Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEPERAWATAN ANAK I

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN:


ASMA ”

Dosen Pengampu: Fitri Fujiana, M.Kep. Sp. Mat

DISUSUN OLEH:

1. Elly Kuwanti I1031181002


2. Mitha Vrischia I1031181007
3. Restu Hayatun Nupus I1031181020
4. Amira Melati Fitri I1031181021
5. Ratih Sulistianingrum I1031181025
6. Putri Ananda Amalia I1031181030
7. M. Rizki Farhan I1031181032
8. Syaifallah Aziz I1031181037
9. Hartini I1031181043
10. Ferdinan Sujatmiko I1031181046
11. Diah Permatasari I1031181049
12. Yanuaria Aunkon I1031181051

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
A. Definisi Asma
Asma merupakan penyempitan dan peradangan di saluran pernapasan yang bersifat
episodik dan reversibel sebagai bentuk respons terhadap infeksi, alergen lingkungan, dan
iritasi. Asma memiliki proses yang kompleks, multifaktorial, serta melibatkan sistem
kekebalan tubuh, dan juga memiliki berbagai gejala klinis (Patel, 2019).
Asma adalah suatu respon imun tubuh terhadap alergen yang terjadi di saluran
pernapasan. Respon tersebut berupa penyempitan saluran pernapasan yang terkadang
diserai dengan peradangan pada saluran napas (Ayuk et al,2018).
Asma merupakan penyakit saluran napas berupa inflamasi kronis. Inflamasi tersebut
menyebabkan terjadinya penyempitan reversibel pada saluran napas serta memiliki
kecenderungan membuat saluran napas menjadi bereaksi berlebihan terhadap rangsangan
(Kuti et al,2017).
Dari pendapat orang-orang diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa asma merupakan
suatu penyakit kronis penyempitan saluran napas kronis yang disebabkan adanya inflamasi
pada saluran napas yang terjadi akibat respon imun terhadap rangsangan seperti alergen.
B. Etiologi

Pada pasien asma, penyempitan pernapasan terjadi akibat rangsangan yang ada pada
saluran pernapasan. Rangsangan tersebut dapat berupa serbuk sari, debu, bulu binatang,
asap, udara dingn, aktivitas berlebih seperti olahraga (Mustofa,2019).
Pada saat terjadinya sesak, otot polos dari bronki meningkat dan jaringan yang
melapisi saluran udara mengalami pembengkakan akibat adanya peradangan serta
pelepasan lendir menuju saluran udara. Hal ini mengakibatkan mengecilnya diameter
saluran udara dan menyebabkan pasien harus berusaha kuat agar dapat bernapas
(Mustofa,2019).
Beberapa sel tertentu yang ada di dalam saluran napas diduga terlibat dalam
terjadinya penyempitan. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan enzim histamin dan
leukotrien sehingga menyebabkan terjadinya kontraksi otot polos, peningkatan
pembentukan sekret dan perpindahan leukosit tertentu ke bronki. Sel mast mengeluarkan
bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka ketahui sebagai benda asing
(alergen). Asma juga bisa terjadi tanpa adanya alergen pada orang-orang tertentu. Reaksi
yang sama akan terjadi jika orang tersebut melakukan aktivitas yang berat seperti olahrag
berat atau juga bisa terjadi pasa saat cuacu dingin. Beberapa faktor lain yang dapat
menyebabkan asma juga meliputi stres dan kecemasan yang dapat memicu terlepasnya
histamin dan leukotrien sehingga terjadi asma (Mustofa,2019).
Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan asma menurut Afrian Mustofa
(2019), yaitu:
1) Alergen
Faktor alergi merupakan salah satu faktor utama bagi pasien asma, selain itu
hiperaktivitas saluran napas juga merupakan faktor yang penting. Jika terjadi
peningkatan terhadap aktivitas bronkus maka dapat diketahui bahwa hal tersebut
merupakan akibat dari jumlah alergen yang berlebih sehingga dapat
menimbulkan asma. Secara umum, hanya alergen yang masuk melalui saluran
udara (terhirup) yang dapat menyebabkan asma, adapun beberapa alergen
tersebut adalah serbuk sari, bulu binatang, serta debu.
2) Perubahan Cuaca
Perubahan cuaca juga merupakan penyebab dari kambuhnya asma pada pasien
yang memiliki riwayat tersebut. Hal itu disebabkan oleh kadar kelembaban
udara, perubahan temperatur, dan kondisi cuaca yang lain juga bisa membuat
saluran pernapasan menjadi iritasi. Jika saluran pernapasan sudah iritasi, maka
kemungkinan asma akan kambuh sangat tinggi.
Salah satu faktor cuaca yang dapat memicu gejala asma adalah udara dingin.
Temperatur rendah dan udara dingin dapat mempersempit saluran pernapasan
akan sulit untuk terjadinya proses inhalasi dan ekshalasi. Selain itu, udara panas
juga dapat memicu kambuhnya asma. Pada musim panas, kabut asap ditambah
asap kendaraanyang menyebabkan terjadinya polusi udara jelas akan sangat
membahayakan para pasien asma.
3) Asap rokok
Seperti hal nya yang sudah diketahui bahwasannya penderita asma akan mudah
kambuh apabila ada alergen yang mempengaruhi. Udara yang kotor juga
merupakan salah satu penyebab terjadinya asma. Maka dari itu, asap rokok
sangat berbahaya bagi penderita asma.
4) Genetik
Jika seseorang memiliki orang tua yang mempunyai riwayat asma, maka dapat
dipastikan akan melahirkan anak-anak yang asma. Tetapi, tidak menutup
kemungkinan kedua orang tua yang fenotipenya noermal melahirkan anak asma.
Kasus tersebut dapat terjadi jika kedua orang tua memiliki genotipenya
heterozigot (carrier). Orang tua yang membawa penyakit asma, kemungkinan
25% menghasilkan anak yang akan terkena asma.
Asma dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan etiologinya menurut (Mustofa,2019),
yaitu:
1) Asma Ekstrinsik/Alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, debu, bulu
halus, binatang dan debu.
2) Asma Intrinsik/Idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-
faktor non spesifik seperti: flu, latihan fisik atau emosi sering memicu serangan
asma. Asma ini sering muncul/ timbul sesudah usia 40 tahun setelah menderita
infeksi sinus/ cabang trakeobronchial.
3) Asma Campuran
Asma yang terjadi atau timbul akibat adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.

C. Manifestasi Klinis
Penderita asma biasanya keluhan bisa dirasakan pada saat serangan. Tanda dan gejala
yang jelas terlihat pada saat serangan adalah sesak nafas. Sesak nafas ini sangat menyiksa
anak, anak akan terlihat gelisah, cemas, labil dan kadang-kadang bisa terjadi perubahan
tingkat kesadaran. Jika ana kita ajak berkomunikasi, anak akan terlihat sulit berbicara dan
akan menjawab sepatah dua patah kata
Gejala lain yang bisa kita lihat adalah takipnea, takikardi, arthopnea disertai wheezing,
diaphoresis dan bisa juga muncul nyeri abdomen karena penggunaan otot abdomen dalam
pernapasan. Gejala diperberat apabila mengalami dyspnea dengan lama ekspirasi :
penggunaan otot-otot asesori pernapasan, cuping hidung, retraksi dada dam stridor.
Keadaan tersebut menandakan adanya pneumonia, disertai batuk berdahak dan demam
tinggi. Pada saat serangan seperti ini pasien tidak toleran terhadap aktivitas, baik makan,
bermain, berjalan bahkan berbicara
D. Patofisiologi
Asma pada anak terjadi adanya penyempitam pada jalan napas dan hiperaktif dengan
respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain. Bahan iritasi atau allergen otot-otot
bronchus menjadi spasme dan zat antibody tubuh muncul (immunoglobulin E atau Ig E)
dengan adanya alergi Ig E muncul pada reseptor sel masi yang menyebabkan pengeluaran
histamine dan zat mediator lainnya yang akan menyebabkan pengeluaran histamine dan
zat mediator lainnya yang akan memberikan gejala asma.
Respon asma terjadi dalam tiga tahap: pertama tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokonstriksi (1-2 jam), tahap delayed dimana bronkokonstriksi dapatnberulang dalam
4-6 jam, tahap late ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan napas beberapa
minggu/bulan.
Selama serangan asma, bronkhiolus menjadi meradang dan peningkatan sekresi
mukus. Keadaan ini menyebabkan lumen jalan napas menjadi bengkak, kemudian
meningkatkan resistensi jalan napas dan dapat menimbulkan distress pernapasan.
Anak yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar untuk ekshalasi karena
adanya edema pada jalan napas. Kondisi seperti ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli
dan terjadi perubahan pertukaran gas. Jalan napas menjadi obstruksi yang kemudian tidak
adekuat ventilasi dan saturasi oksigennya, sehingga terjadi penurunann pO2 (hipoksia),
selama serangan karbondioksida tertahan dengan meningkanya resistensi jalan napas
selama ekspirasi dan menyebabkan asidosis respiratorik dan hiperkapnea. Kemudian
system pernapasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernapasan
(takipnea), yang bisa menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar
karbondioksida dalam darah yang disebut sebagai hipokapnea (Suryadi & Yuliani, 2010)
E. Pathway
F. Komplikasi
Apabila penderita asma tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat,
maka akan menimbulkan komlikasi yang bisa membahayakan kondisi pasien, diantaranya
adalah terjadinya status asmatikus, gangguan asam basa, gagal napas, bronchiolitis,
hipoksemia, pneumonia, pneumonthoraks, emphysemia, kronis persistent bronchitis,
atelectasis dan bahkan kematian
G. Tata Laksana
Obat-obatan yang diberikan pada saat serangan adalah bronchodilator, misalnya
Salbutamol/Albuterol dengan masker aerochamber, 4-8 semprotan (400-800 mcg/dosis,
obat-obatan steroid, misalnya metil prednisolon (solu-medrol), atau inhalasi steroid.
Aminopilin atau teophilin bisa diberikan sebagai bronchodilator tambahan. Apabila Sp O2
<90% maka perlu diberi oksigen, setelah kebutuhan oksigen terpenuhi, anjurkan dan
ajarkan anak latihan batuk efektif dan nafas dalam. Jika anak menderita pneumonia
sebaiknya lakukan fisioterapi dada untuk mencegah terjadinya kongesti paru. Jika anak
juga menderita infeksi, berikan antibiotic yang sesuai. Peningkatan asupan cairan, untuk
mencegah terjadinya dehidrasi yang diakibatkan oleh ekshalasi, berikan cairan yang
cukup, baik oral maupun parenteral
H. Dokumentasi Keperawatan
I. Identitas
II. Jenis kelamin :
III. Usia : Penyakit Asma Bronkial banyak di derita pada usia
7 tahun (Putri, et al. 2019)
IV. Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapatkan dari orang tua tentang anak dengan asma
bronkial adalah sesak nafas, batuk, pilek, nafsu makan menurun, lemah, kelelahan
dan gelisah.
V. Riwayat Penyakit Dahulu
Terdapat data yang menyatakan riwayat alergi dan penyakit saluran napas
bagian bawah (rhinitis, urtikaria, dan eksim).
VI. Riwayat Penyakit Keluarga umumnya
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit
keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya penyakit yang
sama pada anggota keluarganya.
VII. Pengkajian Fisik
a. ROS ( Review of System)
- Keadaan Umum : Pasien lemas dan gelisah
- Kesadaran : Compos mentis
- GCS : Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6
- Nadi : Takikardi
- Suhu : Normal
- Respirasi : Tachipnea
- Tekanan darah : Normal
b. Sistem Pernapasan

