan dalam berpikir, merasa
dan mengerjakan sesuai praktek keperawatan.
Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar bukan papan kosong,
mereka dalam dunia keperawatan dengan berbagai macam keahlian berpikir. Model yang
membuat berpikir kritis dalam keperawatan meningkat. Oleh karena itu bukan merupakan
suatu kesungguhan yang asing jika mereka menggunakan model sama yang digunakan
setiap hari.
Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja berbuat sesuai
dengan pikiran dan yang sudah dipelajari.
Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan untuk
mengambarkan keahlian mereka berpikir. Sebagian orang jarang bertanya “bagaimana
pelajar dan perawat berpikir”, selalu yang ditanyakan adalah “apa yang kamu pikirkan”.
Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritis dalam keperawatan merupakan gabungan
dari beberapa aktivitas berpikir yang bersatu dalam konteks situasi dimana berpikir
dituangkan.

3.3.2.1 Total Recall


Total Recall berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan bagaimana untuk
mendapatkan fakta/data ketika diperlukan. Data keperawatan bisa dkumpulkan dari banyak
sumber, yaitu pembelajaran di dalam kelas, informasi dari buku, segala sesuatu yang
perawat peroleh dari klien atau orang lain, data klien dikumpulkan dari perasaan klien,
instrument (darah, urine, feses, dll), dsb.
Total recall juga membutuhkan kemampuan untuk mengakses pengetahuan, dengan
adanya pengetahuan akan menjadikan sesuatu dipelajari dan dipertahankan dalam pikiran.
Masing-masing individu mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda dalam pikiran
mereka. Ada sekelompok yang mempunyai pengetahuan sangat luas dan ada yang
sebaliknya. Keperawatan diawali dengan pengetahuan yang minimal tetapi kemudian secara
pesat meluas seiring dengan adanya sekolah-sekolah keperawatan.
Contoh pertanyaan total Recall:
1. Berapa nomor telepon Akper Baptis Kediri?
2. Dimana alamat Akper Baptis Kediri?
3. Berapa Hemoglobin pasien 2 jam post operasi?
4. Berapa Trombosit pasien dengan DHF?

Yang perlu dipelajari :


Bagaimana menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat dan cepat?
Bagaimana data tersebut dapat kita ungkapkan setiap saat?
Berapa banyak data yang bisa kita simpan?
Bagaimana rumus/kunci menghafal untuk meningkatkan memori?

3.3.2.2 Habits (Kebiasaan)


Habits merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan yang diulang berkali-kali
sehingga menjadi kebiasaan yang alami. Mereka menerima apa yang mereka kerjakan
menghemat waktu dan mudah untuk dilakukan. Manusia selalu menggambarkan sesuatu
yang mereka kerjakan sebagai kebiasaan seperti “saya mengerjakan sesuatu di luar
pikiran”. Hal ini bukan kebiasaan dalam keperawatan karena tindakan yang dilakukan tidak
menggunakan proses berpikir. Hal ini terjadi jika proses berpikir sudah berakar dalam diri
mereka dalam melihat sesuatu atau kemungkinan yang terjadi, di bawah sadar.
Habits mengikuti sesuatu yang dikerjakan diluar metode baru setiap waktu. Contoh :
pernahkah kita mengendarai kendaraan dan apakah pernah kita ingat pepohonan yang
pernah kita lewati? Yang kita pikirkan dan harapkan adalah supaya kita terhindar dari
kecelakaan.
Cardipulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu kebiasaan yang sangat penting dalam
keperawatan. Ketika seseorang menjelang ajal, sebuah solusi yang cepat yang dibutuhkan
disini adalah melakukan pijat jantung (CPR), memberikan injeksi, mempertahankan suhu
tubuh, memasang kateter, dan aktivitas lainnya. Hal tersebut merupakan suatu kebiasaan
yang alami terjadi dan dilakukan oleh perawat.

Yang perlu dipelajari :


Bagaimana sesuatu menjadi sesuatu kebiasaan?
Mengapa suatu aktivitas berguna?
Cara apa yang terbaik untuk mengembangkan kebiasaan?

3.3.2.3 Inquiry (Penyelidikan/Menanyakan Keterangan)


Inquiry merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara mendalam dan mengajukan
pertanyaan yang mendekati kenyataan. Jika kita berada di tingkat pertanyaan ini dalam
situasi social, kita akan disebut “Mendesak”. Hal ini meliputi penggalian data dan
pertanyaan, khususnya pendapat dalam situasi tertentu. Ini berarti tidak menilai dari raut
wajah, mencari factor-faktor yang menyebabkan, keragu-raguan pada kesan pertama, dan
mengecek segalanya, tidak ada masalah bagaimana memperlihatkan ketidaksesuaian.
Inquiry merupakan kebutuhan primer dalam berpikir yang digunakan untuk menyimpulkan
sesuatu. Kesimpulan tidak dapat diambil jika tanpa inquiry, tetapi kesimpulan akan lebih
akurat jika menggunakan inquiry.
Inquiry bisa diwujudkan melalui :
1. Melihat sesuatu (menerima informasi)
2. Mendapatkan kesimpulan awal
3. Mengakui keterbatasan pengetahuan yang dimiliki
4. Mengumpulkan data atau informasi mendekati masalah utama
5. Membandingkan informasi baru dengan yang sudah diketahui
6. Menggunakan pertanyaan netral
7. Menemukan satu atau lebih kesimpulan
8. Memvalidasi kesimpulan utama dan alternative untuk mendapatkan informasi lebih
banyak lagi.
, teman kita.

Yang perlu dipelajari :


Apakah kita mendapat jawaban yang sebenarnya dari pertanyaan kita?
Kapan kita membandingkan jawaban yang kita peroleh dengan jawaban teman kita apakah
ada perbedaan?

3.3.2.4 New Ideas and Creativity


Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan bervariasi yang khusus bagi
individu. Kekhususan dalam berpikir ini akan selalu dibawa individu selama hidupnya dan
biasanya membentuk kembali norma. Seperti Inquiry, model ini membawa kita sesuai ide
dari literature. Berpikir kreatif merupakan kebalikan dan akhir dari Habits Model (kebiasaan).
Dari kalimat “melakukan sesuatu seperti biasanya” menjadi “Mari mencoba cara baru”.
Berpikir kreatif tidak untuk menjadi pengecut, tetapi salah satu kadang-kadang akan terlihat
bodoh dan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Pemikir kreatif menghargai kesalahan
yang mereka lakukan untuk mempelajari nilai.
Ide baru dan kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan dasar dalam
merawat pelanggan atau klien. Banyak hal yang harus dipelajari perawat untuk menjadi
cocok, terpadu, dan bekerja menyesuaikan keunikan klien. Perawat mempunyai standart
pendekatan untuk menghemat waktu perawatan dan secara keseluruhan bekerja dengan
baik, tetapi cara kerja perawat berbeda satu sama lain. Contoh : Ethel yang tinggal di rumah
perawatan menghabiskan sisa harinya di atas kursi roda, keluar-masuk ke ruangan yang
sama tiap harinya. Dia tidak pernah berkata kepada seorangpun meskipun perawat
mengulangi kata-kata yang sama dan sudah memahami cara berkomunikasi.
Ketika dalam komunikasi kita berpikir, kebanyakan orang berpikiran bahwa berbicara
kepada orang lain merupakan cara standar untuk membesarkan hati melalui komunikasi.
Jadi hal tersebut yang sebagian perawat lakukan, kecuali Maria (contoh). Suatu hari Maria
berlutut di depan kursi roda Ethel dan merangkulnya. Memandang Ethel dan dengan
senyum yang lebar mengajaknya bernyanyi. Apa yang terjadi? Ethel menyanyi. Tidak hanya
menyanyi tetapi juga mempunyai suara seperti penyanyi bangsa Irlandia.
Sekarang apa yang dapat kita pikirkan dari cerita tersebut? Kebanyakan perawat memahami
komunikasi terapeutik yang mereka pelajari dari buku. Pendekatan verbal utnuk komunikasi
terapeutik bisa dilakukan dengan kebanyakan klien. Maria, meskipun mengembangkan
komunikasi dengan cara sentuhan dan menyanyi hal tersebut kreativitas yang dimiliki yang
tidak disebutkan dalam literature.
Yang perlu dipelajari :
Bagaimana perasaan anda jika mempunyai ide baru atau kreativitas baru?
Berapa lama dalam sehari anda berkreativitas?
Berapa lama dalam seminggu?
Apa yang membuat berbahaya dari bertindak kreatif?

3.3.2.5 Knowing How You Think (Mengetahui apa yang kamu pikirkan)
Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi bukannya yang paling tidak
dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir tentang apa yang kita pikirkan. Berpikir
tentang berpikir disebut “metacognition”. Meta berarti “diantara atau pertengahan” dan
cognition berarti “Proses mengetahui”. Jika kita berada di antara proses mengetahui, kita
akan dapat mengetahui bagaimana kita berpikir.

BAB IV
PENUTUP

4.1      SIMPULAN

Berpikir kritis merupakan proses berfikir dalam menyelesaikan masalah melalui


pertimbangan dengan merumuskan kesimpulan dan berbagai kemungkinan, sehingga
keputusan yang diambil bersifat efektif. Untuk berpikir kritis dalam keperawatan melalui
beberapa model dan penerapan, seperti penggunaan bahasa keperawatan, penerapan
proses keperawatan serta pengkajian,sehingga berpikir kritis dalam keperawatan
merupakan komponen dasar dalam mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas
perawat.

4.2      SARAN

Mahasiswa keperawatan harus belajar berpikir kritis dari saat ini, agar ketika terjun
kemasyarakat mereka mampu mengambil suatu keputusan dan menylesaikan suatu
masalah.

Kami mengharapkan agar mahasiswa mengerti tentang berpikir kritis terutama dalam
keperawatan, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
berfikir kritis

BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang


Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat
mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis
proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam
mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prinsip,
argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas (Bandman dan Bandman,
1988)
Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis
dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses berpikir,
oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir
kritis dalam praktik keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan
pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan
alasan rasional, memprediksi, dan melakukan transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam
keperawatan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam berpikir, yaitu: yakin,
kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel, integritas intelektual, intuisi, berpikir terbuka,
refleksi, inquisitiviness, dan perseverance.

Karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan pada prinsipnya merupakan suatu


kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan (feeling), dan melakukan (doing). Mengingat
profesi perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia, maka
dalam menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan perpaduan antara thinking, feeling,
dan doing secara konprehensif dan bersinergi.
B.  Rumusan  Masalah
         Pengertian dan dimensi serta pola pikir dalam pelayanan keperawatan
         Ruang lingkup dan tujuan serta strategi dalam mengoptimalkan pelayanan keperawatan
         Manfaat dan hasil serta strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan
         Aplikasi dalam keperawatan dan penerapan berdasarkan situasi dan kondisi dalam
keperawatan
C.           Tujuan
1.      Tujuan umum
Mengetahui konsep dari berpikir kritis sampai ke penerapan proses keperawatan dan
interaksi dengan pasien.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui pengertian berpikir kritis
Mengetahui Dimensi berpikir kritis
Mengetahui Pola pikir kritis
Mengetahui Ruang Lingkup berpikir kritis
Mengetahui Tujuan berpikir kritis
Mengetahui Strategi mengoptimalkan pelayanan keperawatan
Mengetahui Manfaat berpikir kritis
Mengetahui Hasil berpikir kritis
Mengetahui Strategi meningkatkan pendidikan keperawatan
Mengetahui Penerapan berpikir kritis
Mengetahui Aplikasi berpikir kritis dalam bidang keperawatan
D.           Manfaat
Dengan kita memahami konsep dan tujuan dalam penerapan berpikir kritis
keperawatan, kita dapat berpikir kritis sehingga mampu mengambil suatu keputusan dengan
tepat dan pasti.

BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA

A.           Pengertian Berpikir Kritis dan dimensi secara umum


Suatu kemampuan berpikir dengan sistem kritis dan menerapkan standart intelektual untuk
menganalisis proses berpikir dari berbagai macam sudut pandang (http://askep-
net.blogspot/2012/07/pelayanan-keperawatan.html#sthash.wvX7ka5j.dpuf)
      Dimensi berpikir kritis secara khusus/dalam bidang keperawatan dalam keperawatn
pertanggung jawaban , profesionalisme , dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan terhadap
pasien
  Pola Pikir Kritis Dalam Pelayanan Keperawatan
1.      Menangani pasien dengan cepat, tepat dan tanggap tanpa menimbulkan masalah baru
a)      Cepat dalam arti
Perawat memberikan pertolongan pertama terhadap pasien tanpa membuang-buang waktu
yang ada serta memberikan pelayanan dengan hasil yang maksimal
b)      Tepat dalam arti
Perewat memberikan pelayanan terhadap pasien dengan obat dan alat medis yang sesuai
dengan penyakit yang di derita pasien
c)      Tanggap dalam arti
Perawat sigap menganalisa dan mengevaluasi penyakit yang diderita oleh pasien/serta
tanggap terhadap arahan/masukan yang diberikan oleh para pelayan kesehatan lain yang lebih
berpengalaman dalam bidang tersebut contoh: arahan dari dokter spesialis di dalam bidang
bedah dll
2.      Memberikan pelayanan terbaik terhadap pasien
3.      Mengutamakan keselamatan dan kesehatan pasien
4.      Memberi dukungan moril terhadap pasien agar lebih ambisi dan semangat untuk cepat
sembuh

B.       Ruang lingkup berfikir kritis dalam keperawatan


Berfikir kritis dalam keperawatan diperlukan untuk mengeksplorasi.Berpikir kritis dalam
keperawatan adalah komponen dasa rdalam pertanggung jawaban professional dan kualitas
asuhan keperawatan.Pemikir kritis dalam keperawatan menunjukkan kebiasaan perasaan
:percaya diri, kreatifitas, fleksibilitas, ingin tahu, keterbukaan, tekun.
(journal.lib.unair.ac.id/index.php/JN/article/download/581/581)
Perawat dituntut tidak hanya berfikir dalam satu aspek saja, melainkan dalam berbagai
aspek, yaitu :
1.      Aspek fisiologis :aspek yang digunakan untuk pengobatan fisik.
2.      Aspek psikologis :aspek yang digunakan untuk pengobatan jiwa.
3.      Aspek spiritual :aspek yang digunakan untuk mendukung kebutuhan rohani.
4.      Aspek social :aspek yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan social.
C.      Tujuan berpikir kritis dalam keperawatan
Untuk mendapatkan komponen dasar dalam mempertanggung jawabkan profesi dan
kualitas perawatan, dan mengembangkan kemampuan analisa kritis serta dapat memecahkan
masalah dan membuatkesimpulan yang valid tanpa menimbulkan masalah baru.
D.      Strategi dalam mengoptimalkan pelayanan keperawatan
Dalam mengoptimalkan pelayanan keperawatan kita perlu meningkatkan kualitas dan
kuantitas.Dalam meningkatkan kualitas terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan
peningkatan kualitas itu sendiri, yaitu :
1        Pengetahuan dasar spesifik
Komponen pertama berpikir kritis adalah pengetahuan dasar perawat yang
spesifik dalam keperawatan. Pengetahuan dasar ini meliputi teori dan informasi dari ilmu-
ilmu pengetahuan, kemanusiaan, dan ilmu-ilmu keperawatan dasar.
2        Pengalaman
Komponen kedua dari berpikir kritis adalah pengalaman. Pengalaman perawat dalam
peraktik klinik akan mempercepat proses berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan
kliennya, melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan
untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan.Pengalaman adalah hasil interaksi
antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang berasal dari beberapa sumber belajar.
Sedangkan kuantitas itu sendiri dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah perawat
dalam menjalankan pelayanan itu sendiri.
E.       Hasil
  Dengan kita berpikir kritis kita bisa menggunakan bahasa secara reflektif, mengekspresikan ,
idea , pikiran , fakta , perasaan , keyakinan dan sikap terhadap klien , sesama perawat ,
profesi
  Mengambil keputusan secara tepat , cermat dan bertanggung jawab .
  Jika ada isu2 tidak enak , bisa memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap suatu
tuntutan/tuduhan
  Menghasilkan tenaga keperawatan profesional yang mampu mengadakan pembaharuan dan
memperbaiki mutu pelayanan atau asuhan keperawatan serta penataan secara terus menerus
Strategi : (http://angriananersunhas.blogspot.com/2010/02/strategi-dalam-menyiapkan-
perawat.html)
  Tenaga pendidik dan lembaga ditingkatkan kualitasnya dibidang keperawatan
  Menerapkan E-learning dalam dunia pendidikan keperawatan
  Menerapkan kolaborasi pendidikan dan praktek antar perawat profesi
  Menyiapkan perawat yang sudah berkompetensi di era pasar global
Manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
  Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
  Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
  Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
  Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta
tingkat hubungan.
  Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
  Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
  Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
  Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
  Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
  Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
  Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
  Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
  Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

F. Ada 4 hal pokok penerapan dalam keperawatan, yaitu:


1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. perawat
menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran, info, fakta,
perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara non verbal
saat melakukan pedokumentasian keperawatan.. (www.ners.unair.ac.id)
2. Argumentasi dalam keperawatan
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk menemukan,
menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan, mempertahankan
terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988) argumentasi terkait dengan
konsep berfikir dalam keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk
mempengaruhi individu ataupun kelompok.
3. Pengambilan keputusan dalam keperawatan
Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.
4. Penerapan proses keperawatan
Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan
a. Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan data berfikir
kritis, mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.
b. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan yang paling kritis,
menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.
c. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang
diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.
d. Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah keterampilan
dalam menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat keberhasilan.
e. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil
keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.
BAB III
PEMBAHASAN
A.      Pengertian atau Definisi Berpikir Kritis Secara Umum Dalam Keperawatan
Suatu kemampuan berpikir dan sistem kritis dan menerapkan standart intelektual untuk
menganalisis proses berpikir dari berbagai macam sudut pandang
         Dimensi Berpikir Kritis Secara Khusus Dalam Keperawatan
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam pertanggung
jawaban, profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan terhadap pasien.
         Pola Pikir Kritis Dalam Pelayanan Keperawatan
Menangani pasien dengan cepat, tepat dan tanggap tanpa menimbulkan masalah baru
Memberikan pelayanan terbaik terhadap pasien
Mengutamakan keselamatan dan kesehatan pasien
Memberi dukungan moril terhadap pasien agar lebih ambisius untuk cepat sembuh
a)      Cepat dalam artian
Perawat memberikan pertolongan pertama terhadap pasien tanpa membuang-buang waktu
yang ada serta memberikan pelayanan dengan hasil yang maksimal
b)      Tepat dalam artian
Perawat memberikan pelayanan terhadap pasien dengan obat dan alat medis yang sesuai
dengan penyakit yang di derita pasien
c)      Tanggap dalam arti
Perawat sigap dalam menganalisa dan mengevaluasi penyakit yang di derita oleh pasien/serta
tanggap terhadap arahan/masukan yang diberikan oleh para pelayan kesehatan lain yang lebih
berpengalaman dalam bidang tersebut.
Contohnya: arahan dari dokter spesialis di dalam bidang bedah.

B.       Ruang lingkup berfikir kritis dalam Ilmu Keperawatan


Terbagi menjadi beberapa aspek, yaitu aspek fisiologis, aspek psikologis, aspek sosial dan
aspek spiritual.
Misalnya terdapat seorang pasien penderita HIV, maka seorang perawat harus
memikirkan berbagai aspek tersebut.
1.      Aspek fisiologis : pengobatan terhadap peyakit HIV itu sendiri
2.      Aspek psikologis : pengobatan terhadap jiwanya, misalnya memberikan suggesti kepada
pasien.
3.      Aspek social : bagaimana seorang perawat memberikan pengertian kepada keluarga pasien
agar si pasien tidak dikucilkan dalam lingkungan sosialnya.
4.      Aspek spiritual : seorang perawat memberikan dukungan secara rohani seperti selalu
mengingatkan pasien untuk berdoa dan beribadah.
Tujuan berfikir kritis dalam Ilmu keperawatan yaitu dapat memecahkan masalah
tanpa menimbulkan masalah baru
Strategi mengoptimalkan pelayanan keperawatan yaitu dengan meningkatkan kualitas
dan kuantitas. Dalam meningkatkan kualitas terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu :
1.      Pendidikan dasar spesifik : merupakan ilmu keperawatan dasar
2.      Pengalaman : perawat yang terjun langsung dalam klinik pasti akan memiliki kecepatan
berfikir kritis
Dalam meningkatkan kuantitas yaitu dengan cara menambah jumlah perawat dalam
melakukan pelayanan itu sendiri

C. Hasil
  Dengan kita berpikir kritis kita bisa menggunakan bahasa secara reflektif, mengekspresikan ,
idea , pikiran , fakta , perasaan , keyakinan dan sikap terhadap klien , sesama perawat ,
profesi
  Mengambil keputusan secara tepat , cermat dan bertanggung jawab .
  Jika ada isu2 tidak enak , bisa memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap suatu
tuntutan/tuduhan
  Menghasilkan tenaga keperawatan profesional yang mampu mengadakan pembaharuan dan
memperbaiki mutu pelayanan atau asuhan keperawatan serta penataan secara terus menerus
Strategi :
  Tenaga pendidik dan lembaga ditingkatkan kualitasnya dibidang keperawatan
  Menerapkan E-learning dalam dunia pendidikan keperawatan
  Menerapkan kolaborasi pendidikan dan praktek antar perawat profesi
  Menyiapkan perawat yang sudah berkompetensi di era pasar global
Manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
  Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
  Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
  Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
  Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta
tingkat hubungan.
  Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
  Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.

D. Penerapan teknik berdasarkan situasi dan kondisi dalan keperawatan


Layanan keperawatan yaitu pelayanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
dan sesuai dengan standart dan kode etik yang telah di tentukan dalam ilmu keperawatan.
upaya untuk memberikan keperawatan yang bermutu dapat di nilai dengan perawat yang
profesional.
Keperawatan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien
dengan baik dengan bebrbentuk tim ataupun individu. Sebagai perawat profesional harus
melakukan praktek keperawatan secara langsung dengan pasien dan berinteraksi kepada
penerima jasa. Kondisi ini sering menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima
praktek keperawatan oleh karna itu seorang perawan harus mempunyai profesional dan
aturan lainnya yang di dasari ilmu pengetahuan di milikinya guna memberikan pelayanan
pada masyarakat.

BAB  IV
PENUTUP

Kesimpulan
Berpikir kritis merupakan proses berpikir dalam menyelesaikan masalah melalui
pertimbangan dengan merumuskan kesimpulan dan berbagai kemungkinan. Dengan berpikir
kritis kita mampu mengarah ke sasaran yang membantu individu membuat penilaian
berdasarkan kata bukan pikiran .
Saran
Dengan membiasakan diri berpikir kritis kita akan mampu menyelesaikan masalah dengan
tujuan yang tepat pada sasaran . Kita akan mampu menguasai masalah tanpa menimbulkan
masalah. Jadi , berpikirlah kritis sesuai dengan aspek-aspek yang telah ditentukan .

Anda mungkin juga menyukai