Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA

DOSEN PEMBIMBING
Ns.indra tri astuti, M.Kep, Sp.Kep.An

DISUSUN OLEH:

Siti ulfatun nadziroh

30901800172

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2020
1. Definisi
Asma adalah penyakit obstruksi saluran nafas yang ditandai oleh tiga serangkai yaitu kontraksi
otot-otot bronkhus, inflamasi airway dan peningkatan sekresi. Serangan asma dipicu oleh
olahraga, perubahan cuaca, udara dinging, alergen (misalnya: debu, serbuk sari, kecoak).
Ekspresi emosi (marah, gelak tawa, menangis). Polusi udara, perubahan lingkungan, paparan
asap rokok, iritan, refluk asam dan infeksi-infeksi pernafasan virus.
Tingkat gejala asma yang yang dialami oleh pemderita asma telah diklasifikasikan menjadi
empat jenis yaitu: 1) intermiten merupakan jenis asam yang terjadi bulanan dengan gejala kurang
dari satu kali seminggu, tidak menimbulkan gejala diluar serangan dan biasanya terjadi dalam
waktu singkat. 2) Persisten ringan yang serangannya terjadi mingguan dengan gejala lebih dari
satu kali seminggu tetapi kurang dari satu kali sehari, yang dapat mengganggu aktivitas dan
tidur. 3) Persisten sedang dengan gejala yang muncul setiap hari dan membutuhkan
bronkodilator setiap hari. 4) Persisten berat yang terjadi secara kontinyu, gejala terus menerus,
sering kambuh dan aktivitas fisik terbatas (GINA, 2012).

2. etiologi
Obstruksi jalan napas pasa asma disebabkan oleh :
a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.
b. Kembengkakan membrane bronkus
c. Bronkus berisi mucus yang kental

Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu:


a. Genetik : diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi ini
penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus.

Adapun faktor pencetus dari asma adalah:


a. Alergen
Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Inhalan, yang masukmelalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk
bunga, bakteri, dan polusi.
2) ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-obatan tertentu seperti
penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya.
3) Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang masuk
melalui kontak dengan kulit.
b. Infeksi saluran pernapasan
Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus Influenza merupakan
salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma bronkhial, diperkirakan
dua pertiga penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran
pernapasan (Nurarif & Kusuma, 2015)
c. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan cuaca
menjadi pemicu serangan asma.
d. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien asma
misalnya orang yang bekerja dipabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu jalanan.
e. olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang bekerja
dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma
f. Stress
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga dapat
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus segera diobati
penderita asma yang mengalami strees harus diberi nasihat untuk menyelesaikan
masalahnya. (Wahid & Suprapto, 2013).

3. Patofisiologi
Serangan asma terjadi apabila terpajan alergen sebagai pencetus. Pajanan alergen tersebut
menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema dan hipersekresi saluran napas dengan hasil
akhir berupa obstruksi saluran napas bawah sehingga terjadi gangguan ventilasi berupa kesulitan
napas pada saat ekspirasi (air trapping).
Terperangkapnya udara saat ekspirasi mengakibatkan peningkatan tekanan CO2 dan pada
akhirnya menyebabkan penurunan tekanan O2 dengan akibat penimbunan asam laktat atau
asidosis metabolik. Adanya obstruksi juga akan menyebabkan terjadinya hiperinflasi paru yang
mengakibatkan tahanan paru meningkat sehingga usaha napas meningkat. Usaha napas terlihat
nyata pada saat ekspirasi sehingga dapat terlihat ekspirasi yang memanjang atau wheezing.
Adanya peningkatan tekanan CO2 dan penurunan tekanan O2 setra asidosis dapat menyebabkan
vasokonstriksi pulmonar yang berakibat pada penurunan surfaktan. Penurunan surfaktan tersebut
dapat menyebabkan keadaan atelektasis. Selain itu, hipersekresi akan menyebabkan terjadinya
sumbatan akibat sekret yang banyak (mucous plug) dengan akibat atelektasis.

4. Manifestasi klinik
Menurut (Padila, 2013) adapun manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma
diantaranya ialah:
a. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk berdahak sisertai atau tidak dengan pilek
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
3) Wheezing belim ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
6) BGA belum patogis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum, wheezing, ronchi basah bila terdapat
hipersekresi, penurunan tekanan parsial O2.
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4) suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA (Analisis gas darah) Pa O2 kurang dari 80%
9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Ro paru
10) hipokapneu dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.
5. Penata laksanaan gawat darurat
A. Penanganan awal, perlu dilakukan penilaian ABC secara cepat. Kebanyakan pasien
mengalami hipoksemia, hipovolemia, asidosis dan hipokalemia. Apabila pasien
mengalami hipoksemia harus dilakukan koreksi dengan pemberian oksigen dengan
konsentrasi tinggi. Pasien juga perlu diberikan secara berulang-ulang agonis β2 kerja
singkat (misal: salbutamol) dalam dosis 5 mg atau bisa diberikan bersama pemberian
oksigen. Meskipun maksimal 10% obat nebulizer yang mencapai bronkhiole pemberian
tetap dilanjutkan hingga ada respon klinis yang signifikan atau terjadi efek samping yang
serius seperti takikardi, aritmia, tremor, hipokalemia dan hiperglikemia. Saat ini, untuk
asm yang mengancam jiwa pemberian agnosis β2 ditambahkan dengan nebulized
ipratropium bromide dengan dosis 400 μg per 4 jam. Penambahan obat ini meningkatkan
bronkodilasi jika dibandingkan dengan agnosis β2 saja disamping efek samping yang
minimal.
B. Penggunaan steroid sistemik pada asma yang mengancam jiwa dapat meningkatkan
kemampuan hidup. Tablet steroid (prednisolone 40-50mg/hari) sama manjurnya dengan
steroid intravena pada asma akut yang berat. Jika ragu menggunakan tablet, pemberian
secara intravena (hidrkortison 200mg kemudian diikuti 100 mg per 6 jam).
C. Pemberian magnesium sulfat dengan dosis 1,2-2 gr selama 20 menit menunjukkan aman
dan efektif untuk asma akut yang berat. Magnesium adalah relaksan otot polos,
mengakibatkan bronkodilasi. Berhati-hatilah menggunakan obat ini karena dapat
menyebabkan kelemahan otot dan menimbulkan gagal nafas.
D. Pemberian bronkodilator intravena alternatif seperti aminofilin sangat membantu pasien
asma yang mengancam nyawa. Dengan dosis 5 mg/kg BB sekama 20 menit pada terapi
oral maintenance, kemudian dilanjutkan dengan infus 0,5-0,75 mg/kg BB/menit. Namun
pemberian obat ini memunculkan kontroversi karena efek sampingnya seperti aritmia,
gelisah, muntah, dan kejang.
E. Pemberian epinefrin dilakukan apabila tindakan-tindakan di atas tidak memberikan
respon. Obat ini dapat diberikan secara subkutan dengan dosis 0,3 - 0,4 1:1000 tiap 20
menit untuk tiga dosis. Diberikan secara nebulizer dengan dosis 2 - 4 ml dengan
konsentrasi 1% tiap jam atau pada keadaan ekstrim diberikan lewat intravena dengan
dosis 0,2 – 1 mg diberikan bolus diikuti dengan 1 – 20 μg permenit.
Pertolingan pertama asma :
a. Dudukkan penderita agak lurus dengan nyaman. Bersikap tenan, jangan tinggalkan
penderita sendiri
b. Berikan 4 isapan obat pelega nafas (misalnya: ventolin, asmol). Bila ada gunakan
spacer (kantong udara). Berikan 1 isapan obat diikuti dengan 4 kali tarikan nafas
setiap kali isapan. Gunakan inhaler milik penderita jika mungkin, jika tidak inhaler kit
pertolongan pertama.
c. Tunggu selama 4 menit. Jika penderita masih tidak dapat nafas secara normal berikan
4 isapan lagi.
d. Jika penderita masih tidak bisa bernafas normal, panggil ambulance segera katakan
bahwa seseorang mengalami serangan asma. Tetap berikan pelega nafas, berikan
4isapan setiap 4 menit hingga ambulance datang. Pada anak-anak 4 isapan tiap kali
adalah dosis aman. Sedangkan pada orang dewasa yang mengalami serangan berat
bisa diberikan 6 – 8 isapan tiap 4 menit.

6. pemeriksaan penunjang

a) Tes fungsi paru


Menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, secara tepat diagnosis
asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan
spirometri dilakukan sebelum atau sesudah pemberian aerosol bronkodilator
(inhaler atau nebulizer), peningkatan FEVI atau FCV sebanyak lebih dari 20%
menunjukkan diagnosis asma. Dalam spirometry akan mendeteksi :
a) Penurunan forced expiratory volume (FEV)
b) Penurunan paek expiratory flow rate (PEFR)
c) Kehilangan forced vital capacity (FVC)
d) Kehilangan inspiratory capacity (IC) (Wahid & Suprapto, 2013)

b) Pemeriksaan radiologi
Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflamasi paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, setra
diagfragma yang menurun. Pada penderita dengan komplikasi terdapat
gambaran sebagai berikut :
a) Bila disetrai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah
b) Bila ada empisema (COPD), gambaran radiolusen semakin bertambah
c) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrase paru.
d) Dapat menimbulkan gambaran etelektasis paru
e) Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah radiolusen pada paru

c) Pemeriksaan Tes kulit


Dilakukan untuk mencari faktor alergen yang dapat bereaksi positif pada asma
secara spesifik.

d) Elektrokardiografi
a) Terjdi right axis deviation
b) Adanya hipertropo otot jantung Right Bundle Branch Bock
c) Tanda hipoksemia yaitu sinus takikardi, SVES, VES, atau terjadi depresi
segmen ST negatif.
e) Scanning paru
Melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan
asma tidak menyeluruh pada paru-paru. (Wahid & Suprapto,2013)
7. Pathways keperawatan

Faktor pencetus
asama

Alergi Idiopatik

Edema dinding Spasme otot Sekresi mukus kental


bronkiolus polos bronkiolus didalam lumen lumen
bronkiolus

Bersihan jalan
Menekan sisi luar Diameter bronkiolus napas tidak
ekspirasi
bronkiolus mengecil efektif

Ansietas Dispneu

Perfusi paru tidak cukup


Gangguan pertukaran gas
mendapat ventilasi
8. Fokus intervensi dan rasional

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


kriteria hasil
1 Bersihan jalan SLKI : SIKI :
napas tidak efektif Tujuan : Observasi - untuk mengetahui
b.d hipersekresi Setelah - Monitor frekuensi frekuensi dan
jalan napas dilakulan dan kedalaman kedalaman napas
tindakan napas -untuk mengetahui
selama 1X7 apakah ada bunyi napas
jam - Monitor bunyi napas tambahan
diharapkan -untuk mengetahui
tambahan
bersihan jalan oksigen yang
napas pasien
- Monitor saturasi diputuhkan
efektif - untuk memberikan
oksigen
dengan posisi yang nyaman
Terapeutik
kriteria hasil :
-Berikan posisi semi
-bunyi napas
fowler 30-45 -untuk memantau
tambahan
saturasi oksigen
- Pasang oksimetri
tidak ada
nadi -untuk
-produk
mempertahankan
sputum
saturasi oksigen
berkurang - Beri oksigen 6-15 L

-Tidak via sungkup untuk


-untuk mempercepat
gelisah mempertahankan
masuknya obat
SpO2>90%
-frekuensi
kedalam pasokan darah
napas - Pasang jalur
dan mencukupi
membaik intravena untuk
kebutuhan hidrasi
pemberian obat dan
-pola napas
hidrasi
membaik
-supaya kebutuhan
-pernapasan
cuping oksigen tidak
hidung tidak Edukasi meningkat
ada - Anjurkan
meminimalkan
ansietas yang dapat -memahami pemicu
meningkatkan
kebutuhan oksigen
- Ajarkan -untuk mengatur
mengidentifikasi dan pernapasan
menghindari pemicu
- Ajarkan bernapas -memberikan
lambat dan dalam bronkodilator sesuai
Kolaborasi indikasi
- Kolaborasi -memberi obat
pemberian tambahan sesuai
bronkodilator sesuai indikasi
indikasi
- Kolaborasi
pemberian obat
tambahan jika tidak
responsif dengan
bronkodilator

2 Gangguan SKLI SIKI


pertukaran gas b.d Tujuan : Observasi -untuk mengetahui
ketidakseimbangan Setelah -identifikasi adanya adanya kelelahan otot
ventilasi perfusi dilakukan kelelahan otot bantu bantu napas
tindakan napas
keperawatan -identifikasi efek -untuk mengetahui efek
selama 1X7 perubahan posisi perubahan posisi
jam terhadap status terhadap status
diharapkan pernapasan pernapasan
pasien tidak -monitor status -memantau status
mengalami respirasi dan respirasi dan oksigenasi
gangguan oksigenasi
pertukaran Terapeutik
gas dengan -pertahankan -mempertahankan
kriteria hasil : kepatenan jalan napas jalannya napas
-tidak -berikan posisi semi -memberikan posisi
terdengar fowler atau fowler nyaman
bunyi napas -Berikan oksigen -memenuhi kebutuhan
tambahan sesuai kebutuhan oksigen
-tidak ada -Gunakan bag-valve
-memberikan
napas cuping mask
kebutuhan oksigen
hidung
Edukasi secara efektif
-pola napas
-ajarkan melakukan - untuk mengatur
membaik
teknik relaksasi napas pernapasan
-tidak gelisah dalam

-ajarkan mengubah
posisi secara mandiri -memberikan posisi
Kolaborasi nyaman
-kolaborasi pemberian
bronkodilator - memberikan
bronkodilator sesuai
indikasi

3 Ansietas b.d SLKI SIKI


ancaman terhadap Tujuan : Observasi
kematian setelah -monitor tanda-tanda -mengetahui tanda-
dilakukan ansietas tanda ansietas
tindakan Terapeutik
selama 1X7 -pahami situasi yang -memahami situasi
jam membuat ansietas yang memicu ansietas
diharapkan -temani pasien untuk -untuk mengurangi
pasien tidak mengurangi kecemasan
mengalami kecemasan -untuk mengurangi
kecemasan -gunakan pendekatan kecemasan
dengan yang tenang dan
kriteria hasil : meyakinkan
-tidak gelisah Edukasi -dapat memahami
-frekuensi -informasikan secara diagnosis,pengobatan
pernapasan faktual mengenai dan prognosis
menurun diagnosis, pengobatan
dan prognosis -untuk mengurangi
-latih tehnik relaksai kecemasan
Kolaborasi -memberikan
-kolaborasi pemberian antiansietas sesuai
obat antiansietas jika indikasi
perlu
Daftar pustaka

Bara, A. Ozier, J-M. Tunon de Lara, R. Marthan and P. Berger. Pathophysiology


of bronchial smooth muscle remodelling in asthma. Eur Respir J 2010; 36: 1174–1184.

Liansyah,Tita Menawati. Pendekatan kedokteran keluarga dalam penatalaksanaan


terkini serangan asma pada anak.JKS 2014;3: 175-180.

SDKI, SLKI, SIKI

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/2731/2579
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-GAdar-dan-MAnajemen-Bencana-
Komprehensif.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN. S DENGAN KASUS:

“FEBRIS”

NAMA : SITI ULFATUN NADZIROH

KELAS : S1 KEPERAWATAN SEMESTER 4

NIM : 30901800172

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2019/2020
A. pengkajian
1. Identitas pasien dan penanggung jawab
- Identitas pasien:
Nama : an S
Umur : 6th
Agama : islam
Pendidikan : Tk
Pekerjaan :-
Alamat : desa pinggan , kecamatan bulu , kabupaten
rembang
Diagnose medis : cacar air
Tanggal dan jam masuk :-
- Identitas penanggung jawab:
Nama : ny. L
Umur : 36th
Agama : islam
Alamat : desa pinggan , kecamatan bulu , kabupaten
Hubungan dengan pasien: ibu dari pasien
B. Status kesehatan saat ini
1. Pasien mengatakan keluhan utama yang dirasakan adalah pasien merasa tubuhnya
panas,
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit seperti sekarang ini, tapi pasien
belum pernah dirawat di rumah sakit, tidak pernah menjalani oprasi, dan tidak punya
alergi obat.
3. Riwayat penyakit kluarga
Kluarga pasien memiliki penyakit yang sama dengan pasien
C. Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien tinggal di perumahan yang jauh dengan pabrik, lingkungannya cukup bersih
dan nyaman.
II POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Ibu pasien mengatakan selalu menjaga kesehatan pasien dengan baik, selalu
memberikan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup untuk pasien, dan jika
pasien mengalami sakit panas seprti yang dialami sekarang tidak langsung dibawa
kerumah sakit tapi dilakukan perawatan mandiri di rumah seperti mengompresnya
dengan air hangat, jika telah dilakukan perawatan mandiri di rumah belum turun
panasnya ibu pasien akan membawa pasien ke dokter yang ada di daerahnya, dan
setelah dibawa ke dokter panas pasien akan turun setelah meminum obat yang telah
diresepkan oleh dokter tersebut.
2. Pola BAB
Pasien BAB normal 1 hari sekali tidak terjadi konstipasi maupun diare, frekuensi feses
lembek dan meiliki bau yang khas
3. Pola BAK
Pasien BAK secara normal tidak terpasang kateter, tidak terasa sakit jika sedang BAK,
warna urin kuning bening dan memiliki bau yang khas
4. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : pasien tidak memiliki pekerjaan, dan kegiatan yang
dilakukan pasien sehari-hari adalah sekolah, bermain, dan madrasah pada sore hari
b. Olahraga yang dilakukan: pasien sering melakukan olahraga bersepeda mengelilingi
desanya pada sore hari bersama teman-temanya
c. Kesulitan /keluhan dalam aktifitas
1) Pergerakan tubuh
2) Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan, dll)
3) Berhajat (BAK/BAB)
4) Keluhan sesak nafas setelah melakukan aktifitas
5) Mudah merasa kelelahan
5. Pola Istirahat dan Tidur
a. Kebiasaan tidur: pasien memiliki waktu tidur yang cukup, malam hari tidur
jam 08.00-05.00
b. Kesulitan tidur : pasien tidak mengalami kesulitan tidur, pasien tidur tidak mudah
terbangun, dan tidak mengalami insomnia
6. Pola Nutrisi-Metabolik
Pasien memiliki nutrisi yang baik, pasien tidak sedang menjalankan diet apapun, pasien
makan secara teratur.
III. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)

1. Kesadaran
Composmentis

2. Penampilan
Lemah dan pucat

3. Vital sign
a. Suhu Tubuh: 39 derajad celsius
b. Tekanan Darah
c. Respirasi : 18x/menit
d. Nadi: 80x/menit
4. Kepala
Bentuk kepala mesosopal, tidak terdapat lesi dan benjolan, rambut bersih tanpa
ketombe.

5. Mata
Mata normal, tidak ikterik maupun anemis
6. Hidung
Hidung bersih tidak terdapat sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung.
7. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada alat bantu dengar, dan
tidak terdapat infeksi
8. Mulut dan Tenggorokan
Gigi bersih tidak ada caries, tidak ada bau mulut, tidak terjadi pembesaran nadi
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
9. Dada
Dada simetris, tidak teraba benjolan, dan tidak ada nyeri tekan
10. Abdomen  :
Inspeksi : Bentuk perut datar dan simetris
Auskultasi : bising usus terdengar
Perkusi : suara timpani
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar

11. Genetalia : genetalia pada pasien tampak bersih, tidak terdapat tanda-tanda infeksi,
tidak terpasang kateter
12. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas pada pasien berfungsi secara normal, capillary revill pasien <3 detik,
pada tangan pasien tidak sedang terpasang infus
13. Kulit
Kulit pada pasien tampak bersih tidak ada luka atau bekas jahitan, kulit pasien
lembab.

A. ANALISA DATA

Tgl / Data Fokus Problem Etiologi


jam

22- Ds: pasien mengatakan badanya hipertermia Aktivitas


06- panas berlebihan
202 Ttv:
0 Suhu: 39 derajad celcius
Nadi: 80 X/menit
Rr: 18 x/menit
Mukosa bibir tampak kering

22- Ds: pasien mengatakan malas untuk Resiko Faktor psikologis


06- makan defisit (keengganan
202 Do: pasien tampak lemas nutrisi untuk makan)
0 Pasien selalu menolak jika diberi
makan oleh ibunya, tapi tampak ibu
pasien memaksa pasien agar tetap
makan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN & PRIORITAS DIAGNOSA:


a. Hipertermia b.d aktivitas berlebihan d.d suhu tubuh tinggi
b. Resiko defisit nutrisi d.d faktor psikologis (keengganan untuk makan)

C. PLANNING / INTERVENSI
Tgl / Diagnosa Tujuan & Planning
jam keperawatan
Kriteria Hasil

22- Hipertermia SLKI SIKI


06- b.d aktivitas Tujuan: setelah dilakukan Observasi:
2020 yang tindakan keperawatan selama -monitor suhu tubuh
berlebihan 2x24 jam diharapkan suhu Terapeutik:
d.d suhu tubuh pasien kembali normal -longgarkan pakaian pasien
tubuh tinggi (36,5 derajad) dengan criteria -beri cairan oral (minum air
hasil: putih sedikit tapi sering)
1 suhu tubuh membaik -lakukan penghangatan
2 suhu kulit membaik eksternal(kompres hangat pada
3 kulit merah menurun dahi, leher,abdomen, axila)
4 pucat menurun Edukasi:
-anjurkan memakai pakaian
yang longgar tipis dan
menyerap kringat.
22- Resiko SLKI SIKI
06- defisit Tujuan: setelah dilakukan Observasi:
2020 nutrisi b.d tindakan keperawatan selama -identifikasi makanan yang
faktor 2X24 jam diharapkan nutrisi disukai
psikologis pasien akan terpenuhi sesuai -monitor asupan makanan
(keengganan kebutuhan, dengan criteria Terapeutik:
untuk hasil: -sajikan makanan secara
mankan) 1 keinginan makan meningkat menarik dan suhu yang sesuai
2 asupan nutrisi meningkat -berikan makanan tinggi kalori
3 stimulus untuk makan dan tinggi protein
meningkat Edukasi:
-anjurkan posisi duduk
-anjurkan diet yang
diprogramkan

