DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “KONSEP DIRI”.
Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang Konsep Diri dalam Keperawatan agar
dapat diterapkan dalam praktek keperawatan, serta diajukan demi memenuhi tugas mata
kuliah Konsep Dasar Keperawatan Semester Genap.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita
terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat
usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu
mempengaruhi konsep diri.
Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari
perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri dikembangkan melalui
proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak variable. Keempat komponen konsep
diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri dan peran.
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien
yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatka konsep
diri. Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri yang negatif akan menimbulkan
keputusasaan.
Maka disini kami akan memaparkan tentang konsep diri dalam keperawatan yang
nantinya akan dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya terkandung komponen-
komponen konsep diri, faktor pengaruh konsep diri, dan proses keperawatan dalam konsep
diri.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari konsep diri ?
2. Apa saja dimensi dari konsep diri ?
3. Apa saja komponen dari konsep diri ?
4. Apa saja prinsip-prinsip dari konsep diri ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep diri ?
6. Bagaimana perkembangan dari konsep diri itu ?
7. Apa saja langkah-langkah untuk mempertahankan konsep diri ?
8. Apa saja hambatan dalam membangun konsep diri itu ?
9. Bagaimana pengaruh perawat dalam konsep diri klien ?
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari konsep diri.
2. Menjelaskan dimensi konsep diri.
3. Menjelaskan komponen - komponen dari konsep diri.
4. Menjelaskan prinsip – prinsip konsep diri.
5. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi konsep diri.
6. Menjelaskan perkembangan konsep diri.
7. Mengidentifikasi langkah-langkah mempertahankan konsep diri.
8. Mengidentifikasi hambatan dalam membangun konsep diri
9. Menjelaskan pengaruh perawat dalam konsep diri klien.
2
1.4. Manfaat
1. Mengetahui pengetian konsep diri dan praktis dalam menumbuhkan konsep diri positif
bagi anak-anak.
2. Konsep Diri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalamkomunikasi
antar pribadi.
3.Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu.
4. Sebagai literatur untuk mengetahui apa yang dimaksud konsep diri.
5. Sebagai referensi bagi pembaca agar mengetahui pengaruh konsep diri dalam keperawatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Konsep Diri
Secara umum, Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu “self concept” merupakan
suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang
memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya sesuai dengan
konsep tentang dirinya tersebut.
Konsep diri mempunyai banyak pengertian dari beberapa ahli.Berikut merupakan konsep
diri menurut para ahli yang lain:
Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu
pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“.
Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari
konsep diri.
Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan dirinya.
Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri
kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri sebagai
sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya,
termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu
tersebut.
Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan
dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau
kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain.
4
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk
melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.
2.2. Dimensi Konsep Diri
1. Pengetahuan tentang diri anda adalah informasi yang anda miliki tentang diri anda,misalnya
jenis kelamin, penampilan.
2. Pengharapan bagi anda adalah gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa diri anda
kelak.
3. Penilaian terhadap diri anda,adalah pengukuran anda tentang keadaan anda dibandingkan
dengan apa yang seharusnya terjadi pada diri anda, hasil pengukuran tersebut adalah rasa
harga diri.
Konsep diri negatif adalah penilaian negatif terhadap diri sendiri dan merasa tidak
mampu mencapai sesuatu yang berharga, sehingga menuntun diri ke arah kelemahan dan
emosional yang dapat menimbulkan keangkuhan serta keegoisan yang menciptakan suatu
penghancuran diri.
Merupakan penilaian positif serta mengenali diri sendiri secara baik, mengarah ke
kerendahan hati dan kedermawanan sehingga ia mampu menyimpan informasi tentang diri
sendiri, baik informasi positif maupun negatif. Konsep diri positif menganggap hidup adalah
suatu proses penemuan yang membuat diri kita mampu menerima berbagai macam kejutan-
kejutan, konsekuensi, imbalan serta hasil. Dengan demikian diri kita mampu menerima
semua keadaan orang lain.
Langkah langkah yang perlu di ambil untuk memiliki konsep diri yang positif:
Tidak mengabaikan pengalaman poisitif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang
pernah di capai, carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkan talenta, jangan terlalu
beraharap bahawa diri kita dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala
sesuatu secara sekaligus.
Hargailah diri sendiri dengan melihat kebaikan yang ada dalam diri, sehingga kita
mampu melihat hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif.
Memerangi diri sendiri adalah sesuatu hal yang melelahkan karena merupakan
pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri
yang sejati,akibatnya akan timbul kelelahan mental dan rasa prustasi yang dalam, yang
mengakibatkan makin lemahnya konsep diri positif.
Identitas diri
Menurut Stuart dan Sundeen (1991), identitas adalah kesadaran akan diri yang bersumber
dari obsesi dan penilaian yang merupakan sistesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh
Identitas juga bercermin pada yang lain (the other), yang tidak bisa terlepas dari
pengakuan/pengukuhan orang lain. Identitas manusia selama hidupnya di cerminkan oleh
seperangkat opini orang lain.
Keunikan setiap individu sekaligus adalah kekuatan diri dan kelemahannya, kekuatan
karena dengan memahami keunikan itu kita tidak tergoyahkan oleh penafsiran yang lain,
kelemahannya adalah ketika kita berupaya untuk mengukuhkan identitas tersebut.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, yang di pengaruhi oleh pandangan dan
perlakuan lingkungan.
a. Memandang diri berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
b. Memiliki kemandirian, mengerti dan percaya diri, yang timbul dari perasaan berharga,
berkemampuani suatu kesela dan dapat menguasai diri.
c. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain .
Gambaran diri
Pandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang lain terhadap
dirinya. Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar (Stuart dan Sundeen,
1991)
a) Sikap tersebut mencakup: persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi,
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.setiap perubahan tubuh akan
berpengaruh terhadap kehidupan individu.
b) Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,menerima reaksi diri tubuhnya dan
menerima stimulus dari orang lain, semakin sadar dirinya terpisah dari lingkungan “usia
remaja, fokus individu terhadap fisik lebih menonjol”.
Harga diri
Berupa penilaian atau evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik internal maupun
eksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri. Harga diri terkait dengan berbagai hal
yang berperan vital, di antaranya:
a. Kualitas emosi
Ideal diri
Suatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap dirinya yang akan dinilai oleh
personal lain. Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standart
pribadi.Stuart dan Sundeen, (1991) yaitu :
1. Standart tersebut berhubungan dengan tipe orang, tentang yang di inginkan, sejumlah aspirasi,
cita-cita,nilai yang ingin di capai.
2. Ideal diri berpengaruh terhadap perwujudan dan cita-cita,harapan pribadi berdasarkan norma
sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia ingin lakukan.
3. Mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan di pengaruhi oleh orang penting pada dirinya
yang memberikan tuntutan dan harapan.Pada usia remaja ideal diri terbentuk melaui proses
identifikasi/memperhatikan.
4. Kejadian yang terjadi dalam dirinya, serta dapat memilih dan menyesuaikan diri.
a) Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.
b) Budaya, standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman.
c) Ambisi dan keinginan untuk lebih dan berhasil, kebutuhan yang realistic, keinginan untuk
menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
d) Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan
sehingga tetap menjadi pendorong dan masih dapat di capai serta tidak frustasi.
Peran
Merupakan pola sikap, prilaku, posisi dimasyarakat atau fungsi dirinya baik di
lingkungan masyarakat, keluarga, atau komunitas. Peran merupakan pola sikap, perilaku,
nilai dan tujuan yang di harapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
Peran dalam kehidupan dijalani dengan kadar dan konsekuensinyan, peran yang baik
adalah peran yang tak menyalahi aturan yang benar, memenuhi kebutuhan dan sinkron
dengan ideal diri. Peran sosial, merupakan hubungan antara satu individu dengan individu
lainnya, terkait dengan etnik, budaya dan agama, karena pada dasarnya masing-masing diri
memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (multiple selfes).
2. Bila anak hidup dalam suasana penuh kekerasan, di belajar untuk berkelahi.
3. Bila anak hidup dalam suasana penuh olok-olok, dia belajar untuk menjadi seorang
pemalu.
4. Bila anak hidup dalam suasana memalukan, dia belajar untuk selalu merasa bersalah.
5. Bila anak hidup di dalam suasana yang penuh dengan toleransi,dia belajar untuk menjadi
seorang penyabar.
6. Bila anak hidup dalam suasana penuh dukungan, dia belajar untuk menjadi seorang yang
percaya diri.
7. Bila anak hidup dalam suasana penuh pujian dan penghargaan, dia belajar untuk menghargai
orang lain.
8. Bila anak hidup dalam suasana kejujuran, dia belajar untuk menghargai orang lain.
5. Stresor
9
Stresor menantang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan bahwa stres
adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan
seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses normal dari kematangan dan
perkembangan itu sendiri adalah stresor.
2. Todler
Tugas psikososial utama mereka adalah mengembangkan otonomi. Anak-anak beralih
dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri mereka dari orang
lain. Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri dan melakukan tugas higien
dasar.
10
Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain.
Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion, toilet training,
berbicara dan sosialisasi.
3. Usia prasekolah
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin,
meningkatkan
kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive terhadap umpan balik
keluarga.
Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua mereka hargai. Penghargaan dari anggota
keluarga menjadi penghargaan diri. Kaluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri
anak dan masukan negatif pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri dimana
orang tersebut sebagai orang dewasa akan bekerja keras untuk mengatasinya.
11
Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah faktor
penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh.
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan
identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman yang positif pada masa
kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka. Pengalaman
negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk. Mereka mengumpulkan
berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapkan rasa identitas.
6. Masa dewasa muda
Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi
sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah periode untuk
menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai melakukan
hubungan erat. Dalam masa ini konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif stabil.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan
diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar sosial.
Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan
perasaan tentang diri.
8. Lansia
Parubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi.
Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot.
Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa
lansia adalah waktu dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali
keberhasilan dan
12
kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri makna
tentang diri mereka dan dunia membentu generasi yang lebih muda dalam cara yang positif
sering lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan.
Perjalanan untuk pencarian identitas diri bukan merupakan proses langsung jadi,
melainkan sebuah proses yang berkesinambungan. Konsep diri yang berupa totalitas persepsi,
pengharapan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri terbentuk berdasarkan proses
belajar tentang nilai, sikap, peran, dan identitas yang berlangsung seiring tugas
perkembangan yang dikembangkan dalam konsep diri.
2. Hambatan yang berasal dari individu sendiri; Penghambat yang cukup besar adalah pada
diri sendiri,misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang jelas, keengganan
mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi yang kerdil, kemampuan yang
tidak memadai untuk memecahkan masalah, kreativitas rendah, wibawa rendah, kemampuan
pemahaman manajerial lemah, kemampuan latih rendah dan kemampuan membina tim yang
rendah.
14
Penting artinya bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut
mengenai diri mereka :
1. Perasaan perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit
2. Bagaimana perawat bereaksi terhadap stres
3. Kekuatan komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan bagaimana hal
tersebut ditunjukkan.
4. Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukkan dan mempengaruhi klien
5. Bagaimana pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien
Untuk menciptakan hubungan antara perawat dan pasien diperlukan komunikasi yang
akan mempermudah dalam mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan
serta kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan perawat dan klien yang
terapeutik akan memepermudah proses komunikasi tersebut.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk untuk kesembuhan pasien.
15
BAB III
PENUTUP
3.2 SARAN
Disarankan setelah membaca makalah ini dan memahaminya agardiaplikasikan
ilmunya dalam kehidupan sehingga, sikap saling mengertidan menghargai sesama manusia
lebih baik
16
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN KONSEP DIRI
2.1. PENGERTIAN KONSEP DIRI
Konsep diri mulai terbentuk dan berkembang begitu manusia lahir. Soeitoe
menyatakan konsep diri seseorang terbentuk dari pengalaman sendiri dari uraian yang
diberikan oleh orang lain tentang dirinya. Pengalaman sendiri dan informasi dari lingkungan
terintegrasi kedalam konsep diri.
Konsep diri merupakan faktor bawaan tapi dibentuk dan berkembang melalui proses
belajar yaitu dari pengalaman-pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain.
Individu dengan konsep diri yang tinggi lebih banyak memiliki pengalaman yang
menyenangkan dari pada individu dengan konsep diri yang rendah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah
kesadaran akan pandangan , pendapat, penilaian, dan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri
yang meliputi fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri sosial juga etika.
Konsep diri tidak dibawa sejak lahir tetapi secara bertahap sedikit demi sedikit timbul
sejalan dengan berkembangnya kemampuan persepsi individu. Konsep diri manusia terbentuk
melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari kecil hingga dewasa. Bayi
yang baru lahir tidak memiliki konsep diri karena tidak dapat membedakan antara dirinya
dengan lingkungannya.
Menurut Allport (dalam skripsi Darmayekti, 2006), bayi yang baru lahir tidak
mengetahui tentang dirinya.
Rahmat (2000), menjelaskan bahwa konsep diri bukan hanya sekedar gambaran
deskriptif, tapi juga penilaian diri anda tentang diri anda. Jadi konsep diri meliputi apa yang
anda pikirkan dan apa yang anda rasakan tentang diri anda. Adanya proses perkembangan
konsep diri menunjukkan bahwa konsep diri seseorang tidak lansung dan menetap, tetapi
merupakan suatu keadaan yang mempunyai proses pembentukan dan masih dapat berubah.
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang
manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk.
Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak
untuk menilai siapa dirinya. Oleh karna itu, sering kali anak-anak yang tumbuh dan
dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negative atau pun lingkunganya yang kurang
mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negative.
Hal ini disebabkan sikap orang tua yang misalnya : suka memukul, mengabaikan,
kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah memuji,
suka marah-marah dsb. Hal ini dianggap sebagai hukuman akibat kekurangan , kesalahan
atau pun kebodohan dirinya.
Jadi anak menilai dirinya berdasarkan apa yang dia alami dan dapatkan dari
lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan
merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.
Konsep ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada
aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah
sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan
selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah.
Biasanya saja jadi merasa “bodoh”, namun karena dasar keyakinan yang positif, ia berusaha
memperbaiki nilai.
e. Hubungan Keluarga
Seseorang yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga
akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian
yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, maka akan tergolong untuk mengembangkan konsep
diri yang layak untuk jenis seksnya.
f. Orang Lain
Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda
mengenal diri saya, akan membentuk konsep diri saya. Sullivan (dalam Rakhmat, 2005:101)
menjelaskan bahwa individu diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan
dirinya, individu akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya,
bila orang lain selalu meremehkan dirinya, menyalahkan dan menolaknya, ia akan cenderung
tidak akan menyenangi dirinya.
Miyamoto dan Dornbusch (dalam Rakhmat, 2005:101) mencoba mengkorelasikan
penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang palin jelek
sampai yang paling baik. Yang dinilai adalah kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik,
dan kesukaan orang lain terhadap dirinya. Dengan skala yang sama mereka juga menilai
orang lain. Ternyata, orang-orang yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung memberikan
skor yang tinggi juga dalam menilai dirinya. Artinya, harga diri sesuai dengan penilaian
orang lain terhadap dirinya.
1. Bagian yang terbuka dari diri kita (positif/negatif) berdasarkan pendangan sendiri
maupun orang lain
2. bagian yang tersembunyi dari diri kita (Positif/Negatif) yang disembunyikan,
sehingga orang lain tidak dapat melihatnya ( misalnya sikap curiga, penakut )
3. Bagian terlena dari diri kita ( positif/negatif) yang tidak disadari , tetapi orang lain
dapat melihatnya.. Misanya Terlalu membanggakan diri, kurang memperhatikan
perasaan orang lain.
4. Bagian yang tidak dikenal oleh diri sendiri/orang lain, yaitu hal-hal yang tidak
disadari lagi tetapi mempengaruhi tindakannya dalam hubungannya dengan orang
lain.
Untuk membentuk Konsep Diri menjadi lebih baik lagi, maka lebih dulu Anda harus
mengetahui hal apa yang mempengaruhi Konsep Diri. Anda harus tahu bahwa konsep diri
dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu:
1. Cita-cita Diri
Cita-cita Diri adalah keinginan untuk mencapai sesuatu tujuan / keinginan pribadi,
dan itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar Anda, orang tua, teman ataupun tetangga.
Hal ini biasanya akan sangat kuat pengaruhnya terhadap Anda di masa depan. Seringkali
terjadi bahwa cita-cita diri Anda bukanlah merupakan cita-cita pribadi Anda. Tetapi karena
itu sudah terjadi dan Anda jalani saat ini, tidaklah mungkin mengubah secara fisik apa yang
saat ini sudah terjadi. Misalnya, Anda tidak ada cita-cita untuk menjadi seorang dokter, tetapi
karena orang tua Anda sangat menginginkan punya anak seorang dokter, maka akhirnya di
dalam perjalanan pendidikan Anda sudah terarah untuk menjadi dokter, dan menjadi
kenyataannya sekarang. Nah, ini tidak mungkin Anda ubah secara fisik. Anda pasti ya tetap
menjadi seorang dokter, insinyur atau guru dan lainnya lagi.
2. Citra Diri
Bahwa kehidupan pribadi seseorang sangat dipengaruhi oleh sesuatu yang lebih
prinsip, sesuatu dari dalam diri seseorang yang diyakini, yaitu Citra Diri. Citra Diri
sebenarnya adalah “Konsepsi diri sendiri mengenai seperti apakah diri kita sebenarnya”.
3. Harga Diri
BAB III
PEMBAHASAN GAMBARAN DIRI
3.1. GAMBARAN DIRI
Menurut Robert Schuller memberikan definisi tentang gambar diri dengan berkata
begini:“You are not what you think you are. You are not what other people think you are.
You are what you think other people think you are.”
Terjemahan : “Kamu bukanlah apa yang kamu pikir tentang diri kamu. Kamu juga
bukanlah apa yang orang lain pikir tentang diri kamu. Kamu adalah apa yang kamu pikir
orang lain pikir tentang diri kamu.”
Gambar diri adalah gambaran yang kita bentuk dan kita percayai tentang diri kita.
Sekalipun itu adalah hasil dari penilaian diri kita, tetapi penilaian tersebut sangat amat
dipengaruhi oleh apa yang kita pikir adalah penilaian orang lain tentang diri kita. Karena itu
gambar diri adalah sesuatu yang subyektif (tergantung siapa yang melihat). Mungkin saya
melihat diri saya sebagai orang yang payah. Orang lain melihat saya belum tentu demikian.
Tapi saya merasa bahwa orang lain melihat saya payah. Penilaian saya tentang diri saya
menjadi benar (paling tidak buat saya) karena saya mempercayainya.
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang
lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari
lingkungan ( Keliat ,1992 ). Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian.
Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian
tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga
diri (Keliat, 1992).
Jika kita bercermin, kita akan melihat diri kita sendiri. Namun. sebenamya tanpa
cerminpun kita mempunyai gambaran atau pandangan tentang diri kita. Gambaran ini tidak
begitu berpengaruh pada penampilan kita, tetapi lebih pada keseluruhan kepribadian
kita.Penilaian dan gambaran diri, kita dapatkan dari hasil pengamatan pada tingkah laku dan
kejadian yang kita alami, disamping berdasarkan umpan balik dari reaksi lingkungan di
sekitar kita.Gambaran diri yang telah terbentuk, biasanya akan kita pertahan¬kan dan tidak
mudah berubah, baik yang positif maupun yang negatif. Oleh karena itu, pengalaman diri
atau kesadaran sangat berguna. Dengan kata lain, kita harus lebih berusaha menyadari
perasaan-perasaan kita, juga bagaimana tindak¬an kita dalam situasi tertentu, ataupun
terhadap orang lain (Yeni suryani : 2009).
Gambaran diri dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: kebutuhan, kepekaan
tubuh dan bahasa tubuh, konflik yang dialami, kritik, motivasi, peran, perasaan, kepercayaan
diri, prasangka, rasa takut, tingkah laku, dan umpan balik (Yeni suryani,2009).
Perubahan gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik secara sadar
maupun tidak sadar,meliputi:performance,potensi tubuh,fungsi tubuh,serta persepsi dan
perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.Hal-hal penting yang terkait dengan perubahan
gambaran diri sebagai berikut:
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala,
seperti :
1. Syok Psikologis.
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat
terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap
ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien
menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk
mempertahankan keseimbangan diri.
2. Menarik diri.
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak
mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung ,
tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
3. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul.
Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif, jika
tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien dianggap
maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu :
1. Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
2. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
4. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
6. Mengungkapkan keputusasaan.
7. Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8. Depersonalisasi
9. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
BAB IV
PEMBAHASAN IDEAL DIRI
Menurut Ana Keliat ( 1998 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu:
1. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misalnya : saya tidak bisa ikut ujian
karena sakit, saya tidak bisaa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di muka saya,
kaki saya yang dioperasi membuat saya tidak main bola.
2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya saya pasti bisa sembuh pada
hal prognosa penyakitnya buruk; setelahsehat saya akan sekolah lagi padahal
penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.
BAB V
PEMBAHASAN HARGA DIRI
b. Buss (1973)
memberikan pengertian harga diri sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri,
yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan.