1. Keluhan : Sesak
2. Bentuk Dada : Simetris
3. Sekresi batuk
- Batuk : Ya
- Sputum : Ya
- Warna : Putih Kental
- Nyeri Waktu Bernafas : Ya
4. Pola Nafas : Tidak teratur
- Frekuensi Nafas :
5. Bunyi Nafas : Wheezing
6. Alat Bantu Nafas Nasal : Kanul, Simple Mask Non Rebreather
C. Sistem Kardiovaskuler
1. Suara Jantung : S1 dan S2 (Lup,Dub)
2. Irama Jantung : Reguler
D. Sistem Persarafan
1. Tingkat Kesadaran : Kompos mentis
2. GCS : E :4 V:5 M:6
3. Kejang : Tidak Ada
4. Mata/Penglihatan
- Bentuk : Normal
- Pupil : Isokor
- Refleks Cahaya : Kanan
6. Hidung/Penciuman
- Bentuk : Normal
- Gangguan Penciuman : Tidak
7. Telinga, Pendengaran
- Bentuk : Normal
- Gangguan Penciuman : Tidak
E. Sistem Perkemihan
1. Mulut/Tenggorokan

17
- Bibir : Kebiruan
- Mulut/Selaput Lendir Mulut : Membengkak

VIII. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah keperawatan


1 Data subjektif: reaksi antigen/antibody Ketidakefektifan
- pasien merasa kebersihan jalan
sesak nafas nafas
- pasien reaksi inflamasi saluran nafas
mengatakan nafsu
makan menurun
- pasien merasa radang/ oedema pada jalan nafas
lelah dan gelisah
- pasien
mengatakan batuk sekresi meningkat
dan pilek
data objektif:
- kesadaran pasien peningkatan mukus/ sekret pada
composmentis jalan nafas
- nadi pasien 90
- tekanan darah
pasien 120/80 ketidakefektian jalan nafas
- suhu pasien 36,5
c
- ada suara mengi
disemua lapang
paru
- batuk tidak
efektif
2 Data subjektif: Terpapar alergi atau aktivitas berat Ketidakefektifan pola
- pasien merasa nafas
berat didada
- pasien Co2 meningkat
mengatakan sulit
bernafas
data objektif : Resistensi jalan nafas selama
- terdapat dahak ekspirasi
- terdapat mengi

Hipercapnea

Takipnea

Ketidakefektifan pola nafas


3 Data subjektif: Edema mukosa, sekresi Gangguan pertukaran
- pasien produktif,kontraksi otot polos gas
mengatakan sesak meningkat
nafas dan tidak
hilang
- pasien merasa Konsentrasi O2 dalam darah
akral dingin dan menurun
pucat

data objektif : hipoksemia


- pasien demam
- saturasi oksigen
90% gangguan pertukaran gas
- tekanan darah
110/70 mmHg

I. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan pola tidur

J. Intervensi

N DIAGNOSA
NOC NIC
O KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Tentukan pemahaman


kebersihan jalan tindakan keperawatan klien/ keluarga mengenai
nafas 1x24 jam, diharapkan penyakit dan manajemen
dapat memenuhi kriteria instruksikan pada klien/
hasil sebagai berikut : keluarga mengenai
pengobatan antiiflamasi
1. Frekuensi
dan bronkodilator dan
pernafasan normal
penggunaannya dengan
2. Suara nafas yang
tepat.
bersih
- Ajarkan klien untuk
3. Irama nafas
mengidentifikasi dan
normal
menghindari
pemicu,sebisa mungkin.

- Ajarakan teknik
bernapas/relaksasi.

- Ajarkan teknik yang


tepat untuk
menggunakan
pengobatan dan alat
(misalnya inhaler,
nebulizer, preak flow
meter).
- Informasi kebijakan dan
prosedur untuk
membawa dan
memberikan pengobatan
asma di sekolah.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Monitor kecepatan,


pola nafas tindakan keperawatan irama, kedalaman dan
selama 1x24 jam, kesulitan bernafas.
diharapkan dapat
- Monitor suara nafas
memenuhi kriteria hasil
tambahan seperti ngorok
sebagai berikut :
atau mengi.
1. Suara nafas yang
- Monitor pola nafas
bersih
(misalnya,bradipneu,taki
2. Tidak ada suara pneu,
nafas abnormal hiperventilasi,pernafasan
kusmaul,
3. Frekuensi
pernafasan1:1,apneustik,
pernafasan normal
resdpirasi biot, dan pola
ataxic).

- Auukultasi suara nafas,


catat area dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan.

- Pertahanan kepatenan
jalan nafas

- Posisikan (pasien) untuk


mengurangi dyspnea.

- Mulai dan pertahankan


oksigen tambahan,
seperti ditentukan.

- Monitor pernafasan dan


status oksigenasi.

3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi
pertukaran gas tindakan keperawatan
2. Auskultasi suara nafas, catat
selama 1x24 jam, adanya suara tambahan
3. Keluarkan sekret dengan
diharapkan dapat
batuk atau suction
memenuhi kriteria hasil 4. Monitor suara nafas : seperti
dengkur
sebagai berikut :
5. Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan penggunaan
1. Mendemonstrasika otot tambahan.
n peningkatan 6. Monitor TTV
ventilasi dan
oksigenasi yang
adekuat

2. Suara nafas yang


bersih

3. Tanda-tanda vital
normal
K. Daftar Pustaka

Ayuk, A., & dkk. (2018). The Prevalence of Allergic Diseases among Children with Asthma:
What is the Impacton Asthma Controlin South East Nigeria. Nigerian Journal of
Clinical Practice, 632-638.
A.U, S. Y. (2018). BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SISTEM RESPIRASI.
Jl. Kaliurang, Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.
Kuti, B. P., & dkk. (2017). Factors Assosiated with Chilhood Asthma Control in A Resource
Poor Center. Journal of Family Medicine and Primary Care, 222-230.
Mustofa, A. (2019). KARAKTERISTIK DAN FAKTOR PENCETUS PENDERITA ASMA
RAWAT JALAN DI PUSKESMAS PANCUR BATUKAB.DELI SERDANG
TAHUN 2019. Skripsi, 1-25.
Patel, S. J., & dkk. (2019). Asthma. Pediatrics Journal, 549-567.
Putri, N. L. P. K., Sulisnadewi, N. L. K., & RIBEK, I. N. (2019). STATUS KONTROL
ASMA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA ANAK DENGAN ASMA
BRONKIAL. JURNAL GEMA KEPERAWATAN, 12(1).
Suryo, J. (2010). Penyembuhan Sistem Pernapasan. Jl. Pandega padma 19, Yogyakarta: PT.
Bentang Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai