Anda di halaman 1dari 10

Ujian Akhir Semester

Kasus: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Nama : Jokas Jerikho Siregar

Nim : 5182142007

Kelas :B

Matkul : Diet Terapi

A. KASUS PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)


Seorang pasien dengan identitas Tn. MM, usia 70 tahun, beragama Islam, menikah,
dan tidak bekerja, masuk ke Rumah Sakit Sumber Waras (RSSW) pada tanggal 25 Januari
2013. Pasien masuk dengan keluhan utama sesak napas. Berdasarkan skrining gizi, pasien
memerlukan pemantauan Tim Terapi Gizi (TTG), karena asupan yang tidak adekuat selama
satu minggu, kadar albumin < 3 g/dL, dan adanya penyakit dengan stres metabolik.

Riwayat perjalanan penyakit diawali dengan keluhan sesak napas sejak tujuh hari
sebelum masuk rumah sakit (SMRS), dan memberat pada dua hari SMRS. Pasien sesak
disertai batuk dengan dahak yang banyak. Karena sesak, pasien merasa lebih nyaman duduk
dibandingkan berbaring. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati, dan mual sejak lima hari
SMRS. Selama satu minggu SMRS asupan makanan pasien menurun. Buang air kecil
(BAK) dan buang air besar (BAB) normal. Pada saat pemeriksaan, sesak masih ada, tetapi
mulai berkurang. Keluhan sakit perut, nyeri ulu hati dan mual masih ada.

Berdasarkan data rekam medik, pasien telah didiagnosis dokter RSSW dengan
PPOK pada bulan November 2002, kor pulmonal dan gagal jantung kongestif pada bulan
Juni 2012. Riwayat hipertensi, DM tipe 2, gangguan fungsi hati dan fungsi ginjal disangkal
oleh pasien. Pasien memiliki kebiasaan merokok sebanyak tiga bungkus/hari, dan telah
berhenti sejak satu tahun yang lalu. Pasien tidak bekerja lagi, sehingga kebutuhan sehari
hari ditanggung oleh anak-anaknya.

Pada pemeriksaan objektif, pasien tampak sakit sedang, dengan kesadaran kompos
mentis. Tanda vital menunjukkan tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit,
respirasi 28x/menit, dan suhu 36,5ºC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan: pursed-lips
breathing (mulut mencucu), bibir basah, dan gigi geligi tidak lengkap. Pada hidung
terpasang kanul oksigen, dengan oksigen 2 liter/menit Pemeriksaan torak didapatkan,
barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan, dan ronki paru. Sedangkan pada
pemeriksaan abdomen didapatkan bising usus yang normal, dan edema pada kedua
ekstremitas bawah. Penilaian kapasitas fungsional terbatas karena kondisi sesak.
Berdasarkan indeks Barthel, kapasitas fungsional termasuk ketergantungan sedang.

Pada pemeriksaan antropometri didapatkan tinggi badan (TB) 160 cm, berat badan
aktual (BBA) 44 kg, berat badan tanpa edema 41,8 kg (dengan koreksi 5% dari BBA), dan
indeks massa tubuh (IMT) 16,32 kg/m2 (status gizi malnutrisi sedang). Bila berdasarkan
lingkar lengan atas (LLA), yaitu 18 cm, maka berat badan perkiraan (BBP) 41 kg, sehingga
IMT : 16 kg/m2. BB sebelum sakit 50 kg

1. Terapi edukasi
Penyakit PPOK adalah Penyakit yang tidak bisa disembuhkan, namun bisa
dipertahankan. Maksudnya dipertahankan adalah dioptimalkan fungsi paru dengan
memberikan asuhan gizi dan obat yang fungsinya meringankan kerja paru. Oleh
karena itu terapi edukasi merupakan hal yang sangat penting. Inti dari edukasi adalah
menjelaskan bahwa PPOK penyakit kronik yang irreversible dan progresif sehinga
memerlukan penyesuaian keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan
memburuknya fungsi paru.Salah satu kuncinya pasien harus bisa bisa mengevaluasi
kira-kira apa yang menyebabkan gejala sesak nafas muncul, dan berusaha untuk
menghindarinya. Sebagai contoh jika pasien merokok atau sering terpapar rokok,
tindakan yang sebaiknya dilakukan , antara lain berhenti merokok dan selalu
menggunakan masker jika masuk dalam area merokok atau di perjalanan. Kedua
adalah melaksanakan pengobatan yang maksimal, artinya jika timbul gejala segera
berobat dan menggunakan obat dengan tepat dan sesuai anjuran dokter; dan menjaga
asupan gizi adekuat , serta rajin melakukan latihan fisik dan pernafasan Hal lain yang
perlu dilakukan adalah menjalani vaksinasi secara rutin, contohnya vaksin flu dan
vaksin pneumokokus; Memeriksakan diri secara berkala ke dokter agar kondisi
kesehatan bisa dipantau.

2. Terapi Medikamentosa
Terapi medikamentosa atau obat pada pasien dengan PPOK sangat cepat
berubah selaras dengan hasil riset. Ada 4 tujuan efektif mengatur penyakit ini
diantaranya (1)adalah menilai dan memonitor perjalanan penyakit (2) menurunkan
faktor resiko (3) mempertahankan PPOK stabil (maksudnya sesak nafas dan batuk
terkendali (4) meredam keluhan gejala yang meningkat. Secara umum jika penyakit
ini gejala makin sering muncul maka perlu dilakukan program rehabilitasi organ paru
dan terapi oksigen. Beberapa obat yang sering digunakan adalah
bronchodilator(mengurangi peradanagn dinding saluran nafas); glukokortisteroid dan
agent mukolitik (mengencerkan dahak) dan antibiotik untuk menghilangkan infeksi.
Operasi tranplastasi paru bisa menjadi pilihan jika kondisi sudah parah sekali

3. Asuhan Gizi
Tujuan dari pemberian asuhan gizi gizi pada penyakit paru-paru kronik adalah
menjamin pemenuhan kebutuhan gizi pasien terutama energi dan protein. Dan
memberikan zat gizi yang dapat bermanfaat dan meringankan kerja saluran
pernafasan. Sangat penting menjaga keseimbangan energi dan keseimbangan
nitrogen.
a. Bagaimana mengaturnya?
1) Energi Kalori cukup 20-35 kkal/kgBB/ hari, untuk memenuhi kebutuhan
energi dikarenakan peningkatan kinerja pernapasan. Selain itu
mengurangi resiko terjadinya malnutrisi yang merupakan faktor penyulit
utama. Penurunan BB terjadi karena adanya gejala lemah, dyspnea, dan
rasa mual, nafas mulut kronis dan nafsu makan turun. Energi juga
diperlukan untuk membantu otot-otot pernapasan beregenerasi. Oleh
karena pemberian energi adekuat sesuai dengan intensitas dan frequensi
terapi olahraga sangat diperlukan untuk meringankan kerja saluran nafas.
Mempertahankan kebutuhan energi yang seimbang diperlukan untuk
menjaga protein veisceral maupun protein somatic. Lebih bagus jika
dilakukan pengukuran indirect calorimetry sehingga tidak akan terjadi
kelebihan zat gizi. Pemberian energi rata rata 140 % dari BMR sangat
baik untuk mencegah terjadinya kehilangan protein pada pasien PPOK
yang dirawat di RS (American Dietetic Assosiation, 2010).
2) Protein : protein diberikan 1.2 s/d 1.7 g/kg BB/hari. Hal ini diperlukan
memenuhi kebutuhan tubuh, memelihara dan mempertahan kekuatan
otot pernafasan dan mendukung fungsi immun serta mencegah terjadi
wasting pada lean body mass/otot. Keseimbangan ratio protein (15 sd
20% total kalori) dengan lemak (30% sd 45% total kalori) dan CHO 40
s/d 55% total kalori sangat penting untuk menjaga kesesuaian RQ dari
penggunaan metabolismnya.
3) Lemak tinggi yaitu 30 s/d 45 % dari total energi. Lemak mempunyai nilai
RQ rendah yang berarti dalam proses pencernaan memerlukan oksigen
sedikit dibanding zat gizi lainnya, lemak merupakan bahan makanan
tingi energi dibanding CHO dalam osmolitas dan tidak menyebabkan
hiperglikemi. Nilai RQ lemak = 0.7 , protein RQ= 0.8. dan CHO=1.

4) KH rendah: 40-50% dari total energi, karbohidrat meningkatkan


pengambilan oksigen dan menghasilkan karbondioksida yang cukup
tinggi. Pemberian KH 30- 35% dapat menghindari terjadinya sesak dan
ketosis.
5) Vitamin dan mineral: Kecukupan vitamin dan mineral juga perlu
diperhatikan pada pasien PPOK. Kesehatan saluran nafas sangat
dipengaruhi oleh antioksidan. Vitamin antioksidan seperti vitamin C,
vitamin A, vitamin E dan betakaroten, perlu diperhatiakn apalagi kalau
perokok. Beberapa studi menyatakan bahwa perokok mempunyai
kandungan vitamin antioksidan dalam darah rendah. Penelitian lebih
lanjut tentang ini nampak perlu dilakukan. Selain itu yang perlu
diperhatikan adalah nilai fosfat dalam darah. Fosfat merupakan salah
satu zat gizi yang berperan dalam subtesis adenosine tri phosphate
(ATP) dan 2,3 diphosphoglycerate (DPG) yang kedua ini merupakan
bagian kritis dari fungsi pernafasan. Penggunaan obat corticosteroid,
diuretic dan bronchodilator berhubungan dengan hipophosphathamia dan
berkontribusi terhadap deplesi simpanan phosphate. Serum fosfat
sebaiknya tetap dipantau pada pasien dengan gangguan pernapasan dan
gagal paru untuk melihat tingkat kecukupannya.

6) Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahan makanan yang diberikan
adalah bahan makanan yang mudah dicerna, rendah serat dan tidak
mengandung gas karena pada pasien ini sering mengalami kembung.
Bentuk dan pemberian makanan dapat disesuaikan dengan kondisi pasien
bisa oral, enteral, parenteral , maupun gabungannya. Makan porsi kecil
tapi sering lebih dari 3x dapat menghindari rasa mual dan begah

b. Bagaimana srategi pemberian makannya?


Telah diketahui bahwa penurunan BB dan penurunan IMT pada pasien PPOK
berkaitan dengan tingkat kegawatan dan mortalitas. Pemberian makanan
adekuat dengan dukungan gizi yang optimal salah satu cara mengatasi masalah
diatas. Faktor ynag utama yang perlu dilakukan adalah teliti pada saat
melakukan asesmen pada pasien PPOK. Faktor yang perlu digali adalah riwayat
gizi, dan identifikasi masalah khusus yang berkaitan dengan gangguan nafsu
makan, dan menurunnya asupan zat gizi dan status gizi. Selain itu, melakukan
evaluasi obat yang digunakan juga diperlukan untuk mengetahui apakah
penggunaan tersebut berkaitan dengan nafsu makan atau status gizi. Beberapa
anjuran perlu dilakukan diantaranya istirahat sebelum makan, makan porsi kecil
tapi sering dengan makanan yang mempunyai densitas tinggi; rencanakan obat
dan penggunaan oksigen sekitar waktu makan. Untuk mencegah aspirasi ada
hal- hal yang perlu perhatian diantaranya posisi duduk pada saat makan,
gunakan oksigen pada saat waktu makan, makan pelan, kunyah dengan baik,
dan bina lingkungan sosial yang menyenangkan sehingga nafsu makan
meningkat. Pada keluarga perlu ditekankan untuk membantu meningkatkan
asupan oral pasien, meningkatkan nafsu makan dan kurangi aktifitas yang
meningkatkan kelelahan. Dibawah ini tabel bagaimana strategi konselingnya
jika pasein mengeluh nafsu makan menurun; cepat kenyang/begah; sesak nafas;
lemas; kembung; konstipasi; dan xerostomia.
Tabel 5.1
Gejala dan Strategi Konseling Gizi pada Penderita PPOK

Gejala dan strategi konseling gizi pada penderita PPOK


Gejala Strategi
Anoreksia 1. Tinggi kalori
2. Dengan makanan favorit lebih baik
3. Makan dalam frekuensi lebih sering
4. Gunakan margarin, butter, saus, dan kaldu untuk
menambah energi.
Cepat kenyang/begah 5. Tinggi kalori
6. Batasi cairan dengan makanan , minum dengan
jarak 1 jam setelah makan
Sesak nafas 7. Istirahat sebelum makan
8. Penggunaan bronkodilator sebelum makan
9. Makan perlahan
10. Siapkan makan siap saji dan mudah dicerna
Lemah 11. Istirahat sebelum makan
12. Siapkan makanan siap saji dan mudah dicerna
Kembung 13. Porsi kecil tapi sering
14. Hindari makan terburu-buru
15. Hindari makanan pembentuk gas

Konstipasi 16. Aktivitas cukup


17. Makanan tinggi serat dan cukup cairan
18. Jika sering terjadi diskusikan dengan dokter
dengan pemberian obat pelunak faeses
Xerostomia 19. Hindari makanan kering, tambahkan kuah, saus,
pada makanan
20. Batasi makanan kering-asin
21. Gunakan saliva artificial jika mungkin

c. Makanan yang di anjurkan

Beberapa makanan yang dianjurkan untuk orang dengan PPOK, antara lain:

1. Karbohidrat kompleks, seperti:


 pasta gandum

 roti gandum

 beras merah

 oatmeal

 quinoa

 sayuran segar
2. Serat sebanyak 20-30 gram per hari, dari:
 kacang-kacangan, seperti kedelai

 biji-bijian, seperti kacang merah

 sayuran, seperti bayam dan wortel

 buah-buahan

3. Protein, meliputi telur, daging sapi, ikan, unggas (ayam, bebek), dan kacang-
kacangan. 
4. Pilih lemak tak jenuh yang tidak mengandung kolesterol, seperti kanola dan minyak
jagung. 

D. Makanan yang tidak dianjurkan

beberapa makanan yang perlu dihindari untuk orang dengan PPOK, antara lain:

1. Makanan yang mengandung terlalu banyak natrium

Berhati-hatilah dengan makanan beku atau makanan takeaway. Jenis makanan ini bisa
mengandung natrium dalam jumlah tinggi. Untuk memastikannya, Anda bisa memeriksanya
lewat label informasi nilai gizi. Cari makanan yang mengandung kurang dari 140mg sodium
per porsinya.Mungkin akan lebih mudah untuk melihat persenan nilai gizi harian (%AKG).
Jika angka kecukupan gizi adalah 5% atau kurang per porsinya, ini dianggap rendah.Namun,
Jika angka kecukupan gizinya lebih dari 20%, makanan ini dianggap tinggi natrium (garam).
Terlalu banyak natrium dapat menyebabkan retensi cairan dan berakibat pada kesulitan
bernapas.

2. Sayuran tertentu

Biasanya, sayuran hasil silangan akan direkomendasikan bagi siapa pun karena kandungan
seratnya yang tinggi. Sayangnya, satu kelemahan dari jenis sayuran ini adalah dapat
menyebabkan gas dan kembung di lambung. Hal ini bisa menekan paru-paru dan
mengakibatkan penderita PPOK menjadi lebih sulit bernapas. Anda mungkin tidak harus
sepenuhnya menghindari sayuran hasil persilangan, tapi batasi konsumsinya. Beberapa
sayuran yang perlu Anda batasi dalam pantangan makanan penderita PPOK, antara lain:
 Brokoli

 Kembang kol

 Brussel sprout

 Lobak

 Bok choy

3. Makanan mengandung sulfat, seperti udang

Makanan laut tak hanya bisa menjadi sumber protein sehat, tetapi juga bisa menyebab
masalah pernapasan, khususnya untuk penderita PPOK. Udang tampaknya mengandung zat
kimia yang disebut sulfit. Sulfit dapat mempersempit bagian bronkus pada penderita PPOK.
Saat menyempit, bernapas pun menjadi lebih sulit.

Pertimbangkan berhenti makan udang jika Anda menduga bahwa makanan laut ini
menyebabkan reaksi. Beberapa makanan dan minum lain yang mengandung sulfit yang perlu
Anda hindari juga antara lain kentang, bir, minuman anggur, dan beberapa obat juga
mengandung sulfit.

4. Gorengan

Mirip dengan sayuran silang, makanan yang digoreng bisa menyebabkan gas dan kembung.
Gorengan yang berminyak membuat lambung menggembung. Perut yang kembung ini akan
mendorong otot diafragma (otot yang memisahkan paru-paru dan perut) dan membatasi paru-
paru mengembang. Itu sebabnya, gorengan menjadi salah satu makanan yang tidak
dianjurkan untuk penderita PPOK.

5. Kopi dan minuman berkarbonasi

Tidak mengherankan jika minuman berkarbonasi termasuk dalam kelompok makanan yang
menyebabkan “gas dan kembung”. Penderita PPOK harus minum banyak cairan untuk
mengencerkan lendir di paru-paru, tapi bukan sembarang cairan.

Minuman berkarbonasi termasuk yang menjadi salah satu pantangan untuk penderita paru-
paru onstruktif kronis (PPOK). Minuman berkafein, minuman manis dan minuman
beralkohol mengandung zat kimia yang membutuhkan banyak air dalam tubuh untuk
diproses. Akibatnya, jenis minuman ini justru bisa membuat tubuh mengalami dehidrasi.
Cokelat juga memberikan efek yang sama pada perut dan paru-paru.

6. Makanan penyebab refluks asam juga tidak baik untuk PPOK

Meskipun buah-buahan citrus kaya vitamin C, jenis buah ini bisa memicu refluks
asam. Dalam jangka panjang, kondisi ini disebut GERD dan dapat memperburuk gejala
PPOK. Penderita PPOK berisiko lebih tinggi untuk terkena refluks asam, menurut sebuah
studi yang dipublikasikan di jurnal Chest. Apakah Anda tahu makanan apa yang
menyebabkan refluks asam? Jika Anda penderita PPOK, cobalah untuk menghindari atau
menghilangkan makanan ini dari diet Anda.

7. Susu dan produk turunannya

Meskipun bisa memasok kalsium untuk memperkuat tulang, susu bisa meningkatkan
produksi lendir di paru-paru. Menurut sebuah penelitian, senyawa dalam susu yang disebut
casomophin dapat meningkatkan produksi lendir atau membuat dahak menebal. Dengan
PPOK, sistem pernapasan kita terganggu dan tidak mampu mengangkut lendir melalui
jaringan seefisien yang seharusnya. Hal ini akan menyebabkan batuk dan sulit bernapas. Jika
Anda mengalami lebih banyak produksi dahak atau dahak yang tebal, Anda harus membatasi
jumlah susu dalam pola makan Anda. Ini termasuk apa pun yang terbuat dari susu, seperti
yogurt, es krim, keju, mentega, dan buttermilk. Hidup dengan PPOK bisa menjadi suatu
tantangan, tetapi Anda bisa membuatnya menjadi lebih mudah untuk diatasi dengan diet
sehat. Meski mengidap PPOK, Anda tetap bisa menjalankan hidup sehat. Menjalankan yang
boleh dan tidak boleh untuk nutrisi PPOK dapat membantu Anda bernapas dengan lebih
mudah dan meningkatkan kualitas hidup. Anda bisa berkonsultasi pada dokter atau ahli gizi
untuk membantu Anda membangun rencana diet sehat.

e. Tips menjaga pola makan sehat untuk penderita PPOK

Tak hanya menaati anjuran dan pantangan makanan untuk orang PPOK, Anda juga harus
menjalani pola hidup sehat. Ini dia beberapa tipsnya:

1. Pertahankan berat badan sehat


Konsultasilah pada dokter atau ahli gizi tentang berat badan ideal dan jumlah kalori yang
tepat untuk Anda. Saat kelebihan berat badan, paru-paru perlu bekerja jauh lebih keras untuk
memenuhi kebutuhan oksigen bagi tubuh. Perencanaan diet makanan yang tepat, disertai
dengan olahraga teratur khusus untuk penderita PPOK, dapat membantu Anda untuk
mencapai tujuan berat badan sehat.

2. Minum banyak cairan

Jika tidak ada larangan dari dokter karena penyakit lain (ginjal atau jantung), Anda harus
menargetkan untuk minum minimal 6-8 gelas sehari. Minum banyak cairan membuat dahak
menjadi lebih encer sehingga lebih mudah dikeluarkan. Pastikan Anda minum minuman
tanpa kafein ataupun karbonasi. Namun, air putih tetaplah yang terbaik.

3. Makan porsi kecil dengan lebih sering

Ini akan membantu mencegah lambung Anda melebar, sehingga tekanan pada paru-paru
menjadi berkurang dan mudah bagi Anda untuk bernapas. Satu tanda untuk mengetahui
bahwa perut memengaruhi pernapasan adalah jika Anda mengalami kesulitan bernapas
selama makan atau tepat setelah makan.

4. Bersihkan saluran napas minimal 1 jam sebelum makan

Cara ini akan membantu Anda bernapas dengan lebih mudah selama makan.

5. Makan dengan perlahan sembari duduk tegak

Ini akan membantu Anda mencerna makanan dan bernapas dengan lebih mudah selama
makan.

Anda mungkin juga menyukai