Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar Profesi
Dosen Pengampu : Rully Annisa, S.Kep., M.Kep., Ners
Disusun Oleh :
Amrina Rosyada
NIM : 190721040
A. Definisi
Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif
dan ireversibel, yang menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer 2008). Gagal
ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan filtrasi
glomelurus (Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang dari 60 ml/min/1,73 m2 yang
terjadi selama lebih dari 3 bulan (Kallenbach et al. 2005). Menurut KDIGO (2013)
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan abnormalitas dari struktur atau ginjal
yang terjadi selama lebih dari 3 bulan yang mempengaruhi kesehatan, dengan kriteria
sebagai berikut:
B. Etiologi
Penyebab paling umum dari gagal ginjal kronik adalah diabetes mellitus (tipe
1 atau tipe 2) dan hipertensi, sedangkan penyebab End-stage Renal Failure (ERFD) di
seluruh dunia adalah IgA nephropathy (penyakit inflamasi ginjal). Komplikasi dari
diabetes dan hipertensi adalah rusaknya pembuluh darah kecil di dalam tubuh,
pembuluh darah di ginjal juga mengalami dampak terjadi kerusakan sehingga
mengakibatkan gagal ginjal kronik.
Etiologi gagal ginjal kronik bervariasi antara negara yang satu dengan yang
negara lain. Di Amerika Serikat diabetes melitus menjadi penyebab paling banyak
terjadi gagal ginjal kronik yaitu sekitar 44%, kemudian diikuti oleh hipertensi
sebanyak 27% Dan glomerulonefritis sebanyak 10% (Thomas 2008). Di Indonesia
penyebab gagal ginjal kronik sering terjadi karena glomerulonefritis, diabetes
mellitus, obstruksi, dan infeksi pada ginjal, hipertensi (Suwitra dalam Sudoyo et al.
2019).
Penyebab dari gagal ginjal kronis yang tersering dibagi menjadi 8 kelas, antara
lain (Price & Wilson 2013):
Tabel 1.
Klasifikasi Penyebab Gagal Ginjal Kronik (Price & Wilson 2013):
Klasifikasi Penyakit Penyakit
Penyakit infeksi tubulointerstitial Pielonefritis kronis/refluks nefropati
Penyakit peradangan Glomerulonefritis
Penyakit vascular hipertensif Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteri renalis
Gangguan jaringan ikat SLE
Poliarteritis nodosa
Sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter Penyakit ginjal polikistik
Asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik DM
Gout, hiperparatiroidisme
Amilodosis
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik, obat TBC
Nefropati timah
Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas: batu,
neoplasma, fibrosis retroperitoneal
Traktus urinarius bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital leher vesika
urinaria dan uretra
C. Manifestasi Klinis
Gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal kronis adalah penurunan secara lambat
dan progresif dari fungsi ginjal. Biasanya terjadi akibat komplikasi dari kondisi medis
lain yang serius. Tidak seperti gagal ginjal akut yang terjadi dengan cepat dan tiba-
tiba, gagal ginjal kronis terjadi secara bertahap. Gagal ginjal kronis terjadi dalam
hitungan minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun sampai ginjal perlahan
berhenti bekerja, mengantarkan pada stadium akhir penyakit ginjal (ESRD).
Perkembangan yang sangat lambat inilah yang mengakibatkan gejala tidak muncul
sampai adanya kerusakan besar.
Manifestasi klinis gagal ginjal kronik (Long 1996):
1. Gejala dini: lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi.
2. Gejala yang lebih lanjut: anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak
nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis
mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan dalam menentukan gagal ginjal kronik, antara lain:
1. Gambaran Klinis
Gambaran Klinis Pasien penyakit ginjal kronik meliputi:
a. Seperti dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus,
urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi, Lupus, Eritomatosus
Sistemik (LES), dan lain sebagainya.
b. Syndrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual muntah,
nokturia, kelebihan volume cairan, (Volume Overload) neuropati perifer, proritus,
uremic, frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
c. Gejala komplikasi nya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah
jantung, asidiosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium,
khlorida).
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi:
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum dan
penurunan LFG yang dihitung mempergunakan rumus Kockcroft-Gault. Kadar
kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal.
c. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin peningkatan
kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia,
hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidiosis metabolik.
d. Kelainan urinalisis meliputi: proteiuria, leukosuria, cast, isostenuria.
3. Gambaran Radiologis
Pemeriksaan Radiologis Penyakit Ginjal Kronik meliputi:
a. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio opak.
b. Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras sering tidak bisa melewati
filter glomerulus, disamping kehawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras
terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
c. Pielografi antergrad atau retrograd dilakukan sesuai dengan indikasi
d. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks
yang menipis adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, klasifikasi.
e. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi bila ada indikasi.
4. Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal
Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal dilakukan pada pasien
dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal, dimana diagnosis secara
noninvasif tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk
mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi
yang telah diberikan. Biopsi ginjal indikasi kontra dilakukan pada keadaan dimana
ukuran ginjal yang sudah mengecil (contracted kidney), ginjal polikistik, hipertensi
yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal nafas, dan
obesitas
E. Penatalaksanaan
FOKUS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian ini adalah tahap awal dari proses keperawatan dan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data klien. Pengkajian meliputi:
1. Identitas (nama, usia, alamat, agama, pekerjaan dan pendidikan)
2. Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan cara mengkaji PQRSTUV, yaitu
P = apa yang menbuat nyeri itu muncul, Q = adalah kualitas nyeri (
contoh: seperti tertusuk-tusuk, seperi terbakar, seperti ditekan ), R = adalah
lokasi nyeri, U = pernah merasakan nyeri atau tidak sebelumnya, V =
adalah tujuan dan harapan.
3. Riwayat kesehatan :
a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri di daerah selangkangan
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan ada benjolan diselangkangan apabila BAB atau
mengejan muncul benjolan
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami hernia 2 tahun yang lalu apabila
digunkan untuk mengangkat beban berat terasa sakit.
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa dulu bapaknya menderita hernia
4. Pengkajian fisik
a. Kedaan umum
Composmetis, wajah tampak kesakitan, konjungtiva anemis
b. System respirasi
Frekuensi napas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan napas, tidak ada gerakan cuping hidung.
c. System kardiovaskuler
TD 110/70 mmHg, tidak ada oedem, tidak ada pembesaran jantung
d. System urogenital
Ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pada skrotum, tidak
bisa mengeluarkan urin secara lancar
e. System muskulosketal
Ada kesulitan dalam pergerakan karena adanya benjolan di selakangan.
f. Abdomen
Inspeksi : abdomen keras
Auskultasi : ada bising usus pada benjolan
Palpasi : ada benjolan
Perkusi : hypertimpani
5. Pengkajian pola fungsional Gordon
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kebiasaan merokok, pengunaan obat-obatan, alcohol, dan
olahraga.
b. Pola istirahat dan tidur
Biasanya pada penderita hernia jarang atau tidak dijumpai dengan
gangguan tidur.
c. Pola aktivitas
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri akibat benjolan hernia.
d. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran yang baik dalam keluarga maupun dimasyarakat.
e. Pola kognitif
Penglihatan, perabaan, dan pendengaran normal.
f. Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin
BAB : adanya konstipasi
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti
ini lagi.
h. Pola mekanisme koping
Klien merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan
meringis kesakitan.
i. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini
merupakaan cobaan dari Allah SWT.
2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah keperawatan
3. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan disfungsi renal
3. Gangguan Pertukaran gas nerhubungan dengan perubahan membran kapiler paru.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
5. Mual berhubungan dengan paparan toksin
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan ketidakseimbangan suplay
oksigen
4. Intervensi
Diagnosa Intervensi
No. Tujuan dan Kriteria Hasil
Keperawatan
1. Kelebihan volume NOC: NIC:
cairan berhubungan Fluid balance Fluid Management:
Tujuan : 1. Pertahankan intake dan output
dengan mekanisme
Setelah dilakukan tindakan secara akurat
pengaturan melemah keperawatan selama 3x24 2. Kolaborasi dalam pemberian
jam kelebihan volume diuretik
cairan teratasi dengan 3. Batasi intake cairan pada
kriteria: hiponatremi dilusi dengan serum
1. Tekanan darah (4) Na dengan jumlah kurang dari
2. Nilai nadi radial dan 130 mEq/L
perifer (4) 4. Atur dalam pemberian produk
3. MAP (4) darah (platelets dan fresh frozen
4. CVP (4) plasma)
5. Keseimbangan intake 5. Monitor status hidrasi
dan output dalam 24 jam (kelembaban membrane mukosa,
(4) TD ortostatik, dan keadekuatan
6. Kestabilan berat badan dinding nadi)
(4) 6. Monitor hasil laboratorium yang
7. Serum elektrolit (4) berhubungan dengan retensi
8. Hematokrit (4) cairan (peningkatan kegawatan
9. Asites (4) spesifik, peningkatan BUN,
10. Edema perifer (4) penurunan hematokrit, dan
peningkatan osmolalitas urin)
7. Monitor status hemodinamik
(CVP, MAP, PAP, dan PCWP)
jika tersedia
8. Monitor tanda vital
Hemodialysis Therapy:
1. Timbang BB sebelum dan
sesudah prosedur
2. Observasi terhadap dehidrasi,
kram otot dan aktivitas kejang
3. Observasi reaksi tranfusi
4. Monitor TD
5. Monitor BUN,Creat, HMT
danelektrolit
6. Monitor CT
Pustaka Utama
Aziz, M. Farid, dkk. 2018. Panduan Pelayanan Medik: Model Interdisiplin Penatalaksanaan
Baradero, Mary, dkk. 2015. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC
Faiz, Omar dan Moffat, David. 2014. Anatomy at a Glance. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ignatavicius, DD,. & Workman. L,. (2016). Medical surgical nursing, critical thinking for
James, Joyce, dkk. 2018. Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Erlangga
O’Callaghan, Chris. 2019. At A Glance Sistem Ginjal Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Smeltzer, S.S.B. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B,.Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (Ed). (2019). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. (Edisi 4). Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Penyakit Dalam
FKUI
Suwitra, Ketut. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI.