Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA BRONCHIAL


TAHUN 2023

DISUSUN OLEH:

VALENTINA SURYA AYU APRILIANTI

NIM 2022207209320

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONCHIAL

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas.
Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat
hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh faktor risiko
tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya
proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas
mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan
tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat
sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul
disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-
anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30
tahunan (Saheb, 2011).
Asma bronchial adalah penyakit obstruksi saluran
pernafasan akibat penyempitan saluran nafas yang sifatnya
reversibel (penyempitan dapat hilang dengan sendirinya) yang
ditandai oleh episode obstruksi pernafasan diantara dua interval
asimtomatik (Djojodibroto, 2017).
Asma bronchial adalah penyakit radang/inflamasi kronik
pada paru, karena adanya penyumbatan saluran nafas (obstruksi)
yang bersifat reversible, peradangan pada jalan nafas, dan
peningkatan respon jalan nafas terhadap berbagai rangsangan
hiperresponsivitas, obstruksi pada saluran nafas bisa disebabkan
oleh spasme/ kontraksi otot polos bronkus, oedema mukosa
bronkus dan sekresi kelenjar bronkus meningkat (Putri & Sumarno,
2013).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
asma bronchial adalah penyakit saluran pernafasan yang terjadi
karena adanya penyempitan saluran nafas yang mengakibatkan
sesak nafas dimana fase inspirasi lebih pendek dari fase ekspirasi
dan diikuti oleh bunyi mengi (wheezing).

2. Etiologi
Faktor penyebab asma bronchial menurut Wijaya & Putri
(2013) adalah sebagai berikut :
 Alergen
Bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi diperlukan jumlah
alergen yang sedikit untuk menimbulkan serangan asma.
 Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan biasanya disebabkan oleh virus
respiratory synchyhal virus (RSV) dan virus para
influenza.
 Iritasi
Iritasi dapat di sebabkan oleh hairspray, minyak wangi,
asap rokok, bau asam dari cat dan polutan udara, air dingin
dan udara dingin.
 Refleks gastroesopagus
Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat
memperberat penyakit asma.
 Psikologis
Hal ini dapat memicu stress yang akan menurunkan respon
tubuh sehingga mudah terjadi inflamasi pada bronkus yang
akan menimbulkan asma bronchial (Muttaqin, 2008).
3. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang
umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga
terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody
Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan
spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter
bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi
paksa  menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah
tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama
selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat
selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara
ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

4. Manifestasi klinik
 Kenali alergen yang dapat memicu timbulnya gejala asma.
 Sedapat mungkin kurangi atau singkirkan faktor pemicu.
 Gunakan alat penyaring udara dan penyejuk ruangan (AC).
 Bersihkan rumah sekurang-kurangnya seminggu sekali.
 Gunakan obat asma secara teratur.
 Lakukan olahraga secara teratur.
 Istirahat yang cukup
(Nanda NIC NOC, 2013)

5. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan sputum
 Pemeriksaan analisa gas darah
 Pemeriksaan radiologi

6. Komplikasi
Status asmatikus merupakan asma yang lama dan hebat dan
tidak berespon terhadap terapi rutin. Status asmatikus dapat
menyebabkan gagal napas dengan hipoksemia, hiperkapnia, dan
asidosis. Intubasi endotrakea, ventilasi mekanis, dan terapi obat
agresif dapat diperlukan untuk mempertahankan jiwa. Selain gagal
nafas akut, komplikasi lain terkait status asma, antara lain
dehidrasi, infeksi pernafasan, atelektasis, pneumotoraks, dan cor
pulmonale (Priscilla, Karen, Gerene, 2016).
7. Penatalaksanaan
Menurut (Muttaqin, 2008) penatalaksanaan pada pasien asma
bronchial yaitu :
a. Pengobatan Farmakologi
a) Agnosis beta: metaproterenol ( alupent, metrapel).
Bentuknya aerosol, bekerja sangat cepat, diberikan
sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara semprotan
pertama dan kedua adalah 10 menit.
b) Metilxantin : aminophilin dan teofilin. Obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak
memberikan hasil yang memuaskan.
c) Kortikosteroid. Diberikan jika agonis beta dan
metilxantin tidak memberikan respon yang baik.
Dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian steroid
dalam jangka yang lama harus diawasi dengan ketat.
d) Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven).
Kromolin merupakan obat pencegah asma
khususnya untuk anak-anak.
e) Terapi nebulizer. Dosis obat untuk pemberian
Nebulizer ditentukan dengan cara berat badan (BB)
x 3600/ cc. Jenis obat yang dipakai yaitu Pulmicord
( budesonide 100 μg, 200 μg, 400 μg/ dosis),
Ventolin ( beclomethasone 50, 100, 200, 250, 400
μg / dosis, NaCl 2 ml, Bisolvon larutan (Putri &
Sumarno, 2013).

b. Non Farmakologi
Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri &
Sumarno (2013) dapat dilakukan dengan melakukan terapi
nebulizer dan batuk efektif
8. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mucus dalam
jumlah yang berlebihan, peningkatan produksi mucus,
eksudat dalam alveoli dan bronkospasme.
 Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernapasan
dan deformitas dinding dada.
 Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.
(SDKI, 2016)

9. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
1. Ketidakefektifan Jalan nafas -Posisikan pasien untuk -Memberikan ventilasi
bersihan jalan efektif dengan memaksimalkan ventilasi yang maksimal bagi
nafas b.d mucus kriteria hasil: pasien
dalam jumlah yang -  -Pasien mampu
-Lakukan fisioterapi dada -Membantu pasien
berlebihan, mengeluarkan bila perlu untuk memudahkan
peningkatan sekret dengan pengeluaran sekret
produksi mucus, mudah.
eksudat dalam -Penumpukan -Auskultasi suara nafas, -Mengobservasi apakah
alveoli dan sekret catat adanya suara nafas ada suara tambahan
bronkospasme berkurang. tambahan atau tidak
-  -Pasien tidak
-Berikan bronkodilator -Membantu
mengeluh sesak bila perlu memudahkan pasien
nafas jangka dalam mengeluarkan
panjang. sekret
-  -Pasien tidak
sesak lagi.

2. Ketidakefektifan Pola nafas -Posisikan pasien untuk -Memberikan ventilasi


pola nafas b.d pasien efektif, memaksimalkan ventilasi yang maksimal bagi
keletihan otot dengan kriteria pasien
hasil:
pernapasan dan
-Suara nafas -Monitor status respirasi -Mengetahui perubahan
deformitas dinding bersih dan O2 status repirasi dan O2
dada -Jalan nafas pada pasien
paten
-Tanda-tanda -Monitor aliran oksigen -Mengobservasi
vital dalam kebutuhan oksigen
rentang normal pasien

-Pertahankan posisi -Memberikan posisi


pasien nyaman pada pasien
dalam memaksimalkan
pemberian oksigen
3. Intoleransi aktifitas Pasien mampu -Bantu pasien untuk -Memudahkan pasien
b.d melakukan mengidentifikasi aktifitas dalam menentukan
ketidakseimbangan aktifitas secara yang mampu dilakukan aktifitas yang mampu
mandiri, dengan dilakukan secara
antara suplai dan
kriteria hasil: mandiri
kebutuhan oksigen - Tanda-tanda
(hipoksia) vital dalam batas -Bantu pasien untuk -Memudahkan pasien
kelemahan. normal mendapatkan alat dalam melakukan
-Mampu bantuan aktifitas seperti aktifitas
berpidah dengan kursi roda, krek
atau tanpa
bantuan alat -Monitor respon fisik -Mengetahui
-Sirkulasi status pasien saat melakukan kemampuan pasien
baik aktifitas dalam melakukan
aktifitas secara mandiri
B. Daftar Pustaka

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk


Asma Berat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Djojodibroto, R.D. 2017. Respirologi (Respiratory Medicine) Edisi 2.


Jakarta : EGC.

Priscilla, L., Karen, M. B., Gerene, B. 2016. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai