DOSEN PENGAMPU :
Drs. Laurensius Tampubolon, S.Pd, M.Pd
OLEH :
Keren Hapukh (2173132007)
Alya Namira (2173132001)
Chesia Ika Larista (2173132002)
KELAS C 2017
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Mini Research yang berjudul “MENGIDENTIFIKASI PERILAKU
SISWA DALAM PEMBELAJARAN DIKELAS” Kami juga berterima kasih
kepada Drs. Laurensius Tampubolon, S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Desain Pembelajaran di UNIMED yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai materi tersebut. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan sesuatu yang mutlak diperoleh
oleh setiap individu sesuai dengan hak asasi manusia untuk
keberlangsungan hidupannya. Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan
mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti
proses atau cara atau perbuatan mendidik. (KBBI, 2008:352). Secara bahasa
definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Manusia adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut
pandang. Uraian tentang manusia dengan kedudukannya sebagai peserta
didik, haruslah menempatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Sunarto
dan Hartono (2006:2) beranggapan bahwa dalam kaitannya dengan
kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakikat manusia sebagai
kesatuan makhluk sosial, kesatuan jasmani dan rohani, dan makhluk Tuhan
dengan menempatkan hidupnya di dunia sebagai persiapan untuk kehidupan
di akhirat.
Sebagai pribadi yang utuh seorang manusia haruslah memiliki
pandangan serta penilaian terhadap dirinya sendiri yang disebut sebagai
konsep diri.
Latar belakang penulisan penelitian ini adalah seberapa pentingkah
pengaruh konsep diri peserta didik. Konsep diri dapat dilihat dari sisi positif
dan negatif. Faktor-faktor konsep diri serta implikasinya terhadap peserta
didik itu sendiri dapat ditelusuri lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan bahwa pokok
masalah dalam penelitian ini adalah perkembangan konsep diri peserta
didik. Dari pokok masalah itu dapat diidentifikasi rumusan masalah sebagai
berikut :
1
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut penelitian ini bertujuan sebagai
berikut.
1. Mendeskripsikan hakikat serta dimensi dalam konsep diri
2. Mengidentifikasi konsep diri positif dan konsep diri negatif
3. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
konsep diri beserta implikasinya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca,
dan pengajaran baik secara teoritis maupun praktis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ada tiga dimensi dalam konsep diri yang akan dipaparkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan (kognitif).
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri
sendiri atau penjelasan dari ”siapa saya” yang akan memberi gambaran
tentang diri saya. Gambaran mengenai diri sendiri akan membentuk citra
diri (self image). Dimensi pengetahuan dari konsep diri mencakup segala
sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi, seperti ”saya
pintar”, ”saya cantik”, ”saya anak baik”, dan seterusnya.
2. Harapan.
Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang
dicita-citakan di masa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan
tentang siapa kita sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai
sejumlah pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa diri kita di masa
mendatang. Singkatnya, kita juga mempunyai pengharapan bagi diri kita
sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri yang
dicita-citakan.
3. Penilaian.
Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri.
Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau
kewajaran kita sebagai pribadi. Menurtu Calhoun dan Acocella (1990),
setiap hari kita berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai
apakah kita bertentangan: a) pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat
menjadi apa), b) standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya
seharusnya menjadi apa).
3
Hasil dari penilaian tersebut membentuk apa yang disebut dengan rasa harga
diri, yaitu seberapa besar kita meyukai diri sendiri. Orang yang hidup
dengan standar dan harapan-harapan untuk dirinya sendiri – yang menyukai
siapa dirinya, apa yang sedang dikerjakannya, dan akan kemana dirinya –
akan memiliki rasa rasa harga diri yang tinggi (high self-esteem).
Sebaliknya, orang yang terlalu jauh dari satndar dan harapn-harapannya
akan memiliki rasa harga diri yang rendah (low self esteem). Dengan
demikian dapat dipahami bahwa penilaian akan membentuk penerimaan
terhadap diri, serta harga diri seseorang.
4
tidak mencapai apapun yang berharga. Bila ia mengalami kegagalan, maka
kegagalan ini akan merusak dirinya sendiri. Individu ini menjebak dan
menghantam dirinya sendiri. Individu yang mempunyai konsep diri negatif
akan memberi penilaian terhadap dirinya juga negatif. Apapun keadaan
dirinya, tidak pernah cukup baik. Apapun yang diperolehnya tampak tidak
berharga dibanding dengan apa yang diperoleh orang lain. Individu ini
sering menghadapi kecemasan karena menghadapi informasi tentang dirinya
yang tidak diterimanya dengan baik dan mengancam dirinya.
c. Keadaan Fisik
Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi seseorang, khususnya
bagi seorang wanita. Ini disebabkan keadaan fisik memegang peranan
penting dalam pembentukan konsep diri. Gambaran fisik dipahami melalui
pengalaman langsung dan persepsinya mengenai tubuhnya sendiri. Adanya
ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan mempengaruhi konsep diri secara
tidak langsung. Dengan kata lain, proses evaluasi tentang tubuhnya
didasarkan pada norma sosial dan umpan balik dari orang lain. Penilaian
5
yang positif terhadap keadaan fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun
dari orang lain sangat membantu perkembangan konsep diri yang positif.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
C. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif . Metode deskriptif
adalah metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi. Maksudnya
membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti
(Djajasudarma 1993 : 8). Dalam penelitian ini, para siswa/i mengerjakan
angket dan mengumpulkannya. Peneliti hanya mengumpulkan angket yang
telah dijawab oleh para siswa/i.
E. Pengolahan Data
Pengolahan data berpedoman pada data yang terkumpul dan pertanyaan
penelitian. Pada penelitian ini, digunakan data kualitatif untuk
menyimpulkan gambaran dari jawaban angket.
7
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Instrument Penelitian
Alat utama yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah angket yang dibagikan kepada responden yaitu siswa/I SMA Swasta
Imelda. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan teknik survei.
B. Pengujian Data
Uji instrument validitas, instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data sebagai pengukur itu valid. Valid
artinya instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
hendak diukur. Berikut sebagian pertanyaan yang terdapat dalam angket.
Untuk soal yang diberikan, semua siswa/i memberikan jawaban sangat
setuju bahwa mereka bangga menjadi seorang peserta didik. 10 dari 20
siswa/i memberikan jawaban setuju bahwa mereka selalu berkata jujur. 15
orang siswa/i memberikan jawaban sangat setuju mengenai kesulitan dalam
menguasai pembelajaran yang bersifat hafalan. 10 orang siswa/i
memberikan jawaban kurang setuju bahwa mereka pilih-pilih dalam
berteman. 10 orang siswa/i memberikan jawaban sangat setuju bahwa
mereka kurang aktif dalam proses pembelajaran. 20 orang siswa/i
memberikan jawaban sangat setuju dalam berusaha mengembangkan
bakatnya. 15 orang siswa/i memberikan jawaban bahwa mereka ingin lebih
maju tetapi tidak suka dikritik. 5 orang siswa memberikan jawaban bahwa
mereka merasa tidak mampu untuk mendapatkan nilai bagus. 20 orang siswa/i
memberikan jawaban sangat setuju bahwa mereka menginginkan kehidupan
yang bahagia. 15 orang siswa/i memberikan jawaban setuju bahwa mereka
yakin mendapatkan juara seperti kebanyakan teman-teman.
8
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru atau
negatif, ditambah dengan lingkungan yang kurang mendukung, cenderung
mempunyai kepribadian diri yang negatif. Hal ini adalah karena anak
cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang ia alami dan yang ia
dapatkan dari lingkungannya.
Jika lingkungannya memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak
akan merasa dirinya berharga, sehingga perkembangan kepribadian dirinya
yang positif. Maka dari itu perkembangan kepribadian anak, lingkungan
sangat berpengaruh bagi perkembangan kepribadiannya mulai dari sikap,
keyakinan, dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
9
LAMPIRAN
10
11
DAFTAR PUSTAKA
12