Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN GADAR-KRITIS DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN ASMA


PADA NY. P DI RUANG IGD

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas pada Stase

Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis

Dosen Pengampu : Roheman, M.Kep.,Ners

Disusun Oleh :

Tantri Dwi Lestari

NIM : 190721043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih
memberikan kesehatan dan kemudahan kepada saya dalam menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Gadar dan Kritis dengan Gangguan Sistem Pernapasan
Asma pada Ny. P di ruang IGD” Makalah ini saya susun untuk membantu mahasiswa
mempermudah dan memperdalam pengetahuannya dalam bidang Asuhan Keperawatan
Gadar dan Kritis.

Namun, saya menyadari bahwa makalah yang ini masih kurang sempurna dan terdapat
kesalahan baik dari segi penulisan maupun dari segi mat eri yang saya tuliskan. Oleh
karena itu,segala pendapat, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya
harapkan, untuk lebih menyempurnakan tugas ini.

Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dalam rangka melengkapi materi


pelajaran pada program pendidikan serta sekaligus melatih mahasiswa untuk terampil.

Indramayu, 21 Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN 4
1.1 Konsep Penyakit 4
1.2 Format Asuhan Keperawatan 10
BAB II LAPORAN KASUS 21
2.1 Pengkajian 21
2.2 Diagnosa Keperawatan 24
2.3 Intervensi Keperawatan 25
2.4 Implentasi dan Evaluasi Keperawatan 26
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA

1.1 Konsep Penyakit

A. PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran
udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan
meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat
terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma
lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa
pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologinya Asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu
1. Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh
faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti
udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan dan emosi.
3. Asma gabungan : Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergi.
Berdasarkan Keparahan Penyakit :
1. Asma intermiten : Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu.
2. Asma persisten ringan : Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1
kali dalam 1 hari.
3. Asma persisten sedang (moderate): Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi
mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kali
dalam 1 minggu.
4. Asma persisten berat (severe) : Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi
sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik
terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%.
C. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.
b. Faktor Presipitasi
 Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya: debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan dan obat-
obatan.
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya:
perhiasan, logam, dan jam tangan.
 Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma.

 Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada
 Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma.Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
 Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.

D. PATHWAY

Faktor pencetus (gen, alergen, cuaca, stress, lingkungan)

Terjadi reaksi
antigen antibody
(IgE)
Menempel pd sel mast

Melepaskan histamin
dan bradikinin

Permeabilitas kapiler

Sekresi mukus

Edema mukosa
Batuk tidak efektif
Kontraksi otot
polos bronkeolus ketidakefektifan
bersihan jalan
Bronkospasme nafas

Bronkus menyempit
Ventilasi terganggu
Kesulitan
bernafas Suplai O2 ke
Masukan oral Gagguan
jaringan
wheezing pertukaran gas
Ketidakseimbanga
Bingung dengan Gaguan perfusi
n nutrusi kurang Ketidakefektifan
keadaan jaringan
dari kebutuhan pola nafas
tubuh
Ansiates Kelelahan,
kelemahan

Intoleransi
aktifitas

E. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang
menyebabkan sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin
dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila
respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin
juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler,
maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami
degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil
akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran
udara.

F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal :
1. Batuk
2. Dispnea
3. Mengi (whezzing)
4. Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
5. Tachicardi
6. Pernafasan cepat dangkal
Gejala lain :
1. Takipnea
2. Gelisah
3. Diaphorosis
4. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
5. Fatigue (kelelahan)
6. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.
7. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai
pernafasan lambat.
8. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
9. Sianosis sekunder
10. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanan nadi.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan sputum
2. Pemeriksaan darah
3. Foto rontgen
4. Pemeriksaan faal paru
5. Elektrokardiografi

H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asma
b. Menghindari faktor pencetus
c. Fisioterapi
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta.Contohnya : Alupent, metrapel
b. Metil Xantin.Contohnya : Aminophilin dan Teopilin
c. Kortikosteroid.Contohnya : Beclometason Dipropinate dengandosis 800 
empat kali semprot tiap hari.
d. Kromolin. Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-
anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen. Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg
perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven). Atroven adalah antikolenergik, diberikan
dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5  = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20
mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas

I. KOMPLIKASI
1. Pneumo thoraks
2. Pneumomediastinum
3. Emfisema subkutis
4. Ateleltaksis
5. Aspergilosis
6. Gagal nafas
7. Bronchitis

1.2 Asuhan Keperawatan


a. Riwayat kesehatan sekarang
1. Waktu terjadinya sakit : Berapa lama sudah terjadinya sakit
2. Proses terjadinya sakit : Kapan mulai terjadinya sakit, Bagaimana sakit itu
mulai terjadi
3. Upaya yang telah dilakukan : Selama sakit sudah berobat kemana, Obat-
obatan yang pernah dikonsumsi.
4. Hasil pemeriksaan sementara / sekarang : TTV meliputi tekanan darah,
suhu, respiratorik rate, dan nadi. Adanya patofisiologi lain seperti saat
diauskultasi adanya ronky,wheezing.
b. Riwayat kesehatan terdahulu
1. Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kanker paru-
paru,emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus mencakup : Usia
mulai merokok secara rutin. Rata-rata jumlah rokok yang dihisap setiap
hari. Usai menghentikan kebiasaan merokok.
2. Pengobatan saat ini dan masa lalu
3. Alergi
4. Tempat tinggal
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan pengkajian ini : Penyakit infeksi tertentu seperti TBC ditularkan
melalui orang ke orang. Kelainan alergi seperti asma bronchial, menujukkan
suatu predisposisi keturunan tertentu.Asma bisa juga terjadi akibat konflik
keluarga. Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang
tingkatpolusi udaranya tinggi.Polusi ini bukan sebagai penyebab
timbulnyapenyakit tapi bisa memperberat.
d. Riwayat kesehatan lingkungan.
e. Pola Keseharia
1. Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian,
eliminasi,mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
 Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot–
otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot interkosta).

 Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi,
dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara
tambahanronkhi, hiperresonan pada perkusi
 Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan
tingkatkesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm
2. Pola istirahat tidur
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
Kualitas dan kuantitas jam tidur
3. Pola nutrisi – metabolic
Berapa kali makan sehari
Makanan kesukaan
Berat badan sebelum dan sesudah sakit
Frekuensi dan kuantitas minum sehari
4. Pola eliminasi
Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
Nyeri
Kuantitas
5. Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
6. Pola konsep diri
Gambaran diri
Identitas diri
Peran diri
Ideal diri
Harga diri
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
7. Pola seksual – reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminya.

8. Pola peran hubungan


Hubungan dengan anggota keluarga
Dukungan keluarga
Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
9. Pola nilai dan kepercayaan
Persepsi keyakinan
Tindakan berdasarkan keyakinan
J. Pemeriksaan Fisik
Data klinik, meliputi:
a. TTV
b. Keluhan Utama
Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
a. Kulit: Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
b. Kepala: Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
c. Mata: Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor, diameter 3
mm, reflek cahaya (+/+).
d. Telinga: Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
e. Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
f. Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
g. Leher: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid
tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
h. Thorax :
Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam
batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan-kiri, nyeri tekan
tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang
paru, tidak ada suara tambahan.
i. Abdomen
Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan.
Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal.
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen.
Palpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.

j. Ekstremitas
Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.
Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus
otot cukup.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Gangguan pertukaran gas
3. Ketidakefektifan bersihan jalan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Gangguan perfusi jaringan
6. Gangguan pola tidur
7. Ansietas

L. INTERVENSI KEPERAWATAN

N0 Masalah keperawatan Rencana tindakan


Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Ketidakefektifan pola NOC: NIC :
nafas - Respiratory status : Ventilation Airway Management
- Respiratory status : Airway patency
- Vital sign Status - Posisikan pasien semi fowler
- Berikan terapi oksigen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Lakukan fisioterapi dada
selama 3x24 jam diharapkan pola nafas - Keluarkan sekret dengan batuk
klien dapat normal dengan kriteria hasil: efektif atau suction
No kriteria hasil Sblm ssd - Monitor adanya kecemasan pasien
1. mampu 1 4 terhadap oksigenasi
mengeluarkan - Berkolaborasi dalam pemberian
sputum, mampu bronkodilator
bernafas dengan - Atur intake untuk cairan
mudah, tidak ada mengoptimalkan keseimbangan.
sianosis - Monitor TTV (TD, nadi, suhu,
2. Menunjukkan 1 4 dan RR)
jalan nafas yang - Monitor frekuensi dan irama
paten (klien tidak pernapasan
merasa tercekik, - Monitor suhu, warna, dan
ira kelembaban kulit
ma nafas, - Monitor sianosis perifer
frekuensi dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
3. TTVanda dalam 1 4
rentang normal
Indikator :
1. Tidak menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
2. Gangguan pertukaran NOC: NIC :
gas - Respiratory Status : Gas exchange Airway Management
- Respiratory Status : ventilation - Posisikan pasien untuk
- Vital Sign Status memaksimalkan ventilasi (semi
fowler)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
- Lakukan fisioterapi dada jika
selama 3x24 jam diharapkan pertukaran
perlu
gas klien dapat normal dengan kriteria
- Berikan terapi oksigen
hasil:
- Keluarkan sekret dengan batuk
N kriteria hasil Sblm ssd
efektif atau suction
o
- Auskultasi suara nafas, catat
1. peningkatan 1 4
adanya suara tambahan
ventilasi dan
- Kolaborasi pemberian
oksigenasi yang
bronkodilator
adekuat
- Atur intake untuk cairan
2. Mendemonstrasikan 1 4
mengoptimalkan keseimbangan.
batuk efektif dan
- Monitor respirasi dan status O2
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan Respiratory Monitoring
dyspneu - Monitor rata – rata, kedalaman,
3. TTVanda dalam 1 4 irama dan usaha respirasi,
rentang normal penggunaan otot tambahan.

Indikator :
1. Tidak menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
3. Ketidakefektifan NOC : NIC :
bersihan jalan nafas - Respiratory status : Ventilation Airway suction
- Respiratory status : Airway patency ‐ Pastikan kebutuhan oral /
- Aspiration Control tracheal suctioning
‐ Auskultasi suara nafas sebelum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
dan sesudah suctioning.
selama 3x24 jam diharapkan bersihan
‐ Informasikan pada klien dan
jalan nafas klien dapat kembali normal
dengan kriteria hasil: keluarga tentang suctioning
N kriteria hasil Sblm ssd ‐ Berikan terapi O2
o Airway Management
1. Mendemonstrasikan 1 4 ‐ Posisikan pasien untuk
batuk efektif dan memaksimalkan ventilasi
suara nafas yang
‐ Auskultasi suara nafas, catat
bersih, tidak ada
adanya suara tambahan
sianosis dan
‐ Kolaborasi pemberian
dyspneu (mampu
bronkodilator
mengeluarkan
‐ Atur intake untuk cairan
sputum, mampu
mengoptimalkan keseimbangan.
bernafas dengan
‐ Monitor respirasi dan status O2
mudah
2. Menunjukkan jalan 1 4
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
nafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
3. Mampu 1 4
mengidentifikasikan
dan mencegah
factor yang dapat
menghambat jalan
nafas
Indikator :
1. Tidak menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan

4. Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari ‐ Nutritional Status : food and Fluid
kebutuhan tubuh Fluid management
Intake ‐ Monitor vital sign
‐ Nutritional Status : nutrient Intake ‐ Monitor intake dan output
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ‐ Monitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat)
selama 3x24 jam diharapkan nutrisi klien
‐ Kolaborasikan pemberian cairan IV
dapat perpenuhi dengan kriteria hasil: ‐ Anjurkan pasien banyak minum air
No kriteria hasil Sblm ssd ‐ Kolaborasi dengan dokter untuk
1. Adanya 1 4 pemenuhan cairan
peningkatan berat
badan sesuai
dengan tinggi
badan
2. Tidak ada tanda 1 4
tanda malnutrisi
3. Tidak terjadi 1 4
penurunan berat
badan yang berarti
Indikator :
1. Tidak menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
5. Gangguan perfusi NOC : NIC :
jaringan ‐ Circulation status Peripheral Sensation
‐ Tissue Prefusion : cerebral Management (Manajemen
sensasi perifer)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
‐ Monitor adanya daerah tertentu
selama 3x24 jam diharapkan nutrisi klien
yang hanya peka terhadap
dapat perpenuhi dengan kriteria hasil: panas/dingin/tajam/tumpul
‐ Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada lsi
No kriteria hasil Sbl ssd
atau laserasi
m
‐ Batasi gerakan pada kepala, leher
1. mendemonstrasikan 1 4
dan punggung
status sirkulasi
yang ditandai ‐ Monitor adanya tromboplebitis
dengan (TD ‐ Diskusikan menganai penyebab
normal, Tidak ada perubahan sensasi
tanda tanda ‐ Kolaborasi pemberian analgetik
peningkatan
tekanan intrakranial
(tidak lebih dari 15
mmHg) )
2. mendemonstrasikan 1 4
kemampuan
kognitif yang
ditandai dengan:
(berkomunikasi
jelas, menunjukkan
perhatian,
konsentrasi,
membuat
keputusan dengan
benar)
3. menunjukkan 1 4
fungsi sensori
motori cranial yang
utuh : tingkat
kesadaran mambaik
Indikator :
1. Tidak menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
6. Intoleransi aktifitas NOC : NIC :
‐ Energy conservation
Energy Management
‐ Self Care : ADLs
‐ Observasi adanya pembatasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
klien dalam melakukan aktivitas
selama 3x24 jam diharapkan nutrisi klien
dapat perpenuhi dengan kriteria hasil: ‐ Kaji adanya factor yang
No kriteria hasil Sbl ssd menyebabkan kelelahan
m ‐ Monitor nutrisi dan sumber
1. Berpartisipasi 1 4 energi tangadekuat
dalam aktivitas ‐ Monitor pola tidur dan lamanya
fisik tanpa tidur/istirahat pasien
disertai
peningkatan Activity Therapy
tekanan darah, ‐ Bantu klien untuk
nadi dan RR mengidentifikasi aktivitas yang
2. Berpartisipasi 1 4 mampu dilakukan
dalam aktivitas ‐ Bantu untuk mendpatkan alat
fisik tanpa bantuan aktivitas seperti kursi
disertai roda, krek
peningkatan ‐ Bantu pasien/keluarga untuk
TD, nadi dan mengidentifikasi kekurangan
RR dalam beraktivitas
3. Mampu 1 4
melakukan
aktivitas sehari
hari (ADLs)
secara mandiri
Indikator :
1. Tidak menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
7. Cemas NOC : NIC :
‐ Anxiety control
Anxiety Reduction (penurunan
‐ Coping kecemasan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ‐ Gunakan pendekatan yang
selama 3x24 jam diharapkan kecemasan menenangkan
dapat diatasi dengan kriteria hasil: ‐ Identifikasi tingkat kecemasan
N kriteria hasil Sblm ssd ‐ Temani pasien untuk
o memberikan keamanan dan
mengurangi takut
1. Klien mampu 1 4
‐ Berikan informasi faktual
mengidentifikasi
mengenai diagnosis, tindakan
dan
prognosis
mengungkapkan
gejala cemas dan ‐ Dorong keluarga untuk
mampu mengontrol menemani klien
cemas ‐ Kolaborasi pemberian obat untuk
2. Vital sign dalam 1 4 mengurangi kecemasan
batas normal
3. Postur tubuh, 1 4
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
Indikator :
1. Tidak menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
BAB II
LAPORAN KASUS

KASUS

Ny. P berusia 68 tahun, masuk IGD RS X pada tanggal 14 Juli 2020, pukul
09.00 WIB dengan keluhan sesak nafas. Ny. P datang bersama keluarga, saat
pemeriksaan TTV didapatkan hasil, TD = 110/70 mmHg, N = 96 x/menit, RR =
36x/menit. Tingkat kesadaran Ny. P Composmentis.

Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 Juli 2020 pukul 09.00 WIB

2.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien

Nama : Ny. P

Umur : 68 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SD

Agama : Islam

B. Riwayat Penyakit :
1. Keluhan utama : sesak napas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak tadi pagi karena
udara yang dingin, ± 2 jam yang lalu pasien mendadak merasa sesak napas,
semakin lama napas terasa semakin sesak, napas cepat dan dangkal,
kemudian pasien dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien sebelumnya ± 7 tahun yang lalu pernah dirawat di rumah sakit
dengan penyakit yang sama tetapi tidak separah saat ini.
4. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mempunyai riwayat penyakit asma yaitu ibu pasien.
C. Pengkajian Primer :

Airway : tidak terdapat adanya sumbatan (secret ataupun darah), lidah tidak
jatuh ke belakang, pasien kesulitan bernapas, batuk-batuk, pasien kesulitan
bersuara, terdengar wheezing.

Breathing : terlihat pengembangan dada kanan dan kiri simetris, pasien


kesulitan saat bernapas, RR: 36x/menit, irama napas tidak teratur, napas
cuping hidung, terlihat adanya penggunaan otot bantu pernapasan
(sternokleidomastoid), napas cepat dan pendek.

Circulation : TD: 110/70 mmHg, N = 96 x/menit reguler, nadi teraba lemah,


terdengar suara jantung S1 dan S2 tunggal reguler, cappilary refille kembali <3
detik, terdapat sianosis, akral hangat.

Disability : kesadaran pasien compos mentis dengan GCS (E4,M6,V5), pasien


mengatakan cemas tentang kondisinya saat ini, pasien gelisah, terlihat tidak
tenang, dan mengulang kata-kata.

Exposure : rambut beruban dan kulit kepala tampak bersih tidak terdapat
hematoma, tidak terdapat luka pada tubuh pasien dan keluar keringat banyak.

D. Pengkajian Sekunder :
1. Tingkat kesadaran : CM
2. GCS : E4V4M6
3. Tanda – tanda vital : TD: 110/70 mmHg, N = 96 x/menit, RR=
36x/menit, S=36̊ C
4. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala : rambut beruban, kepala bersih, tidak ada hematom
b. Mata : ukuran pupil kanan/kiri (3mm/3mm), rangsangan cahaya
pupil kanan/kiri (+/+).
c. Mulut : sianosis, mukosa bibir kering.
d. Hidung : tidak ada polip, bersih, nafas cuping hidung (+),
(-) sekret.
e. Telinga : bentuk simetris, bersih, terdapat sedikit serumen
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
peningkatan JVP, (-) nyeri telan.
g. Dada
Inspeksi : pengembangan dada simetris, tampak penggunaan otot
bantu pernafasan
Palpasi : vocal fremitus kanan-kiri, tidak ada pembesaran
Perkusi : Sonor
Auskultasi : terdengar wheezing, ekspirasi memanjang, terdengar
bunyi jantung S1 dan S2.
h. Ekstremitas : akral hangat
Ekstremitas atas : CRT <3 detik, tidak ada edema
Ekstremitas bawwah : tidak ada edema

E. ANALISA DATA :

No
Analisa Data Etiologi Problem
DX
1 DS : - klien mengatakan sesak nafas Tek. Partial O2 di Ketidakefektifan pola
DO : alveoli menurun nafas
- RR: 36 x/menit
- Pasien kesulitan bernapas, Penyempitan jalan
batuk-batuk, terdengar suara napas
napas wheezing
- Spo2 = 94% Peningkatan kerja
otot pernapasan
Kebutuhan O2
meningkat

Hiperventilasi
2 DS : pasien mengatakan cemas Penyempitan Ansietas
mengenai kondisi yang dialaminya proksimal dari
DO : bronkus pada tahap
- pasien gelisah, pasien keluar ekspirasi dan inspirasi
keringat banyak, pasien
mengulang kata-kata, pasien Batuk-batuk, suara
terlihat tidak tenang. napas tambahan
(wheezing), dan sesak
napas

Tek. Partial O2 di
alveoli menurun

Hiperkapnea

Gelisah

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN :


a. ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Hiperventilasi
b. Ansietas b.d penyakit yang diderita (Asma)

2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


No.
Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan - Jauhkan pasien dari - Untuk memaksimalkan udara
1x15 menit jalan nafas kerumunan orang yang masuk ke dalam paru-
menjadi efektif dengan - Berikan posisi semifowler paru
KH : - Tenangkan pasien - Untuk memaksimalkan udara
a. Sesak nafas - Auskultasi bunyi nafas yang masuk ke dalam paru-
berkurang - Kolaborasi dengan dokter paru
b. Wheezing tidak pemberian obat - Untuk mengurangi kecemasan
terdengar bronchodilator. pada pasien
- Untuk mengetahui catatan
perkembangan kesehatan
pasien
- Untuk membuka alveoli.
2 Setelah dilakukan tindakan - Evaluasi tingkat kecemasan - Untuk mengetahui tingkat
1x15 menit diharapkan - Evaluasi reaksi fisik nonverbal kecemasan pasien
cemas berkurang dengan - Tenangkan pasien - Untuk mengetahui reaksi fisik
KH : - Gunakan pendekatan yang dan non verbal pasien
a. Pasien menyatakan menenangkan dan komunikasi - Untuk menciptakan rasa
cemas berkurang terapeutik nyaman pada pasien
b. Pasien tenang dan - Beri penjelasan tentang - Untuk menambah semangat
relaks kondisi saat ini yang dialami pasien agar tetap sehat.
klien
- Anjurkan keluarga untuk
selalu mendampingi dan
memberikan support.
- Anjurkan pasien untuk berdoa
dan lebih tenang.

2.4 Implementasi dan Evaluasi


No. Waktu Implementasi Paraf Evaluasi Paraf
Dx
I - Menjauhkan pasien dari S = klien mengatakan sesaknya
sudah berkurang
kerumunan orang O = - TTV
- Memberikan posisi - T = 120/70 mmHg
- P = 80 x/menit
semifowler
- R = 25 x/menit
- Memonitoring TTV - S = 370C
- Spo2 = 95%
- Menenangkan pasien
- Klien tampak lebih
- Mengauskultasi bunyi relaks
- Penggunaan otot bantu
nafas
napas (-)
- Melakukan kolaborasi - Suara napas tambahan
(wheezing) masih
dengan dokter
terdengar
pemberian obat - Tidak ada pernapasan
bronchodilator cuping hidung
A = masalah sebagian teratasi
- Mengevaluasi tingkat P = pertahankan intervensi
kecemasan
- Mengevaluasi reaksi
fisik nonverbal
- Menggunakan
pendekatan yang
menenangkan dan
komunikasi terapeutik
- Memberikan penjelasan
tentang kondisi saat ini
yang dialami klien
- Menganjurkan keluarga
untuk selalu
mendampingi dan
memberikan support.
- Menganjurkan pasien
untuk berdoa dan lebih
tenang.
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Kusuma Hardhi dan Nurarif Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA Nic-Noc Edisi Revisi Jilid III.
Jogjakarta : Mediaction Publishing.
Price, S.A & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi. (Edisi 6). Jakarta:EGC
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Anda mungkin juga menyukai