Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT

MAKALAH
Memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Medikal Bedah II
Yang dibina oleh Bapak Joko Pitoyo, S.Kp., M.Kep.

Oleh Kelompok 1
1. Fajriyatun Nisa’ Hakiki (1601100037)
2. Andifa Aziz Satriawan (1601100017)
3. Audhia Dillianty (1601100033)
4. Yarima Setyawati (1601100019)
5. Fernanda Rizki Kusfiana Sari (1601100001)
6. Rizki Amelia (1601100034)
7. Pitaloka Lestari (1601100023)

KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
D-III KEPERAWATAN MALANG

November 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
taufiknya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan disusunnya makalah ini, bertujuan untuk melengkapi tugas
Keperawatan Medikal Bedah II. Makalah ini berisi tentang Asuhan
Keperawatan Gagal Ginjal Akut.

Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih


kepada dosen pembimbing yang telah mendidik, mendorong, dan memotivasi
penulis. Sehingga makalah ini bisa selesai dengan baik. Penulis menyadari
bahwa, makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik, koreksi, dan masukan dari pembaca demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan mendapat


wawasan tentang Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Akut.

Malang, November 2018


Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Gagal Ginjal Akut..................................................................................
B. Prevalensi Gagal Ginjal Akut...................................................................................
C. Etiologi Gagal Ginjal Akut.......................................................................................
D. Klasifikasi Gagal Ginjal Akut..................................................................................
E. Patofisiologi Gagal Ginjal Akut ..............................................................................
F. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Akut .........................................................................
G. Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Aku .................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi
organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu
bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit
tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti
sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin.
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang
menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak
langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering
dialami mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal
akut (acute renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal
failure = CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal
secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan
ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin
darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat.
Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi
secara perlahan-lahan. Sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam
kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Pada
penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan terjadinya kematian
sebesar 85 %. Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas mengenai
gagal ginjal akut beserta asuhan keperawatan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan gagal ginjal akut?
b. Bagaimana prevalensi gagal ginjal akut?
c. Bagaimana etiologi gagal ginjal akut?
d. Apa saja klasifikasi gagal ginjal akut?
e. Bagaimana patofisiologi gagal ginjal akut?
f. Bgaimanan penatalaksanaan gagal ginjal akut?
g. Bagaimana asuhan keperawatan dengan gagal ginjal akut?
C. Tujuan
a. Supaya lebih mengetahui tentang gagal ginjal akut.
b. Supaya lebih mengetahui tentang prevalensi gagal ginjal akut.
c. Supaya lebih mengetahui tentang etiologi gagal ginjal akut.

1
d. Supaya lebih mengetahui tentang klasifikasi gagal ginjal akut.
e. Supaya lebih mengetahui tentang patofisiologi gagal ginjal akut.
f. Supaya lebih mengetahui tentang penatalaksanaan gagal ginjal akut.
g. Supaya lebih mengetahui tentang asuhan keperawatan dengan gagal
ginjal akut.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Gagal Ginjal Akut
Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal mendadak
dengan akibat hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Akibat penurunan fungsi ginjal terjadi peningkatan
metabolit persenyawaan nitrogen seperti ureum dan kreatinin, serta

2
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang seharusnya dikeluarkan
oleh ginjal. Kriteria diagnosis GGA yaitu terjadinya peningkatan kadar
kreatinin darah secara progresif 0,5 mg/dL per hari. Peningkatan kadar
ureum darah adalah sekitar 10-20 mg/dL per hari, kecuali bila terjadi
keadaan Hiperkatabolisme dapat mencapai 100mg/dL per hari. Manifestasi
klinik GGA dapat bersifat: oligurik dan non oligurik. Definisi oliguria
adalah < 240 ml/m /hari. Pada neonatus dipakai kriteria < 1,0
ml/kgBB/jam. Pada GGA non oligurik ditemukan diuresis 1-2
ml/kgBB/jam disertai peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah.
Keadaan ini sering dijumpai pada GGA akibat pemakaian obat nefrotoksik,
antara lain aminoglikosida.

B. Prevalensi Gagal Ginjal Akut


Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan
bahwa prevalensi PGK di Indonesia sekitar 0,2%, meningkat seiring
dengan bertambahnya umur. Meningkat tajam pada kelompok umur 35-44
tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74 tahun
(0,5%), tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun (0,6%). Selain itu,
diketahui prevalensi pada jenis kelamin laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari
perempuan (0,2%). Pravelensi penyakit tidak menular di Indonesia, salah
satunya gagal ginjal 2% (499.800 orang), prevelensi terendah 1% dan
tertinggi sebesar 4%. Factor risiko penyakit ginjal kronis di Indonesia ialah
hipertensi 25,8% , obesitas 15,4% , dan DM 2,3%.
Semua pasien yang menjalani dialisis memiliki diagnose utama
kelainan ginjal yang menyebabkan pasien tersebut harus mendapat
pelayanan dialisis. Pada diagram ini terlihat pasien Gagal Ginjal Kronik
atau Terminal/ESRD merupakan pasien terbanyak (89%) diikuti dengan
pasien Gagal Ginjal Akut/ARF sebanyak 7%, dan pasien Gagal Ginjal Akut
pada GGK sebanyak 4 %. Peningkatan jumlah pasien gagal ginjal akut
yang menjalani dialisis dapat diasumsikan bahwa pasien-pasien tersebut
dengan kondisi berat sehingga memerlukan terapi pendukung ginjal (renal
support) (Data diatas diambil dari 249 Unit). Penyebab gagal ginjal pasien
hemodialisis baru dari data tahun 2015 diadapatkan sebagai berikut, E1
(Glumerulopati Primer/GNC) 8%, E2 (Nefropati Diabetika) 22%, E3

3
(Nefropati Lupus/SLE) 1%, E4 (Penyakit Ginjal Hipertensi) 44%, E5
(Ginjal Polikistik) 1%, E6 (Nefropati Asam urat) 1%, E7 (Nefropati
obstruksi) 5%, E8 (Pielonefritis kronik/PNC) 7%, dan E9 (Lain-lain) 8%,
E10 (Tidak Diketahui) 3%.(Data diatas diambil dari 249 Unit).

C. Etiologi Gagal Ginjal Akut


Menurut Mansjoer Arif (2005), sampai saat ini para praktisi klinik
masih membagi etiologi gagal ginjal akut dengan tiga kategori meliputi :
1. Prerenal
Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperpusi
ginjal dan turunnya laju filtrasi glomeruls.Gagal ginjal akut Prerenal
merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan histologik atau
morfologik pada nefron. Namun bila hipoperfusi ginjal tidak segera
diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya nekrosis tubulat akut (NTA).
Kondisi ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Hipovolemik (perdarahan postpartum, luka bakar, kehilangan cairan
dari gastrointestinal pankreatitis, pemakaian diuretik yang
berlebih).
b. Fasodilatasi (sepsis atau anafilaksis).
c. Penurunan curah jantung (disaritmia, infark miokard, gagal jantung,
syok kardioenik dn emboli paru).
d. Obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli, trombosis).
2. Renal
Pada tipe ini Gagal Ginjal Akut timbul akibat kerusakan
jaringan ginjal.Kerusakan dapat terjadi pada glomeruli atau tubuli
sehingga faal ginjal langsung terganggu.Dapat pula terjadi karena
hipoperfusi prarenal yang tak teratasi sehingga mengakibatkan iskemia,
serta nekrosis jaringan ginjal Prosesnya dapat berlangsung cepat dan
mendadak, atau dapat juga berlangsung perlahan–lahan dan akhirnya
mencapai stadium uremia.Kelainan di ginjal ini dapat merupakan
kelanjutan dari hipoperfusi prarenal dan iskemia kemudian
menyebabkan nekrosis jaringan ginjal. Beberapa penyebab kelainan ini
adalah :
a. Koagulasi intravaskuler, seperti pada sindrom hemolitik uremik,
renjatan sepsis dan renjatan hemoragik.
b. Glomerulopati (akut) seperti glomerulonefritis akut pasca
sreptococcus, lupus nefritis, penolakan akut atau krisis donor ginjal.

4
c. Penyakit neoplastik akut seperti leukemia, limfoma, dan tumor lain
yang langsung menginfiltrasi ginjal dan menimbulkan kerusakan.
d. Nekrosis ginjal akut misal nekrosis tubulus akut akibat renjatan dan
iskemia lama, nefrotoksin (kloroform, sublimat, insektisida
organik), hemoglobinuria dan mioglobinuria.
e. Pielonefritis akut (jarang menyebabkan gagal ginjal akut) tapi
umumnya pielonefritis kronik berulang baik sebagai penyakit
primer maupun sebagai komplikasi kelainan struktural
menyebabkan kehilangan faal ginjal secara progresif.
f. Glomerulonefritis kronik dengan kehilangan fungsi progresif.
3. Pascarenal/postrenal
Pascarenal yang biasanya menyebabkan gagal ginjal akut
biasanya akibat dari obstruksi di bagian distal ginjal.Tekanan di tubulus
ginjal meningkat akhirnya laju filtrasi glomerulus meningkat.Meskipun
pathogenesis pasti dari gagal ginjal akut dan oligoria belum di ketahui,
namun terdapat masalah mendasar yang menjadi penyebab.Beberapa
faktor mungkin reversible jika diinvestigasi dan ditangani secara tepat
sebelum fungsi ginjal terganggu. Beberapa kondisi yang menyebabkan
pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal:

a. Hipovelemia.
b. Hipotensi.
c. Penurunan curah jantung dan gagal jantung kongesif.
d. Obtruksi ginjal atau batu ginjal.
e. Obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal.

D. Klasifikasi Gagal Ginjal Akut


Tabel Klasifikasi GGA menurut The Acute Dialysis Quality Initiations
Group (Roesli R, 2007).

Peningkatan KadarPenurunan Laju


Kategori Kriteria Urine Output
Serum Cr Filtrasi Glomerulus
<0,5 mL/kg/jam,
Risk >1,5 kali nilai dasar >25% nilai dasar
>6 jam
<0,5 mL/kg/jam,
Injury >2,0 kali nilai dasar >50% nilai dasar
>12 jam

5
<0,3 mL/kg/jam, >24
Failure >3,0 kali nilai dasar >75% nilai dasar
jam
Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 4
Loss
Minggu
Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 3
End stage
Bulan

E. Patofisiologi Gagal Ginjal Akut


Patofisiologi gagal ginjal akut (acute kidney injury) adalah ketika
terjadi gangguan perfusi oksigen dan nutrisi dari nefron baik karena
pasokan yang menurun maupun permintaan yang meningkat. Patofisiologi
dari gagal ginjal akut dibedakan berdasarkan etiologinya.

a. Prerenal
Hipoperfusi ke ginjal yang menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG), seperti pada hipovolemia, gangguan fungsi jantung,
vasodilatasi sistemik dan peningkatan resistensi vaskular. Hal ini
menyebabkan terjadinya gangguan dalam mempertahankan tekanan
filtrasi intraglomerulus sehingga ginjal hanya menerima 25% dari curah
jantung (cardiac output). Sistem pembuluh darah di ginjal dapat
mempertahankan perfusi hingga tekanan darah sistemik dengan mean
arterial pressure (MAP) 65 mmHg. Dalam sebuah penelitian, MAP 72
– 82 mmHg diperlukan untuk menghindari gagal ginjal akut pada
pasien syok sepsis dan bila terdapat gangguan ginjal.
b. Renal
Gangguan terjadi dalam ginjal seperti tubulus, glomerulus,
interstisial dan pembuluh darah intrarenal. Nekrosis tubular akut (Acute
Tubular Necrosis / ATN) merupakan penyakit yang paling sering
menyebabkan gagal ginjal akut. Kerusakan dan kematian sel tubulus
dapat disebabkan karena iskemik maupun toksik. “Sampah” hancuran
sel akibat ATN ini kemudian dapat menumpuk dan menyebabkan
obstruksi yang memperparah gagal ginjal akut.
Pada gagal ginjal akut akibat gangguan renal, dapat terjadi
isothenuria (kegagalan mengatur osmolalitas urin), osmolalitas urin
dapat kurang dari 300 mOsm/kgBB.
c. Pasca Renal

6
Adanya obstruksi pada traktus urinarius dimulai dari tubulus
ginjal hingga uretra dimana terjadi peningkatan tekanan intratubular.
Obstruksi ini juga dapat memicu gangguan tekanan darah pada ginjal
dan reaksi inflamasi yang mengakibatkan penurunan LFG.

F. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Akut


1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal
ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang.
Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn,
protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan
kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka.
2. Penanganan Hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama
pada gagal ginjal akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling
mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau
akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar
elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L),
perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat
tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat
dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren
sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
3. Mempertahankan Keseimbangan Cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat
badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan
serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien.
Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung,
feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai
dasar untuk terapi penggantia cairan.

G. Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Aku


A. Pengkajian
a. Anamnesa:
1. Identitas:
 Nama : Tn A
 Umur : 50 thn
 Jenis kelamin: Laki-laki
 Alamat : Jl X No 4

7
 Pekerjaan : Wirausaha
 Agama : Islam
 Status : Duda
2. Riwayat sakit dan kesehatan:
a. Keluahan utama: Klien mengatakan sulit berkemih, bila
berkemih urin keluar sedikit
b. Riwayat kesehatan sekarang : klien mengatakan mual dan
muntah serta tidak nafsu makan, belakangan klien
mengalami nyeri pada pinggang.
c. Riwayat kesehatan dahulu: klien mengatakan dulu pernah
masuk rumah sakit dengan gejala yang sama, diagnosa
medis klien nefrotik syndrome
d. ADL :
 Nutrisi: klien mengaku mual muntah dan tidak nafsu
makan, BB:80 Kg
 Eliminasi: klien mengatakan minum sedikit, dan
sering cegukan, klien minum ± 2 Liter, dan Outcome
±200cc, klien mengatakan jarang kencing
 Hygiene: klien mengatakan mandi 2 kali sehari
 Aktifitas/istirahat: klien mengatakan lemas, karena
ketika tidur sering mual dan muntah

b. Pemeriksaan fisik:
 B1 (breathing): ketika dikasji klien terlihat sesak dan nafas
cepat pendek, dan dari mulut klien tercium bau amonia
 B2 (blood): klien terlihat pucat dan lemas, nadi teraba 60x/
menit dan tekanan darah klien 110/60 mmHg
 B3 (brain): klien terlihat sadar total,
 B4 (bladder): klien mengaku susah kencing, ketika dikaji urin
klien sebesar ±200cc, terjadi oedema pada telapak kaki klien.
 B5 (bowel): klien terlihat mual muntah dan tidak nafsu makan,
klien mengatakan BB meningkat, tetapi tidak makan
 B6 (Bone): klien terlihat lemah, dan kulit kering, serta terdapat
tanda-tanda anemia.

c. Pemeriksaan penunjang:
 Hb, 7,7mg/dl
 Urea N:13,3 mg/dl
 Kreatinin:0,97 K;31
 Na..: 141

8
 Cl.: 111

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. mukus dalam jumlah
berlebihan
 DS : mengeluh napas pendek, nafas berbau amonia
 DO: takipnea, peningkatan freekuensi, kedalaman (pernapasan
kusmaul), batuk produktif dengan sputum kental merah muda
(edema paru).
2. Gangguan eliminasi urin b.d. penyebab multipel
 DS : mengatakan ragu-ragu dalam berkemih.
 DO: perubahan pola kemih pada periode oliguri akan terjadi
penurunan frekuensi dan penurunan urine output ( 400 ml/hari,
peningkatan frekuensi, poliuria (kegagalan dini), atau penurunan
frekuensi/oliguria(fase akhir), disuria, ,dorongan, dan retensi
(inflamasi/obstruksi, infeksi), perubahan warna urine contoh
kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria (biasanya 12-21
hari); poliuria (2-6 L/hari))
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidak
mampuan untuk mencerna makanan.
 DS : mengeluh mual dan muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri
uluhati, kembung
 DO: diare, konstipasi
4. Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme regulasi
 DS: mengatakan adanya peningkatan berat badan dalam waktu
singkat
 DO: edema jaringan umum (termasuk area periorbital, mata kaki,
sakrum), perubahan turgor kulit, kulit lembab.
5. Resiko kerusakan itegritas kulit b.d. gangguan kondisi metabolik
 DS : Klien mengatakan gatal-gatal
 DO : kulit klien terlihat kering
C. Rencana Tindakan/intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. mukus dalam jumlah
berlebihan
 Goal: pola nafas pasien efektif selama dalam perawatan
 Objective: pasien dapat terbebas dari mukus dalam jumlah
berlebihan selama dalam perawatan.
 Outcomes: dalam waktu 1x24 jam perawatan:
- RR normal (12-20x/menit)
- Pernafasan kusmaul (-)

9
- Ronchi (-)
 Intervensi dan rasional:
1. Istirahatkan klien dengan posisi semi fowler
R/ posisi semi fowler akan meningkatkan ekspansi paru
optimal. Istirahat akan mengurangi kerja jantung,
meningkatkan tenaga cadangan jantung dan menurunnkan
tekanan darah
2. Manajemen lingkungan: lingkungan tenang dan batasi
pengunjung
R/ lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan.
3. Kolaborasi pemberian cairan Ringer Laktat secara intravena
R/ larutan IV Ringer Laktat biasanya merupakan cairan pilihan
untuk memperbaiki keadaan asidosis metabolik dengan selisih
anion normal.
4. Pantau data laboratorium analisis gas darah berkelanjutan
R/ tujuan keperawatan pada asidosis metabolik adalah
meningkatkan pH sistemik sampai ke batas yang aman dan
menaggualangi sebab-sebab asidosis yang mendasarinya.
Dengan monitoring perubahan dari analisis gas darah berguna
untuk menghindari komplikasi yang tidak diharapkan.
5. Observasi tanda-tanda vital terutama pernafasan pasien
R/ untuk mendeteksi tanda-tanda awal gangguan dan untuk
mengetahui keefektifan intervensi.
2. Gangguan eliminasi urin b.d. penyebab multipel
 Goal: pola eliminasi urin pasien normal selama dalam perawatan
 Objective: pasien tidak mengalami penyebab multipel selama dalam
perawatan
 Outcomes: dalam waktu 3x24 jam perawatan:
- Dapat berkemih dengan normal
- Produksi urin >600 ml/hari
- Disuria (-)
 intervensi dan rasional:
1. dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhan tentang
masalah perkemihan.

10
R/ mendengan aktif menunjukan respek terhadap pasien;
pengungkapan secara bebas membantu menentukan ketakutan
pasien secara tepat.
2. Jelaskan kondisi perkemihan pasien kepada pasien dan anggota
keluarga atau pasangan.
R/ pengetahuan kesehatan yang akurat akan meningkatkan
kemampuan pasien dalam mempertahankan kesehatan.
3. Dorong asupan cairan yang seimbang
R/ untuk melembabkan membran mukosa dan melarutkan zat kimia
dalam tubuh
4. Kolaborasi pemberian obat nyeri sesuai program dan pantau
keefektifannya
R/ untuk meredakan nyeri dan menurunkan ketegangan akibat
ansietas
5. Observasi pola berkemih pasien. Dokumentasikan warna dan
karakteristik urin, asupan dan haluaran, dan berat badan pasien
setiap hari. Laporkan semua perubahannya.
R/ pengukuran asupan dan haluaran yang akurat sangat penting
untuk melakukan terapi penggantian cairan secara tepat.
Karakteristik urine membantu penegakan diagnosis.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidak mampuan untuk mencerna makanan.
 Goal: pasien akan mempertahankan keseimbangan Nutrisi selama
dalam perawatan
 Objective: pasien tidak akan mengalami gangguan selama dalam
perawatan
 Outcomes: dalam waktu 3x24 jam perawatan:
- BB terkontrol
- Oucome dan input adekuat
 Intervensi
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
- Berikan substansi gula
- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

11
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
4. Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme regulator
sekunder akibat GGA
 Goal: pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
selama dalam perawatan
 Objective: pasien tidak akan mengalami gangguan selama dalam
perawatan
 Outcomes: dalam waktu 3x24 jam perawatan:
- Edema (-)
- Turgor kulit baik
- Kelembaban kulit baik
 Intervensi dan rasional:
1. Rencanakan penggantian cairan pada pasien, dalam pembatasan
multipel.
R/ membantu menghindari periode tanpa cairan.
2. Jelaskan alasan pembatasan cairan dan diet yang dianjurkan
R/ untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan pasien
3. Berikan cairan sesuai instruksi, pantau kecepatan aliran IV secara
cermat
R/ kelebihan cairan IV dapat memperburuk kondisi pasien
4. Berikan perawatan mulut, pertahankan kelembapan membran
mukosa dengan pelumas larut air
R/ untuk mencegah dehidrasi mukosa
5. Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk edema
R/ edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada
tubuh, contoh tangan, kaki, area lumbosakral. BB pasien dapat
meningkat sampai 4,5 kg cairan sebelum edema pitting terdeteksi.
Edema periorbital dapat menunjukan tanda perpindahan cairan ini,
karena jaringan rapuh ini mudah terdistensi oleh akumulasi cairan
minimal.
6. Awasi denyut jantung, TD dan CVP
R/ takikardi dan hipertensi terjadi karena (1) kegagalan ginjal untuk
mengeluarkan urine, (2) pembatasan cairan berlebihan selama
mengobati hipovolemia/hipotensi atau perubahan fase oliguria
gagal ginjal, (3) perubahan pada sestem renin-angiotensin
7. Ukur berat badan pasien setiap hari sebelum sarapan sesuai
program. Periksa adanya tanda-tanda retensi cairan seperti edema.

12
R/ untuk memberikan pembacaan yg konsisten

5. Resiko kerusakan itegritas kulit b.d. gangguan kondisi metabolik


 Goal: pasien akan mempertahankan integritas kulit selama dalam
perawatan
 Objective: pasien tidak akan mengalami gangguan selama dalam
perawatan
 Outcomes: dalam waktu 3x24 jam perawatan:
- Integritas kulit baik
- Tidak ada luka
- Perfusi jaringan baik
 Intervensi :
- Anjurkan klien memakai pakaian longgar
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Ubah posisi pasien tiap 2 jam sekali
- Monitor kulit, apabila terjadi kemerahan atau tanda infeksi
- Oleskan lotion atau baby oil pada bagian yang tertekan

D. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. mukus dalam jumlah
berlebihan
Implementasi
a. Memberikan posisi semi fowler pada klien
b. Memberi tahu pada keluarga pasien untuk membtasi
pengunjung
c. Menganalisa gas darah
d. Memberikan cairan ringer laktat lewat intravena sesuai dengan
kolaborasi tim dokter
e. Mengukur tanda-tanda vital (TD: 120/80 mmHg; Nadi:
80x/menit; Suhu:36◦C; RR: 25x/menit )
2. Gangguan eliminasi urin b.d. penyebab multipel
Implementasi
a. Mengukur input dan output klien
b. Menjelaskan kondisi perkemihan klien ke klien dan keluarga
c. Memberikan obat dieresis sesuai iadvise dokter
d. Mengukur tanda-tanda vital (TD: 120/80 mmHg; Nadi:
80x/menit; Suhu:36◦C; RR: 25x/menit )
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidak
mampuan untuk mencerna makanan.
Implementasi
a. Mengkaji adanya alergi makanan

13
b. Memberikan nutrisi sesuai kolaborasi dengan dokter
c. Menganjurkan pasien untuk menjaga oral hygiene
d. Memonitor jumlah nutrisi yang masuk
e. Mengukur tanda-tanda vital (TD: 120/80 mmHg; Nadi:
80x/menit; Suhu:36◦C; RR: 25x/menit )
4. Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme regulasi
Implementasi
a. Monitor jumlah input dan output
b. Kaji adanya odema pada tubuh
c. Menjelaskan pada pasien dan keluarga untuk membatasi
asupan cairan yang masuk
d. Mengukur tanda-tanda vital (TD: 120/80 mmHg; Nadi:
80x/menit; Suhu:36◦C; RR: 25x/menit )
5. Risiko kerusakan integritas kulit b.d. gangguan kondisi metabolik
Implementasi
a. Menganjurkan klien menggunakan baju yang longgar
b. Menganjurkan klien dan keluarga untuk menjaga kebersihan
badannya
c. Mengubah posisi klien selama 2 jam sekali miring kanan
kiri
d. Mengoleskan lotion pada bagian yang tertekan
e. Mengukur tanda-tanda vital (TD: 120/80 mmHg; Nadi:
80x/menit; Suhu:36◦C; RR: 25x/menit )
6. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan
mengacu pada kriteria evaluasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. mukus dalam jumlah
berlebihan
S : Klien mengatakan sudah tidak sesak,
O : TD: 120/80 mmHg; Nadi: 80x/menit; Suhu:36◦C; RR:
21x/menit
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
2. Gangguan eliminasi urin b.d. penyebab multipel
S : Klien mengatakan tadi sudah kencing tapi sedikit, dan masih
kesulitan kalu kencing
O : urin buang ±200cc, warna urin kuning gelap
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi ( 1, 3, 4, 5)
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidak mampuan untuk mencerna makanan.

14
S : klien mengatakan sudah makan 3 sendok, mual muntah sudah
berkurang
O : klien terlihat tidak habis satu porsi, klien terlihat masih mual
ketika makan
A : masalah belum teratasi
P : modifikasi intervensi, kaji penyebab nafsu makan berkurang,
kaji mual muntah, lanjutkan intervensi

4. Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme regulasi


S : Klien mengatakan kakinya masih bengkak
O : Edema (+), BB : 80 Kg
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
5. Resiko kerusakan itegritas kulit b.d. gangguan kondisi metabolik
S : Klien mengatakan kulit masih gatal, tapi sudah berkurang
O : kulit kering (+) ,klien terlihat masih menggaruk kulit ketika
gatal
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
 Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama
untuk menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh
dari darah dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit
(misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam darah.
 Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat
menjalankan fungsinya secara normal.
 Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal
akut (acute renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic
renal failure = CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan
fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau
beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi
ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam
darah yang meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis,
penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Proses
penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi
sama sekali (end stage renal disease).

B. Saran
 Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan
asuhan keperawatan
 Bagi mahasiswa diharapkan bisa melaksakan tindakan asuhan
keperawatan sesuai prosedur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Alomedika.com. 2018. Patofisiologi Gagal Ginjal, (online),


(https://www.alomedika.com/penyakit/nefrologi/gagal-ginjal-akut).
Diakses pada tanggal 13 November 2018.

16
Google.com. 2018. Pengertian Gagal Ginjal, (online), (https://plus.google.com/
+khoirulanam15022013/posts/M9aXTZoGup4). Diakses pada tanggal
13 November 2018.
Indonesianrenalregistry. 2015. Prevalensi Gagal Ginjal (online),
(https://www.indonesianrenalregistry.org/data/INDONESIAN
%20RENAL%20REGISTRY%202015.pdf). Diakses pada tanggal 13
November.
Indonesianrenalregistry. 2015. Prevalensi Gagal Ginjal (online),
(https://www.persi.or.id/images/2018/data/materi_menkes.pdf). Diakses
pada tanggal 13 November.
Kampusdokter. 2012. Penatalaksanaan Gagal Ginjal, (online)
(http://kampusdokter.blogspot.com/2012/12/gagal-ginjal-akut.html).
Diakses pada tanggal 13 November 2018.

Mansjoer, Arif, dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 1. Jakarta:
Salemba Medika

Roesli R. 2007. Kriteria “RIFLE” Cara yang Mudah dan Terpercaya untuk
Menegakkan Diagnosis dan Memprediksi Prognosis Gagal Ginjal
Akut.Bandung: Pusat Penerbitan Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FK UNPAD

17

Anda mungkin juga menyukai