3. ETIOLOGI
Genetic/ keturunan, penyakit DM bias diakibatkan karena penderita memiliki
keturunan orangtua yang mengidap diabetes.
Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin.
Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses
secara berlebihan konsumsi alcohol dan merokok, obesitas dan kehamilan.
Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel- sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap
insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang
responsir terhadap insulin.
Hipertensi. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh
pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
4. PATOFISIOLOGIS
Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Glukosa darah: meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
Aseton plasma (keton): positif secara menyolok
Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
Osmolalitas serum: menngkat tetapi biasanya kurang dari 330 m Osm/l
Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun Kalium: normal atau peningkatan
semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun Fosfor: lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat: kadarnya menngkat 2 – 4 kali lipat
Gas darah arteri: biasanya menunjukkan PH rendah dan penurunan pada HCO3
(Asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentraasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum/Kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi
ginjal)
Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut
sebagai penyebab dari Diaabetes melitus (Diabetik ketoasidosis)
Pemeriksaan fungsi ttiroid: peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat menongkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
Urin: gula dan asetan positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi saaluran kemih, infeksi
pernafasan, dan infeksi pada luka.
8. KOMPLIKASI
Akut
a. Koma hipoglikemia
b. Ketoasidosis
c. Koma hiperosmolar nonketotik
Kronik
a. Makroangiopati, menegnai pembuluh darah besar, pembukluh darah jantung,
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak
b. Mikroangiopati, mengenaipembuluh darah kecil, retino diabetik, nefropati
diabetik
c. Neuropati diabetik
d. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru, gingivitas, dan infeksi saluran kemih
e. Kaki diabetik.
Pada pola hidup
Adanya penyakit gangren kaki diabetik akan mempengaruhi kehidupan
individu dan keluarga. Adapun dampak masalah yang bisa terjadi meliputi :
a. Pada Individu
Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya penyakit ini,
Gordon telah mengembangkan 11 pola fungsi kesehatan yang dapat digunakan
untuk mengetahui perubahan tersebut.
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki
diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan
kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan
yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah
dimengerti pasien.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan
sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
3. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4. Pola tidur dan istirahat
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai
akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur
dan waktu tidur penderita mengalami perubahan.
5. Pola aktivitas dan latihan
Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
6. Pola hubungan dan peran
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu
dan menarik diri dari pergaulan.
7. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
9. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
10. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah penderita.
b. Dampak pada keluarga
Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit dan dirawat di rumah
sakit akan muncul bermacam –macam reaksi psikologis dari kelurga, karena
masalah kesehatan yang dialami oleh seorang anggota keluarga akan
mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Waktu perawatan yang lama dan biaya
yang banyak akan mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga dan perubahan peran
pada keluarga karena salah satu anggota keluarga tidak dapat menjalankan
perannya.
9. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana diabetes terangkum dalam 4 pilar pengendalian diabetes. Empat pilar
pengendalian diabetes tersebut yaitu edukasi, pengaturan makan, olahraga, dan obat. Berikut
uraian satu per satu mengenai masing-masing pilar.
1. Edukasi
Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit diabetes. Dengan mengetahui
faktor risiko diabetes, proses terjadinya diabetes, gejala diabetes, komplikasi penyakit
diabetes, serta pengobatan diabetes, penderita diharapkan dapat lebih menyadari
pentingnya pengendalian diabetes, meningkatkan kepatuhan gaya hidup sehat dan
pengobatan diabetes. Penderita perlu menyadari bahwa mereka mampu menanggulangi
diabetes, dan diabetes bukanlah suatu penyakit yang di luar kendalinya. Terdiagnosis
sebagai penderita diabetes bukan berarti akhir dari segalanya.
2. Pengaturan makan
Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk mengendalikan gula darah,
tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal. Dengan demikian, komplikasi
diabetes dapat dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan proses makan itu
sendiri. Pada prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur dan disebar merata dalam
sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum, makanan untuk penderita diabetes sebaiknya
rendah lemak terutama lemak jenuh, kaya akan karbohidrat kompleks yang berserat
termasuk sayur dan buah dalam porsi yang secukupnya, serta seimbang dengan kalori
yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari penderita.
3. Olahraga
Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga membutuhkan aktivitas
fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki efek sangat baik meningkatkan
sensitivitas insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes lebih mudah
dicapai. Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat sehingga
tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan umum yang
dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-selama 30 menit dalam sehari
yang dimulai secara bertahap. Jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik
seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun, dll. Penderita juga perlu
meningkatkan aktivitas fisik dalam kegiatan sehari-hari, seperti lebih memilih naik
tangga ketimbang lift, dll. Sebelum olahraga, sebaiknya penderita diperiksa dokter
sehingga penyulit seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi sebelum olahraga
dimulai.
4. Obat
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah tetap tidak
terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas. Obat
juga digunakan atas pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti pada
komplikasi akut diabetes, atau pada keadaan kadar gula darah yang terlampau tinggi.
Hal tersebut pada praktiknya mungkin tidak semudah seperti yang tertulis. Akan tetapi,
dengan motivasi, gaya hidup sehat dapat diterapkan dan dapat dimulai secara bertahap.
Dengan memperhatikan keempat pilar tersebut, penderita diharapkan dapat terus menikmati
kualitas hidup sehat dan terhindar dari komplikasi yang diakibatkan diabetes.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen,
perubahan kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
Tujuan : berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-
tanda malnutrisi.
Kriteria Hasil :
- pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyalahgunaan zat, penurunan
jumlah intake ( diet pada status nutrisi).
- mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi / Implementasi :
1) Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi
R : Mengetahui pemasukan makan yang adekuat.
2) Tentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan dengan makanan
yang dapat dihabiskan pasien.
R : Mengindentifikasi penyimpangan dari kebutuhan.
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung,
mual,muntah, pertahankan puasa sesuai indikasi.
R : mempengaruhi pilihan intervensi.
4) Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran,
dingin/lembab, denyut nadi cepat, lapar dan pusing.
R : secara potensial dapat mengancam kehidupan, yang harus dikali dan
ditangani secara tepat.
5) Kolaborasi dalam pemberian insulin, pemeriksaan gula darah dan diet.
R : Sangat bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah.
4. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
- mengindentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi
potensial infeksi.
- pertahankan lingkungan aseptik yang aman.
Intervensi / Implementasi
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan,
adanya pus pada luka , sputum purulen, urin warna keruh dan berkabut.
R : pasien masuk mungkin dengan infeksi yang biasanya telah mencetus
keadaan ketosidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik, setiap
kontak pada semua barang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien nya
sendiri.
R : mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus,
kateter folley, dsb).
R: Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.
4) Pasang kateter / lakukan perawatan perineal dengan baik.
R: Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih.
5) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Masase daerah
tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dantetap kencang (tidak
berkerut).
R: sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada
penigkatan risiko terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi dan infeksi.
6) Posisikan pasien pada posisi semi fowler.
R : memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang, menurunkan
terjadinya risiko hipoventilasi.
7) Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.
R: penenganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
d. Fase Terminasi
Pada fase ini, perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada
pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga
Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang di tangani
dan masalah kesehatan yang mungkin akan dialami keluarga. Penting dilakukan di
fase terminasi : Tinggalkan nama dan alamat perawat dengan nomor telepon.
e. Fase pasca kunjungan
Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokumentasi lengkap tentang hasil
kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta : EGC. Price. S.A. (1995).
Doenges, Marilyn E, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Karyadi, KS Sri Hartini. 2009. Diabetes Siapa Takut!!, Panduan Lengkap untuk Diabetasi,
Keluarganya, dan Professional medis,Bandung: Qanita.
Patofisiologi, Edisi Kedua, Jakarta : EGC. Jan Tambayong, dr. (2000).
Sobat diabetes. 2019. Penatalaksanaan Diabetes (http://sobatdiabet.org/hidup-bersama-
diabetes/penatalaksanaan-diabetes/), Diakses pada tanggal 13-2-2019, pukul 15.42