Nim : 1032211008
Mata Kuliah : Keterlampilan Dasar Keperawatan
Laporan Pendahuluan
2. Etiologi
Penyebab defisit nutrisi yaitu ketidakmampuan menelan makanan, ketida
kmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, peningk
atan kebutuhan metabolisme, adanya faktor ekonomi misalnya finansial yang tid
ak mencukupi, dan adanya faktor psikologis seperti stres dan keengganan untuk
makan (PPNI, 2017).
Penyebab kurangnya nutrisi pada pasien Diabetes Mellitus karena adanya
penurunan metabolisme glukosa dan energi dari makanan sehingga tubuh meme
cah otot dan lemak untuk mendapatkan energi. Hal ini merupakan menyebabkan
penderita diabetes sering kali mengalami penurunan berat badan secara drastis. S
elain itu, pasien diabetes sangat sering untuk BAK yang mengakibatkan cairan k
eluar dari tubuh secara berlebihan (Muttaqin, 2008).
4. Patofisiologi
Defisiensi insulin yang terjadi pada pasien Diabetes Mellitus juga akan m
enggangu metabolisme tubuh sehingga terjadi defisit nutrisi yang menyebabkan
penurunan berat badan. Gejalanya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam k
eadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang d
isimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam
amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini ak
an terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemi
a. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkata
n produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Ba
dan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh ap
abila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabk
an tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, n
afas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesada
ran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit ses
uai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis.
5. Pengkajian
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Dilihat apakah adanya penurunan kualitas kulit terutama pada
bagian perifer kaki dan tangan yang sering menjadi komplikasi
pada DM (neuropati)
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
e. Sistem kardiovaskuler
Dikaji apakah ditemukan perfusi jaringan menurun, nadi perifer
lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
g. Sistem urinari
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah meliputi nilai Hb, Eritrosit, Hematokrit,
Leukosit, dan Trombosit untuk mengetahui kondisi general
pasien, ditambah melakukan pemeriksaan gula darah sederhana
dengan nilai normal GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. HbA1c
Pemeriksaan HbA1c berfungsi untuk mengukur rata-rata jumlah s
el darah merah atau hemoglobin yang berikatan dengan gula dara
h atau glukosa selama 3 bulan terakhir. Hasil pemeriksaan HbA1c
akan tertulis dalam persentase, seperti: Normal: jumlah HbA1c di
bawah 5,7 persen. Prediabetes: jumlah HbA1c antara 5,7–6,4 pers
en. Diabetes: jumlah HbA1c mencapai 6,5 persen atau lebih.
2.
Ketidakstabilan gula darah berhubungan denga
n resistensi insulin
8. Rencana Keperawatan
Terapeutik : Terapeutik
1. Lakukan oral h
ygiene sebelu - Orang hygiene u
m makan (jika ntuk menjaga ke
perlu). bersihan oral pa
2. Sajikan makan sien
an secara men - Makanan yang
arik dan suhu menarik dapat m
yang sesuai. eningkatkan nafs
3. Berikan makan u makan
an tinggi serat - Makanan tinggi s
4. Berikan makan erat untuk menc
an tinggi kalori egah konstipasi
dan protein. - Agar nutrisi dan
energi kembali d
Edukasi : engan optimal
1. Anjurkan posis
i duduk. Edukasi
- Posisi duduk saa
Kolaborasi : t makan menyeb
1. Kolaborasi pe abkan tubuh dal
mberian medi am posisi optima
kasi sebelum l ketika mengola
makan (mis. P h makanan
ereda nyeri, a
ntiemetik), jika Kolaborasi
perlu. - Pemberian medi
2. Kolaborasi den kasi untuk meng
gan ahli gizi un urangi mual dan
tuk menentuk muntah pasien
an jumlah kalo - Ahli gizi dapat m
ri dan jenis nut engetahui secara
rien yang dibu lebih lanjut kebu
tuhkan, jika pe tuhan nutrisi pas
ien
rlu.
Edukasi
- Olahraga dapat m
enurunkan glukos
a darah
- Mengetahui dan
menjaga kadar gl
ukosa agar selalu
stabil
- Ketidakpatuhan
Edukasi
menyebabkan ke
tidakstabilan gluk
a. Anjurkan ol
osa darah
ahraga saat
kadar gluko
sa darah leb
Kolaborasi
ih dari 250
mg/dL
- Insulin dapat me
b. Anjurkan m
nurunkan glukos
onitor kadar
a darah tubuh
glukosa dar
- IV cairan untuk
ah secara m
mengganti caira
andiri
n tubuh yang hil
c. Anjurkan ke
ang
patuhan ter
hadap diet
dan olahrag
a
d.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pe
mberian insul
in, jika perlu
b. Kolaborasi pe
mberian caira
n IV, jika perl
u
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura
dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada
Pokja, T. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. (H. Fadhillah, Ed.) (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.