Anda di halaman 1dari 51

KONSEP DIRI

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


KONSEP DIRI

DISUSUN OLEH :

1.     ARDILA SEPRIMA BENA            (04121003059)


2.     EVRIKA SANNY MAIBANG        (04121003022)
3.     MITRA YUNI RATNA SARI         (04121003029)
4.     YUNITA                                          (04121003017)

DOSEN PENGASUH       : HERLIAWATI,  S.kp,  M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN
                                                        2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “KONSEP DIRI”.
Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang Konsep Diri dalam Keperawatan agar
dapat diterapkan dalam praktek keperawatan, serta diajukan demi memenuhi tugas mata
kuliah Konsep Dasar Keperawatan Semester Genap.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Inderalaya,   Februari 2013 

                                                                                                                                    Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar  ....................................................................................................................


.              i
Daftar
Isi ...............................................................................................................................             ii
BAB I  : PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ................................................................................................................              1
1.2 Rumusan
Masalah ...........................................................................................................             2
1.3 Tujuan
Penulisan .............................................................................................................             2
1.4 Manfaat
Penulisan……………………………………………………………………...                     3
BAB II             : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsep
Diri...................................................................................................               4
2.2 Dimensi Konsep
Diri......................................................................................................               5
2.3 Komponen Konsep Diri..................................................................................................  
6
2.4 Prinsip-prinsip Dasar yang Mempengaruhi Konsep
Diri...............................................                 8
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep
diri.............................................................                9
2.6 Perkembangan Konsep
Diri............................................................................................               10
2.7 Langkah-langkah Mempertahankan Konsep Diri…………………………………           
13
2.8 Hambatan dalam membangun konsep
diri.............................................................                       14
2.9 Pengaruh Perawat Dalam Konsep Diri
Klien..................................................................                14
BAB III : PENUTUP   
3.1
Kesimpulan .....................................................................................................................            
16
3.2
Saran ...............................................................................................................................            
16
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………
17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
            Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda dalam proses kehidupannya,
mulai dari lahir hingga mencapai titik kedewasaannya. Sehingga di dalam diri setiap individu
terdapat berbagai macam cara identifikasi serta perubahan melalui proses yang berbeda pula
dan diharapkan menuju arah yang lebih baik. Di dalamnya terdapat hubungan timbal balik
antara satu individu dengan individu lainnya dan dari identifikasi tersebut didapatkan pola
tingkah laku dari hasil pemikiran yang panjang.

Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita
terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat
usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu
mempengaruhi konsep diri.

Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari
perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri dikembangkan melalui
proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak variable. Keempat komponen konsep
diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri dan peran.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi


orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang
pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang
berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan.

Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien
yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatka konsep
diri. Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri yang negatif akan menimbulkan
keputusasaan.

Maka disini kami akan memaparkan tentang konsep diri dalam keperawatan yang
nantinya akan dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya terkandung  komponen-
komponen konsep diri, faktor pengaruh konsep diri, dan proses keperawatan dalam konsep
diri.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari konsep diri ?
2. Apa saja dimensi dari konsep diri ?
3. Apa saja komponen dari konsep diri ?
4. Apa saja prinsip-prinsip dari konsep diri ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep diri ?
6. Bagaimana perkembangan dari konsep diri itu ?
7. Apa saja langkah-langkah untuk mempertahankan konsep diri ?
8. Apa saja hambatan dalam membangun konsep diri itu ?
9. Bagaimana pengaruh perawat dalam konsep diri klien ?

1.3. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari konsep diri.
2. Menjelaskan dimensi konsep diri.
3. Menjelaskan komponen - komponen dari konsep diri.
4. Menjelaskan prinsip – prinsip konsep diri.
5. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi konsep diri.
6. Menjelaskan perkembangan konsep diri.
7. Mengidentifikasi langkah-langkah mempertahankan konsep diri.
8. Mengidentifikasi hambatan dalam membangun konsep diri
9. Menjelaskan pengaruh perawat dalam konsep diri klien.

2
1.4. Manfaat

1. Mengetahui pengetian konsep diri dan praktis dalam menumbuhkan konsep diri positif 
bagi anak-anak.
2. Konsep Diri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalamkomunikasi
antar pribadi.
3.Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu.
4. Sebagai literatur untuk mengetahui apa yang dimaksud konsep diri.
5. Sebagai referensi bagi pembaca agar mengetahui pengaruh konsep diri dalam keperawatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Konsep Diri
      Secara umum, Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu “self concept” merupakan
suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang
memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya sesuai dengan
konsep tentang dirinya tersebut.
      Konsep diri mempunyai banyak pengertian dari beberapa ahli.Berikut merupakan konsep
diri menurut para ahli yang lain:
  Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu
pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“.
  Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari
konsep diri.
  Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan dirinya.
  Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri
kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri sebagai
sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya,
termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu
tersebut.
  Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan
dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau
kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
  Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain.

4
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk
melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.
2.2. Dimensi Konsep Diri
1. Pengetahuan tentang diri anda adalah informasi yang anda miliki tentang diri anda,misalnya
jenis  kelamin, penampilan.

2. Pengharapan bagi anda adalah gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa diri anda
kelak.

3. Penilaian terhadap diri anda,adalah pengukuran anda tentang keadaan anda dibandingkan
dengan apa yang seharusnya terjadi pada diri anda, hasil pengukuran tersebut adalah rasa
harga diri.

Konsep diri memiliki dua kecondongan, yaitu:

a. Konsep Diri Negatif

Konsep diri negatif adalah penilaian negatif terhadap diri sendiri dan merasa tidak
mampu mencapai sesuatu yang berharga, sehingga menuntun diri ke arah kelemahan dan
emosional yang dapat menimbulkan keangkuhan serta keegoisan yang menciptakan suatu
penghancuran diri.

b. Konsep Diri Positif

Merupakan penilaian positif serta mengenali diri sendiri secara baik, mengarah ke
kerendahan hati dan kedermawanan sehingga ia mampu menyimpan informasi tentang diri
sendiri, baik informasi positif maupun negatif. Konsep diri positif menganggap hidup adalah
suatu proses penemuan yang membuat diri kita mampu menerima berbagai macam kejutan-
kejutan, konsekuensi, imbalan serta hasil. Dengan demikian diri kita mampu menerima
semua keadaan orang lain.
Langkah langkah yang perlu di ambil untuk memiliki konsep diri yang positif:

1. Bersikap objektif dalam mengenai diri sendiri

Tidak mengabaikan pengalaman poisitif atau pun keberhasilan sekecil  apapun yang
pernah di capai, carilah cara  dan kesempatan untuk mengembangkan talenta, jangan terlalu
beraharap bahawa diri kita dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala
sesuatu secara sekaligus.

2. Hargailah diri sendiri

Hargailah diri sendiri dengan melihat kebaikan yang ada dalam diri, sehingga kita
mampu melihat hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif.

3. Jangan memusuhi diri sendiri

Memerangi diri sendiri adalah sesuatu hal yang melelahkan karena merupakan
pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri
yang sejati,akibatnya akan timbul kelelahan mental dan rasa prustasi yang dalam, yang
mengakibatkan makin lemahnya konsep diri positif.

4. Berpikir positif dan rasional

Kendalikan pikiran kita ketika mulai menyesatkan jiwa dan raga.

2.3. Komponen Konsep Diri

Konsep diri terdiri dari  5 komponen :

  Identitas diri
   Menurut Stuart dan Sundeen (1991), identitas adalah kesadaran akan diri yang bersumber
dari obsesi dan penilaian yang merupakan sistesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh

Identitas juga bercermin pada yang lain (the other), yang tidak bisa terlepas dari
pengakuan/pengukuhan orang lain. Identitas manusia selama hidupnya di cerminkan oleh
seperangkat opini orang lain.

Keunikan setiap individu sekaligus adalah kekuatan diri dan kelemahannya, kekuatan
karena dengan memahami keunikan itu kita tidak tergoyahkan oleh penafsiran yang lain,
kelemahannya adalah ketika kita berupaya untuk mengukuhkan identitas tersebut.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, yang di pengaruhi oleh pandangan dan
perlakuan lingkungan.

Ciri-ciri individu dengan perasaan yang identitas positif dan kuat:

a. Memandang diri berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.

b. Memiliki kemandirian, mengerti dan percaya diri, yang timbul dari perasaan berharga,
berkemampuani suatu kesela dan dapat menguasai diri.

c.  Mengenal diri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain .

d. Mengakui jenis kelamin sendiri.

e. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.

  Gambaran diri
     Pandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang lain terhadap
dirinya. Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar (Stuart dan Sundeen,
1991)

a)  Sikap tersebut mencakup: persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi,
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.setiap perubahan tubuh akan
berpengaruh terhadap kehidupan individu.

b) Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,menerima reaksi diri tubuhnya dan
menerima stimulus dari orang lain, semakin sadar dirinya terpisah dari lingkungan “usia
remaja, fokus individu terhadap fisik lebih menonjol”.

c) Gambaran diri berhubungan erat  dengan kepribadian,cara individu memandang diri


berdampak penting pada apek pisikologinya,individu yang berpandangan realistic terhadap
diri,menerima,menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman,terhindar dari rasa cemas,dan
meningkatkan harga diri individu yang stabil,realistis dan konsisten terhadap gambaran diri
akan memiliki kemampuan yang mantap terhadap realisasi sehingga memacu sukses dalam
hidup.

  Harga diri
     Berupa penilaian atau evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik internal maupun
eksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri. Harga diri terkait dengan berbagai hal
yang berperan vital, di antaranya:
a.    Kualitas emosi

b.    Aktualisasi diri

c.    Kepercayaan diri

3.   Coopersmith (Stuart dan Sudeen, 1991)

  Ideal diri
    Suatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap dirinya yang akan dinilai oleh
personal lain. Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standart
pribadi.Stuart dan Sundeen, (1991) yaitu :

1. Standart tersebut berhubungan dengan tipe orang, tentang yang di inginkan, sejumlah aspirasi,
cita-cita,nilai yang ingin di capai.

2. Ideal diri berpengaruh terhadap perwujudan dan cita-cita,harapan pribadi berdasarkan norma
sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia ingin lakukan.

3. Mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan di pengaruhi oleh orang penting pada dirinya
yang memberikan tuntutan dan harapan.Pada usia remaja ideal diri terbentuk melaui proses
identifikasi/memperhatikan.

4.  Kejadian yang terjadi dalam dirinya, serta dapat memilih dan menyesuaikan diri.

5.  Faktor yang berpengaruh terhadap ideal diri :

    a)  Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.

    b)  Budaya, standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman.

    c)  Ambisi dan keinginan untuk lebih dan berhasil, kebutuhan yang realistic, keinginan untuk
menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.

    d)  Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan
sehingga tetap menjadi pendorong dan masih dapat di capai serta tidak frustasi.

  Peran
Merupakan pola sikap, prilaku, posisi dimasyarakat atau fungsi dirinya baik di
lingkungan masyarakat, keluarga, atau komunitas. Peran merupakan pola sikap, perilaku,
nilai dan tujuan yang di harapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
Peran dalam kehidupan dijalani dengan kadar dan konsekuensinyan, peran yang baik
adalah peran yang tak menyalahi aturan yang benar, memenuhi kebutuhan dan sinkron
dengan ideal diri. Peran sosial, merupakan hubungan antara satu individu dengan individu
lainnya, terkait dengan etnik, budaya dan agama, karena pada dasarnya masing-masing diri
memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (multiple selfes).

2.4. Prinsip-Prinsip Dasar Yang Mempengaruhi Konsep Diri


      Prinsip dasar yang mempengaruhi konsep diri ada 5 hal yaitu :
1. Bila anak hidup dalam suasana penuh dengan kritik, dia belajar untuk menyalahkan orang
lain.

2. Bila anak hidup dalam suasana penuh kekerasan, di belajar untuk berkelahi.

3. Bila anak hidup dalam suasana penuh olok-olok, dia belajar untuk menjadi seorang
pemalu.

4. Bila anak hidup dalam suasana memalukan, dia belajar untuk selalu merasa bersalah.

5. Bila anak hidup di dalam suasana yang penuh dengan toleransi,dia belajar untuk menjadi
seorang penyabar.

6. Bila anak hidup dalam suasana penuh dukungan, dia belajar untuk menjadi seorang yang
percaya diri.

7. Bila anak hidup dalam suasana penuh pujian dan penghargaan, dia belajar untuk menghargai
orang lain.

8. Bila anak hidup dalam suasana kejujuran, dia belajar untuk menghargai orang lain.

2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri adalah sebagai
berikut :

1.  Tingkat perkembangan dan kematangan


Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep dirinya.
2.  Budaya
Dimana pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya,
kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak
lebih dekat pada lingkungannya.

3.  Sumber eksternal dan internal


Dimana kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap
konsep diri.

4.  Pengalaman sukses dan gagal


Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian
pula sebaliknya.

5.  Stresor
9
Stresor menantang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan bahwa stres
adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan
seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses normal dari kematangan dan
perkembangan itu sendiri adalah stresor.

2.6. Perkembangan Konsep Diri


Menurut Hurlock ( 1968 ), individu belum mampu membedakan antara diri dengan
yang bukan diri ketika masih bayi. Individu baru sampai tahap yang bisa membedakan antara
dunia luar dengan dirinya sendiri ketika berusia 6-8 bulan, dan ketika berusia 3-5 tahun ia
mulai mempu mengidentifiasikan dirinya dalam berbagai dimensi kategori, seperti umur,
ukuran tubuh, jenis kelamin, kepemilikan benda, warna kulit, dan sebagainya. Tahap ini
disebut oleh Allport ( Sarason, 1972 ) dengan istilah early self. Kemudian individu mulai
punya kemampuan untuk memandang ke dunia di luar dirinya dan mulai belajar merespon
orangtlain. Bisa dikatakan bahwa konsep diri fisik muncul lebih dahulu dibandingkan konsep
diri psikologis.
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap
perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam
mengembangkan konsep diri yang positif. Tahap- tahap perkembangan konsep diri :
1.  Bayi
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan primer dan
hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa percaya dari
konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau
orang lain. Penyapihan, kontak dengan orang lain, dan penggalian lingkungan memperkuat
kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang adekuat dari kemampuan motorik dan penginderaan,
perkembangan citra tubuh dan konsep diri mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi
dengan tubuh mereka yang sangat ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar
untuk perkembangan citra tubuh.     

2.  Todler
Tugas psikososial utama mereka adalah mengembangkan otonomi. Anak-anak beralih
dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri mereka dari orang
lain. Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri dan melakukan tugas higien
dasar.

10
Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain.
Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion, toilet training,
berbicara dan sosialisasi.
  
3.  Usia prasekolah
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin,
meningkatkan
kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive terhadap umpan balik
keluarga.
Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua mereka hargai. Penghargaan dari anggota
keluarga menjadi penghargaan diri. Kaluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri
anak  dan masukan negatif pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri dimana
orang tersebut sebagai orang dewasa akan bekerja keras untuk mengatasinya.

4.  Anak usia sekolah


Menurut Bee ( 1981 ) mengungkapkan bahwa pada masa ini seorang anak
menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan lingkungan sosial selain keluarga mulai
mempengaruhi pandangan dan juga penilaian individu terhadap dirinya. Tahap ini oleh
Allport ( Sarason, 1972 ) disebut dengan tahapperkembangan diri sebagai pelaku. Individu
mulai belajar untuk bisa mengatasi berbagai macam masalah secara rasional.
Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan lebih banyak
didapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak berubah, dan identitas
seksual menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas membaca memungkinkan
ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku dan tempat lain. Konsep diri
dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karena anak terus berubah secara fisik, emosional,
mental dan sosial.

5.  Masa remaja


Menurut Hollingworth ( dalam Jersild, 1965 ) masa remaja merupakan masa
terpenting bagi seseorang untuk menemukan dirinya. Mereka harus menemukan nilai-nilai
yang berlaku dan yang akan mereka capai di dalamya. Individu harus belajar untuk mengatasi
masalah-masalah, merencanakan masa depan dan khususnya mulai memilih pekerjaan yang
akan digeluti seara rasioanal ( Allport dalam Sarason, 1972 : 39 ).
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi
seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri.

11
Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah faktor
penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh.
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan
identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman yang positif pada masa
kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka. Pengalaman
negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk. Mereka mengumpulkan
berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapkan rasa identitas.  
   
6.  Masa dewasa muda
Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi
sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah periode untuk
menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai melakukan
hubungan erat. Dalam masa ini konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif stabil.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan
diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar sosial.
Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan
perasaan tentang diri.

7.  Usia dewasa tengah


Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan,
rambut memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat perubahan
dalam produksi hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas mempengarui citra tubuh
yang selanjutnya dapat mengganggu konsep diri.
Tahun usia tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali pengalaman
hidup dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai hidup. Orang usia
dewasa tengah yang manerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan untuk kembali
pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang sehat.    

8.  Lansia
Parubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi.
Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot.
Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa
lansia adalah waktu dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali
keberhasilan dan

12
kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri makna
tentang diri mereka dan dunia membentu generasi yang lebih muda dalam cara yang positif
sering lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan.
Perjalanan untuk pencarian identitas diri bukan merupakan proses langsung jadi,
melainkan sebuah proses yang berkesinambungan. Konsep diri yang berupa totalitas persepsi,
pengharapan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri terbentuk berdasarkan proses
belajar tentang nilai, sikap, peran, dan identitas yang berlangsung seiring tugas
perkembangan yang dikembangkan dalam konsep diri.

2.7. Langkah-langkah Mempertahankan Konsep Diri


1. Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri
Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah
dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk
mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua
orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus.
2. Hargailah diri sendiri
Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri.
Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada di
ri sendiri, tidakmampu memandang hal baik dan positif terhadap diri,
bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal baik yang ada dalam diri orang lai
n secara positif. Jikakita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa mengha
rgai diri kit?
3. Jangan memusuhi diri sendiri
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri
sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada
permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self).
Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah
dan negatif konsep dirinya.
4. Berpikir positif dan rasional
semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu perso
alan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai
menyesatkan jiwa dan raga.
13
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa langkah membangun konsep diri adalah :
      1.      Belajar menyukai diri sendiri atau cinta diri sendiri
      2.      Kembangkan pikiran positive thinking
      3.      Hubungan interpersonal harus dibina dengan baik
      4.      Pro-aktif atau sikap yang aktif menuju yang positive
      5.      Menjaga keseimbangan hidup

2.8. Hambatan dalam membangun konsep diri


Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu tergantung pada pribadi
yang bersangkutan dan lingkungan dia berada. Beberapa hambatan yang sering terjadi dalam
pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut:
1.    Hambatan yang berasal dari lingkungan; Lingkungan merupakan salah satu faktor
penghambat dalam pengembangan potensi diri. Hambatan ini antara lain disebabkan sistem
pendidikan yang dianut, lingkungan kerja yang tidak mendukung semangat pengembangan
potensi diri, dan tanggapan atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan.

2.    Hambatan yang berasal dari individu sendiri; Penghambat yang cukup besar adalah pada
diri sendiri,misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang jelas, keengganan
mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi yang kerdil, kemampuan yang
tidak memadai untuk memecahkan masalah, kreativitas rendah, wibawa rendah, kemampuan
pemahaman manajerial lemah, kemampuan latih rendah dan kemampuan membina tim yang
rendah.

2.9. Pengaruh perawat dalam konsep diri klien


Penerimaan perawat terhadap klien dengan perubahan konsep diri membantu
menstimulasi rehabilitasi yang positif. Klien yang penampilan fisiknya telah mengalami
perubahan dan yang harus beradaptasi terhadap citra tubuh yang baru, hampir pasti baik klien
maupun keluarganya akan melihat pada perawat dan mengamati respons dan reaksi mereka
terhadap situasi yang baru. Dalam hal ini perawat mempunyai dampak yang signifikan.
Rencana keperawatan yang dirumuskan untuk membantu klien dengan perubahan konsep diri
dapat ditingkatkan atau digagalkan oleh nilai dan perasaan bawah sadar perawat.

14
Penting artinya bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut
mengenai diri mereka :
      1.    Perasaan perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit
      2.    Bagaimana perawat bereaksi terhadap stres
      3.    Kekuatan komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan bagaimana hal
tersebut ditunjukkan.
      4.    Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukkan dan mempengaruhi klien
      5.    Bagaimana pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien
Untuk menciptakan hubungan antara perawat dan pasien diperlukan komunikasi yang
akan mempermudah dalam mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan
serta kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan perawat dan klien yang
terapeutik akan memepermudah proses komunikasi tersebut.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk untuk kesembuhan pasien.

Tujuan komunikasi terapeutik itu sendiri adalah :


      a.    Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal
yang diperlukan.
      b.    Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
      c.    Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

15

BAB III
PENUTUP

      3.1 KESIMPULAN


Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide,
pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri terlebih
dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien, sebab keadaan
yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran penting perawat
selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali
konsep dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal
idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi suatu tujuan,
ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam masyarakat.Untuk
membangun konsep diri kita harus belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran
positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif, dan
menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri,
kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi dengan
lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.

3.2  SARAN
Disarankan setelah membaca makalah ini dan memahaminya agardiaplikasikan
ilmunya dalam kehidupan sehingga, sikap saling mengertidan menghargai sesama manusia
lebih baik

16
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Surabaya: Salemba Medika


Potter, Perry. 2005. “ Buku Ajar Fundamental Keperawatan “. EGC : Jakarta.
              Wong L. Donna, Hockenberry-Eaton Marilyn, dkk. 2008. “ Buku Ajar Keperawatan
Pediartik Vol.1”. EGC : Jakarta
              Sunaryo. 2004. “ Psikologi untuk Keperawatan”. EGC : Jakarta
              Brooks, W.D., Emmert, P. Interpersonal Community. Iowa. Brow Company Publisher. 1976

BAB II
PEMBAHASAN KONSEP DIRI
2.1.  PENGERTIAN KONSEP DIRI

Menurut  Para Ahli adalah sebagai berikut :


a.       Menurut Burns (dalam Pudjijogyanti, 1993)
Konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri.

b.             Menurut Rini (dalam Pudjijogyanti 2004)


Konsep diri diartikan keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya.

c.       Menurut Cawagas (dalam Pudjijogyanti, 1993)


Konsep diri mencangkup seluruh pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik
pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan dan lain sebagainya..

d.      Menurut William D Brooks (dalam Rahmat, 2003)


      Konsep diri sebagai “ those physical, social, and psychological perceptions of ourselves
that we have derived from experiences and our interaction with others”. Jadi, konsep diri
adalah pandangan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi,
sosial dan fisik.

e.       Menurut Pietrosefa (2002)


      Pietrosefa memberikan gambaran mengenai konsep diri yang diadaptasikan oleh
Mappiarre yaitu ;
1.                  Dimensi Pertama Citra Diri, yaitu diri dilihat oleh diri sendiri
2.                  Dimensi Kedua Ctra Diri, yaitu dilihat oleh orang lain, persepsi orang lain terhadap dirinya..
3.                  Dimensi Ketiga Citra Diri, yaitu diri mengacu pada tipe-tipe orang yang saya kehendaki
tentang diri saya (ideal self).

f.       Menurut Hurlock (1999)


            Konsep diri menyangkut gambaran fisik dan psikologis. Aspek fisik berkaitan dengan
tampang atau penampakan lahiriah (appearance) anak, yang menyangkut kemenarikan dan
ketidak menarikan diri dan cocok atau tidaknya jenis kelamin dan  pentingnya bagian-bagian
tubuh berbeda serta prestise yang ada pada dirinya.
Sedangkan Konsep diri yang bersifat psikologis berdasarkan pikiran, perasaan dan
emosional. Hal ini berhubungan dengaan kualitas dan abilitas yang memainkan peranan
penting dalam penyesuaian dalam kehidupan, seperti keberanian, kejujuran, kemandirian,
kepercayaan diri, aspirasi dan kemampuan diri dari tipe-tipe yang berbeda, yaitu:
1.                  Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya, meliputi
karakteristik fisik, sosial, psikologis, emosional, aspirsi daan prestasi ( Hurlock).
2.                  Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya sendiri yang dapat
bersifat psikiologis, sosial dan fisik (Brooks).
3.                  Konsep diri adalah pengetahuan dan evaluasi terhadap diri sendiri yang diperoleh melalui
pengalaman dari interaksi dengan orang lain (burns).

Konsep diri mulai terbentuk dan berkembang begitu manusia lahir. Soeitoe
menyatakan konsep diri seseorang terbentuk dari pengalaman sendiri dari uraian yang
diberikan oleh orang lain tentang dirinya. Pengalaman sendiri dan informasi dari lingkungan
terintegrasi kedalam konsep diri.
Konsep diri merupakan faktor bawaan tapi dibentuk dan berkembang melalui proses
belajar yaitu dari pengalaman-pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain.
Individu dengan konsep diri yang tinggi lebih banyak memiliki pengalaman yang
menyenangkan dari pada individu dengan konsep diri yang rendah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah
kesadaran akan pandangan , pendapat, penilaian, dan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri
yang meliputi fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri sosial juga etika.

2.2.  KOMPONEN KONSEP DIRI

Komponen-komponen konsep diri menurut Hurlock (1976) antara lain :


a.       The Perceptual Component
Gambaran dan kesan seseorang tentang penampilan tubuhnya dan kesan yang dibuat pada
orang lain atau sering disebut konsep diri fisik. Tercangkup didalamnya gambaran yang
dipunyai seseorang tentang daya tarik tubuhnya (attractiveness) dan keserasian jenis kelamin
(sex apporiateness). Komponen ini sering disebut physical self concept.

b.      The Conseptual Component


Pandangan  tentang karakteristik yang berbeda dengan orang lain baik tentang dengan
kemampuan dan kekurangnya serta disusun dari kualitas penyesuaian  hidupnya tentang
kepercayaan diri tergantung keberanian, kegagalan dan kelemahan. Komponen ini sering
disebut psychological self concept.

c.       The Attitudinal Component


Perasaan tentang kebangaan dan rasa malunya. Yang termasuk dalam komponen ini adalah
keyakinan nilai, aspirasi dan komitmen yang membentuk dirinya.

Sedangkan menurut Pudjijogyanti (1988), Komponen-komponen konsep diri ada dua


yaitu :
1.      Komponen Kognitif
Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang keadaan dirinya. Misalnya “
saya anak bodoh “ atau “ siapa saya “. Jadi komponen kognitif merupakan penjelasan dari
“siapa saya” yang akan member gambaran tentang diri saya. Gambaran diri ( self-picture )
tersebut akaan membentuk citra diri ( self-image ).

2.      Komponen Afektif    


Komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap diri. penilaian tersebut akan
membentuk penerimaan terhadap diri ( self acceptance ), serta harga diri ( self-esteem)
individu.

2.3.  CIRI – CIRI KONSEP DIRI YANG POSITIF DAN                  


NEGATIF

Menurut William D.Brooks (dalam Rahkmat, 2005:105) bahwa dalam menilai   


dirinya   seseorang    ada  yang   menilai   positif  dan   ada  yang   menilai negatif.
Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif   dan   ada  
yang   mempunyai      konsep    diri  yang   negatif. 
Tanda-tanda  individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah :
a.       Ia yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah.  Orang ini mempunyai rasa percaya
diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk    mengatasi    masalah    yang   dihadapi,  
tidak   lari  dari  masalah,   dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
b.      Ia merasa setara dengan orang lain.  Ia   selalu  merendah      diri,  tidak sombong,     
mencela    atau   meremehkan  siapapun, selalu menghargai orang lain.
c.       Ia menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
menghilangkan rasa merendah  diri,   jadi   meskipun   ia   menerima   pujian   ia   tidak  
membanggakan   dirinya apalagi meremehkan orang lain.
d.      Ia   menyadari    bahwa     setiap  orang  mempunyai       berbagai    perasaan    dan keinginan
serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan
orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui
oleh masyarakat.
e.       Ia   mampu   memperbaiki   karena  ia   sanggup   mengungkapkan   aspek-aspek kepribadian
tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.  Ia     mampu        untuk      mengintrospeksi        
dirinya      sendiri     sebelum menginstrospeksi   orang   lain,   dan   mampu   untuk  
mengubahnya   menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya. Dasar   konsep   diri  
positif   adalah   penerimaan   diri.   Kualitas   ini   lebih mengarah kekerendahan hati dan
kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan
baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif.

Menurut hamachek (dalam Rahmat, 2000) menyebutkan 11 karakteristik orang yang


mempunyai konsep diri positif :
1.      Meyakini betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya,
walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Tapi ia juga merasa dirinya cukup
tangguh untuk merubah prinsip-prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru
menunjukkan ia salah.
2.      Mampu bertindak berdasarkan penelitian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-
lebihan atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.
3.      Tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang terjadi besok, apa
yang telah terjadi waktu yang lalu dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang.
4.      Memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia akan
menghadapi kegagalan atau kemunduran.
5.      Merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat
perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau sikap orang lain
terhadapnya.
6.      Sanggup menerima dirinya sebagai orang penting dan benilai bagi orang lain, paling tidak
bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya.
7.      Dapat menerima pujian tanpa berpuar-pura rendah hati dan menerima penghargaan tanpa
merasa bersalah.
8.      Cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.
9.      Sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasa berbagai dorongan dan
keinginan, dari persaan marah sampai cinta, dari sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang
mendalam sampai kepuaasan yang mendalam pula.
10.  Mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekrjaan,
permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan atau sekedar mengisi waktu.
11.  Peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima dan terutama
sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain.

Sedangkan tanda-tanda    individu    yang   memiliki    konsep    diri  negatif menurut


William D.Brooks (dalam Rahkmat, 2005:105) adalah :
a.       Ia peka terhadap kritik. Orang   ini   sangat   tidak   tahan   kritik  yang   diterimanya   dan  
mudah   marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi dar
individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap    
sebagi   hal  yang    salah.  Bagi  orang   seperti   ini   koreksi   sering  dipersepsi     sebagai   
usaha    untuk   menjatuhkan        harga    dirinya.   Dalam berkomunikasi   orang    yang   
memiliki    konsep      diri  negatif   cenderung menghindari dialog    yang    terbuka,    dan   
bersikeras    mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.
b.      Ia responsif sekali terhadap pujian.  Walaupun   ia   mungkin   berpura-pura   menghindari  
pujian,   ia   tidak   dapat menyembunyikan          antusiasmenya      pada   waktu    
menerima       pujian.  Buat orang    seperti  ini,  segala   macam   embel-embel       yang   
menjunjung     harga  dirinya    menjadi     pusat   perhatian.    Bersamaan      dengan    
kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain.
c.       Ia cenderung bersikap hiperkritis.  Ia  selalu   mengeluh,     mencela    atau  meremehkan       
apapun    dan   siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan
penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.
d.      Ia cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia   merasa   tidak   diperhatikan,  
karena  itulah   ia   bereaksi  pada   orang   lain  sebagai     musuh,     sehingga     tidak  
dapat    melahirkan      kehangatan      dan  keakraban persahabatan, berarti individu tersebut
merasa rendah diri atau bahkan   berperilaku   yang   tidak   disenangi,   misalkan  
membenci,   mencela  atau     bahkan     yang     melibatkan       fisik   yaitu    mengajak      
berkelahi (bermusuhan).
e.       Ia bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk
bersaing dengan orang lain  dalam     membuat      prestasi.   Ia  akan    menganggap      
tidak   akan    berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

2.4.  PEMBENTUKAN KONSEP DIRI

Konsep diri tidak dibawa sejak lahir tetapi secara bertahap sedikit demi sedikit timbul
sejalan dengan berkembangnya kemampuan persepsi individu. Konsep diri manusia terbentuk
melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari kecil hingga dewasa. Bayi 
yang baru lahir tidak memiliki konsep diri karena tidak dapat membedakan antara dirinya
dengan lingkungannya.
Menurut Allport (dalam skripsi Darmayekti, 2006), bayi yang baru lahir tidak
mengetahui tentang dirinya.
Rahmat (2000), menjelaskan bahwa konsep diri bukan hanya sekedar gambaran
deskriptif, tapi juga penilaian diri anda tentang diri anda. Jadi konsep diri meliputi apa yang
anda pikirkan dan apa yang anda rasakan tentang diri anda. Adanya proses perkembangan
konsep diri menunjukkan bahwa konsep diri seseorang tidak lansung dan menetap, tetapi
merupakan suatu keadaan yang mempunyai proses pembentukan dan masih dapat berubah.
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang
manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk.
Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak
untuk menilai siapa dirinya. Oleh karna itu, sering kali anak-anak yang tumbuh dan
dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negative atau pun lingkunganya yang kurang
mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negative.
Hal ini disebabkan sikap orang tua yang misalnya : suka memukul, mengabaikan,
kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah memuji,
suka marah-marah dsb. Hal ini dianggap sebagai hukuman akibat kekurangan , kesalahan
atau pun kebodohan dirinya.
Jadi anak menilai dirinya berdasarkan apa yang dia alami dan dapatkan dari
lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan
merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.
Konsep ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada
aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah
sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan
selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah.
Biasanya saja jadi merasa “bodoh”, namun karena dasar keyakinan yang positif, ia berusaha
memperbaiki nilai.

2.5.  SIKAP ORANG TUA YANG NEGATIF

Adapun sikap orang tua yang negative adalah sebagai berikut :


1.      Kenakalan orang tua dalam ikatan keluarga
Contohnya seperti : Suka berkata kasar, suka menhujat, memaki, mengajari anak
untuk melakukan perlawanan ketika anak diganggu orang lain, suka menyakiti anak secara
fisik dan psikis, merokok seenaknya didepan anak-anak, masalah akhlak dll.

2.      Kenakalan orang tua di masyarakat


Contoh seperti : Menciptakan suasana yang tidak produktif (bapak-bapaknya),
misalnya waktu pagi, siang dan malam suka nongkrong sambil main  gaple atau main catur,
walau tidak pakai uang, ini sama saja artinya tidak menjaga kehormatan diri, apalagi
kehormatan keluarganya (istri dan anak-anaknya). Sedangkan yang ibu-ibunya sukaa
ngumpul sambil menghiba atau memfitnah, menhambur-hamburkan uang dengan gaya hidup
yang konsmtif yaitu di mall atau supermarket dan bergaya hidup mewah. Menyediakan
sarana kemaksiatan, ini misalnya, jadi Bandar narkoba, jadi Bandar judi, menyediakan tempat
hiburaan (diskotik).
Pendidikan yang lalai, ini ini bisa kita lihat di sekolah atau di kampus, padahal
lembaga pendidikan adalah tempat yang aman untuk menimba ilmu pen getahuan atau
belajar, tapi kenyataannya banyak pendidikan yang memberikan contoh yang tidak baik pada
anak didiknya, misalnya melakukan perbuatan asusila, menganiaya anak didiknya secara
fisik, menjual ilmu demi keuntungan materi atau sering melakukan dosa pendidikan. Menjadi
pemilik media massa (baik cetak maupun elektronik : Koran, majalah, tabloid, radio, televisi,
dan juga internet).

3.      Kenakalan orang tua di pemerintah


Contoh seperti : Suka korupsi, mengambil kebijakan menaikkan biaya pendidikan,
menaikkan harga BBM, mahalnya biaya kesehatan, suka membuat janji-janji tapi lalu
melupakannya, suka melakukan pungli atau suap-menyuap.
Suka melanggengkan kemaksiatan, member izin untuk usaha prostitusi/lokalisasi,
perjudian, tempat diskotik, pabrik minuman keras denagn dalih besar pemasukannya.
Menutup mata terhadap problem yang diakibatkan usaha prostitusi, perjudian,
narkoba, peredaran minuman keras, diskotik dll. Menerapkan aturan kehidupan yang tidak
benar dan tidak baik, yakni Kapitalisme-Sekularisme (termasuk juga Sosialisme-
Komunisme).

2.6.   FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI   KONSEP


DIRI

Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi


perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant
Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).
perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir
seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan
kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui
kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama
panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu
yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi
yang nyata.
2.      Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,
belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan
interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang
dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat
atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
3.      Self Perception ( persepsi diri sendiri )
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu
terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan
diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar
dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif
yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal,
kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif
dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep
diri, antara lain:
a.       Usia
           Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia, dimana perbedaan ini lebih
banyak berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pada masa kanak-kanak, konsep diri
seseorang menyangkut hal-hal disekitar diri dan keluarganya. Pada masa remaja, konsep diri
sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang yang dipujanya. Sedangkan remaja yang
kematangannya terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa tidak dipahami
sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri. Sedangkan masa dewasa
konsep dirinya sangat dipengaruhi oleh status sosial dan pekerjaan, dan pada usia tua konsep
dirinya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental maupun sosial
(Syaiful, 2008).
b.      Inteligensi
          Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang
lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik penyesuaian
dirinya dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan
cara yang dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula
sebaliknya (Syaiful, 2008).
c.       Pendidikan
          Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan
prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya akan berubah (Syaiful, 2008).

d. Status Sosial Ekonomi


Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain terhadap
dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Penerimaan
lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan pada status sosial ekonominya. Maka
dapat dikatakan individu yang status sosialnya tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih
positif dibandingkan individu yang status sosialnya rendah.Hal ini didukung oleh penelitian
Rosenberg terhadap anak-anak dari ekonomi sosial tinggi menunjukkan bahwa mereka
memiliki konsep diri yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari status
ekonomi rendah. Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi tinggi mempunyai konsep diri
yang tinggi. Dan hanya 38 % anak dari tingkat ekonomi rendah memiliki tingkat konsep diri
yang tinggi (dalam Skripsi Darmayekti, 2006:21).

e. Hubungan Keluarga

Seseorang yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga
akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian
yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, maka akan tergolong untuk mengembangkan konsep
diri yang layak untuk jenis seksnya.

f. Orang Lain

Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda
mengenal diri saya, akan membentuk konsep diri saya. Sullivan (dalam Rakhmat, 2005:101)
menjelaskan bahwa individu diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan
dirinya, individu akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya,
bila orang lain selalu meremehkan dirinya, menyalahkan dan menolaknya, ia akan cenderung
tidak akan menyenangi dirinya.
Miyamoto dan Dornbusch (dalam Rakhmat, 2005:101) mencoba mengkorelasikan
penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang palin jelek
sampai yang paling baik. Yang dinilai adalah kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik,
dan kesukaan orang lain terhadap dirinya. Dengan skala yang sama mereka juga menilai
orang lain. Ternyata, orang-orang yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung memberikan
skor yang tinggi juga dalam menilai dirinya. Artinya, harga diri sesuai dengan penilaian
orang lain terhadap dirinya.

g. Kelompok Rujukan (Reference Group)


Yaitu kelompok yang secara emosional mengikat individu, dan berpengaruh terhadap
perkembangan konsep dirinya.

2.7.  CARA MENGUBAH KONSEP DIRI


2.7.1.  Cara membina /merubah konsep diri:

1. Menemukan hal2 positif & negatif pada dirinya


2. Terbuka menerima pandangan orang lain mengenai dirinya
3. Menggunakan kesempatan agar bisa mengemukakan perasaan , pikiran dan rencana
4. Menghargai usaha/hasil karya sendiri
5. Menggunakan seluruh kekuatan /kemampuan untuk meningkatkan keberhasilan
dalam menghadapi lingkungan
6. Menciptakan lingkungan /suasana yang aman, menyenangakan dn menimbulkan
kepercayaan penuh untuk menanggulangi persoalan.

2.7.2.  Salah satu cara membuka diri( T. Jendela Johari)

1. Bagian yang terbuka dari diri kita (positif/negatif) berdasarkan pendangan sendiri
maupun orang lain
2. bagian yang tersembunyi dari diri kita (Positif/Negatif) yang disembunyikan,
sehingga orang lain tidak dapat melihatnya ( misalnya sikap curiga, penakut )
3. Bagian terlena dari diri kita ( positif/negatif) yang tidak disadari , tetapi orang lain
dapat melihatnya.. Misanya Terlalu membanggakan diri, kurang memperhatikan
perasaan orang lain.
4. Bagian yang tidak dikenal oleh diri sendiri/orang lain, yaitu hal-hal yang tidak
disadari lagi tetapi mempengaruhi tindakannya dalam hubungannya dengan orang
lain.

Untuk membentuk Konsep Diri menjadi lebih baik lagi, maka lebih dulu Anda harus
mengetahui hal apa yang mempengaruhi Konsep Diri. Anda harus tahu bahwa konsep diri
dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu:

1. Cita-cita Diri
Cita-cita Diri adalah keinginan untuk mencapai sesuatu tujuan / keinginan pribadi,
dan itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar Anda, orang tua, teman ataupun tetangga.
Hal ini biasanya akan sangat kuat pengaruhnya terhadap Anda di masa depan. Seringkali
terjadi bahwa cita-cita diri Anda bukanlah merupakan cita-cita pribadi Anda. Tetapi karena
itu sudah terjadi dan Anda jalani saat ini, tidaklah mungkin mengubah secara fisik apa yang
saat ini sudah terjadi. Misalnya, Anda tidak ada cita-cita untuk menjadi seorang dokter, tetapi
karena orang tua Anda sangat menginginkan punya anak seorang dokter, maka akhirnya di
dalam perjalanan pendidikan Anda sudah terarah untuk menjadi dokter, dan menjadi
kenyataannya sekarang. Nah, ini tidak mungkin Anda ubah secara fisik. Anda pasti ya tetap
menjadi seorang dokter, insinyur atau guru dan lainnya lagi.

2. Citra Diri

            Bahwa kehidupan pribadi seseorang sangat dipengaruhi oleh sesuatu yang lebih
prinsip, sesuatu dari dalam diri seseorang yang  diyakini, yaitu Citra Diri. Citra Diri
sebenarnya adalah “Konsepsi diri sendiri mengenai seperti apakah diri kita sebenarnya”.

3. Harga Diri

Pengertian Harga Diri menurut beberapa ahli:


      Coopersmith (1967) dan Walgito (1991) merupakan suatu proses penilaian yang
dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri. Karena berkaitan dengan dirinya sendiri,
penilaian tersebut biasanya mencerminkan penerimaan atau penolakan terhadap dirinya,
menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil serta
berharga.
      Menurut Branden (1987) harga diri merupakan aspek kepribadian yang paling penting
dalam proses berpikir, tingkat emosi, keputusan yang diambil, nilai-nilai yang dianut serta
penentuan tujuan hidup. Harga diri mencakup dua komponen yaitu perasaan akan kompetensi
pribadi dan perasaan akan penghargaan diri pribadi. Seseorang akan menyadari dan
menghargai dirinya jika ia mampu menerima diri pribadinya.
      Brehm dan Kassin (1990) menyatakan bahwa individu yang menilai dirinya baik
umumnya bahagia, sehat, sukses, adaptif dalam situasi yang membuat stres. 

BAB III
PEMBAHASAN GAMBARAN DIRI
3.1.  GAMBARAN DIRI

3.1.1.  Pengertian Gambaran Diri

Menurut Robert Schuller memberikan definisi tentang gambar diri dengan berkata
begini:“You are not what you think you are. You are not what other people think you are.
You are what you think other people think you are.”
Terjemahan : “Kamu bukanlah apa yang kamu pikir tentang diri kamu. Kamu juga
bukanlah apa yang orang lain pikir tentang diri kamu. Kamu adalah apa yang kamu pikir
orang lain pikir tentang diri kamu.”
Gambar diri adalah gambaran yang kita bentuk dan kita percayai tentang diri kita.
Sekalipun itu adalah hasil dari penilaian diri kita, tetapi penilaian tersebut sangat amat
dipengaruhi oleh apa yang kita pikir adalah penilaian orang lain tentang diri kita. Karena itu
gambar diri adalah sesuatu yang subyektif (tergantung siapa yang melihat). Mungkin saya
melihat diri saya sebagai orang yang payah. Orang lain melihat saya belum tentu demikian.
Tapi saya merasa bahwa orang lain melihat saya payah. Penilaian saya tentang diri saya
menjadi benar (paling tidak buat saya) karena saya mempercayainya.

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang
lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari
lingkungan ( Keliat ,1992 ). Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian.
Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian
tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga
diri (Keliat, 1992).

  Jika kita bercermin, kita akan melihat diri kita sendiri. Namun. sebenamya tanpa
cerminpun kita mempunyai gambaran atau pandangan tentang diri kita. Gambaran ini tidak
begitu berpengaruh pada penampilan kita, tetapi lebih pada keseluruhan kepribadian
kita.Penilaian dan gambaran diri, kita dapatkan dari hasil pengamatan pada tingkah laku dan
kejadian yang kita alami, disamping berdasarkan umpan balik dari reaksi lingkungan di
sekitar kita.Gambaran diri yang telah terbentuk, biasanya akan kita pertahan¬kan dan tidak
mudah berubah, baik yang positif maupun yang negatif. Oleh karena itu, pengalaman diri
atau kesadaran sangat berguna. Dengan kata lain, kita harus lebih berusaha menyadari
perasaan-perasaan kita, juga bagaimana tindak¬an kita dalam situasi tertentu, ataupun
terhadap orang lain (Yeni suryani : 2009).

3.1.2.   Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Gambaran Diri


Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti,
munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut
dapat berupa :
1.      Operasi.
Seperti : mastektomi, amputasi ,luka operasi yang semuanya mengubah gambaran    
diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain –lain.
fungsi tubuh.
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak mengkui
atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf.
ng berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh
Seperti sering terjadi pada klie gangguan jiwa , klien mempersiapkan penampilan dan
pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
                                                       Tergantung pada mesin.
Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya
sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai
gangguan.
                                                       Perubahan tubuh berkaitan
Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan
perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang
menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang
jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal.
lik interpersonal yang negative
Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga
dapat membuat seseorang menarik diri.
osial budaya.
Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang
dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada
gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.

            Gambaran diri dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: kebutuhan, kepekaan
tubuh dan bahasa tubuh, konflik yang dialami, kritik, motivasi, peran, perasaan, kepercayaan
diri, prasangka, rasa takut, tingkah laku, dan umpan balik (Yeni suryani,2009).

3.2.  PERUBAHAN GAMBARAN DIRI

            3.2.1.  Pengertian  Perubahan Gambaran Diri

            Perubahan gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik secara sadar
maupun tidak sadar,meliputi:performance,potensi tubuh,fungsi tubuh,serta persepsi dan
perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.Hal-hal penting yang terkait dengan perubahan
gambaran diri sebagai berikut:

1. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja.


2. Bentuk tubuh,TB dan BB serta tanda-tanda pertumbuhan kelamin
sekunder(mamae,menstruasi,perubahan suara,pertumbuhan bulu,menjadi perubahan
gambaran diri.
3. Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis.
4. Gambaran yang realistic terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh,akan
memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga diri.
5. Individu yang stabil,realistik dan konsisten terhadap perubahan gambaran
dirinya,dapat mendorong sukses dalam kehidupan.

3.2.2.  Tanda Dan Gejala Perubahan Gambaran Diri

Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala,
seperti :
1.      Syok Psikologis.
 Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat
terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap
ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien
menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk
mempertahankan keseimbangan diri.
2.      Menarik diri.
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak
mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung ,
tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
3.      Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul.
Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.

 Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif, jika
tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien dianggap
maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu :
1.      Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
2.      Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3.      Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
4.      Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5.      Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
6.      Mengungkapkan keputusasaan.
7.      Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8.      Depersonalisasi
9.      Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.

BAB IV
PEMBAHASAN IDEAL DIRI

4.1.  IDEAL DIRI


            4.1.1.  Pengertian Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku


berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen ,
1991). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah
aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai . Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-
nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita– cita dan harapan pribadi
berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan .
Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak–kanak yang di pengaruhi orang yang
penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri
akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman.
Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi
diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih
tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992).

4.1.2.  Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Ideal Diri

Menurut Ana Keliat ( 1998 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu:

1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.


2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis,
keinginan     untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri.
4. Kebutuhan yang realistis.
5. Keinginan untuk menghindari kegagalan .
6. Perasaan cemas dan rendah diri.

4.2.  GANGGUAN IDEAL DIRI


4.2.1.  Pengertian Gangguan Ideal Diri
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak
realistis ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut. Pada klien yang
dirawat di rumah sakit karena sakit maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien
terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.

4.2.2.  Tanda Dan Gejala Gangguan Ideal Diri

1. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misalnya : saya tidak bisa ikut ujian
karena sakit, saya tidak bisaa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di muka saya,
kaki saya yang dioperasi membuat saya tidak main bola.
2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya saya pasti bisa sembuh pada
hal prognosa penyakitnya buruk; setelahsehat saya akan sekolah lagi padahal
penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.

BAB V
PEMBAHASAN HARGA DIRI

5.1.  HARGA DIRI

            5.1.1.  Pengertian Harga Diri

Pengertian harga diri menurut beberapa para ahli:

a. Menurut Coopersmith (Gilmore, 1974)

harga diri adalah:“….self esteem is a personal judgement of worthiness that is a


personal that is expressed in attitude the individual holds toward himself. Pendapat ini
menerangkan bahwa harga diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya,
yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya.

b. Buss (1973)
memberikan pengertian harga diri sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri,
yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan.

c. Menurut Raymond Tambunan, Psi.

Harga diri itu sendiri mengandung arti suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya
yang diungkapkan dalam sikap-ikap yang dapat bersifat positif dan negatif.

d. Keliat B.a (1992)

Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri.

5.1.2.  Cara Meningkatkan Harga Diri


Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan harga diri pada remaja, seperti yang
dikemukakan oleh Dariuszky (2004), yaitu :
1.      Berikan perhatian secara pribadi disaat mereka membutuhkan. Mendengarkan perkataannya
dengan seksama, tetap menatapnya dan memperlihatkan bahwa kita memahami apa yang
dirasakannya. Dengarkan tanpa memberikan penilaian dan tidak perlu mengkomentarinya.
2.      Perlihatkan kasih sayang dalam bentuk ucapan maupun tindakan; dengan tersenyum hangat
dan berikan sentuhan.
3.      Berikan pujian secara spesifik dengan memberitahukan bahwa kita menyukai apa yang
dilakukannya.
4.      Jelaskan apa yang baik dan tidak baik dari ucapannya maupun tindakannya.
5.      Lakukan sesuatu yang khusus supaya dapat memuaskan kebutuhan atau memintanya dalam
hal tertentu.
6.      Jelaskan dan tegaskan bakat istimewa yang dimilikinya.
7.    Hargai prestasi baiknya mulai dari yang sederhana dengan senyum dan pujian.
            5.1.3.  Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Harga Diri

            Faktor-faktor yang melatarbelakangi harga diri yaitu :


1. Pengalaman

            Pengalaman merupakan suatu bentuk emosi,tindakan,perasaan,dan kejadian yang


pernah dialami individu yang dirasakan bermakna dan meninggalkan kesan dalam hidup
individu.

2.      Pola asuh


           Pola Asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anakya 
meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan,hadiah maupun hukman,dan cara orang tua
memberikan perhatiannya serta tanggapan terhadap anaknya.

3.      Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak besar melalui hubungan dengan lingkungan sekitar
sehingga menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam penerimaan social dan harga diri
seseorang

4. Sosial ekonomi

Merupakan suatu yang mendasari perbuatan seseorang untuk memenuhi dorongan


social yang memerlukan dukungan financial yang berpengaruh pada kehidupan hidup sehari-
hari. (Coopersmith, dalam Burn, 1998).

   5.2.  HARGA DIRI RENDAH

            5.2.1.  Pengertian Harga Diri Rendah

            Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukakan oleh
Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri. Dari pendapat-
pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri,dan gagal mencapai tujuan yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat
situasional maupun kronis atau menahun. Terjadinya Harga Diri Rendah dipengaruhi oleh 
faktor  Menarik diri pada seseorang.

            5.2.2.  Terjadinya Harga Diri Rendah :

Faktor Penyebab Timbulnya Menarik Diri pada Seseorang, yaitu :


            Faktor Predisposi.
            Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang parah,
teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau
dalam kombinasi:
a.       Faktor genetik
Dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga atau
keturunan.
b.      Teori agregasi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan
marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
c.       Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik inividu dengan benda atau
yang sangat berarti.
d.      Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga
diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang.
e.       Model Kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi
oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang dan masa depan
seseorang.
f.       Metode ketidakberdayaan yang dipelajari, menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma
menyebabkan depresi, tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kehendak
terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu dia mengulang respon yang
adaptif.
g.      Model Biologik, menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa
depresi, termasuk defisiensi ketokolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan
variasi periodik dan irama biologis.

            5.2.3.  Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah

1)      Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit(rambut
botak karena terapi)
2)      Rasa bersalah terhadap diri sendiri(mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3)      Gangguan hubungan sosial(menarik diri)
4)      Percaya diri kurang(sukar mengambil keputusan)
5)      Mencederai diri(akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mengkit
klien akan mengakhiri kehidupannya)

BAB VI
PEMBAHASAN IDENTITAS DIRI

6.1.        IDENTITAS DIRI

6.1.1.  Pengertian Identitas Diri

Pengertian identitas diri menurut para ahli:


1.      Stuert dan Sudeen (1991) : Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber
dari observasi danm penilaian yang merupakan  sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri
sebagai satu kesatuan yang utuh.
2.      Menurut Keliat (1992) : seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan
yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan
berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri
dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-
kanak bersamaan dengan berkembangan konsep diri. Hal yang terpenting dalam identitas
adalah jenis kelamin.

Dimana identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai
dengan konsep laki-laki dan wanita dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan
masyarakatterhadap masing-masing jenis kelamin tersebut.

6.1.2. Ciri – ciri Identitas Diri Positif


antu seseorang untuk  mampu mengenal dirinya
u meningkatkan rasa percaya diri seseorang
iki peran diberbagai aspek
u menerangkan dan meneguhkan siapa diri seseorang yang sebenarnya
akan sintesa dari semua aspek konsep diri
iki perasaan yang kuat
mbang sejak masa kanak-kanak
iki Otonomi
iki persepsi
Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari perilaku dan perasaan seseorang,
seperti:
1.      Individu mengenal dirinya sebagai mahluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain.
2.      Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya.
3.      Individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan perilaku
secara harmonis.
4.      Individu mengakui dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan
sosialnya.
5.      Individu mempunyai tujuan yang dicapai dan direalisasikan.
6.      Individu yang mempunyai ideal diri yang realitas akan mempunyai tujuan yang dapat
dicapai.

6.2.        GANGGUAN IDENTITAS DIRI

6.2.1.  Pengertian Identitas Diri

Gangguan identitas diri adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada masa
kanak-kanak, masa remaja dan berlanjut pada masa dewasa. Keadaan ini merupakan pola
perilaku yang tertanam dalam dan berlansung lama, muncul sebagai respon yang kaku
terhadap rentangan situasi pribadi dan sosial yang luas.
Sedangkan gangguan identitas kekaburan atau ketidakpastian memandang diri sendiri.
Penuh dengan keraguan-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan pada klien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit fisik maka identitas
terganggu karena tubuh klien di kontrol oleh orang lain. Misalnya, pelaksanaan tindakan
tanpa penjelasan dan persetujuan klien. Ketergantungan pada orang lain akan menyebabkn
otonomi atau kemandirian terganggu.
6.2.2.  Tanda dan Gejala Gangguan Identitas Diri

      Anak belajar tentang nilai, perilaku dan peran yang diterima sesuai kultur. Anak
mengidentifikasi pertama kali dengan orang tua, dengan guru, teman seusia dan pahlawan
pujaan. Untuk membentuk identitas, anak harus mampu membawa perilaku yang dipelajari
ke dalam keutuhan yang koheren, konsisten,dan unik (Erikson, 1963). Rasa identitas ini
secara kontinu timbul dan di pengaruhi oleh situasi sepanjang hidup.
      Selama masa remaja, tugas emosional utama seseorang adalah perkembangan rasa diri
atau identitas. Banyak terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif, dan social. Jika remaja
tidak dapat memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan social yang membantu mereka
mengidentifikasikan tentang diri, maka remaja ini dapat mengalami kebingungan identitas.
Seseorang dengan rasa identitas yang kuat, akan merasa terintegrasi bukan terbelah (Erikson,
1963).

BAB VII
PEMBAHASAN PERAN

7.1.  PERAN

7.1.1.  Pengertian Peran

Peran diri adalah pola perilaku,sikap,nilai dan aspirasi yang diharapkan individu
Setiap individu disibukkan oleh berbagai macam peran yang terkait dengan posisinya pada
setiap saat, selama ia masih hidup, misalnya peran sebagai anak, istri, suami, ayah,
mahasisiwa, perawat, dokter,dosen,dll (Sunaryo, 2004).
Berdasarkan posisinya di masyarakat. Kinerja peran didefinisikan sebagai keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu gangguan dalam caranya
menerapkan kinerja perannya. (Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan edisi 8 ).
Atau Peran adalah suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang
yang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Sementara untuk posisi tersebut merupakan
identifikasi dari status atau tempat seseorang dalam suatu sistim sosial dan merupakan
perwujudan aktualisasi diri. Peran juga diartikan sebagai serangkaian perilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu dalam berbagai
kelompok sosial.

7.1.2.  Penampilan Peran

Penampilan peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial atau masyarakat. Peran
yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pillihan. Peran yang
diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu .

            7.1.3.  Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Peran

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus
dilakukan, yaitu :
                                                     Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
                                                     Konsistensi respon . orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan
                                                     Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban
                                                     Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
                                                     Pemisahan perilaku.

7.2.  PERUBAHAN PERAN

7.2.1.  Pengertian Perubahan Peran

Perubahan peran merupakan suatu proses perpindahan suatu peran dilakukan secara
mendadak , dimana perubahan peran ini dapat terjadi dan menimbulkan suatu peran yang
sangat berbeda dengan peran yang lain atau bisa sangat bertolak belakang dengan peran
semula atau yang sering kita sebut dengan peran protagonist antagonis. Perubahan peran ini
sangat berperan dalam kehidupan sehari – hari agar terjadi suatu proses komunikasi antar
individu dengan komunitas yang lain. (Lynda juall carpenito, Diagnosa keperawatan.Edisi 8).
7.2.2.  Tanda dan gejala

Perubahan peran mempunyai beberapa tanda dan gejala anatara lain:

1. Perannya berbeda dengan peran yang seperti semula


2. adanya perubahan sikap yang lazim dinampakkan dengan interaksi lingkungannya.
3. Perannya dapat diamati dengan pengamatan verbal maupun nonverbal ketika melihat
langsung seseorang melakukan suatu perubahan peran.
4. Adanya ketidaknyamanan yang ditunjukkan oleh individu yang melakukan perubahan
peran karena tidak sesuai dengan peran yang selalu ia mainkan seperti semula atau
sedia kala.
5. Interaksinya terlihat kaku karena perannya sangat baru dan adanya suatu kebingungan
dalam diri individu tersebut.

7.2.3.  Konflik peran

Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang diduduki
individu lain, misalnya; ada individu ingin menjadi ketua BEM ( Badan Eksekutif Mahasiswa
), namun belum ada pergantian ketua BEM yang lama. Konflik peran berhubungan dengan
persepsi atau kinerja peran. Diagnosa keperawatan ini telah menjadi suatu sub kategori
dibawah gangguan konsep diri. Contoh; Jika seorang wanita tidak dapat melanjutkan
tangguang jawabnya sebagai ibu rumah tangga karena penyakit dan tanggung jawab ini
ditangani oleh anggota keluarga lain, situasi yang mungkin timbul akan lebih baik bila
digambarkan sebagai resiko terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan
kehilangan peran tangung jawab sekunder akibat penyakit, dari resiko terhadap kerusakan
penatalaksanaan pemeliharaan rumah yang berhubungan dengan kurang pengetahuan dari
anggota keluarga. Bila gangguan peran berkaitan dengan menjadi orang tua, konflik peran
orang tua harus dipertimbangkan.(Sunaryo, 2004).

Hal-hal penting terkait dengan peran:


      Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri.
      Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri, menghasilkan harga diri yang
tinggi atau sebaliknya.
      Posisi individu di masyarakat dapat menjadi stresor terhadap peran.
      Stress peran timbul karma struktur sosial yang menimbulkan kesukaran atau tuntutan
posisi yang tidak mungkin dilaksanakan.
      Stress peran terdiri dari; konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai
dan peran yang terlalu banyak.

Peran yang tidak jelas, terjadi apabila individu diberikan peran yang kabur, sesuai
perilaku yang diharapkan. Misalnya individu ditetapkan sebagai ketua panitia, tetapi tidak
disertai uraian tugas apa yang ia harus lakukan atau kerjakan.(Sunaryo, 2004)
Peran yang tidak sesuai, terjadi apabila individu dalam proses peralihan mengubah nilai
dan sikap. Misalnya seseorang yang masuk anggota organisasi profesi keperawatan, terdapat
konflik antara sikap dan nilai individu dengan profesi.(Sunaryo, 2004)
Peran berlebih, terjadi jika seseorang individu memiliki banyak peran dalam
kehidupannya. Misalnya sebagai istri, perawat, sebagai mahasisiwa, sebagai ketua PKK, dan
sebagai ibu dari anak-anaknya.(Sunaryo, 2004)

7.2.4.  Transisi peran

Peran sebagai perubahan dari satu peran ke peran lainnya mungkin dilakukan oleh
individu dalam masyarakat. Hal tersebut dikarenakan ego seorang individu yang muncul
ketika keberadaannya dalam suatu masyarakat dipertanyakan ("Ah, main bola khan
permainannya rakyat, mending gue yang mantan model banci ini ikut-ikutan main bola ah,
biar orang-orang tidak menjuluki gue banci lagi, sekalian bisa ngeliat bodi seksi teman-
teman di tim bolanya gue!") namun karena adanya konsep diri yang pasti ("Ah, bodi gue
khan atletis dan juga terawat karena gue rajin fitnes, pelatih pasti nganggap gue anak
emasnya!") membuat pentransisian peran tersebut cenderung dilakukan oleh individu dalam
masyarakat yang dihuni oleh kelompok manusia yang beragam kebudayaannya (Golongan
perempuan; "Wow, gantengnya pemain bola itu…aih…hati-hati, jangan sampai jatuh dan
kotor di lapangan ya, eh…jahatnya, lawannya kok mencuri bolanya si ganteng seeh!’) tanpa
memikirkan lagi tujuan dari individu tersebut dalam bertransisi peran..(Elizabeth B. Hurlock,
1990)
Masyarakat sebagai pengawas tindakan individu yang dianggap menyimpang dari
norma-norma yang ada ( Hukum, agama, kesusilaan ) dalam pentransisian perannya
memegang peranan yang penting karena individu-individu dalam masyarakat tersebut
memiliki kebudayaan dan kegiatan (Bersifat Independen) sehingga efektif untuk
’meluruskan’ pentransisian peran individu yang dianggap ’membengkok’("Ah, koruptor tu
sok-sokan main bolanya, pakai kostum dab bergaya a la pemain bola favorit gue lagi, sialan
loe!!!").Dalam hal ini pun hendaknya masyarakat bisa memberikan sanksi yang pasti
terhadap pentransisian peran yang telah dianggap salah tadi. (Elizabeth B. Hurlock, 1990)

BAB VIII
PENUTUP

7.1. KESIMPULAN

1.      Konsep diri mulai terbentuk dan berkembang begitu manusia lahir.
2.      Konsep diri merupakan faktor bawaant tapi dibentuk dan berkembang melalui proses belajar
yaitu dari pengalaman-pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain.
3.      Konsep diri adalah kesadaran akan pandangan, pendapat, penilaian dan sikap seseorang
terhadap dirinya sendiri yang meliputi fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri sosial dan juga
etika.
4.      Komponen-komponen konsep diri menurut Hurlock (1976) terbaga atas 3.
5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ada 7.
6.      Cita-cita diri adalah keinginan untuk mencapai sesuatu tujuan atau keinginan pribadi dan itu
sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
7.      harga diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan
melalui sikap terhadap dirinya.
8.      Harga diri itu sendiri mengandung arti suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya yang
diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat positif dan negatif.
9.      Ada 4 kata yg sangat tepat untuk menggambarkan apa yang bisa kita lakukan untuk
meningkatkan harga diri dan membangkitkan lebih dlm kepercayaan / penghormatan diri 
yaitu hidup dengan penuh kesadaran.
10.  Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku berdasarkan
standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu.
11.  Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting
pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja.
12.  Ideal diri terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru & teman.
13.  Gambaran diri adalah gambaran yang kita bentuk dan kita percayai tentang kita, sekalipun itu
adalah hasil dari penilaian diri kita, tetapi penilaian tersebut sangat dipengaruhi oleh apa yang
kita pikirkan adalah penilaian orang lain tentang kita.
14.  Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.sikap
ini mencangkup persepsi dan perasaan tentang lingkungan , bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh kita saat ini.
15.  Faktor yang mempengaruhi gambaran diri seseorang sangat banyak.
16.  Gambaran diri yang telah terbentuk biasanya akan dipertahankan dan tidak mudah berubah
baik positif maupun negative.
17.  Gambaran dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : kebutuhan, kepekaan tubuh, bahasa
tubuh, konflik yang dialami, kritik, motivasi, peran, perasaan, kepercayaan diri, prasangka,
raasa takut, tingkah laku dan umpan balik.
18.   Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian
yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang
utuh.
19.  Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep laki-
laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap
masing-masing jenis kelamin tersebut. perasaan dan prilaku yang kuat akan indentitas diri
individu
20.  Gangguan identitas diri adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada masa kanak-
kanak, masa remaja, dan berlanjut pada masa dewasa.
21.  Peran diri adalah pola perilaku,sikap,nilai dan aspirasi yang diharapkan individu Setiap
individu disibukkan oleh berbagai macam peran yang terkait dengan posisinya pada setiap
saat, selama ia masih hidup, misalnya peran sebagai anak, istri, suami, ayah, mahasisiwa,
perawat, dokter,dosen,dll
22.  Penampilan peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial atau masyarakat. Peran
yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pillihan. Peran yang
diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu .
23.  Peruahan peran merupakan suatu proses perpindahan suatu peran dilakukan secara mendadak
, dimana perubahan peran ini dapat terjadi dan menimbulkan suatu peran yang sangat berbea
dengan peran yang lain atau bsa sangat bertola belakang dengan peran semula atau yang
sering kita sebut dengan peran protagonist antagonis.
24.  Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang diduduki individu lain.
25.  Konflik peran berhubungan dengan persepsi atau kinerja peran. Diagnosa keperawatan ini
telah menjadi suatu sub kategori di bawah konsep gangguan diri.
26.  Peran sebagai perubahan dari satu peran ke peran lainnya mungkin dilakukan oleh individu
dalam masyarakat. Hal tersebut dikarenakan ego seorang individu yang muncul ketika
keberadaannya dalam suatu masyarakat dipertanyakan.
27.  Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan disekitarnya secara wajar
dan hidup dalam khayalan sendiri yang realistis.

7.2. SARAN

Demikianlah makalah yang kami susun ini, kesempurnaan hanya milik Allah SWT,
sedangkan kekurangan selalu melingkupi makhluk-Nya, oleh karena itu kami sebagai
penyusun makalah ini berharap atas saran yang dapat membuat makalah serta kami selaku
tim penyusunnya menjadi lebih baik lagi.
            Atas kritik dan saran yang saudara berikan, kami haturkan rasa terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M & Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja : Perkenbangan


Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara.

Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (Wahit Iqbal Mubarak, SKM dan N.s Nurul Chayatin,
S.Kep)

Buku saku Diagnosa Keperawatan  edisi 8 ( Lynda Juall  Carpenito)

Hurlock,E.B. 1976. Personaality Development. New York: McGrawHill


Mappieare, A. 2002. Pengantar Konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan- Gangguan. Bandung: PT Refika Aditama.

Pudjijogyanti, CR. 1993. Konsep Diri dalam pendidikan. Jakarta: Arcan

Rahmat, J. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sumaryo.2004.Psikologi untuk keperawatan.Buku kedokteran EGC.Jakarta


Sumber : Sumber : www.google.com
jafeto.wordpress.com/2009/02/19/gambar-diri-2

library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-salbiah2.pdf

my.opera.com/yenisuryani/blog/citra-diri

qyonglee.multiply.com/journal/item/26

www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/101/man01.html
Diposkan oleh Yulius Nuryani di 18.21

Anda mungkin juga menyukai