Anda di halaman 1dari 12

Nama : ardhiyanti nur muthia

Nim : 1032211008
Mata Kuliah : Keterlampilan Dasar Keperawatan

Laporan Pendahuluan

1. Gangguan defisit nutrisi


Nutrisi merupakan prosespemasukan dan pengolahan zat makanan olehtu
buh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh
(Hidayat, A. Aziz Alimul, 2015). Nutrisi adalah zat- zat gizi dan zat lain yang be
rhubungan dengan kessehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam
tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidu
pnya dan menggunakan bahan- bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tub
uhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerim
a makanan atau bahan-bahan penting darilingkungan hidupnya dan menggunaka
n bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluar
kan sisanya. Nutrisi yang tidak seimbang dalam tubuh ada yang diakibatkan kare
na kekurangan nutrisi dan kelebihan nutrisi.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karenameta
bolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadapstr
esor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalamran
gka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit didal
am tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbanga
n cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahanberbagai cairan tub
uh (Aziz Alimul, 2015). Defisit nutrisi merupakan asupan nutrisi tidak cukup unt
uk memenuhi kebutuhan metabolisme (SDKI: Edisi 1)
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai ber
bagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbag
ai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi p
ada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer
dkk, 2007). Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabete
s merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglik
emia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duany
a. DM ditegakan dengan mempertimbangan nilai gula darah sewaktu (GDS), gul
a darah puasa (GDP), dan Gula darah post 2 jam setelah makan. nilai normal
GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200
mg/dl.

2. Etiologi
Penyebab defisit nutrisi yaitu ketidakmampuan menelan makanan, ketida
kmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, peningk
atan kebutuhan metabolisme, adanya faktor ekonomi misalnya finansial yang tid
ak mencukupi, dan adanya faktor psikologis seperti stres dan keengganan untuk
makan (PPNI, 2017).
Penyebab kurangnya nutrisi pada pasien Diabetes Mellitus karena adanya
penurunan metabolisme glukosa dan energi dari makanan sehingga tubuh meme
cah otot dan lemak untuk mendapatkan energi. Hal ini merupakan menyebabkan
penderita diabetes sering kali mengalami penurunan berat badan secara drastis. S
elain itu, pasien diabetes sangat sering untuk BAK yang mengakibatkan cairan k
eluar dari tubuh secara berlebihan (Muttaqin, 2008).

3. Tanda dan Gejala

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, tanda dan gejala yan


g muncul pada diagnosa keperawatan defisit nutrisi dibagi menjadi dua yaitu gej
ala dan tanda mayor serta gejala dan tanda minor. Gejala dan tanda mayor yaitu
berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, sedangkan gejala dan
tanda minor yaitu cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu mak
an menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,
membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebih
an dan diare (PPNI, 2017).
Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus pada tahap awal sering
ditemukan sebagai berikut :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi
osmotik diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit
sehingga klien banyak kencing
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan
cairan banyak karena poliuri, sehngga untuk mengeimbangi klien lebih
banyak minum
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel
mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus
makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut
hanya kan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi
glukosa, maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh
yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar
maka tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga
klien dengan DM banyak makan akan tetap kurus.

4. Patofisiologi
Defisiensi insulin yang terjadi pada pasien Diabetes Mellitus juga akan m
enggangu metabolisme tubuh sehingga terjadi defisit nutrisi yang menyebabkan
penurunan berat badan. Gejalanya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam k
eadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang d
isimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam
amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini ak
an terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemi
a. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkata
n produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Ba
dan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh ap
abila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabk
an tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, n
afas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesada
ran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit ses
uai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis.

5. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses


keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnesis
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya keluhan perasaan lemas dan trias 3P ; Poliuria (sering BA
K), polydipsia(sering minum), atau polifagia(sering makan)
disertai penurunan aktivitas
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya keluhan mulai penyebab
terjadinya gejala serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita
untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Dilihat apakah adanya penurunan kualitas kulit terutama pada
bagian perifer kaki dan tangan yang sering menjadi komplikasi
pada DM (neuropati)
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
e. Sistem kardiovaskuler
Dikaji apakah ditemukan perfusi jaringan menurun, nadi perifer
lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
g. Sistem urinari
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah meliputi nilai Hb, Eritrosit, Hematokrit,
Leukosit, dan Trombosit untuk mengetahui kondisi general
pasien, ditambah melakukan pemeriksaan gula darah sederhana
dengan nilai normal GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. HbA1c
Pemeriksaan HbA1c berfungsi untuk mengukur rata-rata jumlah s
el darah merah atau hemoglobin yang berikatan dengan gula dara
h atau glukosa selama 3 bulan terakhir. Hasil pemeriksaan HbA1c
akan tertulis dalam persentase, seperti: Normal: jumlah HbA1c di
bawah 5,7 persen. Prediabetes: jumlah HbA1c antara 5,7–6,4 pers
en. Diabetes: jumlah HbA1c mencapai 6,5 persen atau lebih.

6. Analisa Data: Belum dikaji


7. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, k
eluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual at
au potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk
memecahkan masalah tersebut. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pad
a pasien diabetes mellitus adalah sebagai berikut :

No Diagnosa Keperawatan(P&E) Nama Jelas


.

1. Defisit Nutrisi b.d penurunan nafsu makan dan


mual akibat defisiensi insulin pada pasien Diab
etes Mellitus

2.
Ketidakstabilan gula darah berhubungan denga
n resistensi insulin

8. Rencana Keperawatan

NO. DIAGNOSIS KEPER TUJUAN DAN KRI RENCANA TINDA Rasional


AWATAN (PES) TERIA HASIL KAN
1 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan Referensi : Mana
penurunan nafsu asuhan keperawa jemen Nutrisi (I.0
makan dan mual a tan selama 3 x 24 3119)
kibat sakit jam diharapkan t
ermoregulasi me Observasi : Observasi
mbaik, 1. Identifikasi sta
tus nutrisi. - Mengetahui nilai
dengan kriteria h 2. Identifikasi ale awal status ener
asil rgi dan intoler gi sehingga dapa
1. Adanya penin ansi makanan. t memberikan in
gkatan berat 3. Identifikasi ma tevensi yang ses
badan sesuai kanan yang dis uai
dengan tujua ukai. - Agar pasien tida
n 4. Identifikasi ke k mengelami efe
2. Berat badan i butuhan kalori k samping alergi
deal sesuai d dan jenis nutri dan intoleransi
engan tinggi en. makanan
badan 5. Monitor asupa - Meningkatkan as
3. Intake air pu n makanan. upan makanan
tih cukup 6. Monitor berat - Mengetahui asu
4. Mual Pasien badan. pan apa saja yan
hilang 7. Monitor hasil g dikonsumsi pas
pemeriksaan l ien
aboratorium.

Terapeutik : Terapeutik
1. Lakukan oral h
ygiene sebelu - Orang hygiene u
m makan (jika ntuk menjaga ke
perlu). bersihan oral pa
2. Sajikan makan sien
an secara men - Makanan yang
arik dan suhu menarik dapat m
yang sesuai. eningkatkan nafs
3. Berikan makan u makan
an tinggi serat - Makanan tinggi s
4. Berikan makan erat untuk menc
an tinggi kalori egah konstipasi
dan protein. - Agar nutrisi dan
energi kembali d
Edukasi : engan optimal
1. Anjurkan posis
i duduk. Edukasi
- Posisi duduk saa
Kolaborasi : t makan menyeb
1. Kolaborasi pe abkan tubuh dal
mberian medi am posisi optima
kasi sebelum l ketika mengola
makan (mis. P h makanan
ereda nyeri, a
ntiemetik), jika Kolaborasi
perlu. - Pemberian medi
2. Kolaborasi den kasi untuk meng
gan ahli gizi un urangi mual dan
tuk menentuk muntah pasien
an jumlah kalo - Ahli gizi dapat m
ri dan jenis nut engetahui secara
rien yang dibu lebih lanjut kebu
tuhkan, jika pe tuhan nutrisi pas
ien
rlu.

2 Ketidakstabilan gu Setelah dilakukan Referensi : Mana


la darah b.d resist asuhan keperawa jemen Hiperglike
ensi insulin tan selama 1 x 24 mi (I .03115)
jam diharapkan a Observasi
ketidakstabilan g Observasi
ula darah memba - Hiperglikemia m
ik, a. Identifkasi k enyebabkan ang
emungkinan ka gula darah pa
dengan kriteria h penyebab hi da tubuh menin
asil perglikemia gkat
1. Kestabilan k b. Identifikasi s - Agar dapat mem
adar glukos ituasi yang berikan intevens
a darah me menyebabk i sesuai dengan s
mbaik an kebutuha ituasi yang meny
2. Status nutri n insulin me ebabkan kebutu
si membaik ningkat (mi han insulin meni
3. Tingkat pen s. penyakit k ngkat
getahuan m ambuhan) - Mengetahui pro
eningkat c. Monitor kad gress pasien seb
ar glukosa d elum dan setela
arah, jika pe h intervensi
rlu - Mencegah terjad
d. Monitor tan inya hiperglikem
da dan gejal ia
a hiperglike
mia (mis. po
liuri, polidip
sia, polivagi
a, kelemaha
n, malaise, p
andangan k
abur, sakit k
epala)
e. Monitor int
ake dan out
put cairan
f. Monitor ket
on urine, ka
dar analisa
gas darah, e
lektrolit, tek
anan darah
ortostatik d
an frekuensi
nadi Terapeutik

Terapeutik - Pada pasien den


gan hiperglikemi
 Berikan asu yang cenderung
pan cairan o untuk BAK diatas
ral normal, asupan
 Fasilitasi am oral digunakan u
bulasi jika a ntuk mengganti
da hipotensi cairan yang hilan
ortostatik g
- Hipotensi merup
akan keadaan ga
wat darurat keti
ka gula darah tel
alu rendah sehin
gga sirkulasi dala
m tubuh mengal
ami disfungsi da
n menyebabkan
shock.

Edukasi

- Olahraga dapat m
enurunkan glukos
a darah
- Mengetahui dan
menjaga kadar gl
ukosa agar selalu
stabil
- Ketidakpatuhan
Edukasi
menyebabkan ke
tidakstabilan gluk
a. Anjurkan ol
osa darah
ahraga saat
kadar gluko
sa darah leb
Kolaborasi
ih dari 250
mg/dL
- Insulin dapat me
b. Anjurkan m
nurunkan glukos
onitor kadar
a darah tubuh
glukosa dar
- IV cairan untuk
ah secara m
mengganti caira
andiri
n tubuh yang hil
c. Anjurkan ke
ang
patuhan ter
hadap diet
dan olahrag
a
d.
Kolaborasi

a. Kolaborasi pe
mberian insul
in, jika perlu
b. Kolaborasi pe
mberian caira
n IV, jika perl
u

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura
dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Pokja, T. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. (H. Fadhillah, Ed.) (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta:


Dewan Pengurus Pusat.

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:


Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai