Anda di halaman 1dari 33

IMPLIKASI PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH

TERHADAP PENYELENGGRAAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Asiah S.pd.,M,Pd

Mata Kuliah: Perkembangan Peserta Didik

DISUSUN OLEH :

ARIE RESTA SYAHPUTRA : 5183142010

JOKAS JERIKHO : 5182142007

SUCI CHAIRANI : 5181142005

VINNY RIANA LUBIS : 5183142014

FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TATA BOGA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TA. 2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan tugas ini, yang berjudulImplikasi Perkembangan Anak Usia
Sekolah Menengah Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan
yang kami miliki, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan adanya saran dan kritik
yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya tugas ini, semoga Tuhan yang Maha Esa, membalas amal
kebaikannya.Amin.
Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Medan, 10 Oktober 2018

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG................................................................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................... 5
C. TUJUAN.................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5
A. IMPLIKASI PERKEMBANGAN FISIK DAN PERILAKU PSIKOMOTORIK.................5
B. IMPLIKASI PERKEMBANGAN BAHASA DAN PERILAKU KOGNITIF....................10
C. IMPLIKASI PERILAKU SOSIAL, MORAITAS DAN KEAGAMAAN............................17
D. IMPLIKASI PERILAKU AFEKTIF, KONATIF, DAN KEPRIBADIAN.........................18
E. IMPLIKASI PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA TERHADAP
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN...................................................................................... 19
F. IMPLIKASI PERKEMBANGAN KONSEP DIRI...............................................................25
G. IMPLIKASI TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA BAGI PENDIDIKAN......31
BAB III PENUTUP........................................................................................................................... 33
A. KESIMPULAN....................................................................................................................... 33
B. SARAN.................................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 34
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini banyak para pendidik yang kurang perhatian dalam mempelajari pola
pertumbuhan maupun perkembangan peserta didik yang sebenarnya sangat berguna
demi kelancaran proses pembelajaran. Dengan kurang fahamnya pendidik dengan pola
pertumbuhan maupun perkembangan peserta didikinya maka akan terjadi beberapa
hambatan dalam proses pembelajaran seperti : kurang difahaminya materi yang
disampaikan pendidik.

Disamping itu, kami membuat makalah ini dengan harapan agar penulis dapat lebih
mendalam lagi dalam mempelajari perkembangan peserta didik guna mendukung
metode pembelajaran kelak.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.1 Bagaimana Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik pada Peserta Didik?
1.2 Apa saja Karakteristik pada Perkembangan Fisik dan Psikomotorik pada Peserta
Didik?
1.3 Bagaimana Perkembangan Bahasa Dan Perilaku Kognitif pada Peserta Didik?
1.4 Apa saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa?
1.5 Apa yang dimaksud dengan Perilaku Sosial, Moralitas Dan Keagamaan?
1.6 Apa yang dimaksud dengan Perilaku Afektif, Konatif,dan Keperibadian?
1.7 Bagaimana Perkembangan Emosi Remaja terhadap Penyelenggaraan
Pendididkan?
1.8 Apa saja faktor pada Perkembangan Konsep Diri?
1.9 Apa saja Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan?

C. TUJUAN
1.1 Mampu mendeskripsikan bagaimana Perkembangan Fisik dan Perilaku
Psikomotorik pada remaja.
1.2 Mampu menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi Perkembangan Bahasa.
1.3 Mampu memahami Perilaku Sosial, Moralitas Dan Keagamaan juga Perilaku
Afektif, Konatif,dan Keperibadian.
1.4 Mampu mendeskripsikan Perkembangan Emosi Remaja terhadap
Penyelenggaraan Pendididkan.
1.5 Mampu menganalisis faktor pada Perkembangan Konsep Diri.
1.6 Mampu memahami Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN
A. IMPLIKASI PERKEMBANGAN FISIK DAN PERILAKU PSIKOMOTORIK
a. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik atau pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan
salah satu aspek penting dari perkembangan individu.Pertumbuhan fisik adalah
perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan remaja.
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks.Semua organ
ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan
perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson mengemukakan bahwa perkembangan
fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:
1. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan
emosi.
2. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motorik.
3. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku
baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif
dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis.
4. Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-
perubahan dalam tubuh (seperti : pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ
indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon, dan lain-lain), dan perubahan-
perubahan dalam cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti
perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan
dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan
sebagainya).
b. Karakteristik Perkembangan Fisik Peserta Didik
1. Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak (0-5 tahun)
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai
mampu melakukan bermacam macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu
gerakan gerakan berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak,
melempar, menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar
sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu perkembangan
juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara
proporsional.Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai dengan koordinasi
gerak dan keseimbangan berkembang dengan baik.
2. Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11)
Perkembangan waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak,
koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot
otot kecil, kesehatan umum relative tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya
tahan kurang.
3. Usia 8-9 tahun
Terjadi perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan tubuh bertambah, anak laki
laki cenderung aktifitas yang ada kontak fisik seperti berkelahi dan bergulat,
koordinasi mata dan tangan lebih baik, sistim peredaran darah masih belum kuat,
koordinasi otot dan syaraf masih kurang baik. Dari segi psiologi anak wanita lebih
maju satu tahun dari lelaki
4. Usia 10-11 tahun
Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari wanita, kenaikan tekanan darah dan
metabolism yang tajam.Wanita mulai mengalami kematangan seksual (12
tahun).Lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan seksual.
5. Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja
Pada masa remaja perkembangan fisik yang paling menonjol terdapat pada
perkembangan, kekuatan, ketahanan, dan organ seksual.Karakteristik
perkembangan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertumbuhan berat dan
tinggi badan yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual primer (kelenjar-
kelenjar dan alat-alat kelamin) maupun tanda-tanda seksual sekunder (tumbuh
payudara, haid, kumis, dan mimpi basah, dan lainnya), timbulnya hasrat seksual
yang tinggi (masa puberitas).
6. Karakteristik perkembangan fisik pada masa dewasa
Kemampuan fisik pada masa dewasa pada setiap individu menjasdi sangat
bervariasi seiring dengan pertumbuhan fisik.Laki-laki cenderung lebih baik
kemampuan fisiknya dan gerakannya lebih terampil.Pertumbuhan ukuran tubuh
yang proposianal memberikan kemampuan fisik yang kuat.Pada masa dewasa
pertumbuhan mecapai titik maksimal.Pada masa ini pertumbuhan fisik mulai
terhenti sehingga hasil dari pertumbuhan ini menentukan kemampuan fisik.
c. Perkembangan Psikomotorik
Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku
psikomotorik ialah (1) bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana
kepada yang kompleks(2) dari yang kasar dan global (gross bodily movements)
kepada yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan (finely coordinated
movements).
Jenis perkembangan psikomotorik :
1. Berjalan dan Memegang Benda
Keterampilan berjalan diawali dengan gerakan-gerakan psikomotor dasar
(locomotion) yang harus dikuasainya selama tahun pertama dari
kehidupannya.Keterampilan memegang benda, sampai dengan enam bulan
pertama dari kelahirannya barulah merupakan gerakan meraih benda-benda
yang ditarik ke dekat badannya dengan seluruh lengannya.Masa enam bulan
kedua dari kelahirannya, jari-jemarinya dapat berangsur digunakan memungut
dan memegang erat-erat benda, seraya memasukkan ke mulutnya.Setelah
keterampilan berjalan bebas dikuasai, keterampilan memegang secara bebas
dapat dicapai.
2. Bermain dan Bekerja
Mulai usia empat sampai lima tahun bermain konstruksi yang e? alistic seperti
menyusun alat-alat mainan tertentu, dapat beralih kepada berbagai betuk
gerakan bermain yang ritmis dan dinamis, tetapi belum terikat dengan aturan-
aturan tertentu yang ketat. Pada usia anak sekolah, permainan e? alistic
berkembang ke permainan yang ?ealistic yang melibatkan gerakan yang lebih
kompleks disertai aturan tertentu yang ketat. Pada usia remaja, kegiatan motorik
sudah tertuju pada persiapan kerja, keterampilan menulis, mengetik, menjahit,
dan sebagainya.
d. Karakteristik Perkembangan Psikomotorik Peserta Didik
1. Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa kanak-kanak:
a. Usia 3 tahun
Tidak dapat berhenti dan berputar secara tiba-tiba atau secara cepat, dapat
melompat 15-24 inchi, dapat menaiki tangga tanpa bantuan, dengan berganti
kaki, dapat berjingkrak.
b. Usia 4 tahun
Lebih efektif mengontrol gerakan berhenti, memulai, dan berputar, dapat
melompat 24-33 inchi, dapat menuruni tangga, dengan berganti kaki, dengan
bantuan, dapat melakukan jingkarak 4 sampai 6 langkah dengan satu kaki.
c. Usia 5 tahun
Dapat melakukan gerakan start, berputar, atau berhenti secara efektif, dapat
melompat 28-36 inchi, dapat menuruni tangga tanpa bantuan, berganti kaki,
dapat melakukan jingkrak dengan sangat mudah.

2. Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa anak :


a. Keterampilan menolong diri sendiri; Anak dapat makan, mandi, berpakain
sendiri dan lebih lebih mandiri.
b. Keterampilan menolong orang lain; Keterampilan berkaitan dengan orang
lain, seperti membersihkan tempat tidur, membersihkan debu dan menyapu.
c. Keterampilan sekolah; mengembangkan berbagai keterampilan yang
diperlukan untuk menulis, menggambar, melukis, menari, bernyayi, dll.
d. Keterampilan bermain; anak belajar keterampilan seperti melemper dan
menangkap bola, naik sepeda, dan berenang.
3. Karakteristik Perkembangan Psikomotorik Pada Remaja
Keterampilan psikomotorik berkembang sejalan dengan pertumbuhan
ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan fisiologi.Pada masa ini, laki-laki
mengalami perkembangan psikomotorik yang lebih pesat dibanding
perempuan.Kemampuan psikomotorik laki laki cenderung terus meningkat dalm
hal kekuatan, kelincahan, dan daya tahan.Secara umum, perkembangan
psikomotorik pada perempuan terhenti setelah mengalami menstruasi.Oleh
karna itu, kemampuan psikomotorik laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.

4. Karakteristik Perkembangan Psikomotorik Pada Masa Dewasa


Pada usia dewasa keterampilan dalam hal tertentu masih dapat ditingkatkan.
Puncak dari perkembangan psikomotorik terjadi pada masa ini.Latihan
merupakan hal penentu dalam perkembangan psikomotorik. Melalui latihan yang
teratur dan terprogram, keterampilan yang maksimal akan dapat ditingkatkan
dan dipertahankan. Karakteristik perkembagan psikomotorik ditandai dengan
peningkatan keterampilan dalam bidang tertentu.Semua sistem gerak dan
koordinasi dapat berjalan dengan baik.

e. Implikasi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik dalam Pendidikan


Pemahaman terhadap pekembangan fisik dan psikomotorik dapat memberikan
manfaat yang besar dalam pendidikan.Implikasinya terhadap pendidikan berkaitan
erat dengan perencanaan pendidikan.Pemahaman terhadap perkembangan ini,
berguna untuk para pendidik dalam menyusun materi pendidikian yang sesuai
dengan perkembangan peserta didiknya.Dengan begitu upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan yang lebih efektif dan efisien dapat berjalan dengan tepat.

B. IMPLIKASI PERKEMBANGAN BAHASA DAN PERILAKU KOGNITIF


1. Pengertian Perkembangan Bahasa
Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan.
Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau
berat tubuh dan kualitatif, misalnya perubahan cara  berpikir secara konkret menjadi
abstrak.
Sedangkan yang dimaksud dengan bahasa adalah alat komunikasi yang
digunakan oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. 
Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif
sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang
bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa  diperlukan.
Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang
dimulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa atau
suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan
sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat
perilaku sosial.
Bahasa juga merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran
dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau symbol untuk mengungkapkan
sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan,
lukisan, dan mimik muka. Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan
manusia dengan hewan. Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan pikir
individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya
yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik
kesimpulan.

2.Karakteristik Perkembangan Bahasa  Remaja


Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari
lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan.
Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya
pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah
bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa  itu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan
masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang
dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam
perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak
(remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga
pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah yang
benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu
pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem
budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat
(teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi
lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.
Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat
khusus, seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran
soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan
khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga  masyarakat, dan sekolah
dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu
dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata  sesuai
dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan
rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa
sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik  yang pada
umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif
dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata
yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan
diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih
pendek seperti ‘permainan diganti dengan mainan, pekerjaan diganti dengan kerjaan.
Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal.
Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi
lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap.
Dengan menggunakan struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih
cepat yang sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia
mengalami kesulitan untuk memahaminya. Kita bisa mendengar bagaimana bahasa
remaja ini dibuat begitu singkat tetapi sangat komunikatif.
Karakteristik perkembangan bahasa remaja sesungguhnya didukung oleh
perkembangan kognitif yang menurut Jean Piaget telah mencapai tahap operasional
formal. Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, remaja mulai mampu
mrngaplikasikan prinsip-prinsip berpikir formal atau berpikir ilmiah secara baik pada
setiap situasi dan telah mengalami peningkatan kemampuan dalam menyusun pola
hubungan secara komperhensif, membandingkan secara kritis antara fakta dan
asumsi dengan mengurangi penggunaan symbol-simbol dan terminologi konkret
dalam mengomunikasikannya.
Sejalan perkembangan psikis remaja yang berada pada fase pencarian jati diri,
ada tahapan kemampuan berbahasa pada remaja yang berbeda dari tahap-tahap
sebelum atau sesudahnya yang kadang-kadang menyimpang dari norma umum
seperti munculnya istilah-istilah khusus di kalangan remaja. Karakteristik psikologis
khas remaja seringkali mendorong remaja membangun dan memiliki bahasa relatif
berbeda dan bahkan khas untuk kalangan remaja sendiri, sampai-sampai tidak jarang
orang di luar kalangan remaja kesulitan memahaminya. Dalam perkembangan
masyarakat modern sekarang ini, di kota-kota besar bahkan berkembang pesat
bahasa khas remaja yang sering dikenal dengan bahasa gaul. Bahkan karena pesatnya
perkembangan bahasa gaul ini dan untuk membantu kalangan diuluat remaja
memahami bahasa mereka, Debby Sahertian (2000) telah menyusun dan menertibkan
sebuah kamus khas remaja yang disebut dengan “Kamus Bahasa Gaul”. Dalam kamus
itu tertera sekian ribu bahasa gaul yang menjadi bahasa khas remaja yang jika kita
pelajari sangat berbeda dengan bahasa pada umumnya. Kalangan remaja justru
sangat akrab dan sangat memahami bahasa gaul serta merasa lebih aman jika
berkomunikasi dengan sesama remaja menggunakan bahasa gaul.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa


Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu
perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya,
bertambahnya pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan
berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor
fisik ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ
bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa
remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah
mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat
intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
b) Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup
besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda
dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai,
pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa  dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud
termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain,
kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
c) Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan
kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir.
Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat,
kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud
suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan
seseorang anak.
d) Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi
yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan  anggota keluarganya.
Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus
sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan
tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga
terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh
terhadap perkembangan bahasa.
e) Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu
kemampuannya  untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak
sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.

4. Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir


Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu
sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan
berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir. Seseorang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami
kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis. Hal ini akan
berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain. seseorang
menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan
gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan
gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti
bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan  persepsi yang diperolehnya.
Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar.
Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam
bahasa.

5. Perbedaan Individual dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa


Menurut Chomsky (Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki
kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan
akan mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan
bahasa anak tersebut. Mereka belajar  makna kata dan bahasa sesuai dengan apa
yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari.
Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
Berpikir dan berbahasa  mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ tinggi akan
berkemampuan  bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya
perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa
juga bervariasi sesuai dengan varasi kemampuan mereka berpikir.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan
lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang
sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal
dari lingkungan  yang berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan
perkembangan bahasanya.

6. Upaya pengembangan kemampuan bahasa remaja dan implikasinya dalam


penyelenggaraan pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya, baik
kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan
strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan
kemampuan anak.
Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran
yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri.
Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan
tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa
murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa  lingkungan yang telah dipilih
secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah
dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid
mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari
dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara
mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan
lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-
masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan
dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana
perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya
hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.
Gangguan perkembangan berbahasa adalah ketidakmampuan atau keterbatasan
dalam menggunakan simbol linguistik untuk berkomunikasi secara verbal atau
keterlambatan kemampuan perkembangan bicara dan bahasa anak sesuai kelompok
umur, jenis kelamin, adat istiadat, dan kecerdasannya.

C. IMPLIKASI PERILAKU SOSIAL, MORAITAS DAN KEAGAMAAN


Implikasi perkembangan perilaku social, moral dan keagamaan anak usia sekolah
menengah adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk kelompok-
kelompok belajar, atau perkumpulan remaja yang positif. Penting juga bagi sekolah
meyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung kelompok-kelompok tersebut untuk
mempunyai program dan tujuan mereka. Sekolah juga harus giat berperan mengaktifkan
kegiatan-kegiatan yang ada disekolah seperti pramuka, PMR ,dll.
Perkembangan moral adalah perkembangan moral anak yang merupakan hal yang
sangat bagi perkembangan kepribadian dan sosial anak dalam kehidupannya sehari-hari.
Implikasi perkembangan terhadap penyelenggraaan pendidikan di MI guru
mengarahkan anak didikanya untuk melakukan kebaikan dan selalu menanamkan
kejujuran karena pada tahap perkembangan ini anak MI sudah mengetahui peraturan
dan tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosial, disamping itu anak telah dapat
mengasosiasikan perbuatannya dengan lingkungan di sekiranya.Misalnya perbuatan
nakal, jujur, adil serta sikap hormat baik terhadap orang tua, guru dan lingkuangan
sekitamya.
Pada dasarnya perkembangan keagamaan anak merupak fitrah manusia untuk
mengenal tuhannya.Fitrah untuk beragama merupakan kemampuan dasar manusia yang
mempunyai kemungkinan untuk berkembang secara alami. Namun proses
perkembangannya tergantung peroses pendidikan yang diterimanya.
Sabda Nabi Muhammad SAW dinyatakan bahwa : setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah, hanya karena orang tualah, anak menjadi yahudi, nasrani maupun majusi.
Hal ini menunjukkan bahwa secara umum anak telah membawa fitrah kemudian dalam
proses selanjutnya lingkungan yang akan membentuk pola selanjutnya.
Langkah yang harus dilakukan oleh sekolah adalah menyesuaikan dengan tahapan
keagamaan yang terjadi pada anak MI terjadi dengan cara :
1. Tahap ini anak yang berumur 3-6 tahun konsep mengenai Tuhan banyak
dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama, anak
masih menggunakan konsep fantastis, yang diikuti oleh dongeng-dongeng yang
masuk akal,
2. Tahap ini dimulai sejak usia masuk sekolah-tujuh tahun sampai pada usia
adolesence,
3. Pada masa ini ide keagamaan anak didasarkan atas emosional, sehingga konsep
Tuhan yang formalis. Berdasarkan hal ini anak mulai tertarik pada lembaga
keagamaan yang mereka lihat dan dikerjakan oleh orang dewasa dalam
lingkungan mereka. Segala bentuk tindakan keagamaan mereka ikut dan tertarik
untuk mempelajarinya.
4. Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan dengan
perkembangan usia mereka.

Implikasi perkembangan agama pada anak MI dalam proses pendidikan, sekolah atau
guru harus menanamkan nilai-nilai keagamaan sejak dini dengan menyusuaikan dengan
tingkat perkembangan anak termasuk sekolah juga harus memfasilitasi kegiatan
keagamaan termasuk mengaitkan kegiatan pendidikan dengan kegiatan keagamaan atau
nilai-nilai agama islam dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan faktor lain yang harus di
pertimbangkan adalah
1. Aspek usia,
2. Aspek fisik, dan
3. Aspek psikis.

D. IMPLIKASI PERILAKU AFEKTIF, KONATIF, DAN KEPRIBADIAN


Afektif merupakan perilaku di mana individu mempunyai kecenderungan untuk suka
atau tidak suka pada objek. Konatif merupakan perilaku yang sudah sampai tahap
hingga individu melakukan sesuatu tindakan terhadap objek. Dan Kepribadian ialah
keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain paling
sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh
seseorang.
Memasuki usia sekolah menengah, ada lima kebutuhan yang mulai Nampak yaitu
kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, dan perwujudan diri.
Reaksi emosional mulai berubah-ubah, kecenderungan arah sikap mulai Nampak, dan
menghadapi masa krisis identitas diri. Krisis identitas artinya bahwa jika kondisi psiko
sosialnya menunjang maka akan Nampak identitas yang positif, sebaliknya jika tidak
menunjang akan tampak identitas yang negatif.
Ada beberapa masalah yang menyangkut dengan perilaku afektif, konatif, dan
kepribadian, yaitu
1. Mudah sekali digerakkan untuk melakukan kegiata destruktif yang spontan untuk
melampiaskan ketegangan institusi emosionalnya meskipun tidak mengetahui
maksud yang sebenarnya dan tindakan-tindakannya.
2. Ketidak mampuan menegakkan kata hatinya, mengakibatkan sukar
terintegrasikan dan sintesa fungsi psiko fisiknya, dan berlanjut akan sukar
menentukan identitas pribadinya.

E. IMPLIKASI PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA TERHADAP PENYELENGGARAAN


PENDIDIKAN
a. Pengertian Perasaan dan Emosi
Perasaan sulit untuk didefinisikan secara persis. Menurut (Chaliplin,1989:163)
perasaan sebagai pengalaman yang disadari yang diaktifkan oleh perangsang
eksternal maupun bermacam- macam keadaan jasmani. (Max Scheber,1990:79)
membagi perasaan menjadi empat kelompok, yaitu :
1. Perasaan Pengindraan, yaitu yang berhubungan dengan pengindraan,
misalnya rasa panas, dingin, dll.
2. Perasaan Vital, yaitu yang dialami seseorang yang berhubungan keadaan
tubuh, misalnya rasa lelah, lesu, segar, dll.
3. Perasaan Psikis, yaitu perasaan yang menyebabkan perubahan- perubahan
psikis, misalnyarasa senang, sedih, dll.
4. Perasaan Pribadi, yaitu perasan yang dialami seseorang secara pribadi,
misalnya terasing, suka, tidak suka.

Perasaan merupakan bagian dari emosi, tidak terdapat perbedaan yang jelas
antara perasaan dan emosi.Emosi bersifat lebih intens dari perasaan, lebih
ekspresif, ada kecenderungan untuk meletus, dan emosi dapat timbul dari
kombinasi beberapa perasaan, sehingga emosi mengandung arti yang lebih
kompleks dari perasaan.

b. Hubungan antara Emosi dan Tingkah Laku


Teori yang membahas mengenai hubungan antara emosi dan gejala- gejalanya
kejasmanian termasuk di dalam tingkah lakunya.
1. Teori Sentral
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh W.B. Cannon gejala kejasmanian
timbul akibat dari emosi yang dialami oleh individu.Sehingga, individu mengalami
emosi lebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan- perubahan dalam
jasmaninya.
2. Teori Peripheral
Teori ini dikenal dengan teori James-Lange karena W. James dan C. Lange
dalam waktu yang hampir bersamaan menemukan teori tentang emosi yang
mirip.Mereka berpendapat bahwa perubahan psikologis yang terjadi dalam emosi
disebabkan oleh karena adanya perubahan fisiologis.
3. Teori Kepribadian
Menurut teori ini, emosi merupakan suatu aktifitas pribadi, dimana pribadi
ini tidak dapat dipisah-pisahkan.Maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan
jasmani.
4. Teori Kedaruratan Emosi
Teori ini dikenal dengan teori Cannon-Bard karena teori W.B.Cannon
diperkuat oleh P. Bard.teori ini menyatakan bahwa emosi merupakan reaksi yang
diberikan oleh organisme dalam situasi emergensi atau darurat (Bimo, 1910 :
137, Singgih, 1992 : 131 - 135).
Emosi dapat berfungsi sebagai motif yang memotivasi atau menyebabkan
timbulnya semacam kekuatan agar individu berbuat atau bertingkah laku.Tingkah
laku yang ditimbulkan oleh emosi tersebut dapat bersifat positif maupun negatif.

c. Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja


Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan atau masa transisi
antara masa anak ke masa dewasa.Pada masa ini individu mengalami perkembangan
yang pesat mencapai kematangan fisik, sosial, dan emosi.Pada masa ini dipercaya
merupakan masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan
lingkungannya.
Perubahan-perubahan fisik yang dialami remaja juga menyebabkan adanya
perubahan psikologis. Hurlock (1973: 17) disebut sebagai periode heightened
emotionality, yaitu suatu keadaan dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi atau
tampak lebih intens dibandingkan dengan keadaan normal. Emosi yang tinggi dapat
termanifestasikan dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti bingung, emosi
berkobar-kobar atau mudah meledak, bertengkar, tak bergairah, pemalas,
membentuk mekanisme pertahanan diri.Emosi yang tinggi ini tidak berlangsung
terus-menerus selama masa remaja. Dengan bertambahnya umur maka emosi yang
tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil.

d. Ciri-Ciri Emosi Remaja


Menurut Biehler pada tahun 1972 dalam Sunarto, 2002:155, membagi ciri-ciri
emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12–15 tahun dan usia 15–18
tahun yang masing-masing ciri-ciri tersebut sebagai berikut:
 Ciri-ciri emosional remaja usia 12-15 tahun :
1. Pada usia ini seorang siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat
diterka.
2. Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal
rasa percaya diri.
3. Ledakan - ledakan kemarahan mungkin saja terjadi.
4. Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan
membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya
diri.
5. Remaja terutama siswa-siswa SMP mulai mengamati orang tua dan guru-guru
mereka secara lebih obyektif.
 Ciri-ciri emosional remaja usia 15–18 tahun:
1. Pemberontakan remaja merupakan pernyataan - pernyataan / ekspresi dari
perubahan yang universal dari masa kanak-kanak ke dewasa.
2. Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami
konflik dengan orang tua mereka.
3. Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikirkan masa depan mereka.
Banyak di antara mereka terlalu tinggi menafsirkan kemampuan mereka
sendiri dan merasa berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan
memegang jabatan tertentu.
e. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik
Dibawah ini adalah beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku
individu di antaranya sebagai berikut:
1. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang
telah dicapai.
2. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan
sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).
3. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang
mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup
(nervous) dan gagap dalam berbicara.
4. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
5. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan
mempengarui sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain. (Yusuf, 2004 : 115).

Sedangkan perubahan emosi terhadap perubahan fisik (jasmani) antara lain :

1. Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona,


2. Peredaran darah : bertambah cepat bila marah,
3. Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut,
4. Pernapasan : bernapas panjang kalau kecewa,
5. Pupil mata : membesar mata bila marah,
6. Liur : mengering kalau takut atau tegang,
7. Bulu roma : berdiri kalau takut,
8. Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar
(tremor),
9. Komposisi darah : komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang
menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.
f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
1. Perubahan jasmani atau fisik
Perubahan atau pertumbuhan yang berlangsung cepat selama masa puber
menyebabkan keadaan tubuh menjadi tidak seimbang.Ketidakseimbangan ini
mempengaruhi kondisi psikis remaja.Tidak setiap remaja siap menerima
perubahan yang dialami, karena tidak semuanya menguntungkan.Terutama
perubahan tersebut mempengaruhi penampilannya.Hal ini menyebabkan
rangsangan didalam tubuh remaja yang sering kali menimbulkan masalah dalam
perkembangan psikisnya, khususnya perkembangan emosinya.
2. Perubahan dalam hubungan orang tua
Orang tua yang mendidik anaknya yang sedang beranjak dewasa dengan cara
apa yang dianggap baik oleh orang tua, misal cara yang otoriter, penerapan
disiplin yang terlalu kaku, terlalu mengekang dapat menimbulkan ketegangan
antara orang tua dan anak, yang akan mempengaruhi perkembangan emosinya.
Kemudian jika penerapan hukuman dilakukan dengan cara yang tidak bijak dapat
menyebabkan ketegangan yang lebih berat sehingga dapat menimbulkan
pemberontakan pula, karena pada dasarnya ada kecenderungan remaja untuk
melepas diri dari orang tua.
3. Perubahan dalam hubungan dengan teman-teman
Pada awal remaja biasanya mereka suka membentuk gang yang biasanya pula
memiliki tujuan yang positif untuk memenuhi minat bersama mereka, namun jika
diteruskan pada masa remaja tengah atau remaja akhir para anggota mungkin
membutuhkannya untuk melawan otoritas atau untuk melakukan yang tidak
baik.Yang paling sering mendatangkan masalah adalah hubungan percintaan
antar lawan jenis dikalangan remaja.Percintaan dikalangan remaja juga terkadang
manimbulkan konflik dengan orang tua, karena ada kekhawatiran dari pihak
orang tua kalau terjadi hal-hal yang diluar batas sehingga mereka melarang
anaknya pacaran.
4. Perubahan dalam hubungannya dengan sekolah
Menginjak remaja mungkin mereka mulai menyadari betapa pentingnya
pendidikan untuk kehidupan dimasa mendatang.Hal ini sedikit banyak dapat
menyebabkan kecemasan sendiri bagi remaja. Lebih lanjut berkaitan dengan apa
yang akan mereka lakukan setelah lulus.
5. Perubahan atau penyesuaian dengan lingkungan baru.
a. Perubahan yang radikal menyebabkan perubahan terhadap pola
kehidupannya.
b. Adanya harapan sosial untuk perilaku yang lebih matang.
c. Aspirasi yang tidak realistis.

g. Perbedaan Individu dalam Perkembangan Emosi


Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
individu.Kepribadian, lingkungan, pengalaman, kebudayaan, dan pendidikan
merupakan variabel yang sangat berperan dalam perkembangan emosi individu.
Perbedaan individu juga dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi atau
keadaan individu yang bersangkutan, antara lain yaitu:
1. Kondisi dasar individu
Berkaitan dengan struktur pribadi individu. Misalnya, ada yang mudah
marah, ada juga yang susah marah.
2. Kondisi psikis individu pada suatu waktu
Misalnya, saat sedang kalut, seseorang mudah tersinggung dibanding dalam
keadaan normal.
3. Kondisi jasmani individu
Pada saat sedang sakit biasanya lebih mudah perasa atau lebih mudah marah.

h. Upaya Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam Pendidikan


Telah diketahui bahwa pada masa remaja individu mengalami masa dimana
kondisi emosinya meningkat.Peran orang tua, sekolah, dan masyarakat sangat
diharapkan dalam rangka membantu para remaja untuk mengontrol dan mengelola
emosinya kepada penyaluran yang positif.
1. Orang tua
2. Sekolah
3. Masyarakat

F. IMPLIKASI PERKEMBANGAN KONSEP DIRI


a. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah gagasan atau keseluruhan gambaran tentang diri sendiri yang
mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri.
Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi,
bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri
sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan.
b. Dimensi Konsep Diri
1. Pengetahuan (kognitif)
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri
sendiri atau penjelasan dari ”siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang
diri saya.Gambaran mengenai diri sendiri akan membentuk citra diri (self image).
Dimensi pengetahuan dari konsep diri mencakup segala sesuatu yang kita
pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi, seperti ”saya pintar”, ”saya cantik”,
”saya anak baik”, dan seterusnya.
2. Harapan
Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-
citakan di masa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa
kita sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejumlah pandangan
lain tentang kemungkinan menjadi apa diri kita di masa mendatang. Singkatnya,
kita juga mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri.Pengharapan ini
merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri yang dicita-citakan.
3. Penilaian kinerja
Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita
sendiri.Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau
kewajaran kita sebagai pribadi.
Menurut Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari kita berperan sebagai
penilai tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita bertentangan:
a) Pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat menjadi apa),
b) Standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi
apa).

c. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif


1. Konsep Diri Negatif
Menurut Colhoun dan Acocella (1995) individu yang mempunyai konsep diri
negatif umumnya memiliki sedikit pengetahuan tentang dirinya sendiri, biasanya
memiliki pandangan tentang dirinya yang sedikit, tidak memiliki perasaan
kestabilan dan keutuhan diri, benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatannya
dan kelemahannya. Konsep diri bisa terlalu stabil atau kaku, mungkin karena
didikan yang sangat keras.Individu tersebut menciptakan citra diri yang tidak
mengizinkan adanya penyimpangan dari aturan.Keadaan inilah yang
menyebabkan kecemasan yang mengancam dirinya.
Harapan individu yang mempunyai konsep diri negatif tidak realistis. Individu
ini mempunyai sedemikian rupa sehingga dalam kenyataannya ia tidak mencapai
apapun yang berharga. Bila ia mengalami kegagalan, maka kegagalan ini akan
merusak dirinya sendiri. Individu ini menjebak dan menghantam dirinya sendiri.
2. Konsep Diri Positif
Individu yang mempunyai konsep diri positif mengenal dirinya dengan
baik.Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi.Indvidu ini dapat
menyimpan informasi tentang dirinya sendiri baik positif atau negatif.Individu
dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang
sangat bermacam-macam tentang dirinya.
Pengahrapan individu yang berkonsep diri positif dirancang dengan tujuan-
tujuan yang sesuai dengan realistis.Artinya memiliki kemunginan besar untuk
dapat mencapai tujuan tersebut.Individu ini dapat menghadapi kehidupan di
depannya. Indvidu dengan konsep diri positif dapat tampil ke depan dengan
bebas, ia akan bertindak dengan berani, spontan dan memperlakukan orang lain
dengan hangat serta hormat. Individu ini memandang hidup lebih menyenangkan
dan penuh harapan.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
1. Usia
Adaya perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep diri akan
dibentuk. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman yang
diperoleh seseorang sehingga akan semakin mempengaruhi luasnya wawasan
kognitif. Selanjutnya akan menentukan bagaimana persepsi seseorang terhadap
pengalamannya dan akhirnya turut juga berpengaruh dalam mempersepsi
dirinya.
2. Peran Sexsual
Peran seksual adalah pengetahuan individu sendiri apakah ia termasuk laki-
laki ataukah perempuan. Peran seksual akan mempengaruhi perkembangan
konsep diri individu. Itu berarti, peran seksual yang diterapkan pada seorang
anak lambat-laun akan membentuk konsep diri anak.
3. Keadaan Fisik
Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi seseorang, khususnya
bagi seorang wanita.Ini disebabkan keadaan fisik memegang peranan penting
dalam pembentukan konsep diri.Gambaran fisik dipahami melalui pengalaman
langsung dan persepsinya mengenai tubuhnya sendiri. Adanya
ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan mempengaruhi konsep diri secara
tidak langsung. Dengan kata lain, proses evaluasi tentang tubuhnya didasarkan
pada norma sosial dan umpan balik dari orang lain. Penilaian yang positif
terhadap keadaan fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun dari orang lain
sangat membantu perkembangan konsep diri yang positif.
4. Sikap-sikap Orang di Lingkungan Sekitarnya
Roger (1961) menyatakan bahwa perkembangan konsep diri ditentukan oleh
interaksi yang terbentuk antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Ini
berhubungan dengan feed back atau umpan balik yang diberikan oleh orang-
orang disekitarnya terhadap perilaku individu tersebut. Umpan balik yang
diberikan orang dilingkungannnya akan mempengaruhi konsep diri indvidu.
5. Figur-figur Bermakna
Banyak figur yang bermakna bagi individu yang pada intinya memberi
pengaruh pada dirinya, baik melalui umpan balik ataupun melalui perilaku yang
kemudian diinternalisasikannya.Figur-figur tersebut memberi pengaruh yang
sangat terasa dalam pembentukan dan perkembangan konsep diri.Figur
bermakna biasanya orang yang mempunyai arti khusus bagi individu meliputi
orangtua, angota keluarga, guru, teman, pacar dan tokoh idola.

e. Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik


1. Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah
Pada awal masuk SD, terjadi penurunan dalam konsep diri anak-anak.Hal ini
mungkin disebabakan oleh tuntutan baru dalam akademik dan perubahan
sosial yang muncul disekolah. SD banyak memberikan perubahan kesempatan
kepada anak-anak untuk membandingkan dirinya dengan teman-temannya,
sehingga penilaian dirinya secara gradual menjadi lebih realistis.
2. Karakteristik Konsep Diri Remaja (SMP/SMA)
a) Abstract and idealistic
Pada masa remaja, anak-anak lebih mungkin membuat gambaran tentang
diri mereka dengan kata-kata yang abstrak dan idealistik.
b) Differentiated
Konsep diri remaja bisa menjadi semakin terdiferensiasi.Dibandingkan
dengan anak yang lebih muda, remaja lebih mungkin untuk menggambarkan
dirinya sesuai dengan konteks atau situasi yang semakin terdiferensiasi.
c) Contradictions within the self
Setelah remaja mendeferensiasikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan
dalam konteks yang berbeda-beda, kaka muncullah kontradiksi antara diri-
diri yang terdeferensiasi ini.
d) The Fluctiating Self
Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada gilirannya memunculkan
fluktuasi diri dalam berbagai situasi dan lintas waktu yang tidak mengejutkan.
Diri remaja akan terus memiliki ciri ketidakstabilan hingga masa di mana
remaja berhasil membentuk teori mengenai dirinya yang lebih utuh, dan
biasanya tidak terjadi hingga masa remaja akhir, bahkan hingga masa dewasa
awal.
e) Real and Ideal, True and False Selves

Munculnya kemampuan remaja untuk mengkonstruksikan diri ideal


mereka di samping diri yang sebenarnya.Kemampuan utnuk menyadari
adanya perbedaan antara diri yang nyata dengan diri yang ideal menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan kognitif dan adanya perbedaan yang terlalu
jauh antara diri yang nyata dengan diri ideal menunjukkan ketidakmampuan
remaja untuk menyesuaikan diri.

f) Social Comparison
Remaja lebih sering menggunakan social comparison (perbandingan
social) untuk mengevaluasi diri mereka sendiri.Namun, kesediaan remaja
untuk mengevaluasi diri mereka cenderung menurun pada masa remaja
karena menerut mereka perbandingan social itu tidaklah diinginkan Namun,
kesediaan remaja untuk mengevaluasi diri mereka cenderung menurun pada
masa remaja karena menerut mereka perbandingan social itu tidaklah
diinginkan.
g) Self-Conscious
Remaja lebih sadar akan dirinya dibandingkan dengan anak-anak dan
lebih memikirkan tentang pemahaman diri mereka.
h) Self-protective
Remaja juga memiliki mekanisme untuk melindungi dan mengembagkan
dirinya.Dalam upaya melindungo dirinya, remaja cendrung menolak adanya
karakteristik negatif dalam diri mereka.
i) Unconscious
Konsep diri remaja melibatkan adanya pengenalan bahwa komponen yang
tidak disadari termasuk dalam dirinya, sama seperti komponen yang disadari.
Pengenalan seperti ini tidak muncul hingga masa remaja akhir. Artinya,
remaja yang lebih tua, yakin akan adanya aspek-aspek tertentu dari
pengalaman mental dari mereka yang berada di luar kesadaran atau control
mereka dibandingkan dengan remaja yang lebih muda.
j) Self-integration
Terutama pada masa remaja akhir, konsep diri menjadi lebih terintegrasi,
dimana bagian yang berbeda-beda dari diri secara sistematik menjadi satu
kesatuan.Remaja yang lebih tua, lebih mampu mendeteksi adanya
ketidakkonsistenan.
G. IMPLIKASI TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN REMAJABAGI PENDIDIKAN
Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para
orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada
masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini
dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan
jiwanya.
Memperhatikan banyaknya tugas-tugas yang harus diselesaikan pada setiap fase
perkembangan remaja, maka penyelenggaraan pendidikan seharusnyalah
memperhatikan tugas-tugas dari tiap-tiap fase perkembangan remaja.Sekalipun dalam
penyelenggaraan pendidikan tidak mungkin dapat memenuhi tuntutan dan harapan dari
semua sisi perkembangan remaja.
Beberapa usaha yang perlu dilakukan didalam penyelenggaraan pendidikan
sehubungan dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh remaja dalam setiap fase
perkembangannya adalah:
1. Sekolah maupun perguruan tinggi perlu memberikan kesempatan melaksanakan
kegiatan-kegiatan non akademis melalui berbagai perkumpulan yang ada di
sekolah, seperti perkumpulan penggemar olah raga sejenis, kesenian dan lain-
lain.
2. Apabila ada remaja putra atau putri bertingkah laku tidak sesuai dengan jenis
kelaminnya, mereka perlu diberi bantuan melalui bimbingan dan konseling.
Demikian juga, apabila seorang wanita lebih mementingkan studi dan kariernya
daripada menaruh perhatiannya menjadi seorang ibu, hendaknya sekolah turut
membantunya agar mereka mampu menerima peranannya sebagai wanita.
3. Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba
dalam kegiatan kelompoknya sendiri. Perlu diberikan penjelasan melalaui mata
pelajaran biologi dan ilmu kesehatan bahwa pada diri remaja sedang terjadi
perubahan jasmani yang bervariasi. Kepada siswa juga diberikan kesempatan
untuk bertanya jawab tentang perkembangan jasmani itu.
4. Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerjaan yang sesuai
dengan minat dan keinginannya, sesuai dengan sistim kemasyarakatan yang
dianutnya, dan membantu siswa mendapatkan pendidikan yang bermanfaat
untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan. Semua ini hendaknya dilakukan
oleh semua personil sekolah, terutama petugas bimbingan dan konseling, yaitu
guru pembimbing atau konselor sekolah.
5. Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum
muatan local
6. Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan social
kemasyarakatan yang perlu dilakukan. Dalam hal ini perlu dilakukan pendidikan
praktis melalui organisasi sekolah, pertemuan berkala dengan orang tua/wali
murid dan pemantapan pendidikan agama baik didalam maupun diluar sekolah.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN

Mula awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat


biologis.Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan
sangat mengagumkan.Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu
sistem syaraf, otototot, kelenjar endokrin dan struktur*fisik tubuh.;al ini juga
berkaitan erat dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif siswa yang
membawa implikasi terhadap pendidikan disekolah.

Penting juga bagi sekolah meyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung
kelompokkelompok tersebut untuk mempunyai program dan tujuan
mereka.Implikasi perkembangan perilaku social, moraldan keagamaan anak usia
sekolah menengah adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk
kelompokkelompok belajar, atau perkumpula remaja yang positif. Pengembangan
emosi peserta didik juga sangat erat kaitannya dengan faktorfaktor perubahan
jasmani, perubahandalam hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam
hubungannya dengan temantemannya, perubahan pandangan luar dan perubahan
dalam hubungannya dengan sekolah. 7leh karena itu, perbedaan individual dalam
perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi dan pasti dapat terjadi

B. SARAN

Saran yang dapat berikan ialah hendaknya guru pembimbing membantu siswa
untuk merasa bertanggung jawab, dengan misalnya memberikan siswa kebebasan
dalam menentukan keputusannya. Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya
secara realistis, karena rasa bangga merupakan salah satu kunci untuk menjadi lebih
positif dalam memandang kemampuan yang ia miliki. Serta pada saat memberikan
materi pembelajaran tentang anatomi manusia, sebaiknya kelas pria dan wanita
dipisah agar anak dapat dengan bebas bertanya tentang segala hal berkaitan dengan
perkembangan dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

http://rudijunti20.blogspot.com/2016/12/implikasi-perkembangan-fisik-dan.html

http://semutlewat.blogspot.com/2013/01/makalah-perkembangan-bahasa-pada-
remaja.html

312175271_Pengaruh_Perkembangan_Bahasa_Terhadap_Perkembangan_Kognitif_An
ak_Usia_1

Ali, Mohammad. 2006. Psikologi Remaja Bumi Akasara. Bandung

http://www.e-psikologi.com/remaja/060802.htm viewed 25/10/2008

http://Sofia-psy.staff.Ugm.ac.id/files/Remaja dan Permasalahannya.doc. Viewed on 27/10/08

http://www.geocities.com/sebaya 01/perkembangan Viewed on 27/10/08

http://papua.polri.go.id Viewed on 27/10/08

Sunarto, Prof. Dr. H. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Asdi Mahasatya. Jakarta

https://hamidummajid.wordpress.com/2011/04/18/makalah-perkembangan-peserta-didik/

Anda mungkin juga menyukai