Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDUAL DISKUSI KELOMPOK

PEMICU 2 BLOK 7

“KURUSNYA BADANKU”

DISUSUN OLEH:

Irham Zulfikri Sitepu (210600054)

KELOMPOK 6

FASILITATOR:

dr. Melati, M.Ked (PD)., Sp. PD

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pada masa ini Diabetes Melitus (DM) sudah menjadi penyakit yang diderita segala
lapisan masyarakat. DM merupakan suatu kondisi abnormal pada proses metabolisme
karbohidrat yang disebabkan oleh defisiensi atau kekurangan insulin, baik total ataupun
sebagian. DM menunjuk pada kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang
dikarenakan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat sekresi insulin yang
menurun secara progresif karena resistensi insulin.

Meningkatnya kadar gula darah pada penderita diabetes dapat merubah lingkungan
mikroflora normal dalam mulut menjadi lingkungan yang sesuai untuk tumbuhnya bakteri
tertentu dalam jumlah yang melebihi kondisi yang normal. Kadar gula yang tinggi tersebut
akan menjadi sumber bahan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri
tersebut. Pencegahan infeksi rongga mulut dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
rongga mulut salah satunya dengan menyikat gigi.

2. DESKRIPSI TOPIK

Pemicu 2
Nama pemicu : Kurusnya Badan ku
Penyusun : dr. Rusdiana, M. Kes; dr. M. Aron Pase, M. Ked (PD).,Sp. PD;
dr. Tri Widyawati, M.Si, Ph.D
Hari/Tanggal : Senin, 25 April 2022
Pukul : 07.30 – 09.30 WIB
Seorang perempuan umur 53 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan gusi
bengkak dan terasa sakit. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien ini sering mengalami
buang air kecil, badan merasa mudah lelah dan berat badan makin menurun, walau banyak
makan. Keluhan ini sudah dialami sejak 4 bulan yang lalu, selain itu pasien sering merasa
haus sehingga pasien banyak minum dan kebas ditangan dan kaki. Pada pemeriksaan fisik
didapati tinggi badan 165 cm, BB 85 kg, kesadaran compos mentis, TD 120/80 mmHg,
frekwensi nadi 90x /menit regular. Pernafasan 24 x /menit regular, suhu 37⁰C. Hasil
pemeriksaan intra oral, terlihat gigi molar satu kiri bawah mengalami abses tanpa adanya
karies dan kebersihan mulut sedang.
Hasil laboratorium darah rutin dalam batas normal, Kadar Gula Darah sewaktu 365 mg/dl.
Pertanyaan penuntun untuk menggali learning issues:
1. Jelaskan patofisiologi nyeri!

2. Jelaskan patofisologi poliuri!

3. Jelaskan patofisiologi penurunan berat badan!

4. Jelaskan patofisiologi badan lemas dikaitkan dengan proses metabolisme


karbohidrat dan peningkatan kadar gula darah!
5. Jelaskan patofisiologi sering haus!

6. Jelaskan faktor risiko terjadinya penyakit DM tersebut!

7. Jelaskan komplikasi diabetes melitus !

8. Jelaskan pemeriksaan penunjang lain untuk kasus ini!

9. Jelaskan penatalaksanaan farmakologi dari kasus di atas!

10. Jelaskan kemungkinan interaksi obat antiinflamasi nonsteroid dengan obat


antidiabetik!
BAB II

PEMBAHASAN

1. Jelaskan patofisiologi nyeri!

Rangsangan nyeri diterima oleh reseptor nyeri/nosiseptor pada kulit. Rangsangan nyeri
dapat berintesitas tinggi maupun rendah. Sel tubuh yang mengalami cedera/nekrotik akan
merilis K+ dan protein intraseluler ke luar. Peningkatan kadar K+ ekstraseluler akan
menyebabkan depolarisasi nosiseptor, sedangkan protein pada beberapa keadaan akan
menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan/inflamasi. Akibatnya,
mediator nyeri seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin dilepaskan dan
merangsang nosiseptor. Selain itu, lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga
bradikinin dan serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi
pembuluh darah maka akan terjadi iskemia yang menyebabkan akumulasi K+ ekstraseluler
dan H+ yang selanjutnya mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan prostaglandin
E2 memiliki efek vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan edema lokal, tekanan jaringan meningkat, dan juga terjadi perangsangan
nosiseptor.1

Nosiseptor yang terangsang akan melepaskan substansi peptida P dan kalsitonin gen terkait
peptida (CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan
vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Perangsangan nosiseptor
inilah yang menyebabkan nyeri.

2. Jelaskan patofisologi poliuri!


Gejala diabetes awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi. Kadar gula darah yang tinggi sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan
dikeluarkan melalui air kemih, jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Gejala atau ciri awal
penderita diabetes sering disebut dengan triaspoli (poliuri, polidipsi dan polifagi). Poliuri
terjadi jika ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita
sering berkemih dalam jumlah yang banyak.2
3. Jelaskan patofisiologi penurunan berat badan!

Berdasarkan skenario, dapat disimpulkan dengan hasil laboratorium dan anamnesis pasien
menderita diabetes mellitus. Secara umum, ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi
yang cukup dari gula karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan
protein yang ada di dalam tubuh untuk diubah menjadi energi sehingga berat badan akan
mengalami penurunan.3 Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme kronis
yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah sebagai akibat ketidakcukupan fungsi
insulin dan berkaitan erat dengan angka mortalitas yang tinggi. Menurut America Diabetic
Asociation (ADA) penyakit DM dapat ditandai dengan banyak minum, banyak makan,
sering buang air kecil dan terjadi penurunan berat badan.

Penyandang DM akan mengalami defisiensi insulin, sehingga terganggunya metabolisme


protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Penurunan berat badan ini
akan mengakibatkan berkurangnya jumlah simpanan kalori. Penyandang DM dalam
keadaan stres fisiologis dan emosional dapat terjadi hiperglikemia, sehingga meningkatkan
produksi glukosa oleh hati dan mengganggu penggunaan glukosa dalam jaringan otot serta
lemak dengan cara melawan kerja insulin. Keadaan stres menyebabkan peningkatan sekresi
hormon epinefrin dan kortisol yang meningkatkan kadar glukosa darah. 4 Pada diabetes
mellitus tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah
akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau gangguan fungsi insulin
yang terjadi melalui 3 cara yaitu rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar
(virus,zat kimia,dll), penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas, atau kerusakan
reseptor insulin di jaringan perifer. Penderita diabetes melitus biasanya mengeluhkan gejala
khas seperti polyphagia (banyak makan), polidipsia (banyak minum), poliuria (banyak
kencing/sering kencing di malam hari) nafsu makan bertambah namun berat badan turun
dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu) mudah lelah, dan kesemutan.5
4. Jelaskan patofisiologi badan lemas dikaitkan dengan proses
metabolisme karbohidrat dan peningkatan kadar gula darah!

Peningkatan kadar gula darah akibat hormon insulin yang tidak cukup (misalnya pada
diabetes tipe 1) atau karena kerja insulin yang tidak baik (misalnya pada diabetes tipe 2)
mengakibatkan sel-sel tubuh tidak mendapatkan cukup zat gula yang digunakan untuk
menghasilkan energi, akibatknya orang tersebut akan merasa lemas atau lemah. Proses
perubahan glukosa menjadi energi ini melibatkan proses metabolisme karbohidrat. Ketika
seseorang mengalami kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemi), terutama pada orang
yang sudah tua, ia akan mengalami dehidrasi.6 Hal ini terjadi akibat sifat glukosa yang
"menarik" air dan meningkatkan frekuensi buang air kecil. Hal inilah yang juga
mengakibatkan orang yang mengalami hiperglikemi cenderung merasakan keluhan lemas
atau lemah badan. Selain itu, misalnya pada penderita diabetes yang mengaami kondisi
hiperglikemi, biasanya terjadi gangguan fungsi organ lain, seperti pada ginjal. Gangguan
fungsi ginjal ini juga berkontribusi terhadap terjadinya lemas atau lemah tubuh.

Selain itu, rasa lemas juga dapat dipicu oleh dehidrasi atau kurangnya cairan tubuh. Hal ini
merupakan akibat dari cairan tubuh yang dikeluarkan bersama glukosa karena tubuh akan
menarik cairan tubuh agar urin yang dikeluarkan tidak terlalu pekat.Lemas akibat
karbohidrat yang keluarnya bersama urine maka tubuh kekurangan kalori.

5. Jelaskan patofisiologi sering haus!

Keadaan saat seseorang sering mengalami rasa haus dan tidak cepat hilang meskipun sudah
minum banyak air disebut sebagai polidipsi. Pasien dengan polidipsi ditandai dengan rasa
haus berlebih, ditambah dengan mulut kering dan polyuria. Polidipsi juga memiliki berbagai
gejala lain seperti penglihatan yang semakin kabur, proses penyembuhan infeksi yang
lambat, kelelahan, penurunan berat badan yang tidak normal, serta sering merasa kelaparan.

Polidipsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti dehidrasi, diabetes, gangguan
mental, konsumsi obat-obatan tertentu, hingga cedera otak. Dehidrasi merupakan keadaan
dimana tubuh mengalami kekurangan cairan, bisa karena muntah, terlalu banyak
berkeringat, kurang minum air, konsumsi produk tinggi kafein, garam atau vitamin D.
Diabetes merupakan penyakit kronis dimana salah satu gejalanya adalah polyuria, yaitu
pengeluaran urin yang berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan pasien merasa sangat haus.
Gangguan mental juga dapat mengakibatkan polidipsi dimana penderita akan merasa haus
meskipun tubuhnya tidak membutuhkan cairan tambahan. Konsumsi dari obat-obatan
tertentu juga dapat memicu polidipsi.7

6. Jelaskan faktor risiko terjadinya penyakit DM tersebut!

Faktor risiko terjadinya penyakit diabetes mellitus dapat dibagi menjadi faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi, dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi terdiri dari usia, khususnya dalam rentang umur 45-64 tahun,
riwayat keluarga dengan penyakit diabetes mellitus, serta riwayat melahirkan bayi dengan
berat lahir bayi >4000 gram atau pernah menderita DM gestasional. Faktor risiko yang
dapat dimodifikasi terdiri atas 4 faktor. Yang pertama adalah obesitas, yaitu keadaan dimana
indeks massa tubuhnya > 23kg/m . Obesitas dapat dikurangi dengan mengontrol pola
2

makan, memperhatikan asupan kalori, serta mengawali makan dengan buah atau sayuran.

Faktor selanjutnya adalah aktifitas fisik yang kurang. Kurangnya kegiatan fisik dapat
meningkatkan resiko kelebihan berat badan, sehingga dibutuhkan aktifitas fisik yang cukup
untuk meningkatkan kebugaran, dan mencegah kelebihan berat badan. Merokok juga
merupakan salah satu faktor resiko yang dapat dimodifikasi. Berdasarkan penelitian oleh
Houston, didapati bahwa perokok aktif beresiko 76% lebih tinggi diserang DM tipe 2
dibanding yang tidak merokok. Selain itu, hipertensi juga merupakan faktor resiko yang
dapat dimodifikasi. Seseorang dengan tekanan yang tinggi, >140/90 mmHg akan
meningkatkan resiko terkena penyakit jantung serta diabetes, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan rutin untuk tekanan darah.8

7. Jelaskan komplikasi diabetes melitus !

Komplikasi diabetes melitus yang menyerang jantung dan pembuluh darah, meliputi
penyakit jantung, stroke, serangan jantung, dan penyempitan arteri (aterosklerosis).
Mengontrol kadar gula darah dan faktor risiko lainnya dapat mencegah dan menunda
komplikasi pada penyakit kardiovaskular. Komplikasi dari diabetes sendiri ada bermacam
macam.
Komplikasi dari DM sendiri dapat di golongkan menjadi komplikasi akut dan komlikasi
kronik. Beberapa contoh dari komplikasi akut adalah:9
 Ketoasidosis diabetik
KAD adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
peningkatan hormon kontra regulator (glukagon, katekolamin, kortisol dan hormon
pertumbuhan).
 Koma Hiperosmolar Non Ketotik
Ditandai dengan penurunan kesadaran dengan gula darah lebih besar dari 600 mg%
tanpa ketosis yang berartidan osmolaritas plasma melebihi 350 mosm. Keadaan ini
jarang mengenai anak- anak, usia muda atau diabetes tipe non insulin dependen
karena pada keadaan ini pasien akan jatuh kedalam kondisi KAD, sedang pada DM
tipe 2 dimana kadar insulin darah nya masih cukup untuk mencegah lipolisis tetapi
tidak dapat mencegah keadaan hiperglikemia sehingga tidak timbul hiperketonemia.
 Hipoglikemia
Serangan hipoglikemia ditandai dengan perasaan pusing, lemas, gemetar, mata
berkunang-kunang, keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang
kesadaran. Hipoglikemnia biasanya timbul bila kadar glukosa darah < 50 mg/dl, dan
ini terjadi apabila dosis obat anti diabetes atau insulin terlalu tinggi, makan terlalu
sedikit, olahraga terlalu berat, minum alkohol atau depresi.

Komplikasi kronik dari diabetes melitus sendiri dapat dibagi menjadi 2 : komplikasi
mikrovaskuler dan makrovaskuler.

Komplikasi mikrovaskuler terdiri dari:

 Retinopatidiabetik
Pada retinopati diabetik prolferatif terjadi iskemia retina yang progresif yang
merangsang neovaskularisasi yang menyebabkan kebocoran protein-protein serum
dalam jumlah besar. Neovaskularisasi yang rapuh ini berproliferasi ke bagian dalam
korpus vitreum yang bila tekanan meninggi saat berkontraksi maka bisa terjadi
perdarahan masif yang berakibat penurunan penglihatan mendadak. Hal tersebut pada
penderita DM bisa menyebabkan kebutaan.
 Neuropatidiabetik
Neuropati diabetik perifer merupakan penyakit neuropati yang paling sering terjadi.
Gejala dapat berupa hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus
kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar
sendiri dan lebih terasa sakit di malam hari 7.
 Nefropatidiabetik
Ditandai dengan albuminura menetap > 300 mg/24 jam atau > 200 ig/menit pada
minimal 2x pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan. Berlanjut menjadi proteinuria akibat
hiperfiltrasi patogenik kerusakan ginjal pada tingkat glomerulus. Akibat glikasi
nonenzimatik dan AGE, advanced glication product yang ireversible dan
menyebabkan hipertrofi sel dan kemoatraktan mononuklear serta inhibisi sintesis
nitric oxide sebagai vasadilator, terjadi peningkatan tekanan intraglomerulus dan bila
terjadi terus menerus dan inflamasi kronik, nefritis yang reversible akan berubah
menjadi nefropati dimana terjadi keruakan menetap dan berkembang menjadi chronic
kidney disease 8. komplikasi inilah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Komplikasi makrovaskular yang sering terjadi biasanya merupakan makroangiopati.

Penyakit yang termasuk dalam komplikasi makrovaskular adalah:

 Penyakit pembuluh darah jantung atau otak


 Penyakit pembuluh darah tepi
Penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang diabetes, biasanya terjadi
dengan gejala tipikal intermiten atau klaudikasio, meskipun sering anpa gejala.
Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama muncul.

8. Jelaskan pemeriksaan penunjang lain untuk kasus ini!

Pasien yang datang ke tempat praktek gigi mungkin dengan kondisi yang tidak terdiagnosis
DM. Sebagai contoh adalah adanya periodontitis yang parah dan cepat progresif yang
terlihat tidak sesuai dengan umur pasien, riwayat memiliki kebiasaan buruk, oral hygiene
(OH) buruk, dan adanya faktor lokal yang memperburuk seperti plak atau kalkulus. Pada
beberapa pasien DM juga sering dijumpai kelainan berupa pembesaran gingiva, gingiva
mudah berdarah pada pengerjaan dan adanya abses periodontal. Jika dokter gigi mencurigai
adanya penyakit DM pada pasien, maka pasien patut dianamnesis dengan baik untuk
mengetahui adanya riwayat polidipsia, poliuria, polyphagia, atau adanya penurunan berat
badan. Jika diduga ada riwayat keluarga yang DM, maka perlu dilakukan evaluasi dan
pemeriksaan laboratorium berupa kadar gula darah puasa dan sesudah makan, uji urine, dan
toleransi glukosa.10

Seorang klinisi harus mengetahui nilai haemoglobin yang terikat dengan glukosa (HbA1C).
Uji ini akan memberikan gambaran mengenai kadar glukosa selama 2-3 bulan. Jika nilainya
kurang dari 8% menunjukkan kadar glukosa secara relatif terkontrol baik. Jika nilai HbA1C
lebih besar dari 10% menunjukkan kadar gula darah tidak terkontrol. Hal lain yang menjadi
kunci dalam pertimbangan perawatan gigi pada pasien DM meliputi tindakan mengurangi
stres, setting perawatan, penggunaan antibiotik, modifikasi diet, membuat jadwal
kunjungan, pemilihan obat- obatan serta penanganan emergensi.

9. Jelaskan penatalaksanaan farmakologi dari kasus di atas!


Pemberian obat diabetik oral, insulin, dan kombinasinya dapat menjadi pilihan alternatif
dalam farmakologi diabetes mellitus. Berdasarkan mekanisme kerjanya, Obat Hipoglikemik
Oral dapat dibagi menjadi 5 golongan11, yaitu peningkat sekresi insulin metformin
(menurunkan produksi glukosa hati)12 dan tiazolidinin (ikat dengan reseptor peroxisome
proliferators active ℽ yang dapat menurunkan resistensi insulin) 12, sentisiter insulin
sulfonylurea dan glinid (meningkatkan aktivitas sel), inhibitor katabolisme karbohidrat
(menghambat absorbs glukosa), penghambat glukonegogenesis, penghambat glucosidase α-
DPP IV inhibitor seperti sitagliptin (untuk mennurunkan produksi gula di hepar). 11
Selain itu, pemberian GLP-1 receptor agonist dapat memperlambat proses pencernaan
makanan (contoh: exenatide) dan SGLT 2 inhibitor yang dapat memengaruhi ginjal
membuang lebih banyak gula. Berdasarkan skenario, pasien DM dapat dikendalikan dengan
modifikasi pola hidup serta terapi kombinasi sulfonylurea dan insulin yang berhubungan
dengan resiko hipoglikemia dan meningkatkan berat badan. 13
10. Jelaskan kemungkinan interaksi obat antiinflamasi nonsteroid dengan obat
antidiabetik!
Interaksi antara insulin dan aspirin (AINS) merupakan salisilat dengan interaksi
farmakodinamik aditif yaitu meningkatkan efek insulin karena adanya inhibisi prostaglandin
menyebabkan iritasi pada gastrointestinal yang merupakan precursor glucagon. Glucagon
tidak terbentuk dan kadar insulin semakin tinggi menyebabkan hipoglikemia. Selain itu,
interaksi antara acarbose dengan paracetamol menyebablan hepatoksis. Hal ini terjadi
apabila dosis paracetamol dalam jumlah besar. 14

Potensi interaksi obat antidiabetik oral tingkat sedang yang paling sering terjadi adalah
interaksi antara glimepirid dan meloxicam. Potensi interaksi yang terjadi antara glimepirid
dengan meloxicam dapat menyebabkan meningkatnya kadar glimepirid dalam darah.
Menurut Database (2014) obat-obatan yang merangsang sekresi insulin (seperti sulfonilurea
dan biguanid) dapat diperkuat oleh obat-obatan tertentu seperti obat NSAID, sehingga
meningkatkan efek dari obat hipoglikemik oral tersebut.Interaksi antara glimepirid dan
meloxicam dapat dikarenakan adanya penghambatan metabolisme glimepirid, karena
glimepirid dan meloxicam dimetabolisme pada enzim yang sama yaitu enzim CYP2C9.
Dengan meningkatnya efek glimepirid ini dapat menyebabkan gejala hipoglikemia pada
pasien yaitu berupa berkeringat, tremor, takikardia, kesemutan, pandangan kabur,
konsentrasi berkurang, ataksia, hemiplegia dan koma. Bahkan kadar gula yang rendah dapat
menyebabkan otak mengalami kerusakan sehingga dapat menyebabkan kematian. Menurut
Kannan dkk (2011) yang mengutip dari penelitian Klasco (2006) yang menggunakan data
MicroMedex, penggunaan obat antidiabetik oral yang dipakai bersamaan dengan obat
NSAID dapat menyebabkan peningkatan risiko hipoglikemia, dokter yang meresepkan
harus lebih memperhatikan saat meresepkan kedua obat ini.
BAB III

PENUTUP

Rangsang nyeri diterima oleh nosiseptor di kulit dan visera. Sel yang nekrotik akan
melepaskan K+ dan protein intrasel yang dapat mengakibatkan inflamasi. Mediator penyebab
nyeri akan dilepaskan. DM dapat menimbulkan bermacam-macam komplikasi yaitu
komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek antara lain
hipoglikemi dan ketoasidosis. Ketoasidosis diabetik (KAD) dapat dijumpai pada saat
diagnosis pertama DM tipe 1 atau pasien lama akibat pemakaian insulin yang salah.
Sebelum melakuk.an perawatan pada pasien yang memiliki penyakit DM ada baiknya pasien
tersebut di rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam. Setelah pasien dirujuk maka dokter gigi
boleh melanjutkan perawatan. Rujukan tersebut dilakukan agar terhindar dari kemungkinan
buruk yang akan terjadi selama perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bahrudin M. Patofisiologi nyeri (pain). Saintika Medika: J Ilmu Kesehatan dan


Kedokteran Keluarga 2017; 13(1): 10-1.
2. Nugroho S. Pencegahan dan pengendalian diabetes melitus dari olahraga. Medikora
2012;9(1);4.
3. Lestari, Zulkarnain, Sijid A. Diabetes melitus: Review etiologi, patofisiologi, gejala,
penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan cara pencegahan. Dalam: (Prosiding
biologi achieving the sustainable development goals with biodiversity in confronting
climate change), Makassar, 2021: 237-241.
4. Rias YA, Sutikno E. Hubungan antara berat badan dengan kadar gula darah acak pada
tikus diabetes mellitus. J Wiyata 2017; 4(1): 72-77.
5. Fatimah RN. Diabetes melitus tipe 2. J MAJORITY 2015; 4(5): 93-101.
6. Sutawardana H J, Yulia, Waluyo A. Studi fenomenologi penyandang diabetes melitus
yang pernah mengalami episode hipoglikemia. NurseLine Journal 2016;1(1): 164-168.

7. Dije A. Polidipsi adalah saat sering merasa haus, ini penjelasannya. [Internet] 2020
[diakses pada 21 April 2022]; terdapat pada https://www.sehatq.com/artikel/sering-
merasa-haus-berlebih-waspadai-polidpsi

8. Husnah N, Kusuma HS. Correlation between diet knowledge with the food scraps on
diabetes mellitus patient at inpatient room of RSI “Sultan Hadlirin” Jepara. Universitas
Muhammadiyah Semarang 2018
9. Referensi : Widodo FY. Pemantauan penderita diabetes mellitus. J Ilmiah Kedokteran
2014;3(2):59-1.
10. Vitria, E.E. Evaluasi Dan Penatalaksanaan Pasien Medically-Compromised di Tempat
Praktek Gigi. Dentofasial 2011; 10(1): 47-4.
11. Restaya NF. Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority 2015; 4(5): 93-101
12. Prasetyo A. Tatalaksana diabetes melitus pada pasien geriatri. CDK 2019; 46(6): 422
13. Marinda DF, Suwandi JF, Karyus A. Tatalaksana farmakologi diabetes melitus tipe 2
pada wanita lansia dengan kadar gula darah tidak terkontrol. J Medula Unila 2016; 5 (2):
29- 30.
14. Azizah RN, Hudayah A. Identifikasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe II Usia Lanjut Dengan Beer’s Criteria Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Ibnu
Sina Makassar Periode Tahun 2012. Jurnal Asy-Syifa, 2016 ; 8(1) : 88-92.

Anda mungkin juga menyukai