PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena itulah, kami akan membahas masalah mengenai asma dan
menjelaskan konsep teori serta asuhan keperawatannya. Kejadian asma meningkat
di hampir seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara berkembang termasuk
Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industri
sehingga tingkat polusi cukup tinggi.
1
B. Tujuan
Tujuan umum
Penulis memperoleh pengalaman dan gambaran secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Asma.
Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Asma.
b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan Asma.
c. Merencanakan asuhan keperawatan klien dengan Asma.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan Asma
e. Melakukan evaluasi keperawatan klien dengan Asma.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan Asma.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Gambaran Kasus
1. Definisi
Asma adalah kondisi jangka panjang yang mempengaruhi saluran
napas-saluran kecil yang mengalirkan udara masuk ke dan keluar dari
paru-paru. Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan). Saluran
napas penyandang asma biasanya menjadi merah dan meradang. Asma
sangat terkait dengan alergi. Alergi dapat memperparah asma. Namun
demikian, tidak semua penyandang asma mempunyai alergi, dan tidak
semua orang yang mempunyai alergi menyandang asma (Bull & Price,
2007).
Pada penderita asma, saluran napas menjadi sempit dan hal ini
membuat sulit bernapas. Terjadi beberapa perubahan pada saluran
napas penyandang asma, yaitu dinding saluran napas membengkak;
adanya sekumpulan lendir dan sel-sel yang rusak menutupi sebagian
saluran napas; hidung mengalami iritasi dan mungkin menjadi
tersumbat; dan otot-otot saluran napas mengencang tetapi semuanya
dapat dipulihkan ke kondisi semula dengan terapi yang tepat. Selama
terjadi serangan asma, perubahan dalam paru-paru secara tiba-tiba
menjadi jauh lebih buruk, ujung saluran napas mengecil, dan aliran
udara yang melaluinya sangat jauh berkurang sehingga bernapas
menjadi sangat sulit (Bull & Price, 2007).
Kondisi yang berulang dimana rangsangan tertentu mencetuskan
saluran pernafasan menyempit untuk sementara waktu sehingga
empersulit jalan pernafasan. Asma adalah penyakit jalan nafas
obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon
dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (Smeltzer 2002 :
611)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi
ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif.
3
(Reeves, 2001 : 48). Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari
bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi
spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996). Asma adalah
gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asma adalah
penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.
(Smelzer Suzanne : 2001).
Dari semua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah
suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat
reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.
2. Gambaran Klinis
a. Tanda dan gejala umum
Batuk produktif
Wheezing
Dispnea
Mengi
Berkeringat
Tashypnea
Tachycardia
2) Breathing
Adanya suara bising mengi dan sesak nafas sehingga tidak
mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas atau
kesulitan dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh
frekuensi napas>25 x/ menit.
3) Circulation
4
Pada kasus asmatikus ini adanya usaha untuk memperoleh
oksigen maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi
kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan
denyut nadi >100 x/menit. Adanya sianosis akibat kekurangan
oksigen.
4) Disability
Mengkaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU dan
penurunan kesadaran merupakan tanda ekstrim pertama pasien.
c. Tes diagnostik
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan sputum
a. Untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi
pathogen
b. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkhus
b) Pemeriksaan darah
Untuk mengetahui Hiponatremia dan kadar leukosit,
2) Pemeriksaan Scanning Paru
Untuk menyatakan pola abnormal perfusi pada area
ventilasi(ketidak cocokan/perfusi) atau tidak adanya
ventilasi/perfusi.
3) Pemeriksaan Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
4) Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
5) Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada
waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-
paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun.
5
3. Patofisiologi
Asma adalah suatu proses inflamasi kronik yang menghasilkan
edema mukus, sekresi mukus dan inflamasi. Obstruksi dapat disebabkan
oleh beberapa hal yaitu kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki
menyempitkan jalam mafas, pembekakan membran yang melapisi
bronki. Pengisisan bronki dengan mukus yang kental. Beberapa
individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan. Bila zat-zat alergen memasuki paru-paru sehingga
merangsang antibody yang dihasilakan (igE) menyerang sell mast
seperti histamin, brodikinin dan prostaglandin serta anafilaksis dan
substansi yang bereaksi lambat. Pelepasan mmediator ini dalam
jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas
sehingga menyebabkan bronkospasma, pembekakan membran mukosa
dan pembentukan mukus yang banyak.
Inflamasi dinding
Spasme 4.
otot bronkus Edema Sumbatan
bronchus
mukus
7.
Kurang Hipoksemia
Gangguan
pengetahuan Penyempitan jalan nafas
8. pola nafas
Asidosis
Intoleransi aktivitas metabolik
Peningkatan kerja pernafasan
6
Retensi CO2
Asidosis respiratorik
7
eroid, mukolitik
8
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Indentitas klien
Nama : Tn .T
Umur : 59 th
Tanggal masuk IDG : 1 April 2019
Pukul : 09.15 Wib
Evaluasi: E4 V5 M6
Tindakan:
9
Terdengar suara nafas
Terasa hembusan nafas
RR: 40x /menit, pernafasan cepat
Masalah keperawatan:
Pola nafas tidak efektif
Tindakan:
Dilakukan tindakan pemberian oksigen O2
nasal kanul 5L/menit dan monitoring
respirasi
E. Pengkajian sekunder
10
Pengkajian Head to Toe
Kepala (mata, Bentuk kepala mesochepal, tidak ada luka,
telinga hidung) rambut bersih dan tidak rontok
Mata : diameter pupil 3mm/3mm,
reflek cahaya +/+, tidak ada cairan yang
keluar
Telinga : Bentuk telinga simetris
Hidung : Terpasang O2 nasal kanul
Leher Tidak terdapat pembesaran pada JVP.
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada kaku kuduk
Thorak Simetris antara paru kanan dan paru kiri,
terdapat otot bantu pernapasan
Abdomen Inspeksi: tidak ada jejas, tidak tampak adanya
distensi,
Auskultasi: terdengar suara bising usus
19x/menit
Perkusi: bunyi tympani, tidak ada kembung
Palpasi: tidak teraba adanya massa. Tidak ada
nyeri tekan
Ekstermitas Tidak ada jejas pada ekstermitas atas maupun
bawah, tidak ada odem, kekuatan otos atas dan
bawah 5555 5555
5555 5555
Integumen Turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang,
tidak ada luka pada kulit
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tanggal:01/04/2019 Jam: 12.45 Wib
11
- Infus Nacl 0,9 %
- Injeksi cefriaxone 1x 2gr
- Ambroxol syrup 3x1
- Inhalasi Pulmicort dan combivert 3x1
F. ANALISA DATA
12
Pencetus serangan Pola nafas
tidak efektif
(alergen)
↓
Reaksi antigen & antibodi
↓
Dikeluarkannya substansi
vasoaktif (histamin,
bradikinin, & anafilaksin)
↓
Kontraksi otot polos
↓
Bronkospasme
↓
Suplai O2 menurun
↓
Merangsang kemoreseptor
sentral (spons dan medulla
oblongata)
↓
Hiperventilasi
↓
Sesak
↓
13
riwayat penyakit asama dan
pernah dirawat dengan
penyakit yang sama
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
H. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan/Kriteri
No Intervensi Rasional
Keperawatan a Hasil
1. Tidak Pencapaian Mandiri
efektifnya bersihan jalan 1. 1. Auskultasi 1. 1. Beberapa
bersihan jalan napas dengan bunyi nafas, derajat spasme
nafas kriteria hasil catat adanya bronkus
berhubungan sebagai berikut: bunyi nafas, terjadi dengan
dengan 1. ex: mengi obstruksi jalan
gangguan Mempertahanka nafas dan
suplai oksigen n jalan napas dapat/tidak
(bronkospasm paten dengan dimanifestasik
e), bunyi napas an adanya
penumpukan bersih atau nafas
sekret, sekret jelas. advertisius.
kental. 2. Menunjukan
perilaku untuk 2. 2. 2. 3. Tachipnea
memperbaiki Kaji/pantau biasanya ada
bersihan jalan frekuensi pada beberapa
nafas misalnya pernafasan, derajat dan
batuk efektif catat rasio dapat
dan inspirasi/ekspi ditemukan
14
mengeluarkan rasi. pada
sekret. penerimaan
atau selama
stress/adanya
proses infeksi
akut.
15
Pertahankan tipe alergi
polusi pernafasan
lingkungan dapat
minimum, mentriger
contoh: debu, episode akut.
asap dll.
16
batuk nafas, mengi,
efektif dan dan produksi
relaksasi mukosa.
nafas
dalam
17
tambahan an bernapas
dan
menurunkan
kerja napas
18
11. Memberikan obat - Mengkaji pola
sesuai indikasi nafas,irama dan
bronkodilator prekuensi pernafasan
(Inhalasi Pulmicort - Pertahankan jalan
dan combivert 3x1) nafas yang paten .
- Mengatur pemberian
Penkes oksigen
Jam. 10.35 - Pertahankan posisi
12. Memberikan penkes
normal
batuk efektif dan - Monitor pola
relaksasi nafas dalam pernafasan
- Tempatkan posisi
yang nyaman pada
pasien
- Pertahankan polusi
lingkungan minimum,
contoh: debu, asap
- Berikan obat sesuai
indikasi bronkodilator
- Berikan penkes batuk
efektif dan relaksasi
nafas dalam
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada pengkajian pasien asma bronkial diagnosa yang muncul pada Tn.T adalah
bersihan jalan nafas tidak efektif dan pola nafas tidak efektif. Pada langkah ini
19
telah dilakukan sesuai rencana keperawatan yang telah dibuat. Intervensinya yaitu
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi, Kaji/pantau frekuensi
pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi, Catat adanya derajat dispnea, ansietas,
distress pernafasan, penggunaan otot bantu, Tempatkan posisi yang nyaman pada
pasien, contoh: meninggikan kepala tempat tidur, duduk pada sandara tempat
tidur, Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, Tingkatkan
masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung memberikan
air hangat, Berikan obat sesuai indikasi bronkodilator, berikan penkes batuk
efektif dan relaksasi nafas dalam.
Implementasi yang dilakukan sudah efektif dan sudah dilakukan sama dengan
rencana yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang baik
antara perawat, pasien dan keluarga pasien.
Evaluasi tindakan keperawatan pada Tn.T dengan asma bronkial untuk masalah
keperawatan, dua diagnosa teratasi sebagian.
B. SARAN
1. Saran bagi perawat/tenaga kesehatan
Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan asma
bronkial harus mengetahui penyebab dari penyakit asma bronkial. Dalam hal ini
perawat juga harus bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
melakukan pengobatan bagi pasien.
2. Saran bagi rumah sakit
Rumah sakit sebaiknya menyediakan fasilitas dan kualitas yang memadai
seperti kebersihan kenyamanan bagi pasien. Kebersihan alat-alat kesehatan juga
harus diperhatikan seperti alat nebulizer yang sangat dibutuhkan untuk pasien
asma bronkial.
3. Saran bagi pasien dan keluarga
Bagi pasien hendaknya menghindai faktor penyebab yang dapat menimbulkan
serangan asma, selalu menjaga kebersihan baik itu kebersihan diri maupun
kebersihan lingkungan. Bagi keluarga hendaknya mengetahui tentang penyakit
asma bronkial serta mengetahui penyebab yang memungkinkan terjadinya
20
serangan asma yang berulang, keluarga harus siap sedia dalam menjaga dan
merawat pasien dengan asma bronkial.
21