Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial  dengan ciri


bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Bronkiektasis
merupakan dilatasi kronik bronkus dan bronkiolus permanen. Bronkiektasis bukan
merupakan penyakit tunggal,muncul karena berbagai penyebab dan merupakan
akibat dari beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial, baik secara
langsung maupun tidak yang dapat mengganggu sistem pertahanan.

Penyakit asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan


diperkirakan 4–5% populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh
penyakit ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia.

Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia,


hal itu tergambar dari data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
berbagai propinsi di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma menduduki urutan
ke 5 dari 10 penyebab kesakitan bersama-sama dengan bronkitis kronik dan
emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai
penyebab kematian ke 4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi
asma di Indonesia sekitar 13 per 1.000 penduduk, dibandingkan bronkitis kronik
11 per 1.000 penduduk dan obstruksi paru 2 per 1.000 penduduk.

Oleh karena itulah, kami akan membahas masalah mengenai asma dan
menjelaskan konsep teori serta asuhan keperawatannya. Kejadian asma meningkat
di hampir seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara berkembang termasuk
Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industri
sehingga tingkat polusi cukup tinggi.

1
B. Tujuan

 Tujuan umum
Penulis memperoleh pengalaman dan gambaran secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Asma.

 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Asma.
b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan Asma.
c. Merencanakan asuhan keperawatan klien dengan Asma.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan Asma
e. Melakukan evaluasi keperawatan klien dengan Asma.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan Asma.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Gambaran Kasus
1. Definisi
Asma adalah kondisi jangka panjang yang mempengaruhi saluran
napas-saluran kecil yang mengalirkan udara masuk ke dan keluar dari
paru-paru. Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan). Saluran
napas penyandang asma biasanya menjadi merah dan meradang. Asma
sangat terkait dengan alergi. Alergi dapat memperparah asma. Namun
demikian, tidak semua penyandang asma mempunyai alergi, dan tidak
semua orang yang mempunyai alergi menyandang asma (Bull & Price,
2007).
Pada penderita asma, saluran napas menjadi sempit dan hal ini
membuat sulit bernapas. Terjadi beberapa perubahan pada saluran
napas penyandang asma, yaitu dinding saluran napas membengkak;
adanya sekumpulan lendir dan sel-sel yang rusak menutupi sebagian
saluran napas; hidung mengalami iritasi dan mungkin menjadi
tersumbat; dan otot-otot saluran napas mengencang tetapi semuanya
dapat dipulihkan ke kondisi semula dengan terapi yang tepat. Selama
terjadi serangan asma, perubahan dalam paru-paru secara tiba-tiba
menjadi jauh lebih buruk, ujung saluran napas mengecil, dan aliran
udara yang melaluinya sangat jauh berkurang sehingga bernapas
menjadi sangat sulit (Bull & Price, 2007).
Kondisi yang berulang dimana rangsangan tertentu mencetuskan
saluran pernafasan menyempit untuk sementara waktu sehingga
empersulit jalan pernafasan. Asma adalah penyakit jalan nafas
obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon
dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (Smeltzer 2002 :
611)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi
ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif.

3
(Reeves, 2001 : 48). Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari
bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi
spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996). Asma adalah
gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asma adalah
penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.
(Smelzer Suzanne : 2001).
Dari semua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah
suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat
reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.

2. Gambaran Klinis
a. Tanda dan gejala umum
 Batuk produktif
 Wheezing
 Dispnea
 Mengi
 Berkeringat
 Tashypnea
 Tachycardia

b. Tanda dan gejala kegawatdaruratan ( ABCD )


1) Airway
Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya spatum
pada jalan nafas.

2) Breathing
Adanya suara bising mengi dan sesak nafas sehingga tidak
mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas atau
kesulitan dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh
frekuensi napas>25 x/ menit.

3) Circulation

4
Pada kasus asmatikus ini adanya usaha untuk memperoleh
oksigen maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi
kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan
denyut nadi >100 x/menit. Adanya sianosis akibat kekurangan
oksigen.

4) Disability
Mengkaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU dan
penurunan kesadaran merupakan tanda ekstrim pertama pasien.

c. Tes diagnostik
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan sputum
a. Untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi
pathogen
b. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkhus
b) Pemeriksaan darah
Untuk mengetahui Hiponatremia dan kadar leukosit,
2) Pemeriksaan Scanning Paru
Untuk menyatakan pola abnormal perfusi pada area
ventilasi(ketidak cocokan/perfusi) atau tidak adanya
ventilasi/perfusi.
3) Pemeriksaan Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
4) Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
5) Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada
waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-
paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun.

5
3. Patofisiologi
Asma adalah suatu proses inflamasi kronik yang menghasilkan
edema mukus, sekresi mukus dan inflamasi. Obstruksi dapat disebabkan
oleh beberapa hal yaitu kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki
menyempitkan jalam mafas, pembekakan membran yang melapisi
bronki. Pengisisan bronki dengan mukus yang kental. Beberapa
individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan. Bila zat-zat alergen memasuki paru-paru sehingga
merangsang antibody yang dihasilakan (igE) menyerang sell mast
seperti histamin, brodikinin dan prostaglandin serta anafilaksis dan
substansi yang bereaksi lambat. Pelepasan mmediator ini dalam
jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas
sehingga menyebabkan bronkospasma, pembekakan membran mukosa
dan pembentukan mukus yang banyak.

Inflamasi dinding
Spasme 4.
otot bronkus Edema Sumbatan
bronchus
mukus

Tidak5.efektif Obstruksi saluran nafas Alveoli tertutup


bersihan6.jalan nafas
(bronkhospasme)

7.
Kurang Hipoksemia
Gangguan
pengetahuan Penyempitan jalan nafas
8. pola nafas
Asidosis
Intoleransi aktivitas metabolik
Peningkatan kerja pernafasan

Peningkatan kebutuhan Penurunan masukan oral


oksigen

Hiperventilasi Perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan

6
Retensi CO2

Asidosis respiratorik

B. Diagnosis keperawatan/Masalah keperawatan kegawatdaruratan


1.) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan
sekret yang tertahan
2.) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan suplai oksigen berkurang
(bronkospasme)

C. Perencanaan keperawatan/Protokol penatalaksanaan

Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan 1) Auskultasi bunyi nafas,
nafas tidak efektif tindakan keperawatan catat adanya bunyi
berhubungan di dapatkan kriteria nafas, ex: mengi.
dengan sekret hasil : 2) Kaji/pantau frekuensi
yang tertahan  mempertahankan pernafasan, catat rasio
jalan napas paten inspirasi/ekspirasi.
dengan bunyi napas 3) Catat adanya derajat
bersih atau jelas. dispnea, ansietas,
 Menunjukan distress pernafasan,
perilaku untuk penggunaan obat bantu.
memperbaiki 4) Tempatkan posisi yang
bersihan jalan nafas nyaman pada pasien,
misalnya batuk contoh: meninggikan
efektif dan kepala tempat tidur,
mengeluarkan duduk pada sandara
sekret. tempat tidur
5) Observasi karakteristik
batuk, menetap, batuk
pendek, basah. Bantu
tindakan untuk
keefektipan
memperbaiki upaya
batuk.
6) Memberikan air hangat.
7) Berikan obat sesuai
indikasi ;
Bronkodilator,kortikost

7
eroid, mukolitik

Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1) Kaji frekuensi


efektif tindakan keperawatan kedalaman pernafasan
berhubungan di dapatka kriteria dan ekspansi dada.
dengan penurunan hasil : Catat upaya
ekspansi paru Pola nafas efektif pernafasan termasuk
bunyi nafas normal penggunaan otot bantu
atau bersih pernafasan / pelebaran
TTV dalam batas nasal
normal 2) Auskultasi bunyi nafas
batuk berkurang dan catat adanya bunyi
ekspansi paru nafas seperti krekels,
mengembang wheezing
3) Tinggikan kepala dan
bantu mengubah posisi
4) Observasi pola batuk
dan karakter sekret
5) Dorong/bantu pasien
dalam nafas dan
latihan batuk
6) Kolaborasi
-Berikan oksigen
tambahan
- Berikan humidifikasi
tambahan misalnya :
nebulizer

8
BAB III

LAPORAN KASUS
A. Indentitas klien
Nama : Tn .T
Umur : 59 th
Tanggal masuk IDG : 1 April 2019
Pukul : 09.15 Wib

B. Tindakan pre hospital


Klien datang sendiri kerumah sakit dengan keluhan sesak nafas yang
sudah klien rasakan sejak 1 minggu. Klien meminum obat salbutamol saat
sesak.
C. Riwayat Masuk IGD
Klien masuk IGD RSAM pada tanggal 1 April 2019 jam 09.15 Wib.
keluarga mengatakan klien sesak nafas sudah 1 minggu, batuk berdahak,
berkeringat dingin dan sudah 3 tahun merokok.
D. Pengkajian primer
 Kesadaran (AVPU) : Alert (sadar penuh)
 Nadi Karotis : Teraba
Masalah keperawatan: -

Tindakan: Kaji tingkat kesadaran dengan


cara menggunakan GCS

Evaluasi: E4 V5 M6

 Airway : Terdengar suara whezing


Masalah keperawaan:

Bersihan jalan napas tidak efektif

Tindakan:

melakukan nebulizer dan mengajarkan


batuk efektif

 Brathing : Tampak gerakan dinding dada

9
Terdengar suara nafas
Terasa hembusan nafas
RR: 40x /menit, pernafasan cepat

Masalah keperawatan:
Pola nafas tidak efektif

Tindakan:
Dilakukan tindakan pemberian oksigen O2
nasal kanul 5L/menit dan monitoring
respirasi

 Circulation : Nadi teraba cepat


Akral teraba hangat
TD 140/70, nadi 120x/menit, suhu 36,30c
Masalah keperawatan:
Tindakan:
Dilakukan pemasangan infus RL 20 ptm

 Disability : Kesadaran composmetis (CM)


Tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi,
lateralisasi: pupilisokor

E. Pengkajian sekunder

 Keluhan Utama : sesak nafas

 Riwayat Kesehatan Sekarang


Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan esak nafas, batuk berdahak,
klien mengatakan jika beraktivitas bertambah sesak dan terasa berat dan
berkurang apabila meminum obat salbutamol.
 Riwayat Kesehatan yang Lalu
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit asama dan pernah dirawat
dengan penyakit yang sama
 Keadaan Umun dan Tanda-tanda Vital
Kesadaran: composmetis GCS: E4V5M6, tekanan darah 140/70 mmHg,
nadi 120x/menit, pernapasan: 40x/menit, suhu 36,30c

10
 Pengkajian Head to Toe
Kepala (mata, Bentuk kepala mesochepal, tidak ada luka,
telinga hidung) rambut bersih dan tidak rontok
 Mata : diameter pupil 3mm/3mm,
reflek cahaya +/+, tidak ada cairan yang
keluar
 Telinga : Bentuk telinga simetris
 Hidung : Terpasang O2 nasal kanul
Leher Tidak terdapat pembesaran pada JVP.
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada kaku kuduk
Thorak Simetris antara paru kanan dan paru kiri,
terdapat otot bantu pernapasan
Abdomen Inspeksi: tidak ada jejas, tidak tampak adanya
distensi,
Auskultasi: terdengar suara bising usus
19x/menit
Perkusi: bunyi tympani, tidak ada kembung
Palpasi: tidak teraba adanya massa. Tidak ada
nyeri tekan
Ekstermitas Tidak ada jejas pada ekstermitas atas maupun
bawah, tidak ada odem, kekuatan otos atas dan
bawah 5555 5555

5555 5555
Integumen Turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang,
tidak ada luka pada kulit
 Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
Tanggal:01/04/2019 Jam: 12.45 Wib

Parameter Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 13,9 13,00- 18,00
Leukosit 18.900 4.800- 10.800
Eritrosit 6,11 4,7- 6,1
Hematokrit 42 42-52
Trombosit 141.000 150.000-
450.000
Analisis gas darah
Ph 7,8 7,35-7,45
PCO 2 36 35-45
PO2 98 85-95
HCO2 26 22-26
 Terapi Medis
- O2 nasal kanul 5 L/menit

11
- Infus Nacl 0,9 %
- Injeksi cefriaxone 1x 2gr
- Ambroxol syrup 3x1
- Inhalasi Pulmicort dan combivert 3x1

F. ANALISA DATA

Data Patofisiologis/Pathway Masalah


Pengkajian primer
Pencetus serangan Bersihan
A : - Adanya sumbatan (batuk jalan nafas
(alergen)
berdahak) tidak efektif
- Terdengar suara ↓
wheezing
Reaksi antigen & antibodi
B : - Sesak nafas ↓
- Adanya penggunaan Dikeluarkannya substansi
otot bantu pernafasan
- Ada gerakan dinding vasoaktif (histamin,
dada bradikinin, & anafilaksin)
- RR : 40x/menit
- irama nafas cepat ↓
↑ permeabilitas kapiler
C : - Nadi teraba kuat
- berkeringat banyak ↓
- akral dingin Kontraksi otot polos
- TD : 140/90 mmhg
Edema mukosa
- N : 120 x/menit
- S : 38,5 OC Hipersekresi

D : - Kesadaran
Composmentis Obstruksi jalan nafas
- GCS E4 V5 M6 ↓
Tidak efektifnya bersihan
jalan nafas

12
Pencetus serangan Pola nafas
tidak efektif
(alergen)

Reaksi antigen & antibodi

Dikeluarkannya substansi
vasoaktif (histamin,
bradikinin, & anafilaksin)

Kontraksi otot polos

Bronkospasme

Suplai O2 menurun

Merangsang kemoreseptor
sentral (spons dan medulla
oblongata)

Hiperventilasi

Sesak

Pola nafas tidak efektif


Pengkajian sekunder

Saat dilakukan pengkajian


klien mengatakan esak nafas,
batuk berdahak, klien
mengatakan jika beraktivitas
bertambah sesak dan terasa
berat dan berkurang apabila
meminum obat salbutamol.
Klien mengatakan memiliki

13
riwayat penyakit asama dan
pernah dirawat dengan
penyakit yang sama

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan


sekret yang tertahan
2.) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan suplai oksigen berkurang
(bronkospasme)

H. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan/Kriteri
No Intervensi Rasional
Keperawatan a Hasil
1. Tidak Pencapaian Mandiri
efektifnya bersihan jalan 1.     1. Auskultasi 1.    1. Beberapa
bersihan jalan napas dengan bunyi nafas, derajat spasme
nafas kriteria hasil catat adanya bronkus
berhubungan sebagai berikut: bunyi nafas, terjadi dengan
dengan 1.      ex: mengi obstruksi jalan
gangguan Mempertahanka nafas dan
suplai oksigen n jalan napas dapat/tidak
(bronkospasm paten dengan dimanifestasik
e), bunyi napas an adanya
penumpukan bersih atau nafas
sekret, sekret jelas. advertisius.
kental. 2.      Menunjukan
perilaku untuk 2.     2. 2.      3. Tachipnea
memperbaiki Kaji/pantau biasanya ada
bersihan jalan frekuensi pada beberapa
nafas misalnya pernafasan, derajat dan
batuk efektif catat rasio dapat
dan inspirasi/ekspi ditemukan

14
mengeluarkan rasi. pada
sekret. penerimaan
atau selama
stress/adanya
proses infeksi
akut.

3.      3. Catat 3.      4. Disfungsi


adanya derajat pernafasan
dispnea, adalah
ansietas, variable yang
distress tergantung
pernafasan, pada tahap
penggunaan proses akut
otot bantu. yang
menimbulkan
perawatan di
rumah sakit.
4.      4. Tempatkan
posisi yang 4.      4. Peninggian
nyaman pada kepala tempat
pasien, tidur
contoh: memudahkan
meninggikan fungsi
kepala tempat pernafasan
tidur, duduk dengan
pada sandara menggunakan
tempat tidur. gravitasi.

5.      5. 5.  5. Pencetus

15
Pertahankan tipe alergi
polusi pernafasan
lingkungan dapat
minimum, mentriger
contoh: debu, episode akut.
asap dll.

6.      6. Tingkatkan6.      6. Hidrasi


masukan membantu
cairan sampai menurunkan
dengan 3000 kekentalan
ml/ hari sesuai sekret,
toleransi penggunaan
jantung cairan hangat
memberikan dapat
air hangat. menurunkan
kekentalan
sekret,
penggunaan
cairan hangat
dapat
menurunkan
Kolaborasi spasme
7.      Berikan bronkus.
obat sesuai
indikasi 7.      7.
bronkodilator Merelaksasika
n otot halus
Penkes dan
8. Memberik menurunkan
an penkes spasme jalan

16
batuk nafas, mengi,
efektif dan dan produksi
relaksasi mukosa.
nafas
dalam

2 Pola nafas Perbaikan pola Mandiri


tidak efektif nafas dengan 1.      1. Tinggikan 1.      1. Duduk
berhubungan kriteria hasil kepala dan tinggi
dengan suplai sebagai berikut: bantu memungkinka
oksigen 1.      mengubah n ekspansi
berkurang Mempertahanka posisi. paru dan
(bronkospasm n ventilasi Berikan posisi memudahkan
e) adekuat dengan fowler. pernapasan.
menunjukan
RR=16-20 2.      2. Ajarkan 2.     2. Membantu
x/menit dan pasien pasien
irama napas pernapasan memperpanja
teratur. dalam. ng waktu
2.      Tidak ekspirasi
mengalami sehingga
sianosis atau pasien akan
tanda hipoksia bernapas lebih
lain. efektif dan
3.      Pasien dapat efisien.
melakukan Kolaborasi
pernafasan 3.      3.Berikan 3.      3.
dalam. oksigen Memaksimalk

17
tambahan an bernapas
dan
menurunkan
kerja napas

I. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal dan Implementasi Evaluasi


jam
01/04/2019 Mandiri
1. Mengauskultasi bunyi S : klien mengatakan masih
Jam 09.15 nafas, mencatat sesak namun sudah berkurang
adanya bunyi nafas
2. Mengkaji frekuensi O:
Jam 09.20 pernafasan, mencatat - terdengar suara nafas
rasio wheezing pada
inspirasi/ekspirasi. saluran nafas klien
3. Mencatat adanya - Irama nafas normal
Jam 09.25 derajat dispnea, - RR : 36x/menit
ansietas, distress - Terpasang O2 nasal
pernafasan, kanul 3L/mnt
penggunaan otot - Klien melakukan
Jam 09.40 bantu. teknik relaksasi
4. Menempatkan posisi dengan benar
yang nyaman pada
pasien A : Bersihan jalan nafas
5. Mengkaji pola tidak efektif +
Jam 09.50 nafas,irama dan Pola nafas tidak efektif +
prekuensi pernafasan
6. Mempertahankan P : Lanjutkan intervensi
jalan nafas yang paten dengan :
Jam 10.00 . - Auskultasi bunyi
7. Mengatur pemberian nafas, mencatat
oksigen 5L/mnt adanya bunyi nafas
8. Mempertahankan - Kaji frekuensi
posisi normal pernafasan, mencatat
Jam 10.15 9. Memonitoring pola rasio
pernafasan inspirasi/ekspirasi.
10. Memonitoring
- Catat adanya derajat
sianosis perifer
dispnea, ansietas,
distress pernafasan,
Kolaborasi
penggunaan otot
bantu.
Jam 10.20

18
11. Memberikan obat - Mengkaji pola
sesuai indikasi nafas,irama dan
bronkodilator prekuensi pernafasan
(Inhalasi Pulmicort - Pertahankan jalan
dan combivert 3x1) nafas yang paten .
- Mengatur pemberian
Penkes oksigen
Jam. 10.35 - Pertahankan posisi
12. Memberikan penkes
normal
batuk efektif dan - Monitor pola
relaksasi nafas dalam pernafasan
- Tempatkan posisi
yang nyaman pada
pasien
- Pertahankan polusi
lingkungan minimum,
contoh: debu, asap
- Berikan obat sesuai
indikasi bronkodilator
- Berikan penkes batuk
efektif dan relaksasi
nafas dalam

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada pengkajian pasien asma bronkial diagnosa yang muncul pada Tn.T adalah
bersihan jalan nafas tidak efektif dan pola nafas tidak efektif. Pada langkah ini

19
telah dilakukan sesuai rencana keperawatan yang telah dibuat. Intervensinya yaitu
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi, Kaji/pantau frekuensi
pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi, Catat adanya derajat dispnea, ansietas,
distress pernafasan, penggunaan otot bantu, Tempatkan posisi yang nyaman pada
pasien, contoh: meninggikan kepala tempat tidur, duduk pada sandara tempat
tidur,  Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, Tingkatkan
masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung memberikan
air hangat, Berikan obat sesuai indikasi bronkodilator, berikan penkes batuk
efektif dan relaksasi nafas dalam.
Implementasi yang dilakukan sudah efektif dan sudah dilakukan sama dengan
rencana yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang baik
antara perawat, pasien dan keluarga pasien.
Evaluasi tindakan keperawatan pada Tn.T dengan asma bronkial untuk masalah
keperawatan, dua diagnosa teratasi sebagian.

B. SARAN
1. Saran bagi perawat/tenaga kesehatan
Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan asma
bronkial harus mengetahui penyebab dari penyakit asma bronkial. Dalam hal ini
perawat juga harus bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
melakukan pengobatan bagi pasien.
2. Saran bagi rumah sakit
Rumah sakit sebaiknya menyediakan fasilitas dan kualitas yang memadai
seperti kebersihan kenyamanan bagi pasien. Kebersihan alat-alat kesehatan juga
harus diperhatikan seperti alat nebulizer yang sangat dibutuhkan untuk pasien
asma bronkial.
3. Saran bagi pasien dan keluarga
Bagi pasien hendaknya menghindai faktor penyebab yang dapat menimbulkan
serangan asma, selalu menjaga kebersihan baik itu kebersihan diri maupun
kebersihan lingkungan. Bagi keluarga hendaknya mengetahui tentang penyakit
asma bronkial serta mengetahui penyebab yang memungkinkan terjadinya

20
serangan asma yang berulang, keluarga harus siap sedia dalam menjaga dan
merawat pasien dengan asma bronkial.

21

Anda mungkin juga menyukai