Anda di halaman 1dari 9

1

KECEMASAN
Setiap individu menghadapi kecemasan setiap hari. Kecemasan bisa menjadi motivasi
untuk suatu pencapai tertentu, bisa menjadi suatu kekuatan untuk bertahan hidup. Istilah
kecemasansering disamakan dengan stres. Padahal artinya berbeda, stres selalu dikaitkan
dengan stresor, suatu tekanan dari luar yang mengancam keseimbangan individu,
kecemasan adalah perasaan subyektif yang timbul karena adanya stres. Kecemasan juga
berbeda dengan ketakutan, kecemasan sangat berhubungan dengan respon subyektif
terhadap sesuatu yang sedang dialami, sedangkan ketakutan berhubungan dengan respon
kognitif, ada proses intelektual terhadap ancaman yang akan datang. Kecemasan bisa
ditimulkan karena adanya ketakutan. Misalnya : orang cemas ketika masuk rumah sakit
tetapi sukar memastikan apa penyebabnya, orang takut akan biaya rumah sakit ketika
tahu dia akan operasi dan ini salah satu penyebab kecemasan.

FAKTOR PENYEBAB :
PERSPEKTIF DAN TEORI
1. Teori Psikodinamis
Sigmeund Freud (1936) meyakini bahwa kecemasan timbul ketika ego berusaha
menyelesaikan konflik psikis atau ketegangan emosi. Dia mendefinisikan kecemasan
sebagai reaksi terhdap bahaya dan proses kelahiran sebagai respon awal terhadap
bahaya didalam kehidupan. Trauma pertama berasal dari perpisahan dari ibu dan
tingkat keparahannya tergantung kemampuan individu untuk mengatasinya. Respon
adaptif terhadap kecemasan berasal dari kemampuan tugas perkembangan
sebelumnya dan ketika dewasa dia semakin mampu menangani stersor internal dan
eksternal.

2. Teori Eksistensialist
Rollo May (1977) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu reaksi terhadap ancaman
dalam mempertahankan kehidupan. Eksistensialist juga mengatakan bahwa
kecemasan membuat orang memperlihatkan eksistensinya karena adanya perasaan
kosong yang ditimbulkan perasaan bahwa dia tidak penting.

3. Teori kognitif – perilaku


Beck dan Emery (1985) mendefinisikan kecemasan dari perspektif proses kognitif
dan perasaan ini timbul karena adanya ancaman atau bahaya. Kognitif adalah proses
pikir yang berhubungan penilaian, pemberian alasan, komprehensif, sikap dan
persepsi terhadap diri dan dunia. Misalnya : kecemasan pada saat akan pidato.
Perasaan ini timbul karena adanya ketakutan akan gagal, ditertawakan orang. Ahli
perilaku mengatakan kecemasan itu timbul karena respon maladaptif terhadap stres.
Misalnya : Tidak bisa memperhatikan orang lain bisa timbul karena dalam
keluarganya dia kurang diperhatikan.
2

4. Teori Perkembangan
Bowlby (1969) mengatakan bahwa kecemasan dimulai bila ada perpisahan

APLIKASI PROSES KEPERAWATAN


PENGKAJIAN

KECEMASAN

Kecemasan adalah kebingungan, ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi dengan
penyebab yang tidak jelas yang dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak
berdaya.

Merupakan respon emosi dengan objek yang tidak spesifik yang secara subjektif dialami
dan dikomunikasikan secara interpersonal.

Pengalaman kecemasan dimulai pada masa bayi dan berlangsung selama kehidupan.

RENTANG RESPON KECEMASAN

Respon adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Tingkat kecemasan (PAPLAU) :


1. Kecemasan ringan (Mild Anxiety)
- Kecemasan normal, menajamkan indra, menaikkan motivasi, menyiapkan untuk
bertindak waspada
- Meningkatkan lapangan persepsi individu
- Memotivasi individu dalam kehidupan sehari-hari
- Mampu belajar dan memecahkan masalah secara efektif

2. Kecemasan sedang (Moderate Anxiety)


- Lapangan persepsi menyempit
- Belajar dengan pengarahan orang lain
- Rangsangan luar tidak mampu diterima tapi sangat memperhatikan hal yang
menjadi pusat perhatiannya.

3. Kecemasan berat ( Severe Anxiety)


- Pusat perhatian pada detail yang kecil
- Lapangan persepsi sangat berkurang
- Tidak mampu memecahkan masalah atau menggunakan proses belajar semua
perilakunya bertujuan untuk meminta pertolongan
3

4. Panik (Disorganisasi Personality)


- Individu itu kacau sehingga berbahaya untuk diri sendiri atau orang lain/
kehilangan kontrol
- Tidak mampu bertindak, berkomunikasi, berfunsi secara efektif
- Agitasi / hiperaktif
- Kemampuan berhubungan dengan orang lain menurun
- Kehilangan fikiran yang rasional
- Karena kehilangan kontrol, individu tidak dapat mengerjakan sesuatu tanpa
pengarahan.

PROSES KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Faktor Predisposisi
1. Teori psikoanalitik
2. Teori interpersonal
3. Teori perilaku
4. Teori keluarga
5. Teori biologik
B. Faktor Presipitasi :
1. Ancaman terhadap integritas fisik
2. Ancaman terhadap self system
C. Perilaku
D. Mekanisme koping

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


III. PERENCANAAN
IV. EVALUASI
I. PENGKAJIAN
A.Faktor predisposisi
1. Teori psikoanalitik (Freud).
Kecemasan timbul secara otomatis dmanastimulus berlebihan, melampaui
kemampuan untuk menanganinya (dapat berasal dari luar maupun dari dalam diri)
Ada 2 (dua) tipe kecemasan :
 “Primary Anxiety” yaitu suatu keadaan yang menegangkan yang
disebabkna oleh faktor luar.
Contoh : Keadaan traumatik yang dialami bayi akibat dari stimulus secara
tiba-tiba pada waktu proses kelahiran
 Fluent Anxiety” yakni dipandang sebagai konflik emosi diantara 2
elemen kepribadian yaitu Id dan Superego
2. Teori Interpersonal (Sullivan)
 Kecemasan timbul akibat ketidakmampuan untuk berhubungan
interpersonal dan sebagai akibat penolakan.
4

 Seseorang yang mempunyai predisposisi mengalami kecemasan adalah


orang yang mudah merasa terancam, harga diri turun, mempunyai opini
yang negatif terhadap dirinya, ragu-ragu dengan kemampuannya untuk
mencapai sukses.
3. Teori Perilaku
 Teori belajar dimana individu yang mengalami ketakutan pada kehidupan
waktu kecil akan mengalami kecemasan pada waktu mendatang
 Teori konflik dimana konflik menghasilkan kecemasan.
4. Teori Keluarga
Kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dan sifatnya heterogen.
5. Teori Biologik
Dalam otak terdapat reseptor spesifik yang mengatur timbulnya kecemasan.
GABA (Gamma Amino Butyric Acid) merupakan neurotransmitter yang penting
dalam mengatur inhibisi presinaptik di dalam susunan saraf pusat.
B. Stressor Presipitasi
Disebabkan oleh sumber internal dan eksternal.
1. Ancaman terhadap integritas fisik.
Ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kemampuan orang untuk
melaksanakan aktivitas sehari-hari.
- Sumber eksternal : - inveksi virus / bakteri
- polusi lingkungan
- injury

- Sumber internal : - Kegagalan mekanisme fisik seseorang (turunnya


sistem imun dan turunnya temperatur regulator).
- Perubahan biologis normal, misalnya hamil

2. Ancaman terhadap Self-System


Sesuatu yang dapat merusak identitas harga diri dan integritas fungsi sosial.
- Sumber eksternal : Berbagai kehilangan seperti kehilangan pasangan,
orang tua, perceraian, perubahan dalam status pekerjaan, pindah rumah.
- Sumber internal karena menerima peran baru, misalnya : sebagai orang
tua

C. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisik dan perilaku
serta secara tidak langsung melalui pembentukan mekanisme koping sebagai pertahanan
melawan kecemasan.
1. Respon fisiologis
- Kardiovaskuler
Palpitasi, tekanan darah naik, jantung berdebar-debar.
- Castrointestinal
5

Nafsu makan turun, tidak nyaman pada perut, diare.


- Respiratory
Pernafasan cepat, dangkal, terengah-engah.
- Neuromuskular
Reaksi terkejut, tremor, gugup, kelemahan umum, insomnia
- Traktur Urinarius
Sering kencing
- Kulit
Muka merah, muka pucat, gatal.
2. Respon perilaku
Efeknya bisa personal dan interpersonal.
- Gelisah
- Tremor
- Ketegangan fisik
- Reaksi kaget
- Bicara cepat
- Menghindari
- Menarik diri dari hubungan interpersonal
3. Respon kognitif
- Perhatian terganggu
- Tidak mampu berkonsentrasi
- Tidak mampu mengambil keputusan
- Menurunnya lapangan Persepsi
- Menurunnya kreatifitas
- Bingung
- Takut injury
4. Respon Afektif
- Tidak sabar
- Gelisah
- Tegang
- Ketakutan
- Waspada
- Gugup

D. Mekanisme Koping
Bila individu sedang mengalami kecemasan, ia akan mencoba menetralisir, mengingkari
atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping.
Kecemasan ringan :
- Menangis
- Tidur
- Makan
- Tertawa
6

- Olahraga
- Berkhayal
- Merokok
- Minum-minum
Kecemasan sedang, berat, panik :
Bentuk ancaman yang besar pada ego dan memerlukan banyak energi untuk mengatasi
ancaman tersebut.
Koping

o Task Oriented Reaction


o Ego Oriented Reaction

Task Oriented Reaction :


Meliputi kemampuan kognitif dalam usaha memecahkan masalah-masalah,
menyelesaikan konflik dan memenuhi suatu kebutuhan individu mencoba
menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif.
Ada 3 tipe Task Oriented Reaction :
 Attack behavior (perilaku menyerang)
 Withdrawal behavior (perilaku menarik diri)
 Compromise (Kompromi)

Attack Behavior :
- Mungkin destruktif dan konstruktif
- Destruktif : Rasa marah dan bermusuhan yang hebat, tingkah laku yang negatif seperti
melanggar kebenaran
- Konstruktif : berupa pendekatan pemecahan masalah dan peristiwa dengan tingkah laku
asertif, yaitu sesuatu yang dianggapnya baik juga baik untuk orang lain.

Withdrawal behavior, dapat diekspresikan secara fisik atau psikologis :


- Fisik : menjauhkan diri dari sumber yang menimbulkan ancaman dengan merokok,
berjemur.
- Psikologis : mengakui kegagalan, menjadi apatis atau menurunkan cita-cita, reaksi ini
mungkin konstruktif atau destruktif.

Compromise :
- Dapat diekspresikan dengan merubah suatu kbiasaan, mengganti tujuan atau
mengorbankan salah satu kebutuhan hidup.
- Reaksi kompromi bersifat konstruktif.

Ego Oriented Reaction = Ego Defense Mechanisme


 Task Oriented Reaction tidak selalu berhasil dalam mengatasi situasi stress
ego oriented reaction sering dipakai untuk melindungi diri.
7

 Defense Mekanisme dikatakan sukses karena cenderung mengurangi kecemasan


yang mengancam.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Panik sehubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal
mengambil keputusan.
2. Kecemasan berat sehubungan dengan konflik perkawinan karena tidak mampu
untuk tinggal di rumah.
3. Kecemasan sedang berhubungan dengan pengetahuan yang terbatas dalam
menggunakan koping.
4. Tidak efektifnya koping individu sehubungan dengan dampak anak sakit.

TUJUAN
1. Tujuan jangka pendek.
a. Diskusi tentang perasaan cemas
b. Identifikasi respon terhadap stress
c. Gunakan cara-cara memecahkan masalah
d. Identifikasi hubungan antara kecemasan dan respon fisik
2. Tujuan jangka panjang
a. Mendemostrasikan beberapa cara/alternatif mengatasi stress
b. Gunakan proses/cara pemecahan masalah tergantung setting

INTERVENSI
1. Kecemasan sedang

Tujuan Khusus Tindakan keperawatan


1. Pasien dapat 1.1. Jadilah pendengar yang hangat dan responsif
menjalin dan 1.2. Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespons
mempertahankan 1.3. Beri dukungan pada pasien untuk mengekpresikan perasaannya
hubungan saling 1.4. Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat
percaya menimbulkan perasaan negatif
1.5. Bersama pasien menggali perilaku dan respons sehingga dapat
belajar dan berkembang
2. Pasien dapat 2.1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
mengenal perasaannya
ansietasnya 2.2. Hubungkan perilaku pasien dengan perasaannya
2.3. Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien
2.4. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik
2.5. Gunakan konfrontasi positip
3. Pasien dapat 3.1. Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat
memperluas segera menimbulkan ansietas
kesadarannya 3.2. Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap
8

terhadap stressor yang dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik


perkembangan 3.3. Kaitkan pengalaman masa lalu pasien yang relevan
ansietas 3.4. Gali cara pasien mengurangi ansietas di masa lalu

4. Pasien dapat 4.1. Tunjukkan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping
menggunakan yang digunakan
mekanisme koping 4.2. Dorong pasien menggunakan respon koping adaptif yang
yang adaptif dimilikinya
4.3. Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup,
memodifikasi tujuan, menggunakan sumber dan mencoba
koping yang baru
4.4. Latih pasien menghadapi ansietas ringan
4.5. Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya
Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan
sosial dalam membantu pasien menggunakan koping adaptif yang
baru

5. Pasien dapat 5.1. Ajarkan kepada psien teknik relaksasi untuk meningkatkan
menggunakan kontrol dan rasa percaya diri
teknik relaksasi 5.2. Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam
menurunkan tingkat ansietas

2. Kecemasan berat dan panik

Tujuan Khusus Tindakan Keperawatan


1. Pasien dapat 1.1. Temani klien
membina hubungan 1.2. Perkenalkan diri (perawat)
saling percaya 1.3. Dorong dan dengarkan klien mengungkapkan perasaannya
1.4. Bersikap terbuka
1.5. Selalu siap menerima klien
1.6. Langsung jawab pertanyaan klien
1.7. Terima perasaan positif maupun negatif
1.8. Gali penyebab ansietasnya

2. Pasien dapat 2.1. Beri pasien obat yang membantu menurunkan ansietas
meningkatkan (kolaborasi dengan dokter)
kesehatan fisik dan 2.2. Amati efek samping obat
psikologis
3. Pasien dapat 3.1. Tunjukkan sikap yang tenang
mengidentifikasi dan 3.2. Ciptakan situasi lingkungan yang tenang
berusaha 3.3. Batasi interaksi pasien dengan lingkungan untuk mengurangi
menurunkan situasi ransangan yang dapat menimbulkan ansietas
yang dapat 3.4. Identifikasi dan modifikasi situasi yang menyebabkan
menimbulkan ansietas pasien
ansietas 3.5. Berikan bantuan terapi fisik seperti mandi hangat dan pijat

4. Pasien dapat 4.1.Terima pasien apa adanya dan jangan menentang


meyakini tentang keyakinannya
manfaat mekanisme 4.2. Kenalkan realitas nyeri yang berhubungan dengan
koping mekanisme koping pasien dengan tidak memfokuskan
pada rasa cemas, takut atau keluhan fisik lainnya
4.3. Beri pasien umpan balik tentang perilaku, stressor, penilaian
stressor dan sumber koping
4.4. Kuatkan ide-ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan
kesehatan emosional
9

4.5. (Pada saat yang tepat) beri batasan perilaku yang maladaptif
dengan cara yang mendukung

5. Pasien dapat 5.1. Beri pasien aktifitas yang bersifat mendukung dan
melakukan kegiatan menguatkan perilaku sosial yang produktif
yang menarik dan 5.2. Beri pasien latihan fisik sesuai dengan bakatnya
aktifitas yang 5.3. Bersama pasien buat jadwal aktifitas yang dapat dilakukan
terjadwal sehari-hari
5.4. Libatkan anggota keluarga dan sistem pendukung lainnya

EVALUASI
1. Apakah perilaku klien merefleksikan kecemasan ringan?
2. Apakah klien mengenal kecemasannya?
3. Apakah sumber koping klien adekuat?
4. Apakah klien menggunakan respon koping adaptif?
5. Apakah klien belajar strategi koping adaptif yang baru?

Anda mungkin juga menyukai