Anda di halaman 1dari 24

Departemen Keperawatan Anak

LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKIAL

Oleh:

MEGAWATI YUNUS, S.Kep

NIM: 70900120008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS

KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2021
BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian

Asma merupakan penyakit saluran respiratori kronik yang sering dijumpai


baik pada anak maupun dewasa. Prevalens asma pada anak sangat bervariasi di
antara negara-negara di dunia, berkisar antara 1- 18%. Meskipun tidak
menempati peringkat teratas sebagai penyebab kesakitan atau kematian pada
anak, asma merupakan masalah kesehatan yang penting. Jika tidak ditangani
dengan baik, asma dapat menurunkan kualitas hidup anak, membatasi aktivitas
sehari-hari, mengganggu tidur, meningkatkan angka absensi sekolah, dan
menyebabkan prestasi akademik di sekolah menurun. Bagi keluarga dan sektor
pelayanan kesehatan, asma yang tidak terkendali akan meningkatkan
pengeluaran biaya (UKK respirologi, 2016).

Asma dapat menyerang semua orang, baik anak maupun dewasa. Batasan
asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA)
didefinisikan sebagai penyakit heterogen berupa gangguan inflamasi kronik
saluran nafas. Penyakit ini didefinisikan dengan gejala berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat, dan batuk yang bervariasi serta keterbatasan aliran
udara yang bervariasi (Roro, 2019)

Asma adalah penyakit multifaktorial dengan perjalanan klinis yang


bervariasi pada setiap anak dan dapat berubah seiring berjalannya waktu. Asma
tidak dapat sembuh, tetapi dapat dikendalikan agar gejala tidak sering muncul.
Komunikasi, informasi, dan edukasi kepada orang tua merupakan kunci
penting untuk mencapai asma terkendali. (UKK respirologi, 2019).

Asma merupakan diagnosis masuk yang paling sering dikeluhkan di


rumah sakit anak dan mengakibatkan kehilangan 5-7 hari sekolah secara
nasional/tahun/anak. Sebanyak 10-15% anak laki-laki dan 7-10% anak
perempuan dapat menderita asma pada suatu waktu selama masa kanak-kanak
(Almazini, 2016).

Sesak nafas dan mengi menjadi suatu pertanda seseorang mengalami


asma. Asma merupakan gangguan radang kronik pada saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat peka terhadap rangsangan
tertentu, sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas
menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang. Dari proses
radang tersebut dapat timbul gejala sesak nafas dan mengi. Sehingga bisa di
simpulkan bahwa asma adalah suatu penyakit dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang
mengakibatkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara (Almazini, P.
2016).

Mekanisme yang mendasari terjadinya asma pada anak dan dewasa adalah
sama. Namun, ada beberapa permasalahan pada asma anak yang tidak dijumpai
pada dewasa karena bervariasinya perjalanan alamiah penyakit, kurangnya
bukti ilmiah yang baik, kesulitan menentukan diagnosis dan pemberian obat,
serta bervariasinya respons terhadap terapi yang sering tidak dapat diprediksi
sebelumnya. Keadaan ini terutama untuk penentuan asma pada anak usia balita
(<5 tahun). Kompleksitas munculan klinis (fenotip) asma didasari oleh
berbagai keadaan yang terkait dengan patogenesis dan patofisiologinya
(endotip) (UKK respirologi, 2016).

B. Etiologi

Faktor risiko yang dapat mengakibatkan asma dan memicu untuk terjadinya
serangan asma diantaranya adalah riwayat atopic keluarga.2 Berdasarkan
sebuah studi kohort, apabila seorang anak memiliki satu orang tua yang
memiliki alergi, maka anak tersebut memiliki kemungkinan untuk menderita
alergi sebesar 33%, dan kemungkinan alergi pada anak yang kedua orang
tuanya menderita alergi sebesar 70% (Roro, 2019).
Menurut Asra, A., & Rudiansyah, (2017).etiologi asma dapat dibagi atas :

1. Asma ekstrinsik / alergi

Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah


terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari,
bulu halus, binatang dan debu.

2. Asma instrinsik / idopatik


Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau emosi
sering memicu serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia
40tahun setelah menderita infeksi sinus.
3. Asma campuran
Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.

C. Klasifikasi

Menurut UKK Respirologi, (2016) Asma merupakan penyakit yang sangat


heterogen dengan variasi yang sangat luas. Atas dasar itu, ada berbagai cara
mengelompokkan asma.

1. Berdasarkan umur
a. Asma bayi-baduta (bawah dua tahun)
b. Asma balita (bawah lima tahun)
c. Asma usia sekolah (5-11 tahun)
d. Asma remaja (12-17 tahun)
2. Berdasarkan fenotip
Fenotip asma adalah pengelompokan asma berdasarkan penampakan yang
serupa dalam aspek klinis, patofisologis, atau demografis.
a. Asma tercetus infeksi virus
b. Asma tercetus aktivitas (exercise induced asthma)
c. Asma tercetus allergen
d. Asma terkait obesitas
e. Asma dengan banyak pencetus (multiple triggered asthma)
3. Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala
a. Asma intermiten
b. Asma persisten ringan
c. Asma persisten sedang
d. Asma persisten bera
4. Berdasarkan derajat beratnya serangan
Asma merupakan penyakit kronik yang dapat mengalami episode gejala
akut yang memberat dengan progresif yang disebut sebagai serangan
asma.
a. Asma serangan ringan-sedang
b. Asma serangan berat
c. Serangan asma dengan ancaman henti napas

D. Patofisiologi

Suatu serangan asma merupakan akibat obstruksi jalan napas difus


reversible. Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu
kontraksi otot-otot polos saluran napas, pembengkakan membran yang
melapisi bronkus, pengisian bronkus dengan mukus yang kental. Selain itu,
otot-otot bronkus dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak
dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di
dalam jaringan paru. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel
mast dalam paru-paru. Pemajanan ulang terhadap antigen menyebabkan ikatan
antigen dengan antibody, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast
(mediator) seperti histamin, bradikinin, prostaglandin serta anafilaksis dari
substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam
jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan
bronkospasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan mukus
yang sangat banyak. Selai itu, reseptor α dan β dari sistem saraf simpatik
terletak dalam bronkus. Ketika reseptor α adrenergik dirangsang, terjadi
bronkonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β adrenergik yang
dirangsang (Erin Imaniar, 2015).

Keseimbangan antara reseptor α dan β adrenergik dikendalikan terutama


oleh siklik adenosine monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor α mengakibatkan
penurunan cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator kimia yang
dilepaskan oleh sel-sel mast bronkostriksi. Stimulasi reseptor β mengakibatkan
peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimia dan
menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekata β
adrenergik terjadi pada individu dengan Asma. Akibatnya, asmatik rentan
terhadap peningkatan pelepasan mediator kimia dan kontriksi otot polos (Erin
Imaniar, 2015).

E. Manifestasi Klinik

1. Tanda

Sebelum muncul suatu episode serangan asma pada penderita, biasanya


akan ditemukan tanda-tanda awal datangnya asma. Tanda-tanda awal
datangnya asma memiliki sifat-sifat sebagai berikut: sifatnya unik setiap
individu, pada indivisu yang sama, tanda-tanda peringatan awal bisa sama,
hampir sama, atau sama sekali berbeda. Pada setiap episode serangan dan
tanda peringatan awal yang paling bisa diandalkan adalah penurunan dari
angka prestasi penggunaan “Preak Flow Meter” (Papi,2017).

Beberapa contoh tanda peringatan awal adalah: perubahan dalam pola


pernapasan, bersin-bersin, perubahan suasana hati (moodlines), hidung
mampet, batuk, gatal-gatal pada tenggorokan, merasa capek, lingkaran
hitam dibawah mata, susah tidur, menurunnya toleransi tubuh terhadap
kegiatan olahraga dan kecenderungan penurunan prestasi dalam
pengguanaan “Preak Flow Meter”. (Papi,2017).

2. Gejala
a. Gejala asma umum
Perubahan saluran napas yag terjadi pada asma menyebabkan
dibutuhkannya usaha yang jauh lebih keras untuk memasukkan dan
mengeluarkan udara dari paru-paru. Hal tersebut dapat
memunculkan gejala berupa sesak napas/sulit bernapas, sesak dada,
nafas berbunyi (wheesing) dan batuk (lebih sering terjadi pada anak
daripada dewasa) (Rance, 2016).
Tidak semua orang akan mengalami gejala tersebut. Beberapa orang
dapat mengalaminya dari waktu ke waktu, dan beberapa orang
lainnya selalu mengalaminya sepanjang hidupnya. Gejala asma
seringkali memburuk pada malam hari atau setelah mengalami
kontak dengan pemicu asma (Rance, 2016).
b. Gejala asma berat
Gejala asma berat yaitu serangan batuk yang hebat, napas berat,
tersengal-sengal, sesak dada, susah berbicara dan berkonsentrasi,
napas menjadi dangkal dan cepat atau lambat dibanding biasanya,
pundak membungkuk, lubang hidung mengembang dengan setiap
tarika napas, bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula
dari daerah sekitar mulut (sianosis) (Rance, 2016).

F. Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul (Papi, 2017) adalah:

1. Pneumotoraks

Pneumotoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang


dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat
menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan
kegagalan napas.

2. Pneumomediastinum

Pneumomediastinum dikenal sebagai emfisema mediastinum adalah suatu


kondisi dimana uadara hadir di mediastinum. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke uadar keluar dari paru-
paru.

3. Atelektasis

Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat


penumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernapasan yang sangat dangkal.

4. Bronkhitis

Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi dimana lapisan bagian


dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkiolus)
mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi
lendir. Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam
upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas
karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir.

5. Gagal napas

Gagal napas terjadi bila pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam


paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan
pemebentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.

G. Pencegahan

1. Menghindari faktor pencetus

a. Menghindarkan debu rumah: mengusahakan kamar tidur seperti:

1) Memperhatikan kasur/ bantalnya jangan sampai berdebu atau


kapuknya keluar.

2) Sprei, tirai/ gorden, selimut sekurang-kurangnya dicuci minimal


2 minggu sekali

3) Lantai dibersihkan/ dipel setiap hari.


b. Lebih baik tidak memelihara binatang apalagi yang berbulu seperti
kucing dan anjing
c. Untuk anak hindari jangan sampai anak makan coklat, kacang tanah
atau makanan yang mengandung coklat atau minum es serta makanan
yang mengandung zat pengawet atau pewarna makanan.
d. Hindarkan anak kontak dengan orang dewasa yang sedang menderita
influenza/ pilek misalnya berbicara atau bersin di dekat anak yang
asma. Bila batuk atau bersin, harus menutup mulut dan hidungnya.
e. Hindarkan berada di tempat yang sedang terjadi perubahan udara
misalnya cuaca sedang mendung jangan main di luar rumah.

Hal-hal yang harus diperhatikan:

a. Menjaga kesehatan dengan memberi makanan yang cukup bergizi,


tetap menghindari makanan yang mengandung alergen (penyebab
asma) bagi anaknya.

b. Bila kondisi yang sakit sudah parah atau keluarga tidak mampu
menangani, segera bawa anak ke Puskesmas/ RS terdekat.

1) Menggunakan obat-obatan atau tindakan untuk mengurangi reaksi-


reaksi yang akan atau yang sudah timbul oleh faktor pencetus

2) Bila kondisi yang sakit sudah parah atau keluarga tidak mampu
menangani, segera bawa anak ke Puskesmas/ RS terdekat.
2. Menggunakan obat-obatan atau tindakan untuk mengurangi reaksi-reaksi
yang akan atau yang sudah timbul oleh faktor pencetus (Almazini, 2016).

H. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan jangka panjang asma anak secara umum adalah


mencapai kendali asma dan mengurangi risiko serangan, penyempitan saluran
respiratori yang menetap dan efek samping pengobatan, sehingga menjamin
tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal. Secara lebih rinci,
tujuan yang ingin dicapai menurut UKK respirologi, (2016). adalah:
1. Aktivitas pasien berjalan normal, termasuk bermain dan
berolahraga.

2. Gejala tidak timbul pada siang maupun malam hari.

3. Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada serangan.

4. Efek samping obat dapat dicegah untuk tidak atau sesedikit


mungkin terjadi, terutama yang memengaruhi tumbuh kembang
anak.

Penatalaksanaan jangka panjang pada asma anak dibagi menjadi tata


laksana nonmedikamentosa dan tata laksana medikamentosa. Tata laksana
nonmedikamentosa berupa pengendalian lingkungan dan penghindaran
pencetus, sedangkan tata laksana medikamentosa yaitu obat asma dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu obat Pereda (reliever) dan obat pengendali
(controller). Obat pereda disebut juga sebagai obat pelega atau obat serangan.
Obat ini digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma bila sedang
timbul. Bila serangan sudah teratasi dan gejala tidak ada lagi, maka pemakaian
obat ini dihentikan (UKK respirologi, 2016).

I. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini untuk menunjukkan variabilitas gangguan aliran napas

akibat obstruksi, hiperreaktivitas, dan inflamasi saluran respiratori, atau


adanya atopi pada pasien.
1. Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan untuk
menilai variabilitas. Pada fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan
dengan peak flow meter.
2. Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil total darah, pemeriksaan IgE
spesifik.
3. Uji inflamasi saluran respiratori: FeNO (fractional exhaled nitric oxide),
eosinofil sputum.
4. Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau larutan salin
hipertonik (Almazini, 2016).
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Dalam proses pemberian asuhan keperawatan hal yang paling penting
dilakukan pertama oleh seorang perawat adalah melakukan pengkajian.
Pengkajian dibedakan menjadi dua jenis yaitu pengkajian skrining dan
pengkajian mendalam. Kedua pengkajian ini membutuhkan
pengumpulan data dengan tujuan yang berbeda (NANDA, 2015).
Pengkajian pada pasien asma menggunakan pengkajian mendalam mengenai
kesiapan peningkatan manajemen kesehatan, dengan kategori perilaku dan
subkategori penyuluhan dan pembelajaran. Pengkajian disesuaikan dengan
tanda mayor kesiapan peningkatan manajemen kesehatan yaitu dari data
subjektifnya pasien mengekspresikan keinginannya untuk mengelola masalah
kesehatan dan pencegahannya dan data objektifnya pilihan hidup sehari-hari
tepat untuk memenuhi tujuan program kesehatan
Menurut (Muttaqin, 2008) pengkajian keperawatan asma dimulai dari
anamnesis, riwayat penyakit, , pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan
pemeriksaan radiologi.
1. Anamnesis
Data yang dikumpulkan saat pengkajian meliputi nama, umur, dan jenis
kelamin. Hal ini perlu dilakukan pada pasien asma karena sangat
berkaitan. Status atopik sangat mungkin terjadi pada serangan asma di usia
dini karena dapat memberikan implikasi, sedangkan faktor non-atopik
menyerang pada usia dewasa. Lingkungan klien akan tergambarkan
berdasarkan kondisi tempat tinggal menggambarkan kondisi lingkungan
klien berada. Melalui tempat tinggal tersebut, maka dapat diketahui faktor-
faktor yang memungkinkan menjadi pencetus serangan asma. Selain itu
status perkawinan dan gangguan emosional yang dapat muncul di keluarga
atau lingkungan juga merupakan faktor pencetus serangan asma. Hal lain
yang perlu dikaji dari identitas klien ini adalah tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor rekam medis, asuransi kesehatan, dan diagnosis medis.
Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan
adanya keluhan sulit untuk bernapas.
2. Riwayat Penyakit saat ini
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama
dengan keluhan sesak napas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti
dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu napas,
kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah.
Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium.
Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk
ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada
stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkhus. Stadium kedua
ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernh dan berbusa. Klien
merasa sesak napas, berusaha untuk bernapas dalam, ekspirasi memanjang
diikuti bunyi mengi (wheezing). Pada stadium ini posisi yang nyaman dan
disukai klien adalah duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat
tidur, tampak pucat, tampak gelisah serta warna kulit mulai membiru.
Stadium ketiga ditandai dengan suara napas hampir tidak terdengar ini
dikarenakan aliran udara kecil, batuk (-), pernapasan tidak teratur dan
dangkal, asfiksia yang mengakibatkan irama pernapasan meningkat.
3. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit asma memiliki hipersensitivitas yang lebih ditentukan oleh faktor
genetik dan lingkungan, sehingga perlu dikaji tentang riwayat penyakit
asma dan alergi pada anggota keluarga.
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: hal yan perlu dikaji perawat mengenai tentang kesadaran
klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara, denyut nadi,
frekuensi pernapasan yang meningkat, penggunaan otot-otot bantu
pernapasan, sianosis, batuk dengan lendir lengket, dan posisi istirahat
klien.
a. B1 (Breathing)
Inpeksi: pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu napas. Inpeksi dada
terutama melihat postur bentuk dan kesimetrisan, peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama
pernapasan dan frekuensi.
Palpasi: biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal
Perkusi: pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
Auskultasi: terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan
ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari tiga kali inspirasi, dengan
bunyi napas tambahan utama wheeezing pada akhir ekspirasi.
b. B2 (blood)
Dampak asma pada status kardiovaskuler perlu dimonitor oleh perawat
meliputi: keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dan CRT.
c. B3 (Brain)
Tingkat kesadaran saat infeksi perlu dikaji. Disamping itu diperlukan
pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah
composmentis, somnolen, atau koma.
d. B4 (Bladder)
Berkaitan dengan intake cairan maka perhitungan dan pengukuran
volume output urine perlu dilakukan, sehingga perawat memonitor
apakah terdapat oliguria, karena hal tersebut merupakan tanda awal
dari syok.
e. B5 (Bowel)
Nyeri, turgor, dan tanda-tanda infeksi sebaiknya juga dikaji, hal-hal
tersebut dapat merangsang serangan asma. Pengkajian tentang status
nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam
memnuhi kebutuhannya. Pada klien dengan sesak napas, sangat
potensial terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini
karena terjadi dipneu saat makan, laju metabolisme, serta kecemasan
yang dialami klien.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan yang dialami baik secara aktual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk dapat menguraikan berbagai
respon klien baik individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016).
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma menurut
SDKI (2017) yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit
4. Manajement kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota
yang sakit

C. Intervensi dan Standar Luaran Keperawatan


Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan
perawat berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk
meningkatkan outcome pasien/klien (Bulechek, Butcher, Dochterman, &
Wagner, 2016). Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penelitian
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018).
Rencanaan keperawatan merupakan rencana tindakan yang akan diberikan
kepada klien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
muncul. Rencana keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI, 2018) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI,2019) dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut :
No Diagnosis Tujuan Intervensi
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Manajement jalan nafas
tidak efektif keperawatan diharapkan 1. Observasi
berhubungan dengan klien jalan nafas klien tetap a. Monitor bunyi nafas tambahan
ketidakmampuan paten dengan kriteria hasil : b. Monitor sputum
keluarga memberikan a. Batuk efektif meningkat 2. Terapeutik
perawatan bagi b. Produksi sputum a. Posisikan semifowler atau fowler
anggotanya yang menurun b. Berikan minum hangat
sakit. c. Mengi menurun c. Berikan oksigen jika perlu
d. Wheezing menurun 3. Edukasi
e. Gelisah menurun Ajarkan teknik batuk efektif
f. Frekuensi nafas membaik 4. Kolaborasi
g. Polanafas membaik Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik

2 Gangguan pertukaran Setelah diberikan tindakan Pemantauan respirasi


gas berhubungan keperawatan diharapkan 1. Observasi
dengan pernafasan pasien membaik, a. Monitor frekuensi, irama,
ketidakmampuan dengan kriteria hasi : kedalaman dan upaya nafas
keluarga memberikan a. Tingkat kesadaran b. Monitor pola nafas
perawatan bagi pasien meningkat c. Monitor kemampan batuk
anggotanya yang sakit b. Bunyi nafas tambahan efektif
menurun d. Monitor adanya produksi
c. Gelisah menurun sputum
d. Nafas cuping hidung e. Monitor adanya sumbatan jalan
menurun nafas
f. Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
g. Auskultasi bunyi nafas
h. Monitor saturasi oksigen
2. Terapeutik
a. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan
Dukungan ventilasi
1. Observasi
a. Identifikasi adanya kelelahan
otot bantu nafas
b. Monitorr status respirasi dan
oksigenasi
2. Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan jalan
nafas
b. Berikan posisi semifowler atau
fowler
c. Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan
3 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajement jalan nafas
efektif berhubungan keperawatan pola nafas pasien 1. Observasi
dengan kembali normal, dengan a. Monitor pola nafas
ketidakmampuan kriteria hasil : b. Terapeutik
keluarga memberikan a. Ventilasi semenit c. Posisikan semifowler atau fowler
perawatan bagi meningkat d. Berikan oksigen jika perlu
anggotanya yang sakit b. Tekanan ekspirasi dan
inspirasi meningkat
c. Penggunaan otot bantu
nafas menurun
d. Frekuensi nafas
membaik
e. Kedalaman nafas
membaik
D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang
dilakukan secara langsung kepada pasien. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
membantu, kemampuan tekhnik psikomotor, kemampuan melakukan observasi
sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan
advokasi dan evaluasi. Tahap pelaksanaan keperawatan meliputi: fase
persiapan (preparation), tindakan dan dokumentasi.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam
konteks ini, evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan
terarah ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien
menuju pencapaian tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai pencapaian tujuan pada rencana
keperawatan yang telah ditetapkan, mengidentifikasi variabel-variabel yang
akan mempengaruhi pencapaian tujuan, dan mengambil keoutusan apakah
rencana keperawatan diteruskan, modifikasi atau dihentikan
BAB III
KAJIAN INTEGRASI KEILMUAN

Asma merupakan penyakit kronik tersering pada anak dan masih tetap
merupakan masalah bagi pasien, keluarga, dan bahkan para klinisi dan peneliti
asma. Semua jenis penyakit yang ada merupakan cara Allah menguji hambanya
dan orang yang berada disekelilingnya
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab sebagaimana yang dikutip oleh Ade
Hasman dalam bukunya Rahasia Kesehatan Rasulullah, ada dua istilah yang
berkaitan dengan kesehatan yang sering digunakan dalam kitab suci, yaitu
“sehat” dan “afiat”. Dalam kamus bahasa arab, kata afiat diartikan sebagai
perlindungan Allah untuk Hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya.
Perlindungan itu tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna. Kecuali bagi
mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya.
Berbicara mengenai hidup sehat tidak luput dari adanya kenikmatan yang
diberikan Allah swt, nikmat dari Allah itu sangat berlimpah dan tidak terkira.
Sebagaimana surat An-Nahl ayat 18 “maka jika kamu mau menghitung nikmat
Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya,” Diantara nikmat yang
sangat berharga dan tidak ternilai tersebut adalah kesehatan. Dalam perspektif
ajaran Islam, sangat menganjurkan bagaimana hidup dengan sehat dan teratur,
karena tujuan dari kehadiran Islam itu sendiri adalah untuk memelihara agama,
akal, jiwa, jasmani, harta dan keturunan ummat manusia.
Para ulama salafus shaleh menyatakan bahwa ayat yang berbunyi Di dalam
ayat QS At-Takatsur ayat: 8 sebagaimana berikut:
     
Artinya :
“ kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan
(yang kamumegah-megahkan di dunia itu).”
Menjaga kebersihan lingkungan merupakan salah satu upaya menyecah asma.
Kebersihan adalah pangkal kesehatan merupakan moto modern yang telah
menjadi pengetahuan umum. Hidup yang bersih (jasmani, pakaian, makanan
minuman dan lingkungan) merupakan syarat yang mutlak untuk hidup yang sehat.
Terlalu banyak penyakit yang bisa ditimbulkan akibat lingkungan yang tidak
higienis, khusunya penyakit-penyakit karena infeksi menular.

Dalam hidup seseorang perlu untuk mengatur segala aktifitasnya supaya dapat
berjalan dengan baik. mengatur waktu dalam kehidupan sehari-hari menjadi
penting. Mengatur waktu tertera dalam Al-Qur‟an surat Al-Huud ayat 114
sebagaimana berikut:

        


      

Artinya :

“dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-
perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”.
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. (2016). Bronchial Thermoplasty pilihan terapi Baru untuk asma


Berat Vol. 39 : 63-64. Jakarta: FK Universitas Indonesia
Asra, A., & Rudiansyah. (2017). Statistika Terapan Edisi Kedua. Jakarta: In
Media
Erin Imaniar. (2015). Asma Bronkial pada Anak Asma Bronkial pada Anak. Vol.
2 No. 2 Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Roro Rukmi Windi Perdani. (2019). Asma Bronkial pada Anak. Vol. 3 No. 1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Rance, K. (2016). Management of Acute Loss of Asthma Control : The Yellow
Zone. Diakses dari http://www.npjournal.org
UKK Respirologi PP IDAI. (2016). Pedoman Nasional Asma Anak Edisi Ke-2
Cetakan Ke-2
Papi, A., C.B., Seren, E.P., & Helen, KR. (2017). Asthma. Diakses dari
http://dx.doi.org/10.1016/50140-6736(17)33311-1
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI) definisi dan indicator diagnostic. Jakarta
Selatan : DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2019. Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) definisi dan indicator diagnostic. Jakarta
Selatan : DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SiKI) definisi dan indicator diagnostic. Jakarta
Selatan : DPP PPNI
Potter, P.A & Perry A.G. (2012). Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai