Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MILITUS

YEHEZKIEL DWI ARIF WIBOWO


202003043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2020
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
(DIABETES MELITUS)

1.1 Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin, 2009 dalam NANDA NIC-NOC, 2013)
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk,
2007)

1.2 Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert
Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4
kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)

1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung


insulin (DMTI)

Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-
sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh
proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.

2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus


tak tergantung insulin (DMTTI)

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.
Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten
insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama
adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika
preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada
mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.

3. DM tipe lain

Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,


infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik
gangguan endokrin.

4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)

Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.

Gangren kaki diabetik dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu :

Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.

Derajat 1 : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

Derajat 2 : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

Derajat 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Derajat 4 : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.

Derajat 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

1.3
1.4 Patofisiologi

1.5
1.6 Manifestasi Klinis
Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus pada tahap awal sering ditemukan
sebagai berikut :

a. Poliuri (banyak kencing)


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
banyak kencing
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehngga untuk mengeimbangi klien lebih banyak
minum
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi
walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya kan berada
sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar maka tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM
banyak makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas (glukosa-sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukkan katarak

1.7 Komplikasi
a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemia

Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi


apabila kadar glukosa darah turun dibawah 50 mg/dl. Keadaan ini dapat
terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang
berat.

Adanya penyakit gangren kaki diabetik akan mempengaruhi


kehidupan individu dan keluarga. Adapun dampak masalah yang bisa terjadi
meliputi :

a) Pada Individu

Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya


penyakit ini, Gordon telah mengembangkan 11 pola fungsi kesehatan
yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan tersebut.

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi


dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang
negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi
prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu
adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi


insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum,
berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang
dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.

3. Pola eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis


osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi
relatif tidak ada gangguan.
4. Pola tidur dan istirahat

Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah
sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat
penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami
perubahan.

5. Pola aktivitas dan latihan

Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai


bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.

6. Pola hubungan dan peran

Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan


penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.

7. Pola sensori dan kognitif

Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati


rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.

8. Pola persepsi dan konsep diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan


menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri.
Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).

9. Pola seksual dan reproduksi

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ


reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan
kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi
serta orgasme.
10. Pola mekanisme stres dan koping

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,


perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi


tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.

b) Dampak pada keluarga

Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit dan


dirawat di rumah sakit akan muncul bermacam –macam reaksi psikologis
dari kelurga, karena masalah kesehatan yang dialami oleh seorang
anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Waktu
perawatan yang lama dan biaya yang banyak akan mempengaruhi
keadaan ekonomi keluarga dan perubahan peran pada keluarga karena
salah satu anggota keluarga tidak dapat menjalankan perannya.
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
(DIABETES MELITUS)

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangren kaki diabetik


hendaknya dilakukan secara komperhensif dengan menggunakan proses keperawatan.

Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon


manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah – masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat
berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau masyarakat. Proses
keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi / mengatasi
masalah-masalah kesehatan.

Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa


keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi :

2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :

A. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam


menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese,
pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang
lainnya.

1. Anamnese
a. Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak - sembuh dan berbau, adanya nyeri
pada luka.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka


serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang


ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota


keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

f. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang


dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,


berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada


leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah,
gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.

c. Sistem integumen

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas


luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

d. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita


DM mudah terjadi infeksi.

e. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,


takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

f. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,


dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.

g. Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit


saat berkemih.

h. Sistem muskuloskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,


cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,


mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

b. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.


Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat
dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),
merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

c. Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik


yang sesuai dengan jenis kuman.

B. Analisa Data

Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil


kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang dapat
dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan meliputi aktual, potensial, dan
kemungkinan.

No Etiologi Data
1. Ketidakstabilan gula 1. Gejala dan Tanda Mayor
darah (D.0027) a. Subjektif
Hipoglikemia
1) Mengantuk
2) Pusing
Hiperglikemia
1) Lelah dan lesu
b. Objektif
Hipoglikemia
1) Gangguan koordinasi
2) Kadar glukosa dalam darah atau urin rendah
Hiperglikemia
1) Kadar glukosa dalam darah atau urin tinggi

2. Gejala dan Tanda Minor


a. Subjektif
Hipoglikemia
1) Palpitasi
2) Mengeluh lapar
Hiperglikemia
1) Mulut kering
2) Haus meningkat
b. Objektif
Hipoglikemia
1) Gemetar
2) Kesadaran menurun
3) Perilaku aneh
4) Sulit bicara
5) berkeringat
Hiperglikemia
1) Jumlah urin meningkat
2. Nyeri Akut (D.0077) 1. Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif
a) Mengeluh nyeri
b. Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur

2. Gejala dan Tanda Minor


a. Subjektif
(Tidak terosedia)
b. Objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola nafas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis
3. Intoleransi Aktivitas 1. Gejala dan Tanda Mayor
(D.0056) a. Subjektif
a) Mengeluh lelah
b. Objektif
a) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
2. Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif
a) Dispnea saat/setelah aktivitas
b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c) Merasa lemah
b. Objektif
a) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
b) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
c) Gambaran EKS menunjukkan iskemia
d) sianosis
4. Integritas Kulit 1. Gejala dan Tanda Mayor
(D.0129) a. Subjektif
(Tidak tersedia)
b. Objektif
a) Kerusakan jaringan dana tau lapisan kulit
2. Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif
(Tidak Tersedia)
b. Objektif
a) Nyeri
b) Perdarahan
c) Kemerahan
d) Hematoma

2.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau
potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk
memecahkan masalah tersebut.

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik
adalah sebagai berikut :

1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin


2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ulkus atau luka
2.3 Perencanaan
No
SDKI SLKI SIKI
.
1. Ketidakstabilan gula darah Tujuan: Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
berhubungan dengan resistensi Setelah dilakukan Observasi
insulin (D.0027) tindakan keperawatan 3x24 1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
jam diharapkan gula darah 2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan
stabil. insulin meningkat (mis. penyakit kambuhan)
3. Monitor kadar glukosa, jika perlu
Kriteria Hasil: 4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (Mis.
1. Koordinasi meningkat (5) poliuria, polidipsia, polifagia, kelemahan, malaise,
2. Mengantuk menurun (5) pandangan kabur, sakit kepala)
3. Pusing menurun (5) 5. Monitor input dan output cairan
4. Lelah/lesu menurun (5) Terapeutik
5. Gemetar menurun (5) 1. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
6. Rasa haus menurun (5) hiperglikemia tetap ada atau memburuk
7. Kada glukosa darah membaik (5) Edukasi
(L.03022) 1. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL
2. Anjurkan monitor kada glukosa secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian ketn
urine, jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan
insulin, obat oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan bantuan professional
kesehatan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu

Manajemen Hipoglikemia (I.03115)


Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
2. Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
Terapeutik
1. Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
2. Berikan glucagon, jika perlu
3. Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet
4. Hubungi layanan medis terdekat, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap
saat
6. Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat
7. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
8. Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes
tentang penyesuaian program pengobatan
9. Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral dan
olahraga
10. Ajarkan pengelolaan hipoglikemia (Mis. tanda
dan gejala, factor resiko, dan pengobatan
hipoglikemia)
11. Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah
hipoglikemia (Mis. mengurangi insulin/agen oral
dana tau meningkatkan asupan makanan untuk
berolahraga
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dextrose, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian glukagn, jika perlu
2. Nyeri Akut berhubungan Tujuan: Manajemen Nyeri (I.08238)
dengan Agen cedera fisik Setelah dilakukan Observasi
(D.0077) tindakan keperawatan 3x24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
jam diharapkan nyeri teratasi kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
1. Kemampuan menuntaskan aktivitas 4. Identifikasi factor yang memperberat dan
meningkat (5) memperingan nyeri
2. Keluhan nyeri menurun (5) 5. Identifikasi pengetahuan tentang nyeri
3. Meringis menurun (5) Terapeutik
4. Gelisah menurun (5) 1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi
5. Kesulitan tidur menurun (5) rasa nyeri (Mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
6. Tekanan darah membaik (5) musik, dll)
(L.08066) 2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(Mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan tehnik nnfarmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3. Intoleransi Aktivitas (D.0056) Tujuan: Terapi Aktivitas (I.05186)
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 3x24 1. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
jam diharapkan aktivitas aktivitas tertentu
teratasi 2. Identifikasi sumber daya aktivitas yang diinginkan
3. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan
Kriteria Hasil: waktu luang
1. Kemudahan dalam melakukan Terapeutik
aktivitas sehari-hari meningkat (5) 1. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
2. Kecepatan berjalan meningkat (5) 2. Fasilitasi aktivitas rutin (ambulasi, mobilisasi, dan
3. Jarak berjalan meningkat (5) perawatan diri), sesuai kebutuhan
4. Kekuatan tubuh bagian atas 3. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
meningkat (5) 4. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan
5. Kekuatan tubuh bagian bawah diri
meningkat (5) 5. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
6. Tekanan darah membaik (5) kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
(L.05047) 6. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
Edukasi
1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual,
dan kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan
4. Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif
atas partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memnitor program aktivitas, jika
sesuai
4. Gangguan integritas kulit Tujuan: Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
(D.0129) Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 3x24 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (Mis.
jam diharapkan integritas kulit perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
teratasi penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas
Kriteria Hasil: Terapeutik
1. Kerusakan jaringan menurun (5) 1. Lakukan pemijatan pada area penonjoan tulang, jika
2. Kerusakan lapisan kulit menurun perlu
(5) 2. Hindari produk berbahan dasara alcohol pada kulit
3. Nyeri menurun (5) kering
4. Perdarahan menurun (5)
5. Pigmentasi abnormal menurun (5)
6. Nekrosis menurun (5) Edukasi
(L.14125)
1. Anjurkan menggunakan pelembab (Mis. Lotion,
serum
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstreem
2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan intervensi atau perencanaan yang sudah dibuat

2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan menurut (Nursalam, 2008b) adalah tindakan intelektual
dalam melengkapi proses keperawatan dalam keberasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tujuan dalam evaluasi untuk melihat
kemampuan Pasien dalam mencapai suatu tujuan. Kualitas asuhan keperawatan
dievaluasi pada saat proses (formatif) dan dilihat dari hasil (sumatif).

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi


ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan


tercapai:

1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku
yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

EJ, C. (2009). Buku Saku Patofisiologi 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC.

Indriastuti. (2008). Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny J Dengan Efusi Pleura dan
Diabetes Melitus di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: UGM.

PPNI, T. P. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin
& Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai