LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKIAL
Oleh:
NIM: 70900120008
2021
BAB I
A. Pengertian
Asma dapat menyerang semua orang, baik anak maupun dewasa. Batasan
asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA)
didefinisikan sebagai penyakit heterogen berupa gangguan inflamasi kronik
saluran nafas. Penyakit ini didefinisikan dengan gejala berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat, dan batuk yang bervariasi serta keterbatasan aliran
udara yang bervariasi (Roro, 2019)
Mekanisme yang mendasari terjadinya asma pada anak dan dewasa adalah
sama. Namun, ada beberapa permasalahan pada asma anak yang tidak dijumpai
pada dewasa karena bervariasinya perjalanan alamiah penyakit, kurangnya
bukti ilmiah yang baik, kesulitan menentukan diagnosis dan pemberian obat,
serta bervariasinya respons terhadap terapi yang sering tidak dapat diprediksi
sebelumnya. Keadaan ini terutama untuk penentuan asma pada anak usia balita
(<5 tahun). Kompleksitas munculan klinis (fenotip) asma didasari oleh
berbagai keadaan yang terkait dengan patogenesis dan patofisiologinya
(endotip) (UKK respirologi, 2016).
B. Etiologi
Faktor risiko yang dapat mengakibatkan asma dan memicu untuk terjadinya
serangan asma diantaranya adalah riwayat atopic keluarga.2 Berdasarkan
sebuah studi kohort, apabila seorang anak memiliki satu orang tua yang
memiliki alergi, maka anak tersebut memiliki kemungkinan untuk menderita
alergi sebesar 33%, dan kemungkinan alergi pada anak yang kedua orang
tuanya menderita alergi sebesar 70% (Roro, 2019).
Menurut Asra, A., & Rudiansyah, (2017).etiologi asma dapat dibagi atas :
C. Klasifikasi
1. Berdasarkan umur
a. Asma bayi-baduta (bawah dua tahun)
b. Asma balita (bawah lima tahun)
c. Asma usia sekolah (5-11 tahun)
d. Asma remaja (12-17 tahun)
2. Berdasarkan fenotip
Fenotip asma adalah pengelompokan asma berdasarkan penampakan yang
serupa dalam aspek klinis, patofisologis, atau demografis.
a. Asma tercetus infeksi virus
b. Asma tercetus aktivitas (exercise induced asthma)
c. Asma tercetus allergen
d. Asma terkait obesitas
e. Asma dengan banyak pencetus (multiple triggered asthma)
3. Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala
a. Asma intermiten
b. Asma persisten ringan
c. Asma persisten sedang
d. Asma persisten bera
4. Berdasarkan derajat beratnya serangan
Asma merupakan penyakit kronik yang dapat mengalami episode gejala
akut yang memberat dengan progresif yang disebut sebagai serangan
asma.
a. Asma serangan ringan-sedang
b. Asma serangan berat
c. Serangan asma dengan ancaman henti napas
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinik
1. Tanda
2. Gejala
a. Gejala asma umum
Perubahan saluran napas yag terjadi pada asma menyebabkan
dibutuhkannya usaha yang jauh lebih keras untuk memasukkan dan
mengeluarkan udara dari paru-paru. Hal tersebut dapat
memunculkan gejala berupa sesak napas/sulit bernapas, sesak dada,
nafas berbunyi (wheesing) dan batuk (lebih sering terjadi pada anak
daripada dewasa) (Rance, 2016).
Tidak semua orang akan mengalami gejala tersebut. Beberapa orang
dapat mengalaminya dari waktu ke waktu, dan beberapa orang
lainnya selalu mengalaminya sepanjang hidupnya. Gejala asma
seringkali memburuk pada malam hari atau setelah mengalami
kontak dengan pemicu asma (Rance, 2016).
b. Gejala asma berat
Gejala asma berat yaitu serangan batuk yang hebat, napas berat,
tersengal-sengal, sesak dada, susah berbicara dan berkonsentrasi,
napas menjadi dangkal dan cepat atau lambat dibanding biasanya,
pundak membungkuk, lubang hidung mengembang dengan setiap
tarika napas, bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula
dari daerah sekitar mulut (sianosis) (Rance, 2016).
F. Komplikasi
1. Pneumotoraks
2. Pneumomediastinum
3. Atelektasis
4. Bronkhitis
5. Gagal napas
G. Pencegahan
b. Bila kondisi yang sakit sudah parah atau keluarga tidak mampu
menangani, segera bawa anak ke Puskesmas/ RS terdekat.
2) Bila kondisi yang sakit sudah parah atau keluarga tidak mampu
menangani, segera bawa anak ke Puskesmas/ RS terdekat.
2. Menggunakan obat-obatan atau tindakan untuk mengurangi reaksi-reaksi
yang akan atau yang sudah timbul oleh faktor pencetus (Almazini, 2016).
H. Penatalaksanaan
I. Pemeriksaan penunjang
A. Pengkajian
Dalam proses pemberian asuhan keperawatan hal yang paling penting
dilakukan pertama oleh seorang perawat adalah melakukan pengkajian.
Pengkajian dibedakan menjadi dua jenis yaitu pengkajian skrining dan
pengkajian mendalam. Kedua pengkajian ini membutuhkan
pengumpulan data dengan tujuan yang berbeda (NANDA, 2015).
Pengkajian pada pasien asma menggunakan pengkajian mendalam mengenai
kesiapan peningkatan manajemen kesehatan, dengan kategori perilaku dan
subkategori penyuluhan dan pembelajaran. Pengkajian disesuaikan dengan
tanda mayor kesiapan peningkatan manajemen kesehatan yaitu dari data
subjektifnya pasien mengekspresikan keinginannya untuk mengelola masalah
kesehatan dan pencegahannya dan data objektifnya pilihan hidup sehari-hari
tepat untuk memenuhi tujuan program kesehatan
Menurut (Muttaqin, 2008) pengkajian keperawatan asma dimulai dari
anamnesis, riwayat penyakit, , pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan
pemeriksaan radiologi.
1. Anamnesis
Data yang dikumpulkan saat pengkajian meliputi nama, umur, dan jenis
kelamin. Hal ini perlu dilakukan pada pasien asma karena sangat
berkaitan. Status atopik sangat mungkin terjadi pada serangan asma di usia
dini karena dapat memberikan implikasi, sedangkan faktor non-atopik
menyerang pada usia dewasa. Lingkungan klien akan tergambarkan
berdasarkan kondisi tempat tinggal menggambarkan kondisi lingkungan
klien berada. Melalui tempat tinggal tersebut, maka dapat diketahui faktor-
faktor yang memungkinkan menjadi pencetus serangan asma. Selain itu
status perkawinan dan gangguan emosional yang dapat muncul di keluarga
atau lingkungan juga merupakan faktor pencetus serangan asma. Hal lain
yang perlu dikaji dari identitas klien ini adalah tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor rekam medis, asuransi kesehatan, dan diagnosis medis.
Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan
adanya keluhan sulit untuk bernapas.
2. Riwayat Penyakit saat ini
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama
dengan keluhan sesak napas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti
dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu napas,
kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah.
Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium.
Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk
ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada
stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkhus. Stadium kedua
ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernh dan berbusa. Klien
merasa sesak napas, berusaha untuk bernapas dalam, ekspirasi memanjang
diikuti bunyi mengi (wheezing). Pada stadium ini posisi yang nyaman dan
disukai klien adalah duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat
tidur, tampak pucat, tampak gelisah serta warna kulit mulai membiru.
Stadium ketiga ditandai dengan suara napas hampir tidak terdengar ini
dikarenakan aliran udara kecil, batuk (-), pernapasan tidak teratur dan
dangkal, asfiksia yang mengakibatkan irama pernapasan meningkat.
3. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit asma memiliki hipersensitivitas yang lebih ditentukan oleh faktor
genetik dan lingkungan, sehingga perlu dikaji tentang riwayat penyakit
asma dan alergi pada anggota keluarga.
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: hal yan perlu dikaji perawat mengenai tentang kesadaran
klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara, denyut nadi,
frekuensi pernapasan yang meningkat, penggunaan otot-otot bantu
pernapasan, sianosis, batuk dengan lendir lengket, dan posisi istirahat
klien.
a. B1 (Breathing)
Inpeksi: pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu napas. Inpeksi dada
terutama melihat postur bentuk dan kesimetrisan, peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama
pernapasan dan frekuensi.
Palpasi: biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal
Perkusi: pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
Auskultasi: terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan
ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari tiga kali inspirasi, dengan
bunyi napas tambahan utama wheeezing pada akhir ekspirasi.
b. B2 (blood)
Dampak asma pada status kardiovaskuler perlu dimonitor oleh perawat
meliputi: keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dan CRT.
c. B3 (Brain)
Tingkat kesadaran saat infeksi perlu dikaji. Disamping itu diperlukan
pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah
composmentis, somnolen, atau koma.
d. B4 (Bladder)
Berkaitan dengan intake cairan maka perhitungan dan pengukuran
volume output urine perlu dilakukan, sehingga perawat memonitor
apakah terdapat oliguria, karena hal tersebut merupakan tanda awal
dari syok.
e. B5 (Bowel)
Nyeri, turgor, dan tanda-tanda infeksi sebaiknya juga dikaji, hal-hal
tersebut dapat merangsang serangan asma. Pengkajian tentang status
nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam
memnuhi kebutuhannya. Pada klien dengan sesak napas, sangat
potensial terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini
karena terjadi dipneu saat makan, laju metabolisme, serta kecemasan
yang dialami klien.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan yang dialami baik secara aktual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk dapat menguraikan berbagai
respon klien baik individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016).
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma menurut
SDKI (2017) yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit
4. Manajement kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota
yang sakit
Asma merupakan penyakit kronik tersering pada anak dan masih tetap
merupakan masalah bagi pasien, keluarga, dan bahkan para klinisi dan peneliti
asma. Semua jenis penyakit yang ada merupakan cara Allah menguji hambanya
dan orang yang berada disekelilingnya
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab sebagaimana yang dikutip oleh Ade
Hasman dalam bukunya Rahasia Kesehatan Rasulullah, ada dua istilah yang
berkaitan dengan kesehatan yang sering digunakan dalam kitab suci, yaitu
“sehat” dan “afiat”. Dalam kamus bahasa arab, kata afiat diartikan sebagai
perlindungan Allah untuk Hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya.
Perlindungan itu tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna. Kecuali bagi
mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya.
Berbicara mengenai hidup sehat tidak luput dari adanya kenikmatan yang
diberikan Allah swt, nikmat dari Allah itu sangat berlimpah dan tidak terkira.
Sebagaimana surat An-Nahl ayat 18 “maka jika kamu mau menghitung nikmat
Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya,” Diantara nikmat yang
sangat berharga dan tidak ternilai tersebut adalah kesehatan. Dalam perspektif
ajaran Islam, sangat menganjurkan bagaimana hidup dengan sehat dan teratur,
karena tujuan dari kehadiran Islam itu sendiri adalah untuk memelihara agama,
akal, jiwa, jasmani, harta dan keturunan ummat manusia.
Para ulama salafus shaleh menyatakan bahwa ayat yang berbunyi Di dalam
ayat QS At-Takatsur ayat: 8 sebagaimana berikut:
Artinya :
“ kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan
(yang kamumegah-megahkan di dunia itu).”
Menjaga kebersihan lingkungan merupakan salah satu upaya menyecah asma.
Kebersihan adalah pangkal kesehatan merupakan moto modern yang telah
menjadi pengetahuan umum. Hidup yang bersih (jasmani, pakaian, makanan
minuman dan lingkungan) merupakan syarat yang mutlak untuk hidup yang sehat.
Terlalu banyak penyakit yang bisa ditimbulkan akibat lingkungan yang tidak
higienis, khusunya penyakit-penyakit karena infeksi menular.
Dalam hidup seseorang perlu untuk mengatur segala aktifitasnya supaya dapat
berjalan dengan baik. mengatur waktu dalam kehidupan sehari-hari menjadi
penting. Mengatur waktu tertera dalam Al-Qur‟an surat Al-Huud ayat 114
sebagaimana berikut:
“dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-
perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”.
DAFTAR PUSTAKA