Anda di halaman 1dari 42

PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI (MANAJEMEN

KEPERAWATAN)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja organisasi
sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Seluruh pekerjaan
dalam perusahaan itu, para karyawanlah yang menentukan keberhasilannya.
Sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas perusahaan harus dimulai
dari perbaikan produktivitas karyawan. Oleh karena itu, pemahaman tentang
perilaku organisasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan
kinerjanya.

Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan membawa


kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan
pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik individualnya. Oleh karena itu,
maaf-maaf kalau kita mengamati karyawan baru di kantor. Ada yang terlampau
aktif, maupun yang terlampau pasif. Hal ini dapat dimengerti karena karyawan
baru biasanya masih membawa sifat-sifat karakteristik individualnya.

Selanjutnya karakteristik ini menurut Thoha (1983), akan berinteraksi dengan


tatanan organisasi seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas, wewenang dan
tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem pengendalian. Hasil interaksi
tersebut akan membentuk perilaku-perilaku tertentu individu dalam organisasi.
Oleh karena itu penting bagi manajer untuk mengenalkan aturan-aturan
perusahaan kepada karyawan baru. Misalnya dengan memberikan masa orientasi.

1.2 Rumusan Masalah

Materi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “PERILAKU INDIVIDUAL
DALAM ORGANISASI’. Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari
meluasnya pembahasan, maka masalah yang akan dibahas kami batasi pada :

1. Dasar-dasar organisasi

2. Perilaku organisasi
3. Perilaku individual dalam organisasi

1.3. Tujuan penulisan

Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah perilaku organisasi

2. Untuk mengetahui sejauh mana peranan organisasi dalam individu

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar-Dasar Perilaku Individu Dalam Organisasi

Dalam ilmu manajemen, seorang manager harus mengetahui perilaku


individu. Dimana setiap individu ini tentu saja memiliki karakteristik individu
yang menentukan terhadap perilaku individu, yang pada akhirnya menghasilkan
sebuah motivasi individu.

Karakteristik individu dalam organisasi, antara lain :

A. Karakteristik Biografis

1. Usia

Hubungan antara usia dan kinerja diperkirakan akan terus menjadi isu
yang penting dimasa yang akan datang. Hal ini disebabkan setidaknya oleh 3
alasan, yaitu :

1. Keyakinan yang meluas bahwa kinerja merosot seiring dengan usia,

2. realita bahwa angkatan kerja me-nua,


3. mulai adanya perundang-undangan yang melarang segala macam bentuk
pensiun yang

bersifat perintah.

bagi karyawan profesional : umur meningkat, kepuasan kerja juga meningkat

karyawan non-profesional : kepuasan merosot selama usia tengah


baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun selanjutnya. Bila digambarkan
dalam bentuk kurva, akan berbentuk kurva U ("U" curve).

2. Jenis kelamin

Dari segi jenis kelamin, umumnya tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria
dan wanita dalam hal kemampuan memecahkan masalah, keterampilan analisis,
dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, produktivitas pekerjaan, kepuasan
kerja, atau kemampuan belajar. Namun hasil studi menunjukkan bahwa wanita
lebih bersedia mematuhi wewenang, dibandingkan pria yang lebih agresif dan
lebih besar kemungkinannya dalam memiliki pengharapan untuk sukses, namun
tetap saja perbedaannya kecil.

Biasanya, yang membuat adanya perbedaan adalah karena posisi wanita sebagai
ibu yang juga harus merawat anak-anaknya. Ini juga yang mungkin menimbulkan
anggapan bahwa wanita lebih sering mangkir daripada pria. Jika anak-anak sakit,
tentulah ibu yang akan merawat dan menemani dirumah.

hubungan gender - turnover = beberapa studi menjumpai bahwa wanita


mempunyai tingkat keluar yang lebih tinggi, dan studi lain menjumpai tidak ada
perbedaan antara hubungan keduanya.

hubungan gender - absensi = wanita mempunyai tingkat absensi yang lebih tinggi
(lebih sering mangkir). dengan alasan : wanita memikul tanggung jawab rumah
tangga dan keluarga yang lebih besar, juga jangan lupa dengan masalah
kewanitaan.

3. Status Perkawinan

Hasil riset menunjukkan bahwa karyawan yang menikah lebih sedikit


absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas terhadap
pekerjaan mereka. Dengan adanya perkawinan, karyawan memiliki peningkatan
tanggung jawab yang besar seperti memiliki pekerjaan tetap atau kehidupan yang
mapan.

4. Masa Kerja

Masa kerja adalah peramal yang cukup baik mengenai kecenderungan


karyawan seperti diatas. Karyawan yang telah menjalankan suatu pekerjaan dalam
masa tertentu, produktivitas dan kepuasannya akan meningkat, sementara tingkat
kemangkiran berkurang, dan kemungkinan keluar masuk karyawan lebih kecil.

Masa kerja juga tidak mempunyai alasan bahwa karyawan yang lebih lama
bekerja (senior) akan lebih produktif dari pada yang junior. Senioritas/masa kerja
berkaitan secara negatif dengan kemangkiran dan dengan tingkat turnover.

Berikut ilustrasinya :

masa kerja tinggi = tingkat absensi dan turnover rendah

masa kerja rendah = tingkat absensi dan turnover tinggi

Kedua hal di atas berkaitan secara negatif

masa kerja tinggi = kepuasan kerja tinggi

masa kerja rendah = kepuasan kerja rendah

Kedua hal di atas berkaitan secara positif

B. Kemampuan

Yaitu merupakan suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai


tugas dalam suatu pekerjaan, diantaranya kemampuan fisik yang merupakan
kemampuan dalam melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan,
kekuatan, dan keterampilan, serta kemampuan dalam hal intelektual yaitu suatu
kemampuan dalam hal mental.
Kemampuan juga mempengaruhi langsung terhadap tingkat kinerja dan
kepuasan. Pertama, suatu analisis pekerjaan akan memberikan informasi
mengenai pekerjaan-pekerjaan yang saat ini sedang dilakukan dan kemampuan
yang diperlukan individu untuk melakukan pekerjaan dengan memadai. Kedua,
keputusan promosi dan transfer yang mempengaruhi individu yang sudah
dipekerjakan dalam organisasi hendaknya mencerminkan kemampuan para calon.
Dan alternatif yang paling baik adalah dengan memberikan pelatihan pada
karyawan.

Kemampuan dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Kemampuan fisik

adalah kemampuan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan,


dan karakteristik serupa. Penelitian terhadap berbagai persyaratan yang
dibutuhkan dalam ratusan pekerjaan telah mengidentifikasi sembilan kemampuan
dasar yang tercakup dalam kinerja dari tugas-tugas fisik. Setiap individu memiliki
kemampuan dasar tersebut secara berbeda-beda.

2. kemampuan intelektual

adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental,


menalar, dan memecahkan masalah. Individu dalam sebagian besar masyarakat
menempatkan kecerdasan, dan untuk alasan yang tepat, pada nilai yang tinggi.
Individu yang cerdas juga lebih mungkin menjadi pemimpin dalam suatu
kelompok.

Tujuh dimensi yang paling sering disebutkan yang membentuk kemampuan


intelektual adalah :

1. kecerdasan angka

2. pemahaman verbal

3. kecepatan persepsi

4. penalaran induktif

5. penalaran deduktif
6. visualisasi spasial

2.2 Perilaku Organisasi

Pada tingkat individu, jika pegawai merasa bahwa organisasi memenuhi


kebutuhan dan karakteristik individualnya, ia akan cenderung berperilaku positif.
Tetapi sebaliknya, jika pegawai tidak merasa diperlakukan dengan adil, maka
mereka cenderung untuk tidak tertarik melakukan hal yang terbaik (Cowling dan
James, 1996) Untuk itu, ketika seseorang mempunyai ketertarikan yang tinggi
dengan pekerjaan, seseorang akan menunjukkan perilaku terbaiknya dalam
bekerja (Duran-Arenas et.al, 1998). Selanjutnya menurut Cowling dan James,
tidak semua individu tertarik dengan pekerjaannya. Akibatnya beberapa target
pekerjaan tidak tercapai, tujuan-tujuan organisasi tertunda dan kepuasan dan
produktivitas pegawai menurun.

2. 3 Perilaku Individu dalam Organisasi

Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik


individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi,
semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya adalah
ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda. Individu
membawa ke dalam tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi,
pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Karakteristik yang
dipunyai individu ini akan dibawanya manakala memasuki lingkungan baru yaitu
oraganisasi atau yg lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang
mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan
hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem
pengendalian, dan sebagainya.

Perilaku individu juga dapat dipahami dengan mempelajari karakteristik individu.


Nimran dalam Sopiah (2008) menjelaskan karakteristik yang melekat pada
individu terdiri dari ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi dan sikap. Berikut
adalah penjelasan dari masing-masing karakteristik tersebut.

Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia


adalah pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan
ketiga pendekatan tersebut dilihat dari penekanannya, penyebab timbulnya
perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat
kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1. Penekanan

Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang.


Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari
lingkungan itu sendiri.

Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan


dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu
sumber stimulisasi yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.

Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam


menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya
sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.

2. Penyebab Timbulnya Perilaku

Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau


ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang
lingkungan.

Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli


lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.

Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh


tegangan (tensions) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.

3. Proses

Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman)


adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang
ada. Dan akibat ketidaksesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan
perilaku yang dapat mengurangi ketidaksesuaian tersebut.

Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu


mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan
pada respon tersebut menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.

Dalam pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id


(Identitas diri) kemudian diproses oleh Egodibawah pengamatan Superego.
4. Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku

Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman


masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu
fungsi dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa
memperhatikan proses masuknya dalam sistem.

Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus
tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.

Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan


suatu penentu yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id
(identitas diri), Ego dan Superego ditentukan oleh interaksi dan
pengembangannya dimasa lalu.

5. Tingkat dari Kesadaran

Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi
dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami,
dipertimbangkan sangat penting.

Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak.
Biasanya aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan
tidak dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti
berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi
bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya
perilaku terbuka.

Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak


sadar. Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.

6. Data

Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan
pada dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.

Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau


fisik yang dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana
teknologi.
Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan,
harapan, dan bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa
mimpi, asosiasi bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.

Perilaku Individu dalam organisasi antara lain :

a. Produktivitas kerja

b. Tingkat absensi

c. Tingkat turnover

d. Kepribadian

e. Proses belajar

f. Pembelajaran

g. Persepsi

h. Sikap

i. Kepuasan kerja

Berikut penjelasannya masing-masing :

a. Produktivitas Kerja

adalah kemampuan menghasilkan suatu kerja yang lebih banyak daripada ukuran
biasa yang telah umum. Pengertian produktivitas pada dasarnya mencakup sikap
mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan di hari lebih baik
dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari baik dari hari ini.

Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai
(output) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (input). Produktivitas
mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran
tenaga kerja persatuan waktu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah


kemampuan karyawan dalam berproduksi dibandingkan dengan input yang
digunakan, seorang karyawan dapt dikatakan produktif apabila mampu
menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan diharapkan dalam waktu yang
singkat atau tepat.
Faktor - faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Untuk mencapai produktivitas yang tinggi suatu perusahaan dalam proses


produksi, selain bahan baku dan tenaga kerja yang harus ada juga didukung oleh
faktor – faktor sebagai berikut :

1) Pendidikan 7) Motivasi
2) Keterampilan 8) Gizi dan kesehatan
3) Sikap dan etika kerja 9) Hubungan individu
4) Tingkat penghasilan 10) Teknologi
5) Jaminan sosial 11) Produksi.
6) Tingkat sosial dan iklim kerja

Pengukuran Produktivitas Kerja

Pengukuran produktivitas kerja sebagai sarana untuk menganalisa dan mendorong


efisiensi produksi. Manfaat lain adalah untuk menentukan target dan kegunaan,
praktisnya sebagai standar dalam pembayaran upah karyawan. Untuk mengukur
suatu produktivitas dapat digunakan dua jenis ukuran jam kerja manusia yakni
jam – jam kerja yang harus dibayar dan jam – jam kerja yang harus dipergunakan
untuk bekerja.

Ada dua macam alat pengukuran produktivitas, yaitu :

a.Physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran (size),


panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan biaya tenaga kerja.

b.Value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang


yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan seterusnya.

b. Tingkat Absensi

adalah Presensi yang merupakan kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas
dan kewajibannya. Pada umumnya instasi atau lembaga selalu memperhatikan
pegawainya untuk datang dan pulang tepat waktu, sehingga pekerjaan tidak
tertunda. Ketidakhadiran seorang pegawai akan berpengaruh terhadap
produktivitas kerja, sehingga instansi atau lembaga tidak bisa mencapai tujuan
secara optimal.
Presensi atau kehadiran pegawai dapat diukur melalui :

a. Kehadiran karyawan ditempat kerja.

b. Ketepatan keryawan datang atau pulang.

c. Kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan atau


acara dalam instansi.

Dengan adanya tingkat absensi yang baik maka dapat meningkatkan


disiplin pegawai. Sedangkan yang dimaksud dengan disiplin adalah suatu sikap,
tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahan atau
instansi baik tertulis maupun tidak (Nitisemito, 1982; 199).

Tingkat disiplin kerja dapat dilihat dari :

a. Ketepatan waktu,

b. Mampu memanfaatkan dan menggerakkan perlengkapan dengan baik,

c. Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan,

d. Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan (kepatuhan pada


peraturan),

e. Memiliki tanggung jawab yang tinggi.

c. Tingkat Turnover

Turnover adalah perputaran karyawan atau keinginan berpindah karyawan


dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya. Turnover juga merupakan petunjuk
kestabilan karyawan. Semakin tinggi turnover, berarti semakin sering terjadi
pergantian karyawan.

Dampak turnover bagi organisasi tentu akan merugikan perusahaan.


Sebab, apabila seorang karyawan meninggalkan perusahaan akan membawa
berbagai biaya seperti :

a. Biaya penarikan karyawan, menyangkut waktu dan fasilitas untuk wawancara


dalam proses seleksi karyawan, penarikan dan mempelajari pergantian.
b. Biaya latihan, menyangkut waktu pengawas, departemen personalia dan
karyawan yang dilatih.

c. Apa yang dikeluarkan buat karyawan lebih kecil dari yang dihasilkan karyawan
baru tersebut.

d. Tingkat kecelakaan para karyawan baru, biasanya cenderung tinggi.

e. Adanya produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan.

f. Peralatan produksi yang tidak bisa digunakan sepenuhnya.

g. Banyak pemborosan karena adanya karyawan baru.

h. Perlu melakukan kerja lembur, kalau tidak akan mengalami penundaan


penyerahan.

Turnover yang tinggi pada suatu bidang dalam suatu organisasi,


menunjukkan bahwa bidang yang bersangkutan perlu diperbaiki kondisi kerjanya
atau cara pembinaannya.

d. Kepribadian

Merupakan sifat dari seorang individu dalam bereaksi dan berinteraksi dengan
orang lain, serta cara individu tersebut bekerja dalam organisasi. Kepribadian
terbentuk dari faktor keturunan, lingkungan (budaya, norma keluarga dan
pengaruh lainnya), dan juga situasi.

Ciri dari kepribadian merupakan karakteristik yang bertahan, yang membedakan


perilaku seorang individu dengan individu lainnya, seperti sifat malu, agresif,
mengalah, malas, ambisius, setia, dsb.

e. Proses belajar

Adalah bagaimana kita dapat menjelaskan dan meramalkan perilaku, dan pahami
bagaimana orang belajar. Belajar adalah setiap perubahan yang relatif permanen
dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman.
Proses belajar melibatkan perubahan (berupa perubahan baik ataupun
buruk), perubahan harus relatif permanen. Proses belajar berlangsung jika ada
perubahan tindakan atau perilaku. Beberapa bentuk pengalaman diperlukan untuk
belajar, pengalaman dapat diperoleh lewat pengamatan langsung atau tidak
langsung (membaca) atau lewat praktek.

f. Pembelajaran

Pembelajaran dalam hal ini berkaitan dengan pengalaman agar suatu pekerjaan
atau suatu hal itu bisa lebih baik dari sebelumnya. Dalam memiliki pengalaman,
karyawan juga perlu memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. Yang
dimaksud dengan kemampuan intelektual ini adalah kemampuan yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan mental. Ada banyak tes yang dapat dilakukan untuk
mengetahui tingkat kemampuan intelektual seseorang, seperti : tes IQ, SAT, ACT,
GMAT, LSAT, dan MCAT.

Ada 7 dimensi yang membentuk kemampuan intelektual seseorang, yaitu :

1. kemahiran berhitung,

2. pemahaman verbal,

3. kecepatan perpetual,

4. penalaran induktif,

5. penalaran deduktif,

6. visualisasi ruang,

7. dan ingatan.

Tes atas semua dimensi diatas akan menjadi prediktor yang tepat untuk
menilai kinerja keseluruhan karyawan, setelah kemampuan intelektual ada yang
disebut kemampuan fisik, yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan
tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan fisik
lainnya.

Kemampuan fisik ini tentu saja disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang
dijalankan, seorang manajer dapat menilai seberapa banyak kemampuan
intelektual dan fisik yang harus dimiliki karyawannya. Ada 9 kemampuan fisik
dasar yang porsinya dimiliki secara berbeda-beda oleh tiap individu, tentu saja
porsi yang dituntut oleh tiap jenis pekerjaan juga beda-beda.

Kemampuan fisik dasar tersebut adalah : kekuatan dinamis, kekuatan tubuh,


kekuatan statis, kekuatan pikiran, keluwesan extent, keluwesan dinamis,
koordinasi tubuh, keseimbangan, dan stamina.

Agar kinerja yang baik dapat dicapai, kesesuaian antara pekerjaan dengan
kemampuan yang dimiliki karyawan sangat penting. Apabila karyawan
kekurangan kemampuan yang disyaratkan, kemungkinan besar mereka akan
gagal. Jika karyawan memiliki kemampuan tambahan yang tidak disyaratkan
dalam pekerjaan, tentu hal tersebut dapat menjadi nilai tambah. Namun jika
jumlah kelebihan jauh melampaui apa yang dibutuhkan pekerjaan, akan ada
ketidakefisienan organisasi dan kepuasan karyawan mungkin merosot, bahkan
manajer juga mungkin perlu membayar upah yang lebih tinggi atas kelebihan
tersebut.

g. Persepsi

Merupakan suatu proses dengan individu-individu, mengorganisasikan dan


menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi
lingkungannya.

Distorsi persepsi (penyimpangan persepsi) :

· persepsi selektif, orang-orang yang secara selektif menafsirkan apa yang


mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman, dan sikap.

· efek halo, menarik suatu kesan umum mengenai individu berdasarkan


suatu karakteristik tunggal (kesan pertama).

· efek kontras, evaluasi dari karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh


perbandingan dengan orang lain yang baru dijumpai, yang berperingkat lebih
tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama.

· proyeksi, menghubungkan karakteristik pribadinya terhadap karakteristik


pribadi orang lain.

· stereotype, menilai seseorang atas dasar persepsi kita terhadap kelompok


dari orang tersebut (menggeneralisasikan).
h. Sikap

Adalah pernyataan atau pertimbangan evaluatif (menguntungkan atau tidak


menguntungkan) mengenai objek, orang dan peristiwa. Sikap mencerminkan
bagaimana seseorang merasakan mengenai sesuatu. Dalam perilaku organisasi,
pemahaman atas sikap penting, karena sikap mempengaruhi perilaku kerja.

komponen sikap :

· kognitif, segmen pendapat atau keyakinan dari suatu sikap,

· afektif, segmen emosional dari suatu sikap,

· perilaku, suatu maksud untuk perilaku dalam suatu cara tertentu terhadap
seseorang atau sesuatu.

i. Kepuasan kerja

Adalah suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. atau perasaan
senang atau tidak senang terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja dapat
mempengaruhi sikap kerja seseorang.

Apa yang menetukan kepuasan kerja ?

Yaitu : kerja yang secara mental menantang, kesempatan menggunakan


ketrampilan/kemampuan, tugas yang beragam, kebebasan, umpan balik, sistem
upah, kebijakan promosi yang adil, kondisi kerja yang mendukung, lingkungan
kerja yang aman, nyaman, fasilitas yang memadai, rekan kerja yang mendukung,
rekan kerja yang ramah dan mendukung, atasan yang ramah, memahami,
menghargai dan menunjukan keberpihakan kepada bawahan, kesesuaian
kepribadian dengan pekerjaan, bakat dan kemampuan karyawan sesuai dengan
tuntutan pekerjaan.

Metode Pembentukan Perilaku/Sikap Individu

Ada 4 metode pembentukan perilaku/sikap, yaitu :


· Penguatan positif : bila suatu respon diikuti dengan sesuatu yang
menyenangkan, misalnya pujian.

· Penguatan negatif : bila suatu respon diikuti oleh dihentikannya atau ditarik
kembalinya sesuatu yang tidak menyenangkan, misalnya berpura-pura bekerja
lebih rajin sangat pengawas berkeliling.

· Hukuman : mengakibatkan suatu kondisi yang tidak enak dalam suatu


usaha untuk menyingkirkan perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya :
Penskorsan.

· Pemunahan : menyingkirkan penguatan apa saja yang mempetahankan


perilaku. Misalnya tidak mengabaikan masukan dari bawahan akan
menghilangkan keinginan mereka untuk menyumbangkan pendapat.

Dari hasil riset, didapati bahwa melalui penguatan akan didapati hasil yang lebih
mengesankan dibandingkan melalui hukuman dan pemunahan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap Individu adalah pribadi yang unik. Manusia pada hakekatnya adalah
kertas kosong yang di bentuk oleh lingkungan mereka. Perilaku manusia
merupakan fungsi dari interaksi antara person atau individu dengan
lingkungannya. Mereka berperilaku berbeda satu sama lain karena ditentukan oleh
masing – masing lingkungan yang memang berbeda.
Secara biografis individu memiliki karakteristik yang jelas bisa terbaca,
seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, yang semua itu memiliki hubungan
signifikan dengan produktivitas atau kinerja dalam suatu organisasi dan
merupakan isu penting dalam dekade mendatang. Dari kajian beberapa bukti riset,
memunculkan kesimpulan bahwa usia tampaknya tidak memiliki hubungan
dengan produktivitas. Dan para pekerja tua yang masa kerjanya panjang akan
lebih kecil kemungkinannya untuk mengundurkan diri. Demikian pula dengan
karyawan yang sudah menikah, angka keabsenan menurun, angka pengunduran
diri lebih rendah serta menunjukkan kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada
karyawan yang bujangan.

Setiap individu pun memiliki kemampuan yang berbeda, kemampuan


secara langsung mempengaruhi tingkat kinerja dan kepuasan karyawan melalui
kesesuaian kemampuan – pekerjaan. Dari sisi pembentukan perilaku dan sifat
manusia, perilaku individu akan berbeda di karenakan oleh kemampuan yang
dimilikinya juga berbeda. Pembelajaran merupakan bukti dari perubahan perilaku
individu. Pembelajaran terjadi setiap saat dan relatif permanen yang terjadi
sebagai hasil dari pengalaman.

3.2 Saran :

Adapun saran dari penulis adalah :

1. Apabila ingin mengetahui lebih banyak mengenai materi


perkuliahan PERILAKU ORGANISASI, rekan-rekan Mahasiswa dapat mencari
bahannya di Perpustakaan atau media lainnya.

2. Apabila ada kekurangan dalam Makalah ini bagi si pembaca, mohon kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA

· http://syadiashare.com/panduan-organisasi-pengaruh-prilaku-individu-
terhadap-efektifitas-organisasi.html
· http://generasiberpendidikan.blogspot.com/2010/04/makalah-analisis-
perilaku-individu.html

· http://berandakampus.wordpress.com/2011/01/14/makalah-dasar-dasar-
prilaku-individu/

· Ravianto, J. 1985. Produktivitas dan Manajemen. SIUP : Jakarta.

· Riyanto, J. 1986. Produktivitas dan Tenaga Kerja. SIUP : Jakarta

· http://widiastuti09.blogspot.com/2011/11/makalah-analisis-tingkat-absensi-
dan.html

· http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/04/perilaku-individu-dalam-
organisasi.html

· http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/turnover-intentions-definisi-
indikasi.html

· Poerwadarminta. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka :


Jakarta.

· The Liang Gie. 1987. Ensiklopedia Administrasi. Ghalia Indonesia :


Jakarta.
Definisi

Perilaku di dalam organisasi berasal dari dua sumber yaitu individu dan
kelompok. Perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Sedangkan kelompok merupakan dua individu atau lebih yang
berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk mencapai sasaran tertentu
(Robbins, 2003: 292).

Perilaku adalah semua yang dilakukan seseorang. Bentuk perilaku seseorang


adalah semua yang aktifitas, perbuatan dan penampilan diri sepanjang hidupnya.
Bentuk perilaku manusia adalah aktifitas individu dengan relasinya dalam
lingkungannya. Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan
saling bergabung untuk mencapai tujuan tersebut.

Jadi, definisi dari pengertian perilaku kelompok adalah suatu aktifitas yang
dilakukakan oleh seorang individu dengan yang lainnya untuk mendapatkan
aspirasi anggota, berinteraksi dari setiap individu dan saling bergabung untuk
mencapai sasaran yang diinginkan.

Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok terhadap struktur


sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah kelompok
memasuki dunia organisasi maka karakteristik yang dibawanya adalah
kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa
lalunya. Dan organisasi juga mempunyai karakteristik yaitu keteraturan yang
diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang,
tanggung jawab, system penggajian, system pengendalian dan lain sebagainya.
Jika karakteristik antara keloompok digabungkan dengan karakteristik organisasi
maka akan terwujud perilaku kelompok dalam organisasi. jadi perilaku kelompok
dalam organisasi adalah suatu fungsi dari interaksi antara sebuah kelompok
dengan lingkungannya ( organisasi ).

Jenis – jenis Kelompok

Kelompok didasarkan atas jenisnya dapat dibagi dua yaitu, kelompok formal dan
kelompok informal.

Kelompok Formal

Diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh
organisasi tersebut. Tuntutan dan proses organisasi mengarah pada pembentukan
jenis-jenis kelompok yang berbeda. Khususnya, timbul dua jenis kelompok
formal, kelompok pimpinan/komando (command group) dan kelompok
tugas (task).

Kelompok Komando

Kelompok komando ditetapkan oleh bagan organisasi. Kelompok tersebut terdiri


atas bawahan yang melapor langsung kepada seorang penyelia tertentu. Hubungan
wewenang antara seorang manajer departemen dengan para penyelia, atau antara
seorang perawat senior dengan bawahannya adalah contoh dari kelompok
komando.

Kelompok Tugas

Kelompok tugas terdiri dari para karyawan yang bekerja sama untuk
menyelesaikan suatu tugas atau projek tertentu. Sebagai contoh, aktivitas para
pegawai administrasi dari suatu perusahaan asuransi jika klaim suatu kecelakaan
diajukan, adalah tugas-tugas yang diwajibkan. Aktivitas ini menciptakan suatu
situasi di mana beberapa pegawai administrasi harus berkomunikasi dan
berkoordinasi satu sama lain jika klaim tersebut ingin ditangani dengan pantas.
Tugas-tugas yang diwajibkan dan interaksi tersebut memudahkan pembentukan
suatu kelompok tugas.

Kelompok Informal
Kelompok informal adalah pengelompokan orang-orang secara alamiah dalam
suatu situasi kerja sebagai tanggapan terhadap kebutuhan social. Dengan kata lain
kelompok informal tidak muncul sebagai hasil rencana yang disengaja tetapi
berkembang secara agak alamiah. Ada dua jenis khusus kelompok informal :
kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan.

Kelompok Kepentingan

Individu-individu yang mungkin tidak menjadi anggota dari kelompok komando


atau kelompok tugas yang sama dapat berafiliasi untuk mencapai beberapa
sasaran bersama. Pengelompokan bersama para karyawan tersebut merupakan
suatu kesatuan barisan menghadapi pimpinan untuk memperoleh manfaat lebih
besar. Contoh dari kelompok kepentingan adalah para pelayan restoran atau hotel
yang menghimpun semua tip yang mereka terima.

Kelompok Persahabatan

Banyak kelompok yang dibentuk karena para anggotanya mempunyai


kebersamaan tentang suatu hal, seperti umur, keyakinan politik, atau latar
belakang etnis. Kelompok persahabatan ini sering memperluas interaksi dan
komunikasi mereka dalam berbagai aktivitas di luar kerja. Perbedaan yang utama
antara kedua kelompok itu adalah bahwa kelompok formal (komando dan tugas)
dirancang oleh organisasi formal dan merupakan alat untuk mencapai sasaran,
sedangkan kelompok informal (kepentingan dan persahabatan) adalah penting
bagi kepentingannya sendiri. Mereka memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk
berhimpun.

Kelompok Primer

Kelompok primer bersifat akrab, bekerjasama, berkomunikasi secara langsung


(tatap muka), loyal, dan mempunyai tanggapan yang sama atas nilai-nilai dari para
anggotanya.

Kelompok primer memberikan kontribusi dalam pembentukan sifat sosial dan


cita-cita individu.

Contoh: keluarga dan teman bergaul (peer group).

Kelompok Terbuka dan Tertutup

Perbedaan diantara kelompok terbuka dan tertutup terletak pada daya respon
terhadap perubahan dan pengaruhnya terhadap kestabilan.
Secara lebih jauh, ada 4 dimensi yang dapat menjadi dasar membedakan kedua
tipe kelompok ini, yaitu:

Perubahan keanggotaan kelompok.

Kerangka referensi.

Perspektif waktu.

Kelompok Referensi

Kelompok referensi digunakan bagi anggotanya sebagai sumber dari nilai dan
sikap pribadinya.

Kelompok ini memberikan dua 2 fungsi bagi seseorang untuk melakukan evaluasi
diri, yaitu:

Fungsi perbandingan sosial.

Fungsi pengesahan sosial.

Karakteristik Kelompok

Reitz mengutarakan beberapa karakteristik yang menonjol dari suatu kelompok,


yaitu:

Adanya dua orang atau lebih.

Berinteraksi satu sama lainnya.

Saling berbagi beberapa tujuan yang sama.

Melihat dirinya sebagai suatu kelompok.

Pada saat kelompok berkembang melalui berbagai tahapan perkembangan, mereka


mulai memperagakan karakteristik tertentu. Untuk memahami perilaku kelompok,
anda harus waspada terhadap karakteristik umum tersebut. Karakteristik tersebut
ialah : struktur, hirarki status, peranan, norma, kepemimpinan, keterpaduan, dan
konflik.

Struktur
Di dalam setiap kelompok, berkembang jenis struktur tertentu setelah beberapa
saat. Para anggota organisasi dibedakan atas dasar berbagai paktor seperti
keahlian, sikap agresif, kekuasaan, dan status. Setiap anggota menduduki
suatu posisi dalam kelompok tersebut. Pola hubungan antarposisi
membentuk struktur kelompok. Anggota kelompok tersebut mengevaluasi setiap
posisi berdasarkan gengsi, status, dan kepentingan terhadap kelompok. Dalam
banyak hal, terdapat jenis status tertentu yang berbeda di antara posisi tersebut
seperti halnya bahwa struktur kelompok itu hirarki. Status dalam kelompok
formal biasanya didasarkan atas posisi dalam organisasi formal, sedangkan dalam
kelompok informal status dapat didasarkan atas sesuatu yang relevan terhadap
kelompok itu (misalnya, skor golf, kemampuan berkomunikasi dengan pimpinan).
Para anggota mengharapkan setiap pemegang posisi untuk memerankan perilaku
tertentu. Perangkat perilaku yang diharapkan, yang dikaitkan dengan suatu posisi
dalam struktur, merupakan peranan dari pemegang posisi tersebut.

Hirarki Status

Status dan posisi begitu serupa sehingga istilah tersebut sering digunakan secara
bergantian. Status yang diberikan terhadap posisi khusus secara khas merupakan
konsekuensi dari karakteristik tertentu yang membedakan satu posisi dari posisi
lainnya. Dalam beberapa hal, seseorang memperoleh status, karena factor-faktor
tertentu seperti senioritas, umur, atau penugasan. Sebagai contoh, karyawan yang
terutama mungkin secara teknis dianggap lebih cakap dan diberi status oleh suatu
kelompok teknisi. Jadi, pemberian status mungkin tidak ada sangkut pautnya
dengan hirar ki status formal.

Peranan

Setiap posisi dalam struktur kelompok mempunyai suatu peranab terkait yang
terdiri dari berbagai perilaku yang diharapkan dari pemegang posisi tersebut.
Direktur jasa perawatan sebuah rumah sakit diharapkan mengorganisasi dan
mengendalikan departemen perawatan. Direktur itu juga diharapkan membantu
mempersiapkan dan mengelola anggaran departemen tersebut. Di lain pihak,
seorang penyelia (supervisor) perawat diharapkan menyelia kegiatan karyawan
perawat yang bertugas pada jasa perawatan khusus, seperti kebidanan, kesehatan
anak, dan pembedahan. Perilaku yang diharapkan tersebut umumnya bukan hanya
disetujui oleh pemegang pekerjaan, direktur perawatan, dan penyelia perawat,
tetapi juga oleh para anggota lain dalam kelompok dan personalia lain dari rumah
sakit tersebut. “Peranan yang diharapkan”merupakan salah satu jenis peranan. Ada
juga “peranan yang dipersiapkan” (perceived role) dan “peranan yang dimainkan”
(enacted role). Peranan yang dipersepsikan ialah perangkat perilaku seseorang
dalam suatu posisi di mana ia berpendapat bahwa ia harus memainkan peranan
tersebut. Dalam beberapa hal, peranan yang dipersepsikan tersebut mungkin sama
dengan peranan yang diharapkan. Seperti telah dibahas dalam Bab 3, dalam
beberapa hal, persepsi dapat terganggu atau tidak tepat. Di lain pihak, peranan
yang dimainkan adalah perilaku yang benar-benar dilaksanakan seseorang. Jadi,
dapat timbul tiga kemungkinan perilaku peranan. Konflik dan frustasi dapat
timbul dari perbedaan ketiga jenis peranan tersebut. Dalam kelompok yang benar-
benar stabil atau permanent, terdapat persetujuan khas yang baik antara peranan
yang diharapkan dan peranan yang dipersepsikan. Jika peranan yang
dipersepsikan menyimpang terlalu banyak dari peranan yang diharapkan, orang
yang bersangkutan dapat lebih menyukai peranan yang diharapkan itu atau
meninggalkan kelompok. Karena seseorang mungkin menjadi anggota dalam
kelompok yang berbeda, ia cenderung memainkan peranan ganda (multiple roles).
Para penyelia lini pertama adalah anggota dari tim pimpinan dan pada saat yang
sama anggota dari kelompok pekerja yang mereka selia. Peranan ganda tersebut
menimbulkan sejumlah perilaku peranan yang diharapkan. Dalam banyak hal,
perilaku yang dikhususkan oleh peranan yang berbeda tersebut sesuai satu sama
lain. Terdapat beberapa jenis konflik peranan dan konsekuensinya yang penting.
Konflik peranan akan dibahas kemudian dalam bab ini.

Norma

Norma adalah standar yang dimiliki bersama oleh anggota suatu kelompok.
Norma mempunyai cirri-ciri tertentu yang penting bagi anggota kelompok.
Pertama, norma hanya dibentuk berkenaan dengan hal-hal yang penting bagi
kelompok. Norma tersebut mungkin tertulis, tetapi lebih sering dikomunikasikan
secara lisan kepada anggotanya. Dalam banyak hal, norma mungkin tidak pernah
ditetapkan, tetapi diketahui anggota kelompok. Jika produksi adalah penting,
selanjutnya akan berkembang suatu norma. Jika anggota kelompok lainnya dalam
menyelesaikan suatu tugas adalah penting, maka akan berkembang suatu norma.
Kedua, norma diterima dengan berbagai tingkatan oleh anggota kelompok.
Beberapa norma sepenuhnya diterima oleh semua anggota, sedangkan norma lain
hanya diterima sebagian. Dan Ketiga, norma dapat diterapkan kepada setiap
anggota kelompok, atau hanya dapat diterapkan kepada beberapa anggota
kelompok. Terdapat empat kelas variabel umum yang mempengaruhi kesesuaian
terhadap norma kelompok:

Kepribadian anggota kelompok.

Stimulus yang membangkitkan tanggapan.

Faktor Situasi.
Hubungan antarkelompok.

Kepemimpinan

Peranan kepemimpinan dalam kelompok merupakan salah satu cirri kelompok


yang sangat menentukan. Pemimpin suatu kelompok menanamkan pengaruh
terhadap anggota kelompok yang bersangkutan. Dalam kelompok formal,
pemimpin dapat melaksanakan kekuasaan sanksi yang sah. Artinya, pemimpin
dapat memberi penghargaan atau menghukup anggota yang tidak mematuhi
petunjuk, perintah, atau peraturan. Peranan kepemimpinan juga merupakan factor
yang penting dalam kelompok informal. Orang yang menjadi pemimpin kelompok
informal umumnya dipandang sebagai anggota yang dihormati dan berstatus
tinggi, yang :

Membantu kelompok mencapai tujuan.

Memungkinkan anggota memenuhi kebutuhan.

Mewujudkan nilai-nilai kelompok. Pada pokoknya, pemimpin adalah perwujudan


dari nilai-nilai, motif, dan aspirasi para anggota.

Menjadi pilihan anggota kelompok untuk mewakili pandangan mereka jika


berinteraksi dengan pimpinan kelompok lain.

Menjadi penengah dalam konflik kelompok dan menjadi penggerak dalam


tindakan kelompok dan memperhatikan pembinaan kelompok sebagai suatu unit
yang berfungsi.

Kepaduan

Kelompok formal dan informal nampaknya mempunyai suatu kedekatan atau


kesamaan dalam sikap, perilaku, dan prestasi. Kedekatan ini telah diacu sebagai
kepaduan (chohesiveness). Kepaduan umumnya dipandang sebagai kekutan yang
menggerakkan para anggota untuk tetap berada dalam kelompok, di mana
kekuatan tersebut lebih besar dibandingkan dengan kekuatan yang menarik
anggota keluar dari kelompok tersebut. Kelompok yang padu melibatkan orang-
orang yang saling tertarik satu sama lain. Kelompok yang rendah kepaduannya
tidak memiliki daya tarik antarpribadi bagi para anggotanya.

Tentunya terdapat berbagai sumber daya tarik terhadap suatu kelompok. Suatu
kelompok mungkin menarik bagi orang-orang karena:
Tujuan kelompok tersebut dan tujuan anggotanya sesuai dan terinci secara jelas.

Kelompok tersebut mempunyai pemimpin yang karismatis.

Reputasi kelompok menunjukkan bahwa kelompok tersebut berhasil


menyelesaikan tugasnya.

Kelompok tersebut cukup kecil untuk memungkinkan anggota-anggota didengar


pendapatnya dan dievaluasi oleh yang lainnya.

Para anggota berdaya tarik, di mana mereka mendukung dan membantu satu sama
lain untuk mengantisipasi hambatan dan rintangan pertumbuhan dan
perkembangan pribadi.

Kepaduan dan Prestasi

Konsep kepaduan adalah penting untuk memahami kelompok didalam organisasi.


Tingkat kepaduan dalam satu kelompok dapat mempunyai dampak positif atau
negative, tergantung pada kadar kesesuaian tujuan kelompok dengan tujuan
organisasi formal. Sebenarnya ada empat kemungkinan yang berbeda, seperti
yang diuraikan dalam Gambar 8 – 1.

Alasan pembentukan kelompok

Kelompok formal dan informal terbentuk karena berbagai alasan. Alasan itu
antara lain kebutuhan, kedekatan (proximity), atraksi, tujuan, dan ekonomis.

Pemuasan Kebutuhan

Keinginan memuaskan kebutuhan dapat menjadi motivasi kuat yang menjurus


pada pembentukan kelompok. Kebutuhan akan rasa aman, social, penghargaan,
dan perwujudan dari sebagian besar karyawan sampai tingkat tertentu dapat
dipenuhi dengan berafiliasi dalam kelompok.

Rasa aman. Tanpa kelompok yang diandalkan, jika terjadi berbagai tuntutan
pimpinan, karyawan tertentu mungkin berasumsi bahwa mereka berdiri sendiri
menghadapi pimpinan dan keseluruhan sistem organisasi. “Kesendirian” ini
menjurus kepada suatu tingkat tidak adanya rasa aman. Dengan menjadi anggota
suatu kelompok, karyawan dapat terlibat dalam kegiatan kelompok dan membahas
tuntutan pimpinan dengan anggota lainnya yang mempunyai pandangan
mendukung. Interaksi dan komunikasi yang terjadi antara anggota kelompok
tersebut merupakan penyangga terhadap tuntutan pimpinan. Kebutuhan akan
penyangga khususnya akan menjadi kuat bagi seorang karyawan baru. Ia dapat
menggantungkan seluruhnya kepada kelompok untuk memperoleh bantuan
pelaksanaan pekerjaan dengan benar.

Sosial. Kesenangan orang untuk berkumpul mendorong kebutuhan berafiliasi.


Keinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok menunjukkan intensitas
kebutuhan sosial. Kebutuhan bermasyarakat tidak hanya muncul di tempat kerja
tetapi juga di luar tempat kerja, seperti dibuktikan oleh banyaknya susunan
organisasi social, politik, kewarganegaraan dan organisasi yang sifatnya
persaudaraan, yang dapat dimasuki seseorang.

Penghargaan. Dalam suatu lingkungan kerja khusus, karyawan mungkin


memandang kelompok tertentu mempunyai prestise tinggi karena berbagai alas
an (kemampuan teknis kegiatan di luar, dan lain sebagainya). Konsekuensinya,
keanggotaan dalam kelompok ini membawa status tertentu yang tidak dapat
dinikmati oleh orang yang bukan anggota. Bagi karyawan yang sangat
membutuhkan penghargaan, keanggotaan dalam kelompok semacam itu dapat
memberikannya banyak kepuasan yang diperlukan.

Kedekatan dan Daya Tarik

Interaksi antarpribadi dapat menimbulkan pembentukan kelompok. Dua segi yang


penting dari interaksi antarpribadi adalah kedekatan dan daya
tarik. Kedekatanmenyangkut jarak fisik antara karyawan yang melaksanakan
suatu pekerjaan. Daya tarik melukiskan keterikatan antara orang satu sama lain
karena kesamaan konsep, sikap, prestasi, dan motivasi. Individu yang bekerja erat
dan berdekatan mempunyai berbagai keuntungan untuk bertukar gagasan,
pemikiran, dan sikap tentang berbagai kegiatan di dalam dan luar kerja.
Pertukaran tersebut sering menimbulkan beberapa jenis pembentukan kelompok.
Kedekatan ini juga memungkinkan individu untuk belajar tentang ciri-ciri orang
lainnya. Untuk mempertahankan interaksi dan kepentingan, sering dibentuk suatu
kelompok.

Tujuan Kelompok

Tujuan kelompok, jika dipahami dengan jelas, dapat menjelaskan mengapa


seseorang tertarik pada suatu kelompok. Sebagai contoh, seseorang mungkin
memasuki suatu kelompok yang berkumpul setelah jam kerja agar mengenal
sistem suatu computer baru. Umpamakan sistem ini akan diterapkan dalam kerja
organisasi tersebut dua tahun kemudian. Orang yang secara suka rela ikut dalam
kelompok setelah jam kerja tersebut berkeyakinan bahwa mempelajari sistem baru
ia merupakan keharusan dan tujuan yang penting bagi karyawan.

Adakalanya tidak selalu mungkin mengidentifikasi tujuan kelompok. Asumsi


bahwa kelompok organisasi formal mempunyai tujuan yang jelas harus ditempa
oleh pemahaman bahwa persepsi, sikap, kepribadian, dan belajar dapat mengubah
tujuan. Sebagai contoh, seorang pegawai baru mungkin tidak akan pernah
diberitahu tujuan unit yang ia masuki. Dengan mengamati perilaku dan sikap
orang lain, setiap individu dapat menyimpulkan apa yang mereka yakini sebagai
tujuan. Persepsi tersebut mungkin tepat dan mungkin juga tidak. Hal yang sama
dapat dikatakan terhadap tujuan kelompok informal.

Alasan Ekonomi

Dalam banyak hal, kelompok terbentuk karena individu percaya mereka dapat
memperoleh kemanfaatan ekonomi yang lebih besar dari pekerjaan mereka jadi
mereka berorganisasi. Sebagai contoh, karyawan yang bekerja pada ujung yang
berbeda dari suatu lini perakitan mungkin dibayar atas dasar insentif kelompok di
mana produksi kelompok tersebut menentukan besaran upah masing-masing
anggotanya. Dengan bekerja dan berhimpun sebagai suatu kelompok, setiap
individu dapat memperoleh keuntungan ekonomi yang lebih besar.

Dalam berbagai contoh lainnya, motif ekonomi mendorong terbentuknya


kelompok : pekerja dari perusahaan yang tidak tergabung dalam serikat buruh
membentuk suatu kelompok untuk menekan pimpinan agar memperoleh
keuntungan lebih besar ; para eksekutif tingkat atas dalam suatu perusahaan
membentuk kelompok untuk meninjau kembali kompensasi bagi eksekutif. Dalam
keadaan bagaimanapun, anggota kelompok mempunyai kepentingan yang sama –
keuntungan yang meningkat – yang menjurus pada afiliasi kelompok.

Fase pembentukan kelompok

Forming (pembentukan)

Keadaan ketidakpastian akan tujuan, struktur, dan kepemimpinan, harus dihadapi.


Fase ini berakhir ketika anggota kelompok menyadari diri mereka sebagai sebuah
entitas yang satu.

Storming (merebut hati)


Adanya konflik intra kelompok. Terbentuknya hierarki yang relatif jelas dalam
kelompok, akan membawa kelompok menapaki fase sekanjutnya.

Norming (pengaturan norma)

Terbentuknya kohesi (keterpaduan) dalam kelompok.

Struktur kelompok solid.

Harapan dan perilaku kelompok dirumuskan secara benar dan diterima


anggotanya.

Performing (melaksanakan)

Setiap anggota mengetahui kewajiban, hak, dan peran masing-masing dalam


pelaksanaan tugas kelompok.

Anjourning (pengakhiran)

Fase ini terjadi pada kelompok yang bersifat temporer dimana hal ini ditandai
dengan berakhirnya rangkaian kegiatan. Dalam tahap ini, kelompok tersebut
mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi
menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk
menyelesaikan aktivitas – aktivitas. Respons dari anggota kelompok dalam tahap
ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang – senang dalam persahabatan
dan pertemanan yang didapatkan selama kehidupan kelompok kerja tersebut.

Ciri – ciri kelompok

Dewasa ini orang makin yakin bahwa dinamika kelompok memainkan peranan
penting dalam performa keoraganisasaian. Akibatnya adalah timbul suatu gerakan
aktif dalam bidang manajemen. Tujuannya adalah untuk menerapkan pengetahuan
behavioral guna membentuk proses-proses kelompok dan hubungan-hubungan
antar kelompok demikian rupa hingga mereka membantu mempertinggi efektifitas
keorganisasian

Adapun ciri-ciri kelompok yang efektif sebagai berikut :


Para anggota kelompok trsebut sangat tertarik pada kelompok, dan mereka
bersikap loyal terhadap anggota-anggotanya dan termasuk didalamnya pihak
pimpinan kelompok.

Para anggota dan pemimpin kelompok tersebut memiliki kepercayaan dan


keyakinan tinggi pada diri mereka masing-masing.

Nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok merupakan suatau integrasi da ekspresi


dari nilai-nilai relevan dan kebutuhan-kebutuhan anggotanya.

Seluruh aktivitas interaksi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan


kelompok tersebut berlangsung dalam suasana saling bantu membantu. Saran-
saran, komentar, ide-ide, informasi kritik semuanya disajikan dengan tujuan saling
membantu kelompok.

Kelompok yang bersangkutan amat bergairah untuk mengembangkan potensi


penuh para anggotanya.

Kelompok tersebut memahami nilai konformitas yang bersifat konstruktif dan


diketahui kapan hal itu akan digunakan untuk maksud tertentu.

Terdapat motivasi kuat diantara masing-masing anggota kelompok untuk


berkomunikasi penuh dan jujur, sehubungan dengan informasi yang bersifat
relevan dan bernilai bagi aktivitas-aktivitas kelompok tersebut.

Para anggota memiliki perasaan pasti dalam pengambilan keputusan yang oleh
mereka dianggap tepat.

Iklan

REPORT THIS AD

REPORT THIS AD
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia dalam


berbagai kegiatan apapun manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok.
Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam
organisasi akan banyak ditemui kelompok-kelompok seperti ini. Hampir pada
umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil
adalah sangat kuat kercenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok
– kelompok tertentu. Di mulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang
dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa dan berapakali adanya
kesamaan kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu sama lain, dan
mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.

Tantangan yang paling berat dihadapi oleh organisasi dengan


meningkatnya perubahan adalah perbedaan individu yang ada di dalam organisasi,
yang selanjutnya akan membentuk prilaku kelompok. Salah satu topik menarik
dalam bidang perilaku organisasi untuk ditelaah atau diteliti adalah mengenai
perilaku kelompok. Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia, setiap
hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok
merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Hal ini akan saling bersinergi
manakala aktifitas akan bersentuhan satu sama lain dalam membentuk satu
capaian yang di inginkan bersama.

Kelomppok dapat mengubah motivasi individu atau kebutuhan, dan bisa


mempengaruhi prilaku individu dalam satu kondisi organisasi. Perilaku organisasi
adalah lebih dari sekedar kumpulan logika dari perilaku individu. Juga prilaku
kelompok yang juga berinteraksi dan aktivitas dalam kelompok.

TUJUAN :

1. Mengetahui bagaimana cara berprilaku dalam berorganisasi.

2. Bisa menyesuaikan prilaku yang seharusnya dilakukan dalam berorganisasi.

3.untuk menjadi pedoman dalam mengimplementasikannya dalam kehidupan


sehari-hari.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Prilaku menurut para ahli :

o Menurut Petty Cocopio, prilaku adalah evaluasi umum yang dibuat manusia
terhadap dirinya sendiri, obyek atau issue.

o Menurut Soekidjo Notoatmojo, prilalu adalah reaksi atau respon seseorang


yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

o Menurut Heri Purwanto, prilaku adalah pandangan-pandangan atau perasaan


yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.

o Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood,menurut


mereka prilakuadalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
maupun perasaaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut.

Kelompok dapat didefinisikan sebagai dua individu atau lebih, yang


berinteraksi dan saling bergantung, yang bergantung untuk mencapai tujuan
tertentu.
3.1 Pengertian Kelompok

Kelompok dapat didefinisikan sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi
dan saling bergantung, yang bergantung untuk mencapai tujuan tertentu.[1]

Secara formal kelompok adalah suatu kumpulan dua atau lebih orang-orang yang
bekerja dengan yang lainnya secara teratur untuk mencapai satu atau lebih tujuan
umum. Kelompok dalam hal ini, lebih dari sekedar kumpulan orang-orang, seperti
untuk membeli karcis suatu pertandingan baseball atau berdesak-desakan di
sekitar pemusik jalanan.

Di dalam suatu kelompok yang sebenarnya, para anggota mempertimbangkan diri


mereka sendiri dan bergantung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan umum,
dan mereka saling berhubungan satu dengan yang lain secara teratur untuk
mengejar tujuannya atas dukungan dalam suatu periode waktu. Terdapat beberapa
pakar perilaku organisasi yang mendefinisikan kelompok dari sudut pandang yang
berbeda-beda. Untuk itu lebih jelasnya dibawah ini dikemukakan konsep dan
klasifikasi kelompok dalam sebuah tabel matriks.

pakar Konsep kelompok Pembagian kelompok

Schermerhorn, et, al ., Suatu kumpulan Mengklasifikasikan_kelompok


(1994:270-274) dua atau lebih menjadi 3 yakni :
orang-orang yang
bekerja dengan 1. Kelompok formal
yang lainnya secara 2. Kelompok informal
teratur untuk
mencapai satu atau 3. Kelompok psikologis
lebih tujuan umum

Greenberg dan Baron Sekumpulan dua Mengklasifikasikan kelompok


(1995:286-287) individu atau lebih menjadi 2 yakni :
yang saling
berinteraksi dengan 1. Formal, terdiri dari 2 :
pola hubungan a. Kelompok yang
yang tetap dan memberikan perintah
saling berbagi
tujuan, dan b. Kelompok yang
menganggap melaksanakan perintah.
mereka sebagai
2. Informal, terdiri dari 2
suatu kelompok
:

a. Kelompokyang
terjadi karena adanya
kepentingsn

b. Kelompok yang
terjadi karena persahabatan

Kreitner dan Kinicki Sekumpulan orang Mengklasifikasikan kelompok


(2001:414) dengan keahlian menjadi 4, yakni :
yang beragam,
dimana mereka 1. Kelompok advice
sepakat dalam 2. Kelompok production
suatu kegunanaan,
tujuan dan 3. Kelompok project
pendekatan.
4. Kelompok action

Gordon (1991:193-201) Dua individu atau Mengklasifikasikan kelompok


lebih yang saling menjadi 3, yakni :
tergantung dan
menganggap diri 1. Kelompok tugas
mereka sebagai 2. Kelompok
satu unit dengan pemeliharaan
satu tujaun bersama
3. Kelompok invidual

Robbin (2006:294) Dua atau lebih Mengklasifikasikan kelompok


individu yang menjadi 2, yakni :
berinteraksi dan
saling bergantung, 1. Kelompok formal
yang saling meliputih :
bergabung untuk - Kelompok komando
mencapai sasaran
tertentu. - Kelompok tugas

2. Kelompok informal
meliputih :

- Kelompok
kepentingan
- Kelompok
persahabatan

Gibson,et,al.,(1994:309- Dua atau lebih Mengklasifikasikan kelompok


311) karyawan yang menjadi 2, yakni :
berinteraksi satu
sama lain 1. Kelompok formal
sedemikian rupa meliputih :
sehinga perilaku - Kelomppok
dan atau prestasi komando
anggota
dipengaruhi oleh - Kelompok tugas
perilaku dan atau
2. Kelompok informal
prestasi anggota
meliputih :
lain
- Kelompok
kepentingan / minat

- Kelompok
persahabatan

3.2 Sifat-sifat kelompok

Menurut Gibson tidak ada definisi umum yang diterimah mengenai


keberadaan kelompok. Oleh sebab itu, dari perpektif yang berbeda dikembangkan
suatu definisi yang komprehensif mengenai satu kelompok, yang penekanannya
lebih pada sifat-sifat kelompok yaitu sebagai berikut :

a) Kelompok dari sisi persepsi adalah bahwa kumpula individu dianggap


sebagai suatu kelompok, apabila terjadi interaksi satu dengan yang lain dalam satu
pertemuan, yang masing-masing anggota menerima persepsi dari anggota lain
yang berbeda.

b) Kelompok dari sisi organisasi adalah karasteristik kelompok penting seperti


peran dan norma.

c) Kelompok dari sisi motivasi adalah kelompok yang gagal dari membantu
anggotanya dalam memuaskan kebutuhan mereka akan menganggu semangat
mereka.

d) Kelompok dari sisi interaksi adalah interaksi dalam bentuk interpedensi


adalah mengelompokan, pandangan ini menitik beratkan pada interaksi
interpersonal.
Keempat pandangan di atas penting, karena merupakan ciri utama dari suatu
kelompok. Apabila satu kelompok berada dalam satu organisasi, makan
anggotanya akan termotivasi bergabung merasakan bahwa kelompok merupakan
suatu kesatuan unit orang yang berinteraksi, berkontribusi dalam berbagai jumlah
proses kelompok, dan mencapai kesepakatan atau tidak melalui berbagai interaksi.

Ringkasan para ahli menunjukan pertimbangan bahwa mengapa ada manajer


yang dapat melupakan hal-hal penting yang sederhana berikut ini :

Kelompok yang baik untuk orang-orang

Kelompok dapat membantu mengembangkan kreativitas dan inovasi

Kelompok dapat membantu komitmen yang diperlukan untuk menerapkan


keputusan

Kelompok kadang-kadang memperbaiki keputusan yang diambil


dibandingkan individu

Kelompok dapat digunakan sebagai kendali atas anggota mereka

Kelompok membantu melewati pengaruh negatif yangterus meningkat dalam


ukuran organisasi.

Kelompok adalah gejala alami, keduanya didalam dan di luar organisasi.

Hasil riset menunjukan bahwa kelompok mempunyai tiga keuntungan atas


individu yang bertindak sendiri,antara lain :

1. Ketika kehadiran dari “tenaga ahli” yang tidak pasti, kelompok yang
nampaknya membuat pertimbangan yang lebih baik dibanding rata-rata
perorangan.

2. Kapan pemecahan masalah dapat ditangani oleh suatu pembagian kerja dan
pembagian informasi kelompok bersifat lebih berhasil dibanding individu.

3. Oleh karena itu kecenderungannya membuat keputusan lebih penuh resiko,


kelompok dapat lebih inovatif dan kreatif dibanding individu dalam melakukan
tugasnya.

3.3 Jenis-jenis kelompok dalam organisasi

Kelompok formal
Schermerhornet menjelaskan bahwa kelompok formal adalah suatu “
kepengurusan “ yang ditunjuk oleh kewenangan formal untuk melakukan suatu
yang lebih spesifik.

Sedangkan menurut Gibson, kelompok formal adalah kelompok yang diciptakan


oleh keputusan manajerial untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini akan
membentuk dua tipe kelompok formal yaitu :

a. Kelompok komando yaitu dispesifikasikan oleh bagan struktur


organisasi, terdiri dari bawahan yang melapor langsung kepada penyelia tertentu.

b. Kelompok tugas yaitu karyawan ang bekerja sama untuk menyelesaikan


suatu tugas tertentu atau proyek.

Menurut Robbin kelompok formal adalah kelompok yang didefinisikan oleh


struktur organisasi dengan pembagian kerja yang ditandai untuk menegakan
tugas-tugas. Dalam kelompok formal perilaku-perilaku yang seharusnya
ditunjukan dalam kelompok ditentukan dan diarahkan untuk tujuan organisasi.
2. Kelompok informal

Psikolog sosial membuat suatu perbedaan penting antara kelompok formal yang
dibahas diatas dengan kelompok informal. Belakang ini muncul bukan pejabat
dan tidak secara formal ditunjuk ketika bagian bagian dari organisasi itu
memerlukannya.kunci perbedaaan ini : kelompok formal secara resmi
digambarkan dalam struktur organisasi, sedangkan kelompok informal menjadi
ada secara spontan dan tanpa pengesahan formal. Kebanyakan kelompok formal
meliputih satu atau elbih kelompok informal yang muncul diantara mereka.

Dua jenis kelompok informal umumnya adalah kelompok persahabatan dan tujuan
:
-Kelompok persahabatan terdiri dari para orang dengan gaya hubungan dekat
yang alami satu sama lain, mereka cenderung untuk bekerja sama, duduk
bersama-sama, istrahat bersama-sama di luar tempat kerja.

-Kelompok tujuan terdiri dari orang-orang yang berbagi banyak minat,


mereka kemungkinan terkait minatnya dengan pekerjaan, seperti suatu keinginan
keras untuk belajar lebih banyak tentang komputer atau bukan minat pekerjaan,
seperti jasa masyarakat, sports, atau agama.
-Kelompok terbuka dan tertutup

Kelompok terbuka adalah kelompok yang secara ajeg mempunyai rasa tanggap
akan perubahan dan pembaharuan.sedangkan kelompok tertutup adalah kecil
kemungkinannya menerima perubahan dan pembaharuan, mempunyai
kecenderungan tetap menjaga kestabilan. [2]

3.4 Efektifitas kelompok

Suatu kelompok yang efektif adalah satu pencapaian tingkat tinggi dari
pemeliharaan kedua tugas sumber daya manusia dari waktu kewaktu. Dalam
banyak hal pelaksanaan tugas, suatu kelompok yang efektif mencapai tujuan
kinerja dalam pengetian standar tepat waktu dan hasil pekerjaannya berkualitas
tinggi. Dalam banyak hal pemeliharaan sumber daya manusia, kelompok yang
efektif adalah satu angotanya cukup dipenuhi dengan tugasnya, pemenuhan, dan
hubungan antar pribadi bekerja baik bersama-sama pada suatu dasar yang
berkesinambungan. Karena sebuah kelompok kerjapermanen dalam hal ini
anggotanya bekerja bersama-sama untuk satu kelompok kerja temporer, ini berarti
anggotanya bekerja bersama-sama untuk jangka waktu yang telah ditugaskan
kepadanya.

3.5 Dasar efektivitas kelompok

Efektivitas mengenai beberapa kelompok ditentukan atas sebagian masukan,


makin baik masukan kelompok, makin baik kesempatan untuk efektivitas
kelompok. Jika masukan kelompok memuaskan semuanya, kelompok mempunyai
suatu dasar yang kuat dalam pencapaian efektifitas. Tetapi, jika sebagian dari
input tidak memuaskan, usaha pencapaian efektivitas akan mengalami kekurangan
dan masalah karateristik keanggotaan, dan ukuran kelompok yang akan
mempengaruhi hasil dari operasi kelompok.

Hal-hal lain untuk pengaturan yang terbaik dalam suatu kelompok meliputih :

Tujuan yang menekankan pemenuhan kelompok

Penghargaan yang mengenali pemenuhan kelompok

Sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi tujuan

Teknologi yang diperlukan untuk memenuhi tujuan

Pengaturan mengenai ruang yang mendorong kerjasama kelompok

Kultur yang membuat kerjasama sekelompok suatu nilai penting


Struktur yang mendukung kerjasama kelompok.

Faktor-faktor penentu kepribadian

1. Faktor keturunan

Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk
wajah gender, tempramen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama
biologis adalah karasteristik yang pada umumnya diamggap, entah sepenuhnya
atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut,
yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaandari individu.

2. Faktor lingkungan

faktor lain yang mempengaruhi cukup besar terhadap pembentukan karakter


adalah lingkungan dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan normadalam
keluarga, teman, dan kelompok sosial, dan penagruh-pengaruh lain yang seorang
manusia dapat alami.faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk
kepribadian seseorang.

3. Ciri ciri kepribadian

Semakin konsisten karasteristik individu dan semakin sering terjadidalam


berbagai situasi, maka semakin penting ciri-ciri itu untuk menggammbarkan
individu ( Mahendrabrata,2010 )

4. Kepribadian utama yang mempengaruhi prilaku organisasi

a. Evaluasi inti diri

Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai
diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif,
dan apakah mereka mersa memegang kendali atau tidak berdaya atas (lingkungan)
mereka. Evaluasi inti diri seorang individu ditentukanoleh dua elemen utama
yaitu harga diri dan fokus kendali.

b. Machiavellianisme

Machiavellianisme adalah tingkat dimana seorang individu pragmatis ,


mempertahankan jarak emosional dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada
proses.
c. Narsisme

Narsisme adalah kecenderungan menjadi kecendurangan menjadi arogan,


mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan
berlebih dan mengutamakan diri sendiri.

d. Kepribadian tipe A

Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-


menerus untuk secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk mencapai
lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang
menentang dari orang atau hal lain.

e. Kepribadian proaktif

Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani


bertindak, dan tekun hinga berhasil mencapai perubahan yang berarti pribadi
proaktif menciptakan perubahan positif dalam lingkungan tanpa memedulikan
batasan atau halangan.

f.
Kepribadian dan budaya nasional

Tidak ada tipe kepribadian umum untuk satu negara tertentu. Namun budaya suatu
negara mempengaruhi karasteristik yang dominan dari penduduknya, ini dapat
dilihat dengan memperhatikan fokus kendali dan kepribadian tipe A.

3.6 Sifat Dasar Tugas Kelompok

Perbandingan tugas sederhana, kompleks menjadi sering timbul secara


tuntutan sosial. Mereka merupakan keseluruhan ego yang menyertainya, tetapi
mereka juga makin kesulitan untuk menjangkau persetujuan akhir yang lebih baik
maupun pemenuhan tujuan.

Keterlibatan ego mengacu pada tingkat dimana anggota betul-betul dan secara
pribadi dengan tugas kelompok, ego meliputih tugas yang berhubungan dengan
nilai-nilai pribadi, yang mempengaruhi kehidupan pribadi, dan atau melibatkan
keterampilan pribadi.

Persetujuan akhir mengacu pada persetujuan anggota atas apa yang mereka
usahakan untuk memenuhi dan kriteria untuk melukiskan “ kesuksesan “
persetujuan akhir adalah lebih mudah dicapai ketika tugas kelompok adalah jelas
dan hasilnya terukur.
Perlengkapan persetujuan mengacu pada persetujuan anggora atas keperluan
kelompok yang melakukan penyelenggaraan tugasnya; persetujuan alat-alat ini
adalah lebih mudah dari tugas pendekatan yang terbaik, lebih keras untuk
mencapai beberapa alternatif yang ada

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

Perilaku kelompok merupakan respon – respon anggota kelompok terhadap


struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah
kelompok memasuki dunia organisasi maka karateristik yang dibawanya adalah
kemampuan, kepercayaan pribadi, penghargaan kebutuhan, dan pengalaman masa
lalunya. Banyak teori yang mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula
terbentuknya kelompok. Mulai dari anggapan adanya kedekatan ruang kerja
maupun tempat tinggal mereka, sampai kepada alasan-alasan praktis.

Di dalam suatu kelompok yang sebenarnya, para anggota mempertimbangkan diri


mereka sendiri dan bergantung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan umum,
dan mereka saling berhubungan satu dengan yang lain secara teratur untuk
mengejar tujuannya atas dukungan dalam suatu periode waktu

Saran

Sebaiknya setiap anggota kelompok yang masuk bergabung dengan sebuah


organisasi baik itu organisasi besar maupun kecil haruslah bisa beradapsi dengan
keadaan organisasi tersebut dan hanya mempertahankan prilaku yayang baik aja
sewaktu berada dalam kelompok ke dalam organisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Stephen P. Robins, perilaku organisasi, terj. Drs Benyamin Molan (prentice hall :
2003).

Thoha, miftah, perilaku organisasi: konsep dasar dan aplikasinya,(jakarta:rajawali


pers,2011)

http://anthoposthink02.blogspot.com/2014/02/makalah-prilaku-organisasi.html

Anda mungkin juga menyukai