Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PADA LANSIA DI WISMA MAWAR

DENGAN ASMA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN


SOSIAL TRESNA WERDHA BONDOWOSO

Disusun oleh:
EVI ALFIYAH ULFA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
TAHUN AJARAN 2022 - 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA

A. Definisi
Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan
nafas. (Medicafarma,2008).
Asma adalah penyakit saluran napas dengan karakteristik berupa peningkatan
reaktifitas (hiperaktivitas) trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi berupa penyempitan saluran napas (Leksana, dkk, 2005).

Asma adalah penyakit yang menyebabkan otot-otot di sekitar saluran bronchial


(saluran udara) dalam paru-paru mengkerut, sekaligus lapisan saluran bronchial
mengalami peradangan dan bengkak (Espeland, 2008).

B. Etiologi
Menurut Tanjung (2003) penyebab asma dibagi dalam 2 bagian, yaitu:
a. Faktor predisposisi
1. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit
alergi. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan: yang masuk melalui saluran pernapasan, misalnya debu, bulu
binatang serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
b) Ingestan: yang masuk melalui mulut, misalnya makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan: yang masuk melalui kontak dengan kulit, misalnya perhiasan,
logam dan jam tangan
2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
3. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, juga bisa
memperberat serangan asma. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati
penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
4. Lingkungan kerja
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
5. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma.

C. Anatomi Fisiologi

Organ-organ pernafasan menurut Hidayat (2006) :

1. Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh
sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring dan
menghangatkan udara.

2. Tekak (faring)
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, terdapat di
dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan.
3. Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam
trakea di bawahnya.
4. Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri
dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam
diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea menjadi bronkus
kiri dan kanan disebut karina.

5. Bronkus (cabang tenggorokan)


Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V.

6. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Pada
lapisan inilah terjadi pertukaran udara.

D. Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca,
kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam
saluran pernafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E
(IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel
mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang
mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan
bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus.
Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi
pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi
gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut
dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan
penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis
respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi
primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga
menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi,
dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak
memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan
berbagai manifestasi klinis.
E. Patway

Faktor pencetus (gen, alergen, cuaca, stress, lingkungan)

Terjadi reaksi
antigen antibody
(IgE)
Menempel pd sel mast

Melepaskan histamin
dan bradikinin

Permeabilitas kapiler

Sekresi mukus

Edema mukosa
Batuk tidak efektif
Kontraksi otot
polos bronkeolus ketidakefektifan
bersihan jalan
Bronkospasme nafas

Bronkus menyempit
Ventilasi terganggu
Kesulitan
bernafas Suplai O2 ke
Masukan oral Gagguan
jaringan
wheezing pertukaran gas
Ketidakseimbanga
Bingung dengan Gaguan perfusi
n nutrusi kurang Ketidakefektifan
keadaan jaringan
dari kebutuhan pola nafas
tubuh
Ansiates Kelelahan,
kelemahan

Intoleransi
Price, S.A & Wilson, L.M, (2005) aktifitas
F. Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain mengi/wheezing, sesak
nafas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk, pilek, nyeri dada, nadi meningkat, retraksi
otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis dan
gelisah. (Medicafarma,2008)

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
b. Pemeriksaan darah
1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
2) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
4) Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
c. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru serta diafragma yang
menurun.
d. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes
tempel.
e. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan yaitu terdapat
tanda-tanda hipertropi otot jantung, tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya
sinus tachycardia. (Medicafarma, 2008)
H. Penatalaksanaan

Pengobatan pada asma terbagi 2, yaitu:


1. Pengobatan non farmakologik:
a) Berikan oksigen
b) Menghindari faktor pencetus
c) Pemberian cairan ( infuse ) dengan cairan 3 : 1, glukosa 10% dan Nacl 0,9% +
KCL mEq/kolf
d) Pemeriksaan analisa gas darah mungkin memperlihatkan penurunan konsentrasi
oksigen.
e) Pemeriksaan foto torak
f) Pantau tanda-tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan pernafasan dapat
segera tertolong.
g) Memberikan penyuluhan
2. Pengobatan farmakologik
a) Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan bronkus (aminofilin,
teofilin, terbutalin)
b) Anti inflamasi (Kortikosteroid) diberikan untuk menghambat inflamasi jalan nafas.
c) Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
d) Pemberian obat ekspektoran untuk pengenceran dahak yang kental
(Tanjung, 2003)
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi : Nama, Usia, Jenis kelamin, Agama, Alamat, Penanggung jawab,
Tanggal masuk RS, Tanggal pengkajian, Keluhan utama, Batuk, nafas pendek
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan sesak nafas, keringat dingin
3) Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang
4) Riwayat penyakit keluarga
Apakah anggota keluarga sebelumnya ada yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien.
5) Riwayat psikososial
Faktor pencetus: stress, latihan, kebiasaan dan rutinitas, perawatan
sebelumnya.
6) Aktivitas / Istirahat
kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek karena kerja, kesulitan tidur
pada malam atau demam malam hari, menggigil dan /atau berkeringat, mimpi buruk,
takikardia, takipnea / dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)
7) Makanan / Cairan
Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, keringat /
kulit bersisik
8) Nyeri / Kenyamanan
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang, gelisah
9) Pemeriksaan fisik
a) Pernapasan
Napas pendek, wheezing, retraksi, takipnea, batuk kering, ronkhi, batuk produktif
atau tidak produktif,
b) Dada
- Inspeksi : dada posterior dengan posisi duduk, membandingkan dada kanan dan
kiri dari atas ke bawah, kulit thorax : hangat, pucat, dan kondisi lesi, masa dan
gangguan tulang belakang kifosis,lordosis,scoliosis, catat jumlah jumlah irama,
kedalaman, dan kesimetrisan pergerakan dada, tipe pernafasan , kelainan bentuk
dada
- Palpasi : temperature kulit, premitus : pibrasi dada, pengembangan dada, masa,
edema
- Perkusi : reasonon, dullness, tympany, hiperresonan, flatness
- Auskultasi : Vaskuler, broncho vesikuler, hyper ventilasi, ronchi, whizzing, lokasi
dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya
c) Kardiovaskuler
Takikardia, neurologis, kelelahan, ansietas (sulit tidur)
d) Muskuloskeletal (Intolerans aktifitas)
e) Integumen (Sianosis : pucat)
f) Psikososial : Tidak kooperatif selama perawatan

B. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Gangguan pertukaran gas
3. Ketidakefektifan bersihan jalan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Gangguan perfusi jaringan
6. Gangguan pola tidur
7. Ansietas
C. Analisa data

DIAGNOSA SLKI & SIKI


No KEPERAWATAN SLKI (Tujuan dan SIKI
(SDKI) Kriteria Hasil) (Intervensi)
1. D0001 Setelah dilakukan Observasi
Bersihan pada jalan nafas intervensi 1. Monitor pola nafas
b.d sekresi yang tertahan. keperawatan 2. Monitor bunyi nafas
Dibuktikan dengan : diharapkan bersihan 3. Identifikasi Kemampuan
1. Sputum berlebih jalan nafas meningkat batuk
2. Batuk tidak efektif dengan kriteria hasil : 4. Monitor sputum (jumlah,
3. Tidak mampu batuk 1. Produksi sputum warna, aroma)
4. Mengi, Wheezing, atau menurun 5. Monitor tanda & gejala infeksi
ronki kering 2. Pola nafas membaik saluran nafas
5. Dispnea Dyspnea berkurang Teraupetik
6. Pola nafas berubah 6. Posisikan semi fowler
7. Frekuensi nafas 7. Berikan minum air hangat
bertambah 8. Lakukan suction selama 15
detik Berikan oktisgen,
jika perlu
Edukasi
10. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari. Ajarkan
teknik batuk efektif
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian obat

2. D0005 Setelah dilakukan Observasi


intervensi
Pola nafas tidak efektif keperawatan 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
b.d. Kelemahan otot diharapkan pola nafas kedalaman, usaha nafas)
pernafasan Dibuktikan membaik dengan
dengan : 2. Monitor bunyi nafas
kriteria hasil :
tambahan (Gurgling, mengi,
1. Kapasitas vital
1. Penggunaan otot bantu wheezing, ronki)
membaik
pernapasan
2. Tekanan ekpirasi 3. Auskultasi bunyi nafas
2. Fase ekspirasi meningkat
memanjang 3. Tekanan inspirasi 4. Monitor saturasi oksigen
meningkat
3. Dispnea 4. Dyspnea menurun Teraupetik
5. Penggunaan otot
4. Pola nafas abnormal bantu nafas 5. Posisikan semi fowler
(takipnea, bradipnea, menurun
hipoventilasi) Frekuensi nafas 6. Lakukan fisioterapi dada
5. Pernafaan cuping membaik
7. Berikan oksigen, jika perlu
hidung
6. Tekanan ekspirasi Kolaborasi
menurun Kolaborasi pemberian
Tekanan inspirasi bronkodilator
menurun
3. D.0055 Setelah dilakukan Observasi
Gangguan pola tidur intervensi 1. Identifikasi pola aktivitas dan
berhubungan dengan keperawatan tidur
kurang Kontrol tidur. diharapkan pola tidur
2. Identifikasi penyebab susah
Ditandai dengan : membaik dengan
- Mengeluh sulit tidur kriteria hasil : tidur
- Mengeluh sering 1. Keluhan sulit tidur
terjaga menurun Teraupetik
- Mengeluh tidak puas 2. Mengeluh sering 3. Lakukan prosedur untuk
tidur terjaga menurun meningkatkan kenyamanan
- Mengeluh pola tidur 3. Mengeluh tidak (posisi tidur)
berubah. Mengeluh puas tidur menurun
Edukasi
istirahat tidak cukup 4. Melaporkan pola
tidur membaik 4. Jelaskan pentingnya tidur
Melaporkan istirahat selama sakit
cukup 5. Anjurkan pasien untuk tidur
tepat waktu

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat tidur
agar tidak terjaga
D.0056 Setelah dilakukan Observasi
Intoleransi aktivitas b.d intervensi 1. monitor kelelahan fisik
tirah baring, kelemahan, keperawatan 2. identifikasi kemampuan
ketidakseimbangan antara diharapkan toleransi berpartisipasi dalam aktivitas
suplai dan kebutuhan aktivitas meningkat tertentu
oksigen. Dibuktikan dengan kriteria hasil : Teraupetik
dengan : 1. kemudahan dalam 3. latihan gerak pasif dan aktif
Mengeluh lelah melakukan aktivitas libatkan keluarga dalam aktivitas
1. Frekuensi jantung sehari-hari Kolaborasi
meningkat meningkat 5. anjurkan melakukan aktivitas
Dyspnea 2. kekuatan tubuh secara bertahap
bagian atas dan
bawah meningkat
3. keluhan lelah
membaik
dispneu saat
aktivitas menurun

DAFTAR PUSTAKA

Espeland, N. 2008. Petunjuk Lengkap Mengatasi Alergi dan Asma pada Anak. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya
Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Surabaya: Salemba Medika

Leksana, dkk, 2005. Proses Keperawatan, UI Press, Jakarta.

Medicafarma. (2008) Asma Bronkiale.

Price, S.A & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi. (Edisi 6). Jakarta:EGC

Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. (1999) “Keperawatan Medikal Bedah”, Buku
Satu, Jakarta : Salemba Medika.

Tanjung, dudut. 2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Fakultas Kedokteran Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai