Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REPORT

MATA KULIAH

“PAMERAN BOGA”

Dosen Pengampu :

Dra. Lellyfridiaty, M.Pd

Dian Agustina Dalimunthe, S.Pd., M.Pd

Oleh:

JOKAS JERIKHO SIREGAR

(5182142007)

Kelas B

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahma,
kurnia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas tentang Critical Book
Report sehingga berguna dengan baik meskipun banyak kekurangannya di dalamnya. Dan juga
saya berterima kasih kepada ibu Dra.Lelly Fridiaty, M.Pd dan ibu Dian Agustina Dalimunte,
S.Pd.,M.Pd selaku dosen mata kuliah Pameran Boga.

Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan tentang dasar pengajaran berskala kecil. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam tugas ini terdapat kekurangan jauh dari kata kesempurnaan.

Oleh sebab itu saya berharap adanya kritik dan saran dan usulan demi memperbaiki tugas
yang telah kami buat dimasa yang akan datang , mengingat tidak sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Medan, Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR.............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan CBR.........................................................................................................1
C. Manfaat CBR........................................................................................................................1
D. Identitas Buku.......................................................................................................................2
BAB II RINGKASAN ISI BUKU...................................................................................................3
A. BUKU UTAMA......................................................................................................................3
B. BUKU PEMBANDING........................................................................................................13
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................................20
1. Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama...........................................................................20
2. Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding..................................................................20
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................22
A. Kesimpulan.........................................................................................................................22
B. Saran...................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Critical Book Review (CBR) merupakan hal yang penting, karena bukan hanya sekedar
laporan atau tulisan tentang isi sebuah buku atau artikel, tetapi lebih menitik beratkan pada
evaluasi (penjelasan, interprestasi & analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan buku atau
artikel tersebut dan apa yang menarik dari artikel tersebut, bagaimana isi buku tersebut yang bisa
mempengaruhi cara berpikir & dan menambah pemahaman terhadap suatu bidang kajian tersebut
dan lebih kritis menanggapinya. Dengan kata lain dengan melakukan Critical Book Review akan
menguji pikiran pengarang atau penulis berdasarkan sudut pandang, serta pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki.

B. Tujuan Penulisan CBR

Alasan dibuatnya CBR ini adalah sebagai salah satu persyaratan penyelesaian tugas,
khususnya mata kuliah Desain Produk, serta untuk menambah wawasan yang luas akan
pengetahuan serta meningkatkan daya kritis dan menguatkan materi Mata Kuliah Desain Produk.

C. Manfaat CBR

1. Dapat menambah wawasan yang luas, terlebih dalam Mata Kuliah Desain Produk..
2. Penulis dapat lebih berpikir kritis lebih dari yang ia tahu.
3. Pembaca dapat mengetahui bahwa ada kekurangan dan kelebihan dari buku yang di
kritisi oleh penulis
4. Untuk memenuhi tugas Critical Book Review Mata Kuliah Desain Produk.

1
D. Identitas Buku

1. BUKU UTAMA

1. Judul Buku       : The Art of Packaging


2. Penulis             : Sri Julianti
3. Penerbit            :PT Gramedia Pustaka Utama
4. Kota Terbit : Jakarta
5. ISBN : 9786020310114
6. Tanggal Terbit : Desember-2018
7. Bahasa : Indonesia
8. Tebal Halaman : 301  Halaman
2. BUKU PEMBANDING I

1. Judul buku : Desain Kemasan


2. Penulis : M. Junaidi Hidayat, ST., M. Ds
3. Penerbit : Pandu Pustaka
4. Tahun terbit : 2012
5. Kota terbit : Jakarta Barat
6. Tebal buku : 150 Halaman
7. ISBN : 9786027763005

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. BUKU UTAMA
BAB I Kemasan

 Sejarah Kemasan

Kemasan telah dikenal sejak zaman manusia purba. Masyarakat primitive menggunakan
kulit binatang dan keranjang rumput untuk mewadahi buah-buahan yang dipungut dari hutan.
Kemudian 8000 tahun yang lalu, bangsa Cina membuat aneka ragam keramik untuk mewadahi
benda padat ataupun cair. Masyarakat Indonesia kuno membuat wadah dari bambu untuk
menyimpan benda cair. Menjelang abad pertengahan, bahan-bahan kemasan terbuat dari kulit,
kain, kayu, batu, keramik dan kaca. Tetapi pada zaman itu, kemasan masih terkesan seadanya
dan lebih berfungsi untuk melindungi barang terhadap pengaruh cuaca atau proses alam lainnya
yang dapat merusak barang. Selain itu, kemasan juga berfungsi sebagai wadah agar barang
mudah dibawa selama perjalanan.

Selama berabad-abad, fungsi sebuah kemasan hanyalah sebatas untuk melindungi barang
atau mempermudah barang untuk dibawa. Seiring dengan perkembangan zaman, barulah terjadi
penambahan nilai fungsional dan peranan kemasan dalam pemasaran mulai diakui sebagai satu
kekuatan utama dalam persaingan pasar. Peranan kemasan baru dirasakan pada tahun 1950-an,
supermarket mulai banyak bermunculan, dimana kemasaran harus “dapat menjual” produk di
rak-rak toko. Tetapi pada saat itu pun kemasan hanya berfungsi memberikan informasi,
memberitahu kepada konsumen tentang apa isi atau kandungan di dalam kemasan tersebut. Baru
pada tahun 1980-an dimana persaingan dalam dunia usaha semakin tajam dan kalangan produsen
saling berlomba untuk merebut perhatian calon konsumen, bentuk dan model kemasan dirasakan
sangat penting peranannya dalam strategi pemasaran. Disini kemasan harus mampu menarik
perhatian, menggambarkan keistimewaan produk dan “membujuk” konsumen. Pada saat inilah
kemasan mengambil alih tugas penjualan pada saat jual beli terjadi.

3
 Definisi kemasan

Kemasan berasal dari package yang artinya membungkus atau mengemas. Secara harfiah
pengertian “packaging” dapat diartikan sebagai pembungkus atau kemasan. Secara sederhana
kemasan dapat diartikan sebagai suatu benda yang berfungsi untuk melindungi, mengamankan
produk tertentu yang berada didalamnya serta dapat memberikan citra tertentu pula untuk
membujuk penggunanya.

Menurut Wikipedia, Kemasan merupakan system yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang
menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual dan dipakai. Menurut
WTO (World Trade Organization) pengemasan adalah suatu system terpadu untuk
mengawetkan, melindungi, menyiapkan produk, hingga siap untuk ditransportasi dan
didistribusikan ke konsumen dengan cara yang efektif, efisien, murah dan mudah. Ada beberapa
alas an utama pengemasan, diantaranya:;

a. Untuk keamanan produk yang dipasarkan


Kemasan dapat melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen.
Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih, lebih menarik dan tahan terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh cuaca.
b. Untuk membedakan produk kita dengan produk pesaing
Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran. Melalui kemasan identifikasi produk
menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah pertukaran oleh produk pesaing
dan membedakan produknya
c. Untuk meningkatkan penjualan

4
Karena itu kemasan harus dibuat menarik dan unik, dengan demikian diharapkan dapat
memikat dan menarik perhatian konsumen.

BAB II Ruang lingkup kemasan

Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, dan merupakan


salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan dapat memperpanjang
umur simpan bahan. Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu
mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas /
dibungkusnya. Sebelum dibuat oleh manusia, alam juga telah menyediakan kemasan untuk
bahan pangan, seperti jagung dengan kelobotnya, buah-buahan dengan kulitnya, buah kelapa
dengan sabut dan tempurung, polong-polongan dengan kulit polong dan lain-lain. Manusia juga
menggunakan kemasan untuk pelindung tubuh dari gangguan cuaca, serta agar tampak anggun
dan menarik.

Dalam dunia moderen seperti sekarang ini, masalah kemasan menjadi bagian kehidupan
masyarakat sehari-hari, terutama dalam hubungannya dengan produk pangan. Sejalan dengan itu
pengemasan telah berkembang dengan pesat menjadi bidang ilmu dan teknologi yang makin
canggih. Ruang lingkup bidang pengemasan saat ini juga sudah semakin luas, dari mulai bahan
yang sangat bervariasi hingga model atau bentuk dan teknologi pengemasan yang semakin
canggih dan menarik. Bahan kemasan yang digunakan bervariasi dari bahan kertas, plastik,
gelas, logam, fiber hingga bahan-bahan yang dilaminasi. Namun demikian pemakaian bahan-
bahan seperti papan kayu, karung goni, kain, kulit kayu , daun-daunan dan pelepah dan bahkan
sampai barang-barang bekas seperti koran dan plastik bekas yang tidak etis dan hiegenis juga
digunakan sebagai bahan pengemas produk pangan.

Bentuk dan teknologi kemasan juga bervariasi dari kemasan botol, kaleng, tetrapak,
corrugated box, kemasan vakum, kemasan aseptik, kaleng bertekanan, kemasan tabung hingga
kemasan aktif dan pintar (active and intelligent packaging) yang dapat menyesuaikan kondisi
lingkungan di dalam kemasan dengan kebutuhan produk yang dikemas. Minuman teh dalam
kantong plastik, nasi bungkus dalam daun pisang, sekarang juga sudah berkembang menjadi
kotak kotak katering sampai minuman anggur dalam botol dan kemasan yang cantik berpita

5
merah. Susunan konstruksi kemasan juga semakin kompleks dari tingkat primer, sekunder, tertier
sampai konstruksi yang tidak dapat lagi dipisahkan antara fungsinya sebagai pengemas atau
sebagai unit penyimpanan, misalnya pada peti kemas yang dilengkapi dengan pendingin
(refrigerated container) berisi udang beku untuk ekspor. Industri bahan kemasan di Indonesia
juga sudah semakin banyak, seperti industri penghasil kemasan karton, kemasan gelas, kemasan
plastik, kemasan laminasi yang produknya sudah mengisi kebutuhan masyarakat dan dunia
industri. Di samping itu hingga saat ini di pedesaan masih banyak dijumpai masyarakat yang
hidup dari bahan pengemas tradisional, seperti penjual daun pembungkus (daun pisang, daun jati,
daun waru dan sebagainya), atau untuk tingkat industri rumah tangga terdapat pengrajin industri
keranjang besek, kotak kayu, anyaman serat, wadah dari tembikar dan lain-lain.

Industri kemasan di negara-negara maju telah lama berkembang menjadi


perusahaanperusahaan besar yang bergerak dalam usaha produksi bahan atau produk pengemas
seperti kaleng (American Can Co), karton (Pulp and Paper Co), plastik (Clearpack), botol plastik
PET (Krones), kemasan kotak laminasi (Tetrapak, Combibloc), gelas, kertas lapis, kertas
alumunium dan lain-lain yang produknya diekspor ke berbagai belahan dunia. Industri lain yang
berkaitan dengan pengemasan adalah industri penutup kemasan seperti penutup botol (Bericap),
industri sealer meachine dan industri pembuat label dan kode pada kemasan.

B. FUNGSI DAN PERANAN KEMASAN

Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi produk
dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. Secara
umum fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah:

1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen, agar produk tidak
tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran
2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet, panas,
kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat
merusak dan menurunkan mutu produk.
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi
dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.

6
4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi 10, 1
lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting
dalam dunia perdagangan..
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dari produk di dalamnya,
misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau produk
berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan warna, maka
dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di sekitarnya.
6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan syrup
mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastik.
7. Menambah daya tarik calon pembeli
8. Sarana informasi dan iklan.
9. Memberi kenyamanan bagi pemakai.
Fungsi ke-6, 7 dan 8 merupakan fungsi tambahan dari kemasan, akan tetapi dengan semakin
meningkatnya persaingan dalam industri pangan, fungsi tambahan ini justru lebih
ditonjolkan, sehingga penampilan kemasan harus betul-betul menarik bagi calon pembeli,
dengan cara membuat :
 Cetakan yang multi warna dan mengkilat sehingga menarik dan berkesan mewah
 Dapat mengesankan berisi produk yang bermutu dan mahal
 Desain teknik dari wadahnya memudahkan pemakai
 Desain teknik wadahnya selalu mengikuti teknik mutahir sehingga produk yang
dikemasnya terkesan mengikuti perkembangan terakhir. Di samping fungsi-fungsi di
atas, kemasan juga mempunyai peranan penting dalam industri pangan, yaitu :
 pengenal jatidiri/identitas produk
 penghias produk
 piranti monitor
 media promosi
 media penyuluhan atau petunjuk cara penggunaan dan manfaat produk yang
ada didalamnya
 bagi pemerintah kemasan dapat digunakan sebagai usaha perlindungan
konsumen

7
 bagi konsumen kemasan dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang
isi/produk, dan ini diperlukan dalam mengambil keputusan untuk membeli
produk tersebut atau tidak.

Kemasan juga mempunyai sisi hitam karena sering disalahgunakan oleh produsen untuk
menutupi kekurangan mutu atau kerusakan produk, mempropagandakan produk secara tidak
proporsional atau menyesatkan sehingga menjurus kepada penipuan atau pemalsuan.
Pengemasan bahan pangan juga dapat menambah biaya produksi, dan ada kalanya biaya
kemasan dapat jauh lebih tinggi dari harga isinya. Untuk produk yang dikonsumsi oleh kelompok
konsumen yang mengutamakan pelayanan, maka hal ini tidak menjadi masalah, akan tetapi
untuk produkproduk yang dikonsumsi oleh masyarakat umum maka biaya pengemasan yang
tinggi perlu dihindari. Biaya pengemasan utama sekitar 10-15% dari biaya produk dan biaya
kemasan tambahan sekitar 5-15% dari biaya produk.

C. KLASIFIKASI KEMASAN

Kemasan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara yaitu :


1. Klasifikasi kemasan berdasarkan frekwensi pemakaian :

a. Kemasan sekali pakai (disposable) , yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah dipakai.
Contoh bungkus plastik untuk es, permen, bungkus dari daun-daunan, karton dus minuman sari
buah, kaleng hermetis.

b. Kemasan yang dapat dipakai berulangkali (multitrip), contoh : botol minuman, botol kecap,
botol sirup. Penggunaan kemasan secara berulang berhubungan dengan tingkat kontaminasi,
sehingga kebersihannya harus diperhatikan.

c. Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen (semi
disposable), tapi digunakan untuk kepentingan lain oleh konsumen, misalnya botol untuk tempat
air minum dirumah, kaleng susu untuk tempat gula, kaleng biskuit untuk tempat kerupuk, wadah
jam untuk merica dan lain-lain. Penggunaan kemasan untuk kepentingan lain ini berhubungan
dengan tingkat toksikasi.

8
2. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan) :

a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan
pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe.
b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-
kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak
kayu untuk buah yang dibungkus, keranjang tempe dan sebagainya.
c. Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer,
sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan.
Misalnya jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian
dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.

3. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekauan bahan kemasan :

a. Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa adanya retak
atau patah. Misalnya plastik, kertas dan foil.
b. Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan,
patah bila dibengkokkan relatif lebih tebal dari kemasan fleksibel. Misalnya kayu,
gelas dan logam.
c. Kemasan semi kaku/semi fleksibel yaitu bahan kemas yan memiliki sifat-sifat antara
kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik (susu, kecap, saus), dan
wadah bahan yang berbentuk pasta.

4. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan :

a. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu kemasan yang secara sempurna tidak
dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga selama masih hermetis wadah ini
tidak dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan debu. Misalnya kaleng, botol gelas
yang ditutup secara hermetis. Kemasan hermetis dapat juga memberikan bau dari
wadah itu sendiri, misalnya kaleng yang tidak berenamel.

9
b. Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya kemasan
logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang mengandung
lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan hasil fermentasi, karena cahaya dapat
mengaktifkan reaksi kimia dan aktivitas enzim.
c. Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan proses
pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi. Umumnya terbuat dari logam dan gelas.

5. Klasifikasi kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai (perakitan) :

a. Wadah siap pakai yaitu bahan kemasan yang siap untuk diisi dengan bentuk yang
telah sempurna. Contoh : botol, wadah kaleng dan sebagainya.
b. Wadah siap dirakit / wadah lipatan yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap
perakitan sebelum diisi. Misalnya kaleng dalam bentuk lembaran (flat) dan silinder
fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik. Keuntungan penggunaan
wadah siap dirakit ini adalah penghematan ruang dan kebebasan dalam menentukan
ukuran.

D. JENIS-JENIS KEMASAN UNTUK BAHAN PANGAN

Berdasarkan bahan dasar pembuatannya maka jenis kemasan pangan yang tersedia saat
ini adalah kemasan kertas, gelas, kaleng/logam, plastik dan kemasan komposit atau kemasan
yang merupakan gabungan dari beberapa jenis bahan kemasan, misalnya gabungan antara kertas
dan plastik atau plastik, kertas dan logam. Masing-masing jenis bahan kemasan ini mempunyai
karakteristik tersendiri, dan ini menjadi dasar untuk pemilihan jenis kemasan yang sesuai untuk
produk pangan. Karakteristik dari berbagai jenis bahan kemasan adalah sebagai berikut :

1. Kemasan Kertas

10
- tidak mudah robek

- tidak dapat untuk produk cair

- tidak dapat dipanaskan

- fleksibel

2. Kemasan Gelas

- berat

- mudah pecah

- mahal

- non biodegradable

- dapat dipanaskan

- transparan/translusid

- bentuk tetap (rigid)

- proses massal (padat/cair)

- dapat didaur ulang

3. Kemasan logam (kaleng)

11
- bentuk tetap

- ringan

- dapat dipanaskan

- proses massal (bahan padat atau cair)

- tidak transparan

- dapat bermigrasi ke dalam makanan yang dikemas

- non biodegradable

- tidak dapat didaur ulang

4. Kemasan plastik

- bentuk fleksibel

- transparan

- mudah pecah

- non biodegradable

- ada yang tahan panas

- monomernya dapat mengkontaminasi produk

12
5. Komposit (kertas/plastik)

- lebih kuat

- tidak transparan

- proses massal

- pengisian aseptis

- khusus cairan

- non biodegradable

Selain jenis-jenis kemasan di atas saat ini juga dikenal kemasan edible dan kemasan
biodegradable. Kemasan edible adalah kemasan yang dapat dimakan karena terbuat dari bahan-
bahan yang dapat dimakan seperti pati, protein atau lemak, sedangkan kemasan biodegradable
adalah kemasan yang jika dibuang dapat didegradasi melalui proses fotokimia atau dengan
menggunakan mikroba penghancur. Saat ini penggunaan plastik sebagai bahan pengemas
menghadapi berbagai persoalan lingkungan, yaitu tidak dapat didaur ulang dan tidak dapat
diuraikan secara alami oleh mikroba di dalam tanah, sehingga terjadi penumpukan sampah
palstik yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan bagi lingkungan. Kelemahan lain adalah
bahan utama pembuat plastik yang berasal dari minyak bumi, yang keberadaannya semakin
menipis dan tidak dapat diperbaharui. Seiring dengan kesadaran manusia akan persoalan ini,
maka penelitian bahan kemasan diarahkan pada bahan-bahan organik, yang dapat dihancurkan
secara alami dan mudah diperoleh. Kemasan ini disebut dengan kemasan masa depan (future
packaging). Sifat-sifat kemasan masa depan diharapkan mempunyai bentuk yang fleksibel
namun kuat, transparan, tidak berbau, tidak mengkontaminasi bahan yang dikemas dan tidak
beracun, tahan panas, biodegradable dan berasal dari bahan-bahan yang terbarukan. Bahan-bahan
ini berupa bahan-bahan hasil pertanian seperti karbohidrat, protein dan lemak.

13
Pemilihan jenis kemasan yang sesuai untuk bahan pangan, harus mempertimbangkan
syarat syarat kemasan yang baik untuk produk tersebut, juga karakteristik produk yang akan
dikemas. Syaratsyarat yang harus dipenuhi oleh suatu kemasan agar dapat berfungsi dengan baik
adalah :

1. Harus dapat melindungi produk dari kotoran dan kontaminasi sehingga produk tetap
bersih.
2. Harus dapat melindungi dari kerusakan fisik, perubahan kadar air , gas, dan
penyinaran (cahaya).
3. Mudah untuk dibuka/ditutup, mudah ditangani serta mudah dalam pengangkutan dan
distribusi.
4. Efisien dan ekonomis khususnya selama proses pengisian produk ke dalam kemasan.
5. Harus mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar
yang ada, mudah dibuang dan mudah dibentuk atau dicetak.
6. Dapat menunjukkan identitas, informasi dan penampilan produk yang jelas agar dapat
membantu promosi atau penjualan.

Pemilihan jenis kemasan untuk produk pangan ini lebih banyak ditentukan oleh
preferensi konsumen yang semakin tinggi tuntutannya. Misalnya kemasan kecap yang tersedia di
pasar adalah kemasan botol gelas, botol plastik dan kemasan sachet, atau minuman juice buah
yang tersedia dalam kemasan karton laminasi atau gelas, palstik, sehingga konsumen bebas
memilih kemasan mana yang sesuai untuknya, dan masing-masing jenis kemasan mempunyai
konsumen tersendiri. Tingginya tuntutan konsumen terhadap produk pangan termasuk jenis
kemasannya ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor Demografi (umur), dengan adanya program pengaturan kelahiran dan dengan
semakin baiknya tingkat kesehatan maka maka laju pertambahan penduduk semakin
kecil tetapi jumlah penduduk yang mencapai usia tua semakin banyak. Hal ini
mempengaruhi perubahan permintaan akan pangan.
14
b. Pendidikan yang semakin meningkat, termasuk meningkatnya jumlah wanita yang
mencapai tingkat pendidikan tinggi (universitas), menyebabkan tuntutan akan produk
pangan yang berkualitas semakin meningkat.
c. Imigrasi dari satu negara ke negara lain akan mempengaruhi permintaan pangan di
negara yang dimasuki. Misalnya migrasi kulit hitam ari Afrika dan Asia ke Eropa
atau Amerika mempengaruhi jenis produk pangan di Eropa dan Amerika.
d. Pola konsumsi di tiap negara, misalnya konsumsi daging sapi di Amerika lebih tinggi
daripada di negara-negara Asia.

e. Kehidupan pribadi (lifestyle). Saat ini jumlah wanita yang bekerja sudah lebih banyak,
sehingga kebutuhan akan makanan siap saji semakin tinggi, dan ini berkembang ke arah tuntutan
bagaimana menemukan kemasan yang langsung dapat

dimasukkan ke oven tanpa harus memindahkan ke wadah lain, serta permintaan akan single
serve packaging juga menjadi meningkat.

B. BUKU PEMBANDING
A. TERMINOLOGI DESAIN

Desain merupakan suatu proses yang dapat dikatakan telah seumur dengan keberadaan
manusia di bumi. Hal ini sering tidak kita sadari. Akibatnya, sebagian dari kita berpendapat
seolah-olah desain baru dikenal sejak jaman modern dan merupakan bagian dari kehidupan
modern. Dalam bahasa sehari-hari kata desain sering di artikan sebagai sebuah perancangan,
rencana atau gagasan. Pengertian seperti ini tidak sepenuhnya salah tetapi juga tidak sepenuhnya
benar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa desain sepadan dengan kata
perancangan. Namun demikian , kata merancang/rancang aau rancang bangun yang sering
disepadankan dengan kata desain ini nampaknya belum dapat mengartikan desain secara lebih
luas. Kata “Desain” yang sebenarnya merupakan kata baru yang merupakan peng-Indonesia-an
dari kata design (bahasa Inggris) tetap dipertahankan. Kata desain ini menggeser kata rancang
bangun karena kata tersebut tidak dapat mewadahi kegiatan, keilmuan, keluasan dan pamor
profesi atau kompetensi,( Sachari, 2000). Pengertian desain dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang dan konteksnya. Desain dapat juga diartikan sebagai suatu kreasi seniman untuk
memenuhi kebutuhan tertentu dan cara tertentu pula. Desain juga dapat merupakan pemecahan
masalah dengan suatu target yang jelas (Archer, 1965). Sedangkan menurut Alexander (1963)
desain merupakan temuan unsur fisik yang paling objektif. Atau desain merupakan tindakan dan
inisiatif untuk merubah karya manusia (Jones, 1970).

15
Perkembangan selanjutnya pengertian desain amat bervariatif karena tumbuhnya profesi
ini diberbagai Negara. Salah satu tokoh yan mengevaluasi pengertian desain adalah Bruce
Archer, menurutnya desain adalah salah satu bentuk kebutuhan badani dan rohani manusia yang
dijabarkan melalui berbagai bidang pengalaman, keahlian dan pengetahuan yang mencerminkan
perhatian pada apresiasi dan adaptasi terhadap sekelilingnya, terutama yang berhubungan dengan
bentuk, komposisi, arti, nilai dan berbagai tujuan benda buatan manusia. Jika istilah ‘desain’
maknanya adalah ‘rencana’, maka ‘rencana’ adalah bendanya (benda yang dihasilkan dalam
proses perencanaan).

Kegiatannya disebut’ merencana’ atau ‘mencananakan’. Pelaksananya disebut


‘perencana’, sedangkan segala sesuatu yang berkaitan erat dengan proses pelaksanaan
pembuatan suatu rencana, disebut ‘perencanaan’. Jadi kata ‘mendisain’ mempunyai pengertian
yang secara umum setara dengan ‘merencana, merancang, rancang bangun, atau merekayasa,
yang artinya setara dengan istilah ‘to design’ atau ‘designing’ (Bahasa Inggris). Istilah
mendesain mempunyai makna: ‘melakukan kegiatan/ aktivitas/proses untuk menghasilkan suatu
desain (Palgunadi, 2007). Dengan demikian, pengertian desain selalu mengalami perubahan
sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Hal ini membuktikan bahwa desain
sebenarnya mempunyai arti yang enting dalam kebudayaan manusia secara keseluhan, baik
ditinjau dari usaha memecahkan masalah fisik dan rohani manusia, maupun sebagai bagian
kebudayaan yang memberi nilai-nilai tertentu sepanjang perjalanan sejarah umat manusia.

Berdasarkan definisi tersebut diatas, jelas bahwa desain tidak semata-mata rancangan
diatas kertas, tetapi juga proses secara keseluruhan sampai karya tersebut terwujud dan memilki
nilai. Desain memang tidak berhenti diatas ketas, tetapi erupakan aktivitaspraktis yang meliputi
juga unsure-unsur ekonomi, social, teknologi dan budaya dalam berbagai dinamikanya. Desain
yang baik hanya diatas berhenti diatas ketas, tetapi erupakan aktivitaspraktis yang meliputi juga
unsure-unsur ekonomi, social, teknologi dan budaya dalam berbagai dinamikanya.Desain yang
baik hanya diatas kertas saja hanya akan terjerumus semata-mata sebagai kebudayaan konsep
belaka. Karena betapapun juga desain yang baik adalah desain yang memenuhi kebutuhan
masyarakat. Disamping itu penerimaan masyarakat tersebut kepada suatu desain haruslah kritis,
karena tanpa unsure tersebut tidak akan terjadi pertumbuhan desain yang sehat.

B. RUANG LINGKUP DESAIN PRODUK

Desain produk merupakan salah satu bidang ke ilmuan yang terintegrasi dengan segala
bentuk aspek kehidupan manusia dari masa kemasa. Memadukan unsur khayal dan orientasi
penemuan solusi untuk berbagai masalah yang dihadapi manusia dengan menjembatani estetika
serta teknologi yang masing-masingnya dinamis dan memiliki pola tertentu dalam
perkembangannya. Lingkup desain produk dapat dikatakan hampir tidak terbatas, melingkupi
semua aspek yang memungkinkan untuk dipecahkan oleh profesi/ kompetensi ini. Namun
demikian jika mengacu pada perkembangan internasional, terdapat wilayah profesi yang tegas
terdiri atas desain produk, desain grafis, dan desain interior.

16
Wilayah desain yang disebutkan ini wilayah desain yang diletakkan pada bidang seni
rupa. Berdasarkan pembagian wilayah desain tersebut, desain produk merupakan salah satu dari
wilayah desain yang ada. Desain produk merupakan terjemahan dari Industrial Design. Sebagian
para ahli menerjemahkan Industrial Design dengan desain produk. Sebagian yang lain
menerjemahkan dengan desain industri. Penerjemahan yang terakhir dirasa kurang tepat, karena
yang didesain bukanlah industrinya melainkan produknya. (Adhi Nugraha,1989). Dalam
perkembangan selanjutnya profesi ini terbagi atas beberapa kelompok kompetensi (mungkin juga
dapat berkembang sejalan dengan perkembangan jaman), yaitu:

 Desain produk peralatan


 Desain perkakas lingkungan
 Desain alat transportasi
 Desain produk kerajinan (Kriya)

Meski dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, namun secara umum mendesain produk
mempunyai mekanisme yang sama dalam berpikir kreatif dalam perancangan sebuah produk,
sehingga produk tersebut memenuhi nilai-nilai fungsional yang tepat dan menjadi solusi bagi
masalah yang dihadapi manusia dengan tidak meninggalkan aspek kenyamanan user/pengguna
melalui teknik-teknik dan ketentuan-ketentuan tertentu dan pada akhirnya diteruskan menjadi
siklus hidup produk yang ditentukan oleh pola perancangan awal baik itu inovasi, modifikasi
maupun duplikasi.

Desain produk adalah pioner dan kunci kesuksesan sebuah produk menembus pasar
sebagai basic bargain marketing, mendesain sebuah produk berarti membaca sebuah pasar,
kemauan mereka, kemampuan mereka, pola pikir mereka serta banyak aspek lain yang akhirnya
mesti diterjemahkan dan di-aplikasikan dalam perancangan sebuah produk. Kemampuan sebuah
produk bertahan dalam siklus sebuah pasar ditentukan oleh bagaimana sebuah desain mampu
beradaptasi akan perubahan-perubahan dalam bentuk apapun yang terjadi dalam pasar yang
dimasuki produk tersebut, sehingga kemampuan tersebut menjadi nilai keberhasilan bagi produk
itu sendiri dikemudian hari.

Dengan krusialnya bentuk tanggup jawab seorang desainer produk industri dalam
perancangan sebuah produk, desainer produk harus memiliki pengetahuan dan riset yang baik
sebelum merancang sebuah produk, proses tersebut tidak ayal lagi membutuhkan waktu yang
kadang-kadang tidak singkat dalam perancangannya. Ketajaman berpikir dan membaca peluang
sangatlah dominan dalam menentukan rating desainer tersebut. Sense dapatlah kita katakan
begitu, terbentuk dari pengalaman yang panjang dan ditempa berbagai aspek yang melingkupi
dan dihadapi sang desainer tersebut. Skala perancangan desain produk sangat luas jika kita lihat
dari berbagai aspek; dengan kata lain desain produk merupakan sebuah bahasa dominan dalam
perkembangan dan pola pikir manusia sejak dahulu kala.

17
Mekanisme dan system flow yang berkembang saat ini lahir dari kebiasaan yang
berkembang sejak dahulu kala; Saat manusia purba menemukan masalah untuk mendapatkan
hasil buruan, manusia purba menciptakan senjata dalam bentuk tombak, agar dapat dijadikan alat
yang efektif menangkap binatang yang diburu Dari contoh tersebut dapat kita lihat mekanisme
berpikir kreatif yang sama dalam perancangan sebuah produk, berangkat dari masalah lalu
menciptakan sebuah benda agar dapat dijadikan sebuah solusi yang efektif bagi permasalahan
tersebut, dan pola pikir ortodok tersebutlah yang menjadi dasar metodologi keilmuan desain
produk hingga saat ini.

Tetapi ternyata desain dari sebuah produk disatu saat, ketika menjadi sebuah aspek yang
paling tinggi dalam kehidupan manusia, dengan nilai-nilai dan orientasi yang dirancang dapat
dengan tepat berubah menjadi sebuah sarana atau alat menentukan selera, interaksi dan
komponen psikologis lainnya dalam pasar yang dimasuki. Desain produk itu sendiri dapat
menjadi teori-teori itu sendiri, mejadi icon-icon, semantik-semantik, serta pengaruh dengan
keberadaannya yang dibawa oleh aspek-aspek lain secara mandiri.

C. DESAIN PRODUK KERAJINAN

Desain produk kerajinan merupakan salah satu lingkup desain produk yang
mengkhususkan diri dalam pembuatan desain produk kerajinan. Kata ‘kerajinan’, dalam istilah
bahasa Inggris disebut ‘craft’, sedang dalam istilah Bahasa Indonesia disebut ‘kria’, atau ‘kriya’
dalam bahasa Jawa, yang berarti: pekerjaan, hasil pekerjaan, hasil pekerjaan tangan, keahlian,
suatu benda (bisa juga berarti produk) yang dihasilkan dari ketrampilan pekerjaan tangan dan
dilandasi oleh kehalusan rasa. (Palgunadi, 2007). Istilah craft berarti keahlian, keprigelan,
kebisaan.

Dekat dengan istilah ini dalam Bahasa Inggris dikenal istilah ‘craftman’, yang artinya:
tukang, ahli, juru, orang yang mempunyai ketrampilan, ahli. Istilah lain yang dekat adalah
‘craftmanship’, yang artinya: keahlian, ketrampilan. Desain produk kerajinan merupakan desain
yang berbasis kria, merupakan terjemahan dari istilah ‘craft design’ dan dapat didefinisikan
sebagai suatu karya desain yang dilandasi (berbasis) prinsip-prinsip kria (craft) dalam proses
realisasinya.

Benda/produk hasil desain produk kerajinan umumnya lebih menitikberatkan pada nilai-
nilai keunikan (uniqueness), estetika (keindahan), seni (art), adiluhung, berharkat tinggi, khusus,
khas, dan kehalusan rasa sebagai unsur dasar. Sementara dalam pemenuhan fungsinya lebuh
menekankan pada pemenuhan fungsi pakai yang lebih bersifat fisik (fisiologis), misalnya: benda-
benda pakai, perhiasan, furnitur, sandang, dan sebagainya. Pemenuhan atas fungsi yang bersifat
nonfisik bisa dikatakan relatif kecil.

Karena didasari oleh ketrampilan dan kehalusan rasa, maka benda-benda hasil produk
kerajinan umumnya sangat mengeksploitasi dan menonjolkan aspek rupa dan keindahan
(estetika). Dalam sejumlah kasus, ada kecenderungan menggunakan pola (pattern) atau bentuk

18
(form, shape) yang rumit (complicated), serta mungkin juga mengeksploitasi dan menerapkan
ragam hias (ornamen).

Benda-benda hasil produk kerajinan umumnya dibuat secara berulang, dan dibuat dalam
skala besar (mass product). Tentunya dibutuhkan persyaratan-persyaratan tertentu yang harus
dipenuhi dalam proses perancangannya yang sangat berbeda dengan hasil produk yang bersifat
eksklusif (hanya dibuat sebuah saja). Semua hasil karya seni, jika masih berjumlah sebuah dan
berstatus belum diproduksi, bisa disebut artwork, sering juga disebut master. Namun jika
kemudian diproduksi secara massal (diperbanyak jumlahnya), maka kategorinya berubah
menjadi ‘produk yang diindustrikan’ (industrialized product, fabricated product, manufactured
product). Dalam hal ini perubahan status tidak didasarkan atas cara, sistem, teknologi, atau
pendekatan poduksi yang dilaksanakan, akan tetapi dari diperbanyak atau tidaknya produk
tersebut.

Desain produk kerajinan mengandung upaya mencari struktur dan material yang tepat.
Desain juga merupakan suatu proses , yaitu proses berfikir yang sistematis untuk mencapai mutu
hasil yang optimal. Dengan demikian bahwa pada hakekatnya desain adalah mencari mutu yang
lebih baik, mutu material, teknis dan performansi, bentuk baik secara perbagian maupun secara
keseluruhan. Predikat baik pada desain tersebut sangat tergantung pada sasaran dan filosofi
mendesain pada umumnya, bahwa:

A. Sasaran itu berbeda-beda menurut kebutuhan dan kepentingan


B. Setiap upaya desain harus berorientasi pada mencapai hasil yang seoptimal mungkin
dengan biaya yang serendah-rendahnya.

Dengan demikian, dapat dikataka bahwa desain itu lebih baik dari desain yan lain apabila
(harga, citra) desain tersebut memenuhi sasaran kebutuhan yang paling optimal. Dari uraian
tersebut maka jelas bagi kita bahwa ketika seseorang membuat desain harus merumuskan sasaran
setepat-tepatnya: apa, mengapa,siapa, bagaimana, dimana, dan kapan. Hal in dalam ilmu desain
dikenal dengan tahapan identifikasi permasalahan merupakan kunci yang menentukan. Selain
menentukan sasaran selanjutnya dalam proses desain harus menentukan pengembangan produk
(product development).

Dalam pengembangan produk ini, bergantung pada masalah yang telah dirumuskan
diatas. Selain itu ditentukan pula factor-faktor ynag perlu dikaji. Secara keseluruhan faktor-
faktor tersebut meliputi:

1. Faktor Performansi Suatu desain itu harus praktis, ekonomis, aman,sesuai dengan kondisi
psikologis dan fisiologis manusia (ergonomic) maka perlu mempertimbangkan:

A. Kenyamanan
B. Kepraktisan
C. Keselamatan/keamanan

19
D. Kemudahan dalam penggunaan
E. Kemudahan dalam pemeliharaan
F. Kemudahan dalam perbaikan

2. Faktor Fungsi Suatu desain secara fisik dan teknis harus bekerja sesuai dengan fungsi yang
dituntut. Oleh karena itu perlu mempertimbangkan:

A. Kelayakan
B. Kehandalan
C. Spesifikasi dari material
D. Strktur penggunaan atau system tenaga

3. Faktor Produksi Desain harus memungkinkan untuk diproduksi sesuai dengan metode dan
proses yang tela ditentukan. Untuk itu perlu mempertimbangkan:

A. Permesinan
B. Bahan baku
C. Sistem proses produksi
D. Tingkat ketrampilan tenaga kerja
E. Biaya produksi
F. Standardisasi

4. Faktor Pemasaran Desain dapat dikatakan berhasil jika jangkauan pasar semakin luas dan
masa hidup atau design lifa dapat bertahan dalam waktu yang lama. Untuk itu dipertimbangkan,
meliputi:

A. Selera konsumen
B. Citra produk
C. Sasaran pasar
D. Penentuan harga
E. Saluran Distribusi

5. Faktor Kepentingan Produsen Desain produk yang dihasilkan harus bertujuan menghasilkan
keuntungan atau laba, sehingga akan menjamin kelangsungan hidup produsen. Dengan demikian
perlu mempertimbangkan:

A. Identitas Perusahaan
B. Status (swasta, pemerintah, yayasan, dan lain-lain)

6. Faktor Kualitas Bentuk Suatu desain harus dibuat sedemikian rupa agar menarik sehingga
menimbulkan kenikmatan estetis. Hal ini penting dalam meningkatkan cita rasa seseorang/
masyarakat/ konsumen. Untuk itu perlu diperhatikan:

20
a. Spirit dan gaya jaman Spirit dan gaya jaman senantiasa menandai style suatu desain produk.
Sebagai contoh pada jaman terjadi gerakan seni dan kriya atau lebih dikenal dalam bahasa
Inggris sebagai art and craft movement ( suatu gerakan pada akhir masa revolusi industri yang
mementingkan komitmen kerja dan keindahan), yang menolak estetika yang dihasilkan oleh
produksi secara massal, karena dianggap sebagai penyebab utama hilangnya keindahan
individual. Pada gerakan ini, mesin dianggap menghantui seni dari pertukangan (industri) karena
barang yang dikerjakan mesin sudah menjadi standarisasi sendiri. Gerakan ini ingin menjadikan
seni sebagai bagian dari komunitas dan seniman seharusnya juga seorang perajin kriya. Art and
craft movement memberikan kesan kembali ke periode gothic, roccoco, dan renaisans. Maka
pada saat itu satu ciri utama dari desain yang dihasilkannnya adalah karya seni dibuat secara
individu oleh seniman dengan sentuhan artistik yang khas. Setiap karya digarap dengan serius
dan teliti.

b. Estetika dan Daya tarik Desain tidak sekedar membuat struktur, konstruksi dan bentuk saja,
sebagaimana pendapat Plato dalam Bertram (1938) bahwa prinsip dalam pembuatan benda
dihubungkan dengan segi keindahan dan keserasian, yang merupakan faktor penting dalam
desain, karena sekuat apapun konstruksinya, sebagus apapun bahannya, jika tidak memiliki
sentuhan keindahan maka tidak akan diminati oleh konsumen.

c. Penyelesaian detail dan finishing Sebuah desain merupakan rencana yang akan
diimplementasikan dalam karya jadi. Jika sebuah produk dikerjakan secara serampangan akan
terlihat tidak profesional. Oleh karena itu setiap detail dari produk yang dihasilkan harus
dicermati secara seksama, karena kualitas suatu produk sangat tergantung dari bagaimanan
penyelesaian detail dan finishingnya tergarap dengan sempurna.

d. Pengolahan bentuk sesuai struktur dan karakter bahan Bentuk yang tercipta juga sangat
ditentukan oleh bahan yang digunakan. Setiap bahan memiliki karakteristiknya masing-masing
yang menjadi ciri khas dan pembeda dari bahan lainnya. Setiap bahan pun membawa kesan dan
citra tertentu.

e. Kombinasi dengan bahan lain Kombinasi mengandung arti memadukan dua unsur atau bahan
yang berbeda. Dalam pembuatan desain produk sangat dimungkinkan adanya kombinasi bahan
yang akan menghasilkan suatu produk yang inovatif dan mengandung unsur kebaruan dan
keunikan (uniqueness).

21
BAB III
PEMBAHASAN

1. Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama

Menurut saya buku yang berjudul besar “the art of packaging” ini mempunyai
kekurangan dan juga kelebihan.

 Kelebihan buku
a. Bermula dari cover terlihat indah dan bagus pemilihan warna nya dan mempunyai
perpaduan warna yang cocok dan cerah.
b. Lanjut ke halaman selanjutnya akan di tunjukkan tentang bibliografi tentang buku
yang bagi saya itu sudah sangat lengkap.
c. Di dalam buku ini terdapat gambar yang membuat pembaca lebih memahami materi.
d. Segi penulisan nya sangat rapi dan sangat jelas terlihat tulisan nya.
e. Setiap penjelasan materi disertai dengan contoh.
f. Buku ini menjelaskan materi secara ringkas dan padat.
g. Sangat terkhusus untuk enterpreneur muda dalam mendapatkan ide
h. dengan membaca buku ini bisa menjadi tahu jenis-jenis kemasan dan proses
pembuatan packaging sehingga kelak bisa memberikan masukan kepada tim
operations untuk mempertimbangkan jenis kemasan lain demi efisiensi biaya.

 Kelemahan buku
a. Buku ini menjelaskan banyak menggunakan bahasa asing yang sebaiknya ada
perbaikan karna tidak setiap orang mengerti.
b. Karna banyak nya bahasa asing sehingga peminat kurang mendalami materi pada
buku
c. Di buku ini tidak ada ringkasan singkat tentang materi

2. Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding


A. Kelebihan

22
1. Kelebihan dari buku  ini adalah menjelaskan setiap bab nya dengan baik.
2. Materi yang diberikan memiliki kesinambungan antara satu dengan yang lainnya.
3. Pemilihan kata yang lazim digunakan juga menambah nilai plus buku ini. Pembaca
menjadi mudah memahami isinya.
4. Terdapat kolom untuk catatan sumber.
5. Untuk tampilan cover, buku ini cukup menarik karena warna yang dipilih terasa
cocok.
6. Font yang digunakan untuk konten juga pas dan nyaman untuk dibaca. Dengan font
size yang cukup besar sehingga memudahkan pembaca dalam membaca.

B. Kekurangan
1. Kekurangan dari buku  ini adalah kurangnya ornamen ornamen visual yang dapat
menciptakan gairah membaca. Kebanyakan pembaca akan tertarik untuk melanjutkan
bacaan apabila ada ornamen ornamen yang terdapat di buku, seperti gambar gambar
ataupun bentuk bentuk lainnya.

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Desain produk merupakan salah satu faktor paling penting dan sensitif bagi suatu
perusahaan. Keberhasilan atau kegagalan produk menentukan bisnis, pangsa pasar, dan reputasi
perusahaan. Jadi selama tahap desain produk, berbagai faktor yang terkait dengan produk perlu
ditangani. Desain produk juga merupakan proses pembentukan dan pengembangan ide yang
efisien dan efektif dalam rangka menciptakan produk baru.
Desain produk mencakup semua pekerjaan desain teknik dan industri yang digunakan
untuk mengembangkan produk, mulai dari konsep awal hingga produksi, dan akhirnya
mengubahnya menjadi penemuan nyata sebuah produk. Produk desainer berperan
menggabungkan seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi untuk menciptakan produk-produk baru
yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

B. Saran

Adapun manfaat yang diharapkan dari critical book review ini adalah sebagai media
untuk memperluas wawasan peneliti sehingga dapat menerapkan ilmu yang diperolehnya dalam
perkuliahan pada keadaan yang sebenarnya dalam lapangan terkhususnya di bidang pendidikan
serta bahan referensi atau masukan untuk memberikan informasi yang positif bagi mahasiswa
yang ingin memperluas ilmu pendidikan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Julianti, Sri. 2018. The Art of Packaging. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hidayat Junaidi. 2012. Desain Kemasan. Jakarta Barat : Pandu Pustaka.

25

Anda mungkin juga menyukai