Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PERKEMBANGAN KONSEP DIRI

Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. RM Rionaldi (06031282126016) / Tugas video
2. Venny Fitria (06031282126017) / Tugas poster
3. Verdy Hermanto P (06031282126025) / Tugas makalah
4. Nadiah Nariswari (06031282126038) / Tugas makalah
5. Ida Melisa (06031282126045) / Tugas makalah
6. Aljannah (06031382126058) / Tugas poster

Dosen Pengampu :
Dr. Riswan Jaenudin, M.Pd
Dian Eka Amrina, S.Pd., M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Konsep Diri”
dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Riswan Jaenudin, M.Pd dan Ibu Dian
Eka Amrina, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta Didik,
yang telah mengarahkan dalam pembuatan makalah ini, penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam kepenulisan makalah ini belum sempurna masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, kami
memohon maaf atas hal itu juga maka dari itu kritik dan saran dari pembaca akan sangat
berharga bagi kami demi penyempurnaan makalah ini.

Palembang, Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
2.1 Pengertian Konsep Diri.................................................................................................
2.2 Komponen Konsep Diri................................................................................................
2.3 Jenis-Jenis Konsep Diri.................................................................................................
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengengaruhi Konsep Diri....................................................
2.5 Penilaian dan Proses Pembentukan Konsep Diri..........................................................
BAB III PERMASALAHAN..............................................................................................
3.1 Pentingnya Peran Orangtua dan Guru Terhadap Minat dan Bakat Anak......................
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Atwater (dalam Desmita, 2009) konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk. Pertama,
body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri.
Kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan  harapan-harapan seseorang mengenai dirinya.
Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.

Menurut  Burns (dalam Desmita, 2009) konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan antara diri kita sendiri. Sedangkan menurut pendapat Pemily yang dikutip oleh
Atwater, 1984 (dalam Desmita, 2009) mendefinisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis
dan kompleks dari keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan,
persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari invidu tersebut. Sementara itu Cawages 1983
(dalam Desmita, 2009) menjelaskan konsep diri mencakup seluruh pandangan invidu akan
dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, mitivasinya, ke-lemahannya, kelebihannya, atau
kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:

1. Apa pengertian konsep diri?


2. Apa saja komponen konsep diri?
3. Apa saja jenis- jenis konsep diri?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep diri?
5. Bagaimana penilaian dan pembentukan konsep diri?

4
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu konsep diri.
2. Mengetahui apa saja kompenen konsep diri.
3. Mengetahui berbagai jenis konsep diri.
4. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi konsep diri.
5. Mengetahui penilaian dan proses pembentukan konsep diri.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsep Diri


Konsep diri merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu self schema. Istilah dalam
psikologi memiliki dua arti yaitu sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri dan
sesuatu keselurhan proses psikologi yang menguasai tingkah laku dan penyesuaian diri.
Calhoun & Acocella mendefinisikan konsep diri sebagai gambarandiri seseorang.
Sedangkan Burns mendefinsikan bahwa konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri secara
keseluruhan yang mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri, terhadap gambaran diri di mata
orang lain dan pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai. Mereka menjelaskan bahwa konsep diri
adalah gambaran mental diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan diri sendiri, pengharapan bagi
diri sendiri dan penilaian terhadap diri sendiri.
Harlock mengungkapkan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai
dirinya sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional,
aspirasi dan prestasi yang mereka capai. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa
diriindividu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada individu.
Kartini Kartono dalam kamus psikologinya menuliskan bahwa konsep diri merupakan
keseluruhan yang dirasa dan diyakini benar oleh seseorang mengenai dirinya sendiri sebagai
individu, ego dan hal-hal yang dilibatkan di dalamnya.
Konsep diri menurut Rakhmat tidak hanya merupakan gambaran deskriptif semata, akan
tetapi juga merupakan penilaian seorang individu mengenai dirinya sendiri, sehingga konsep diri
merupakan sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan oleh seorang individu. Ia mengemukakan dua
komponen dari konsep diri yaitu komponen kognitif (self image) dan komponen afektif (self
esteem). Komponen kognitif (self image) merupakan pengetahuan individu tentang dirinya yang
mencakup pengetahuan “who am I”, dimana hal ini akan memberikan gambaran sebagai
pencitraan diri. Adapun komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap dirinya yang
akan membentuk bagaimana penerimaan diri dan harga diri individu yang bersangkutan.
Kesimpulan yang bisa diperoleh dari pernyataan Rakhmat, yaitu konsep diri merupakan sesuatu
yang dirasakan dan dipikirkan oleh seorang individu berkaitan dengan dirinya sendiri.

6
Jadi, dari berbagai definisi yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa konsep diri
merupakan sikap, perasaan dan pandangan individu tentang dirinya sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya yang meliputi fisik, psikis, sosial, aspirasi dan prestasi yang nantinya
akan menentukan langkah-langkah individu dalam melakukan aktifitas sesuai dengan gambaran
yang ada pada dirinya. Konsep diri merupakan gambaran dari keyakinan yang dimiliki tentang
diri mereka sendiri secara luas baik mengenai fisik, psikologis, sosial dan emosional.

2.2 Komponen Konsep Diri


Secara umum, kompenen konsep diri terdiri dari lima komponen, yaitu sebagai berikut:
1. Citra Diri (Self Image)
Citra diri atau gambaran diri ini biasa dikenal sebagai self image adalah perilaku individu
secara fisik pada dirinya sendiri, baik disadari maupun tak disadari. Komponen self image
mencakup persepsi atau tanggapan, baik di masa lalu maupun sekarang, terkait ukuran dan
bentuk tubuh serta kemampuan pada dirinya (fisik).
2. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi seorang individu mengenai bagaimana individu tersebut
semestinya berperilaku berdasar pada standar pribadinya dan terkait dengan cita-citanya.
Pembentukan ideal diri ini mulai ada sejak individu itu berada pada masa anak-anak dan
dipengaruhi pula oleh individu lain yang berada di sekitar dirinya. Ideal diri disebut juga
sebagai pengharapan atas dirinya sendiri. Hal ini seperti harapan atas kemungkinan menjadi
apa dirinya kelak sesuai dengan idealisme dirinya.
3. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri atau biasa disebut sebagai self esteem ini adalah persepsi seorang individu
akan hasil yang dicapainya dengan menelaah seberapa banyak kesesuaian perilakunya
dengan ideal dirinya. Self esteem ini memang terbentuk sejak kecil sebab adanya perhatian
dan penerimaan dari individu dan lingkungan sekitarnya. Self esteem atau harga diri ini
dihasilkan dari persepsi dan penilaian seorang individu terhadap dirinya terkait yang
diharapkan dengan fakta yang ada pada dirinya. Apabila semakin luas ketidaksesuaian
antara pengharapan dan fakta atau kenyataan di dirinya, akan semakin rendah rasa harga
dirinya. Sebaliknya, Apabila individu tersebut semakin mendekati ideal dirinya atau

7
pengharapan atas dirinya dan menyukai atas apa yang dikerjakan, akan semakin tinggi pula
rasa harga dirinya.
4. Peran Diri
Peran diri adalah segenap bentuk sikap atau tingkah laku, nilai, dan tujuan yang
diharapkan oleh suatu kelompok sosial terkait dengan fungsi dan peran individu di dalam
masyarakat atau kelompok sosial tersebut.
5. Identitas Diri
Identitas diri adalah kepekaan individu terhadap dirinya yang dihasilkan dari pengamatan
dan penilaian dirinya dengan menyadari bahwa dirinya itu memiliki perbedaan dengan
individu lain. Komponen self concept ini mulai terbentuk dan berkembang pada diri individu
sejak masa kanak-kanaknya.

2.3 Jenis-Jenis Konsep Diri


Jenis konsep diri ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Konsep diri positif
Konsep diri positif berarti seseorang itu mampu melihat dirinya sendiri secara baik.
Orang yang memiliki konsep diri positif akan lebih mudah beradaptasi dengan banyak
situasi. Ia memandang hal-hal buruk memiliki hikmah dan bukan sebagai akhir dari
segalanya. Orang seperti ini biasanya lebih percaya diri, optimis dan selalu berpikir ada yang
bisa dipecahkan.
Adapun ciri-ciri konsep diri positif, yaitu:
a. Menganggap orang lain sama dengan dirinya. Artinya, pemahaman bahwa manusia
dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan
kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup. Pemahaman
tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain.
b. Punya keyakinan mampu mengatasi bermacam masalah. Artinya, pemahaman diri
terhadap kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang
dihadapi
c. Bisa menerima pujian tanpa rasa malu. Artinya, pemahaman terhadap pujian, atau
penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah
dikerjakan sebelumnya.

8
d. Punya kesadaran bahwa orang lain punya perasaan, keinginan, dan perilaku yang belum
tentu diterima semua anggota masyarakat.
e. Ada keinginan dan kemampuan untuk memperbaiki diri sendiri. Artinya, dimana
kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang
dianggap kurang.

2. Konsep diri negatif


Konsep diri negatif berarti orang tersebut tidak mampu melihat dirinya sendiri dengan
baik sehingga cenderung pemalu. Orang-orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung
lebih pesimistik dan sulit melihat kesempatan dalam kesulitan. Bahkan, mereka merasa kalah
sebelum mencoba. Jika pun gagal, orang-orang seperti ini akan menyalahkan keadaan, orang
lain atau diri sendiri.
Adapun ciri-ciri konsep diri negatif, yaitu:
a. Peka terhadap kritik. Artinya, kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari
orang lain sebagai proses refleksi diri.
b. Bersikap responsif terhadap pujian. Artinya, bersikap yang berlebihan terhadap
tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat
penghargaan.
c. Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Artinya, bahwa perasaan subyektif
dimana setiap orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.
d. Mempunyai sikap hiperkritik. Artinya, suka melakukan kritik negatif secara
berlebihan terhadap orang lain.
e. Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Artinya, dimana
individu tersebut sulit untuk melakukan komunikasi dengan lingkungan sosial.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengengaruhi Konsep Diri


Konsep diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan
dibentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lainnya. Setiap individu
itu akan menerima tanggapan-tanggapan yang akan dijadikan cermin menilai dan memandang
dirinya.

9
Saat kita masih kecil, orang penting yang berada disekitar kita adalah orang tua dan saudara-
saudara kita. Bagaimana orang lain mengenal kita, akan membentuk konsep diri kita, dimana
konsep diri dapat terbentuk karena berbagai faktor baik dari faktor internal maupun eksternal.
Faktor-faktor tersebut menjadi lebih spesifik lagi dan akan berkaitan erat sekali dengan konsep
diri yang akan dikembangkan oleh individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri tersebut yaitu:
1. Keadaan fisik
Kerap sekali keadaan fisik seseorang dapat mempengaruhi individu dalam menumbuhkan
konsep dirinya. Individu yang memiliki cacat tubuh cenderung memiliki kelemahan-
kelemahan tertentu dalam memandang keadaan dirinya, seperti munculnya perasaan malu,
minder, tidak berharga dan perasaan ganjil karena melihat dirinya berbeda dengan orang lain.
2. Kondisi keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam membentuk konsep diri anak.
Perilaku-perilaku yang diberikan orang tua terhadap anak akan membekas hingga anak
menjelang dewasa dan membawa pengaruh terhadap konsep diri anak baik konsep diri ke
arah positif atau ke arah negatif.
Cooper Smith dalam Clara R Pudjijogyanti (1995: 30-31) menjelaskan bahwa kondisi
keluarga yang buruk dapat menyebabkan konsep diri yang rendah. Yang dimaksud dengan
kondisi keluarga yang buruk adalah tidak adanya pengertian antara orang tua dan anak, tidak
adanya keserasian hubungan antara ayah dan ibu, orang tua yang menikah lagi, serta
kurangnya sikap menerima dari orang tua terhadap keberadaan anak-anak. Sedangkan
kondisi keluarga yang baik dapat ditandai dengan adanya intregitas dan tenggang rasa yang
tinggi serta sikap positif dari anggota keluarga.
Dengan adanya kondisi semacam itu menyebabkan anak memandang orang tua sebagai
figur yang berhasil dan menganggap orang tua dapat dipercaya sebagai tokoh yang dapat
mendukung dirinya dalam memecahkan seluruh persoalan hidupnya. Jadi kondisi keluarga
yang sehat dapat membuat anak menjadi lebih tegas, efektif, serta percaya diri dalam
mengatasi masalah kehidupan dirinya sebagai pembentuk kepribadiannya.
3. Reaksi orang lain terhadap individu
Dalam kehidupan sehari-hari, orang akan memandang individu sesuai dengan pola
perilaku yang ditunjukkan individu itu sendiri. Harry Stack Sullivan (Jalaludin Rakhmat,

10
1996: 101) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena
keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita.
Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan diri kita, menyalahkan kita dan menolak kita,
kita cenderung akan membenci diri kita.
4. Tuntutan orang tua terhadap anak
Pada umumnya orang tua selalu menuntut anak untuk menjadi individu yang sangat
diharapkan oleh mereka. Tuntutan yang dirasakan anak akan dianggap sebagai tekanan dan
hambatan jika tuntutan tersebut ternyata tidak dapat dipenuhi oleh anak. Selain itu sikap
orang tua yang berlebihan dalam melindungi anak akan menyebabkan anak tidak dapat
berkembang dan mengakibatkan anak menjadi kurang tingkat percaya dirinya dan memiliki
konsep diri yang rendah.
5. Jenis kelamin, ras dan status sosial ekonomi
Konsep diri dapat dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Clara R Pudjijogyanti (1995: 29)
memberikan pendapatnya melalui penelitian-penelitian para ahli bahwa berbagai hasil
penelitian yang dilakukan tersebut membuktikan bahwa kelompok ras minoritas dan
kelompok sosial ekonomi rendah cenderung mempunyai konsep diri yang rendah
dibandingkan dengan kelompok ras mayoritas dan kelompok sosial ekonomi tinggi, selain itu
untuk jenis kelamin terdapat perbedaan konsep diri antara perempuan dan laki-laki.
Perempuan mempunyai sumber konsep diri yang bersumber dari keadaan fisik dan
popularitas dirinya, sedangkan konsep diri laki-laki bersumber dari agresifitas dan kekuatan
dirinya. Dengan kata lain, wanita akan bersandar pada citra kewanitaannya dan laki-laki akan
bersandar pada citra kelaki-lakiannya dalam membentuk konsep dirinya masing-masing.
6. Keberhasilan dan kegagalan
Konsep diri dapat juga dipengaruhi oleh keberhasilan atau kegagalan yang telah
dialaminya. Keberhasilan dan kegagalan mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya
dan ini berarti mempunyai pengaruh yang nyata terhadap konsep dirinya. Keberhasilan akan
mewujudkan suatu perasaan bangga dan puas akan hasil yang telah dicapai dan sebaliknya
rasa frustasi bila menjadi gagal.
7. Orang-orang yang dekat dengan kita
Tidak semua individu mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang
paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan kita, yaitu yang disebut

11
significant others, yaitu orang lain yang sangat penting. Mereka adalah orang tua, saudara
dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Dari mereka secara perlahan-lahan kita
membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka menyebabkan
kita menilai diri secara positif. Tetapi ejekan, cemoohan, hardikan membuat kita menilai
memandang diri secara negatif.

2.5 Penilaian dan Proses Pembentukan Konsep Diri


1. Penilaian konsep diri
Penilaian diri merupakan suatu metode penilaian yang memberi kesempatan kepada
setiap individu untuk mengambil tanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri. Mereka
diberi kesempatan untuk menilai pekerjaan dan kemampuan mereka sesuai dengan
pengalaman yang mereka rasakan.
Penilaian diri pada siswa dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada
diri siswa karena penilai yang tahu persis tentang diri siswa adalah siswa sendiri dan siswa
menjadi penilai yang terbaik atas hasil pekerjaannya sendiri. Selama ini penilaian
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran pada umumnya dilakukan oleh guru,
sedangkan siswa menjadi obyek penilaian. Sehingga informasi yang diperoleh belum
menunjukkan gambaran yang sesungguhnya tentang siswa. Sebagai contoh, seorang guru
memberi nilai rendah pada siswanya yang suka mengganggu temannya pada saat guru
mengajar. Disini guru memberikan keputusan bukan berdasarkan kemampuan siswa itu
sendiri, tetapi hanya berdasarkan perilaku siswa yang dilihat guru secara kasat mata saja,
padahal guru belum mengetahui secara jelas apa atau mengapa siswa tersebut menggangu
temannya.
2. Proses pembentukan konsep diri
Pembentukan konsep diri merupakan sebuah proses psikologis yang panjang. Joan Rais
dalam Singgih Dirga Gunarsa (2003) mengungkapkan bahwa konsep diri terbentuk
berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya. Pada
seorang anak, ia mulai belajar berpikir dan merasakan dirinya seperti apa yang telah
ditentukan oleh orang lain daloam lingkungannya, misalnya orang tuanya, gurunya ataupun
teman-temannya. Sehingga apabila seorang guru mengatakan secara terus menerus pada

12
seorang anak muridnya bahwa ia kurang mampu, maka lama kelamaan anak akan
mempunyai konsep diri semacam itu. 
Pada dasarnya konsep diri tersusun atas tahapan-tahapan, yaitu:
1. Tahapan konsep diri primer
Tahapan ini merupakan tahapan dasar yang dimana konsep ini terbentuk atas dasar
pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri, baik
dari pengalaman orang tua, saudara-saudara, dan anggota keluarga lainnya. Konsep tentang
bagaimana dirinya banyak bermula dari perbandingan antara dirinya dengan saudara-saudara
yang lainnya. Sedang konsep tentang bagaimana perannya, aspirasi- aspirasinya ataupun
tanggungjawabnya dalam kehidupan ini, banyak ditentukan atas dasar didikan ataupun
tekanan-tekanan yang datang dari orang tuanya.

2. Tahapan konsep diri sekunder

Setelah anak bertambah besar, ia mempunyai hubungan yang lebih luas daripada hanya
sekedar hubungan dalam lingkungan keluarganya. Ia mempunyai lebih banyak teman, lebih
banyak kenalan dan sebagai akibatnya ia mempunyai lebih banyak pengalaman. Akhirnya
anak akan memperoleh konsep diri yang baru dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk
dalam lingkungan rumahnya, dan menghasilkan suatu konsep diri sekunder. 
Konsep diri sekunder terbentuk karena ditentukan oleh bagaimana konsep diri primernya.
Apabila konsep diri primer yang dipunyai seseorang adalah bahwa ia tergolong sebagai orang
yang pendiam, penurut, tidak nakal atau tidak suka untuk mambuat suatu keributan-
keributan, maka ia akan cenderung pula memilih teman bermain yang sesuai dengan konsep
diri yang sudah dipunyainya itu dan teman- teman arunya itulah yang nantinya menunjang
terentuknya konsep diri sekunder.

13
BAB III

PERMASALAHAN

3.1 Pentingnya Peran Orangtua dan Guru Terhadap Minat dan Bakat Anak

Minat dan bakat anak sangat penting untuk masa depan dan cita-cita mereka. Dengan bakat
yang mereka miliki anak bisa lebih tahu kemana arah dan tujuan mereka kedepannya, karena
tanpa mereka mengetahui minat dan bakat mereka akan bingung dan bahkan bisa salah
mengambil jalan yang akan mereka lalui. Sebagai contoh kecil yaitu salah jurusan, salah jurusan
ini bukan karena mereka sengaja mengambil jurusan itu, namun hal ini terjadi karena mereka
tidak tahu dimana skill mereka, dimana minat dan bakat mereka sehingga mereka malah ikut-
ikutan untuk memilih jurusan, alhasil bukan berkembang ilmunya tapi malah anjlok dan bahkan
bisa rusak.

Setiap anak punya potensi dan ketertarikan yang berbeda. Tugas orangtua untuk menemukan
apa yang diinginkan anak dan mengembangkannya, bukan memaksa anak mendalami minat
tertentu sesuai keinginan orangtuanya. Menurut Psikolog Anak & Keluarga Vera Itabiliana,
orangtua harus bersikap terbuka dan tidak terburu-buru memutuskan bakat anak. Karena
terkadang orang tua terlalu memaksakan obsesinya sendiri kepada anak yang mana obsesi
tersebut tidak tercapai di masa lalu. Sebagai orang tua dan juga guru harus open minded, saat
mengamati apa yang disukai anak jangan langusung terburu-buru memutuskan anak harus
begini, karena terkadang apa yang kita inginkan itu tidak sesuai dengan apa yang kita minati.

Terlebih di masa pandemi seperti saat ini, masa seperti ini merupakan kesempatan orang tua
untuk berinteraksi dengan anak, terutama dalam menemukan bakat dan minatnya. Dengan kita
sering berinteraksi dengan anak, sering memperhatikan kesukaan anak dan kebiasaan-kebiasaan
anak, dengan begitu kita akan menemukan apa minat dan bakat mereka sehingga kita sebagai
orang tua atau guru bisa memberikan arahan dan fasilitas.

14
Ada 5 cara atau poin bagaimana cara untuk menemukan minat danbakat anak, yaitu :

1. Pengamatan

Untuk menemukan bakat anak butuh observasi atau pengamatan dari orang tua dan guru.
Karena ptensi dan bakat anak adalah hal tersembunyi. Jadi, kita sebagai orang tua atau guru
bertugas mencari apa minat dan bakat mereka yang tersembunyi tersebut. Ada beberapa
anak yang terkadang menyembunyikan bakat mereka karena malu, takut dan bahkan tidak
percaya diri. Oleh karena itu sebagai orang tua dan guru kita harus benar-benar mencari
minat dan bakat anak.

2. Memberi pilihan dan fasilitas

Terkadang anak masih bingung akan minat dan bakat mereka. Jadi, setelah kita
mengamati dan mencari tahu akan apa yang dia suka dan senangi kita bisa memberikan
pilihan dengan cara mengenalkan berbagai hal, seperti musik, seni, atau olahraga. Salah satu
contoh kita mengenalkannya yaitu dengan cara mengajak mereka bermain musik, atau
mengajak mereka berolahraga.

3. Pendukung Anak

Memberi perhatian kepada anak saat sedang mengasah bakatnya itu juga sangat penting
untuk dilakukan. Karena hal tersebut bisa menjadi semangat tersendiri bagi anak yang
sedang berlatih dan mangasah bakatnya tersebut, misalnya menyaksikan anak yang sedang
mengikuti lomba-lomba, menemani saat sedang berlatih.

4. Pendampingan Anak

Selain mendukung, kita juga bisa menjadi pendamping anak saat mereka mengalami
beberapa hal dalam proses pengembangan bakat mereka, misalnya saat anak bosan atau
jenuh latihan, ataupun saat mereka kalah bertanding.

Ketika anak emosi, kita harus memberikan saran dan solusi kepada anak, kita sebagai
orang tua dan guru jangan langsung memberikan saran dan solusi, dengar telebih dahulu apa

15
yang ada dalam fikirannya, biarkan ia meluapkan emosi dan keluh kesahnya, karena
terkadang anak itu butuh dimengerti dan juga didengar, baru kita berdiskusi untuk mencari
solusi dari masalah yang sedang dihadapi.

5. Mengikutsertakan Anak pada Perlombaan yang Sesuai dengan Potensinya

Dengan mengikutsertakan anak pada perlombaan-perlombaan, anak tidak hanya akan


merasa termotivasi untuk berlatih dan mengasah bakatnya. Mereka juga akan tumbuh rasa
optimis dan percaya diri. Perlombaan akan memberikan pengalaman yang luar biasa. Anak
dapat mengamati peserta lomba lainnya dan tidak jarang mereka akan memetik pelajaran
berharga dari pengalaman yang telah di dapatnya.

Memang jika kita membahas tentang minat dan bakat anak adalah suatu hal yang menarik
untuk dibahas. Terlebih lagi dimasa pandemi seperti saat ini dimana anak tidak bisa dibimbing
secara langsung oleh guru. Hal ini membuat para orangtua mempunyai peranan lebih untuk tetap
bisa mengembangkan minat dan bakat pada anak. Diperlukannya suatu kolaborasi dari pada
orangtua dan guru agar pandemi ini tidak dijadikan uatu alasan untuk menghalangi
pengembangan minat dan bakat pada anak.

Dalam usaha pengembangan minat dan bakat anak perlu adanya serangkaian peraturan
pembinaan, latihan dan dorongan yang bersifat sistematis terjadwal dan terencana agar segala
yang dimiliki setiap anak dapat menjadi aktual serta berfungsi dengan sebaik-baiknya. Ada
beberapa kolaborasi yang bisa dilakukan oleh orangtua dan guru unutuk mengembangkan minta
dan bakat pada anak, yaitu:

1. Guru memberikan bimbingan dan arahan kepada anak untuk meneruskan minat dan
bakatnya dan orang tua bisa memberikan fasilitas untuk menunjang minat dan bakat
anak atau bisa juga sebaliknya, orangtua memberikan bimbingan dan guru atau pendidik
memberikan fasilitas untuk anak.
2. Orangtua dan guru saling komunikasi tentang perkembangan anak sehingga apa tujuan
dan capaian dari minat dan bakat anak benar-benar bisa dicapai.

16
Jadi, bisa kita simpulkan betapa pentingnya peranan orangtua dan guru dalam
mengembangkan minat dan bakat pada anak. Karena dengan adanya peran orangtua dan guru
mereka menjadi lebih percaya diri dan optimis untuk bisa menjadi yang terbaik dari yang terbaik.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari materi yang telah disampaikan, ada beberapa kesimpulan yang akan kami sampaikan,
yaitu :

1. Konsep diri memiliki dua arti yaitu sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri
dan sesuatu keselurhan proses psikologi yang menguasai tingkah laku dan penyesuaian
diri.
2. Konsep diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari
dan dibentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lainnya. Saat
kita masih kecil, orang penting yang berada disekitar kita adalah orang tua dan saudara-
saudara kita. Bagaimana orang lain mengenal kita, akan membentuk konsep diri kita,
dimana konsep diri dapat terbentuk karena berbagai faktor baik dari faktor internal
maupun eksternal.
3. Komponen konsep diri meliputi, citra diri, ideal diri, harga diri, peran diri, dan identitas
diri.
4. Penilaian konsep diri merupakan suatu metode penilaian yang memberi kesempatan
kepada setiap individu untuk mengambil tanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri.
Sedangkan pembentukan konsep diri merupakan sebuah proses psikologis yang panjang,
dimana memiliki dua tahan, yaitu tahapan konsep diri primer dan tahapan konsep diri
sekunder.
5. Peran orangtua dan guru sangatlah penting untuk menemukan dan mengembangkan
minta dan bakat pada diri anak. Karena dengan bimbingan orangtua dan guru anak akan
dengan mudah mendapatkan apa yang mereka minati dan bisa mendapat motivasi untuk
mengembangkan bakat mereka.

18
4.2 SARAN

Dari kesimpulan di atas ada beberapa saran yang akan diberikan, yaitu :

1. Orangtua dan guru harus benar-benar memperhatikan apa yang diminati oleh anak.
2. Orangtua dan guru harus bekerjasama untuk mengembangkan bakat anak.
3. Orangtua dan guru harus bisa memotivasi dan memberikan fasilitas kepada anak untuk
dapat mengembangkan bakat anak serta memenuhi minat anak.

19
DAFTAR PUSTAKA

Tasya Talitha "Pengertian Konsep Diri, Komponen dan Karakteristik Self Concept"
gramedia.com September 2021. Diakses pada tanggal 07 Maret 2022

https://www.google.com/amp/s/www.gramedia.com/best-seller/konsep-diri/amp/

https://amp.kompas.com/lifestyle/read/2020/11/05/204842020/peran-orangtua-dalam-
mengembangkan-bakat-anak

https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/pentingnya-peran-guru-dalam-mengarahkan-bakat-dan-
minat-siswa

https://www.kompasiana.com/mathlaulkamila/60fc08db06310e0131439f62/kkn-tematik-upi-
2021-pentingnya-kolaborasi-guru-dan-orang-tua-dalam-pengembangan-minat-dan-bakat-anak-
di-masa-pandemi?page=all

https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-konsep-diri.html
https://miklotof.wordpress.com/2010/08/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pembentukan-
konsep-diri/
https://pakdosen.co.id/penilaian-diri/
https://www.psychologymania.com/2013/04/pembentukan-konsep-diri.html

20

Anda mungkin juga menyukai