Harga diri itu sendiri mengandung arti suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya
yang diungkapkan dalam sikap-ikap yang dapat bersifat positif dan negatif.
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri.
3. Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak besar melalui hubungan dengan lingkungan sekitar
sehingga menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam penerimaan social dan harga diri
seseorang
4. Sosial ekonomi
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukakan oleh
Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri. Dari pendapat-
pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri,dan gagal mencapai tujuan yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat
situasional maupun kronis atau menahun. Terjadinya Harga Diri Rendah dipengaruhi oleh
faktor Menarik diri pada seseorang.
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit(rambut
botak karena terapi)
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri(mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3) Gangguan hubungan sosial(menarik diri)
4) Percaya diri kurang(sukar mengambil keputusan)
5) Mencederai diri(akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mengkit
klien akan mengakhiri kehidupannya)
BAB VI
PEMBAHASAN IDENTITAS DIRI
Dimana identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai
dengan konsep laki-laki dan wanita dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan
masyarakatterhadap masing-masing jenis kelamin tersebut.
Gangguan identitas diri adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada masa
kanak-kanak, masa remaja dan berlanjut pada masa dewasa. Keadaan ini merupakan pola
perilaku yang tertanam dalam dan berlansung lama, muncul sebagai respon yang kaku
terhadap rentangan situasi pribadi dan sosial yang luas.
Sedangkan gangguan identitas kekaburan atau ketidakpastian memandang diri sendiri.
Penuh dengan keraguan-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan pada klien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit fisik maka identitas
terganggu karena tubuh klien di kontrol oleh orang lain. Misalnya, pelaksanaan tindakan
tanpa penjelasan dan persetujuan klien. Ketergantungan pada orang lain akan menyebabkn
otonomi atau kemandirian terganggu.
6.2.2. Tanda dan Gejala Gangguan Identitas Diri
Anak belajar tentang nilai, perilaku dan peran yang diterima sesuai kultur. Anak
mengidentifikasi pertama kali dengan orang tua, dengan guru, teman seusia dan pahlawan
pujaan. Untuk membentuk identitas, anak harus mampu membawa perilaku yang dipelajari
ke dalam keutuhan yang koheren, konsisten,dan unik (Erikson, 1963). Rasa identitas ini
secara kontinu timbul dan di pengaruhi oleh situasi sepanjang hidup.
Selama masa remaja, tugas emosional utama seseorang adalah perkembangan rasa diri
atau identitas. Banyak terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif, dan social. Jika remaja
tidak dapat memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan social yang membantu mereka
mengidentifikasikan tentang diri, maka remaja ini dapat mengalami kebingungan identitas.
Seseorang dengan rasa identitas yang kuat, akan merasa terintegrasi bukan terbelah (Erikson,
1963).
BAB VII
PEMBAHASAN PERAN
7.1. PERAN
Peran diri adalah pola perilaku,sikap,nilai dan aspirasi yang diharapkan individu
Setiap individu disibukkan oleh berbagai macam peran yang terkait dengan posisinya pada
setiap saat, selama ia masih hidup, misalnya peran sebagai anak, istri, suami, ayah,
mahasisiwa, perawat, dokter,dosen,dll (Sunaryo, 2004).
Berdasarkan posisinya di masyarakat. Kinerja peran didefinisikan sebagai keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu gangguan dalam caranya
menerapkan kinerja perannya. (Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan edisi 8 ).
Atau Peran adalah suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang
yang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Sementara untuk posisi tersebut merupakan
identifikasi dari status atau tempat seseorang dalam suatu sistim sosial dan merupakan
perwujudan aktualisasi diri. Peran juga diartikan sebagai serangkaian perilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu dalam berbagai
kelompok sosial.
Penampilan peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial atau masyarakat. Peran
yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pillihan. Peran yang
diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu .
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus
dilakukan, yaitu :
Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
Konsistensi respon . orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan
Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban
Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
Pemisahan perilaku.
Perubahan peran merupakan suatu proses perpindahan suatu peran dilakukan secara
mendadak , dimana perubahan peran ini dapat terjadi dan menimbulkan suatu peran yang
sangat berbeda dengan peran yang lain atau bisa sangat bertolak belakang dengan peran
semula atau yang sering kita sebut dengan peran protagonist antagonis. Perubahan peran ini
sangat berperan dalam kehidupan sehari – hari agar terjadi suatu proses komunikasi antar
individu dengan komunitas yang lain. (Lynda juall carpenito, Diagnosa keperawatan.Edisi 8).
7.2.2. Tanda dan gejala
Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang diduduki
individu lain, misalnya; ada individu ingin menjadi ketua BEM ( Badan Eksekutif Mahasiswa
), namun belum ada pergantian ketua BEM yang lama. Konflik peran berhubungan dengan
persepsi atau kinerja peran. Diagnosa keperawatan ini telah menjadi suatu sub kategori
dibawah gangguan konsep diri. Contoh; Jika seorang wanita tidak dapat melanjutkan
tangguang jawabnya sebagai ibu rumah tangga karena penyakit dan tanggung jawab ini
ditangani oleh anggota keluarga lain, situasi yang mungkin timbul akan lebih baik bila
digambarkan sebagai resiko terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan
kehilangan peran tangung jawab sekunder akibat penyakit, dari resiko terhadap kerusakan
penatalaksanaan pemeliharaan rumah yang berhubungan dengan kurang pengetahuan dari
anggota keluarga. Bila gangguan peran berkaitan dengan menjadi orang tua, konflik peran
orang tua harus dipertimbangkan.(Sunaryo, 2004).
Peran yang tidak jelas, terjadi apabila individu diberikan peran yang kabur, sesuai
perilaku yang diharapkan. Misalnya individu ditetapkan sebagai ketua panitia, tetapi tidak
disertai uraian tugas apa yang ia harus lakukan atau kerjakan.(Sunaryo, 2004)
Peran yang tidak sesuai, terjadi apabila individu dalam proses peralihan mengubah nilai
dan sikap. Misalnya seseorang yang masuk anggota organisasi profesi keperawatan, terdapat
konflik antara sikap dan nilai individu dengan profesi.(Sunaryo, 2004)
Peran berlebih, terjadi jika seseorang individu memiliki banyak peran dalam
kehidupannya. Misalnya sebagai istri, perawat, sebagai mahasisiwa, sebagai ketua PKK, dan
sebagai ibu dari anak-anaknya.(Sunaryo, 2004)
Peran sebagai perubahan dari satu peran ke peran lainnya mungkin dilakukan oleh
individu dalam masyarakat. Hal tersebut dikarenakan ego seorang individu yang muncul
ketika keberadaannya dalam suatu masyarakat dipertanyakan ("Ah, main bola khan
permainannya rakyat, mending gue yang mantan model banci ini ikut-ikutan main bola ah,
biar orang-orang tidak menjuluki gue banci lagi, sekalian bisa ngeliat bodi seksi teman-
teman di tim bolanya gue!") namun karena adanya konsep diri yang pasti ("Ah, bodi gue
khan atletis dan juga terawat karena gue rajin fitnes, pelatih pasti nganggap gue anak
emasnya!") membuat pentransisian peran tersebut cenderung dilakukan oleh individu dalam
masyarakat yang dihuni oleh kelompok manusia yang beragam kebudayaannya (Golongan
perempuan; "Wow, gantengnya pemain bola itu…aih…hati-hati, jangan sampai jatuh dan
kotor di lapangan ya, eh…jahatnya, lawannya kok mencuri bolanya si ganteng seeh!’) tanpa
memikirkan lagi tujuan dari individu tersebut dalam bertransisi peran..(Elizabeth B. Hurlock,
1990)
Masyarakat sebagai pengawas tindakan individu yang dianggap menyimpang dari
norma-norma yang ada ( Hukum, agama, kesusilaan ) dalam pentransisian perannya
memegang peranan yang penting karena individu-individu dalam masyarakat tersebut
memiliki kebudayaan dan kegiatan (Bersifat Independen) sehingga efektif untuk
’meluruskan’ pentransisian peran individu yang dianggap ’membengkok’("Ah, koruptor tu
sok-sokan main bolanya, pakai kostum dab bergaya a la pemain bola favorit gue lagi, sialan
loe!!!").Dalam hal ini pun hendaknya masyarakat bisa memberikan sanksi yang pasti
terhadap pentransisian peran yang telah dianggap salah tadi. (Elizabeth B. Hurlock, 1990)
BAB VIII
PENUTUP
7.1. KESIMPULAN
1. Konsep diri mulai terbentuk dan berkembang begitu manusia lahir.
2. Konsep diri merupakan faktor bawaant tapi dibentuk dan berkembang melalui proses belajar
yaitu dari pengalaman-pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain.
3. Konsep diri adalah kesadaran akan pandangan, pendapat, penilaian dan sikap seseorang
terhadap dirinya sendiri yang meliputi fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri sosial dan juga
etika.
4. Komponen-komponen konsep diri menurut Hurlock (1976) terbaga atas 3.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ada 7.
6. Cita-cita diri adalah keinginan untuk mencapai sesuatu tujuan atau keinginan pribadi dan itu
sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
7. harga diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan
melalui sikap terhadap dirinya.
8. Harga diri itu sendiri mengandung arti suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya yang
diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat positif dan negatif.
9. Ada 4 kata yg sangat tepat untuk menggambarkan apa yang bisa kita lakukan untuk
meningkatkan harga diri dan membangkitkan lebih dlm kepercayaan / penghormatan diri
yaitu hidup dengan penuh kesadaran.
10. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku berdasarkan
standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu.
11. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi orang yang penting
pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja.
12. Ideal diri terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru & teman.
13. Gambaran diri adalah gambaran yang kita bentuk dan kita percayai tentang kita, sekalipun itu
adalah hasil dari penilaian diri kita, tetapi penilaian tersebut sangat dipengaruhi oleh apa yang
kita pikirkan adalah penilaian orang lain tentang kita.
14. Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.sikap
ini mencangkup persepsi dan perasaan tentang lingkungan , bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh kita saat ini.
15. Faktor yang mempengaruhi gambaran diri seseorang sangat banyak.
16. Gambaran diri yang telah terbentuk biasanya akan dipertahankan dan tidak mudah berubah
baik positif maupun negative.
17. Gambaran dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : kebutuhan, kepekaan tubuh, bahasa
tubuh, konflik yang dialami, kritik, motivasi, peran, perasaan, kepercayaan diri, prasangka,
raasa takut, tingkah laku dan umpan balik.
18. Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian
yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang
utuh.
19. Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep laki-
laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap
masing-masing jenis kelamin tersebut. perasaan dan prilaku yang kuat akan indentitas diri
individu
20. Gangguan identitas diri adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada masa kanak-
kanak, masa remaja, dan berlanjut pada masa dewasa.
21. Peran diri adalah pola perilaku,sikap,nilai dan aspirasi yang diharapkan individu Setiap
individu disibukkan oleh berbagai macam peran yang terkait dengan posisinya pada setiap
saat, selama ia masih hidup, misalnya peran sebagai anak, istri, suami, ayah, mahasisiwa,
perawat, dokter,dosen,dll
22. Penampilan peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial atau masyarakat. Peran
yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pillihan. Peran yang
diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu .
23. Peruahan peran merupakan suatu proses perpindahan suatu peran dilakukan secara mendadak
, dimana perubahan peran ini dapat terjadi dan menimbulkan suatu peran yang sangat berbea
dengan peran yang lain atau bsa sangat bertola belakang dengan peran semula atau yang
sering kita sebut dengan peran protagonist antagonis.
24. Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang diduduki individu lain.
25. Konflik peran berhubungan dengan persepsi atau kinerja peran. Diagnosa keperawatan ini
telah menjadi suatu sub kategori di bawah konsep gangguan diri.
26. Peran sebagai perubahan dari satu peran ke peran lainnya mungkin dilakukan oleh individu
dalam masyarakat. Hal tersebut dikarenakan ego seorang individu yang muncul ketika
keberadaannya dalam suatu masyarakat dipertanyakan.
27. Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan disekitarnya secara wajar
dan hidup dalam khayalan sendiri yang realistis.
7.2. SARAN
Demikianlah makalah yang kami susun ini, kesempurnaan hanya milik Allah SWT,
sedangkan kekurangan selalu melingkupi makhluk-Nya, oleh karena itu kami sebagai
penyusun makalah ini berharap atas saran yang dapat membuat makalah serta kami selaku
tim penyusunnya menjadi lebih baik lagi.
Atas kritik dan saran yang saudara berikan, kami haturkan rasa terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (Wahit Iqbal Mubarak, SKM dan N.s Nurul Chayatin,
S.Kep)
library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-salbiah2.pdf
my.opera.com/yenisuryani/blog/citra-diri
qyonglee.multiply.com/journal/item/26
www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/101/man01.html
Diposkan oleh Yulius Nuryani di 18.21