D. IMPLEMENTASI

Tgl / jam Diagnosa Implementasi Respon


keperawatan

22-06- Hipertermia Observasi: -pasien tampak


2020/08.0 b.d aktivitas -memonitor suhu tubuh kooperatif saat
0 yang Terapeutik: dilakukan monitor
berlebihan d.d -melonggarkan pakaian suhu tubuhnya
suhu tubuh pasien -pasien kooperatif saat
tinggi -memberi cairan oral dilonggarkan pakaian
(minum air putih sedikit yang dikenakanya
tapi sering) -pasien sedikit mau
-melakukan jika diberi minum air
penghangatan putih
eksternal(kompres -pasien kooperatif saat
hangat pada dahi, dilakukan kompres
leher,abdomen, axila) hangat pada dahi,
Edukasi: axial, leher)
-menganjurkan memakai -ibu pasien mengerti
pakaian yang longgar ketika diberikan
tipis dan menyerap edukasi memberikan
kringat. pakaian yang longgar
dan tipis untuk pasien
22-06- Resiko defisit Observasi: - pasien mau
2020/10.0 nutrisi b.d -mengidentifikasi menjawab pertanyaan
0 faktor makanan yang disukai identifikasi makanan
psikologis -memonitor asupan yang disukainya
(keengganan makanan - pasien kooperatif
untuk makan) Terapeutik: saat dilakukan
-menyajikan makanan monitor asupan
secara menarik dan suhu makananya
yang sesuai - saat disajikan
-memberikan makanan makanan yang disukai
tinggi kalori dan tinggi pasien tampak
protein memakanya tapi
Edukasi: hanya dihabiskan
-menganjurkan posisi setengah porsi
duduk -pasien tampak suka
-menganjurkan diet yang dengan makanan yang
diprogramkan tinggi kalori dan
tinggi protein
-pasien tampak nurut
ketika dianjurkan
untuk duduk
-pasien mematuhi diet
yang telah di
programkan.
23-06- Hipertermia Observasi: -pasien tampak
2020/ b.d aktivitas -memonitor suhu tubuh kooperatif saat
08.00 yang Terapeutik: dilakukan monitor
berlebihan d.d -melonggarkan pakaian suhu tubuhnya
suhu tubuh pasien -pasien kooperatif saat
tinggi -memberi cairan oral dilonggarkan pakaian
(minum air putih sedikit yang dikenakanya
tapi sering) -pasien selalu
-melakukan menghabiskan minum
penghangatan yang telah diberikan
eksternal(kompres -pasien kooperatif saat
hangat pada dahi, dilakukan kompres
leher,abdomen, axila) hangat pada dahi,
Edukasi: axial, leher)
-menganjurkan memakai -ibu pasien mengerti
pakaian yang longgar ketika diberikan
tipis dan menyerap edukasi memberikan
kringat. pakaian yang longgar
dan tipis untuk pasien
23-06- Resiko defisit Observasi: - pasien mau
2020/10.0 nutrisi b.d -mengidentifikasi menjawab pertanyaan
0 faktor makanan yang disukai identifikasi makanan
psikologis -memonitor asupan yang disukainya
(keengganan makanan - pasien kooperatif
untuk makan) Terapeutik: saat dilakukan
-menyajikan makanan monitor asupan
secara menarik dan suhu makananya
yang sesuai - saat disajikan
-memberikan makanan makanan yang disukai
tinggi kalori dan tinggi pasien memakanya
protein full porsi
Edukasi: -pasien tampak suka
-menganjurkan posisi dengan makanan yang
duduk tinggi kalori dan
-menganjurkan diet yang tinggi protein
diprogramkan -pasien tampak nurut
ketika dianjurkan
untuk duduk
-pasien mematuhi diet
yang telah di
programkan.

EVALUASI

Tgl/Jam Diagnosa Catatan perkembangan TTD


24/08.00 Hipertermia b.d S : Klien mengatakan badannya sudah tidak panas
aktivitas yang O:
berlebihan d.d suhu -pasien tampak tidak pucat
tubuh tinggi TTV :
S: 36,5 derajad selsius
TD : 95/70 mmHg
N : 80 kali/menit
Rr: 16X/menit
A: masalah hipertermi teratasi
P: hentikan intervensi

24/08.00 Resiko defisit S: pasien mengatakan sudah meiliki nafsu makan


nutrisi b.d faktor seperti biasanya
psikologis O: pasien tampak tidak lemah, dan sudah tidak pucat
(keengganan untuk A: masalah resiko defisit nutrisi teratasi
makan) P: hentikan interfensi
”KONTRAK BELAJAR”

Nama: Siti ulfatun nadziroh


NIM: 30901800172

NO JAM RENCANA KEGIATAN IMPLEMENTASI DAN


EVALUASI
1. Senin, 15 1. Menyusun kontrak belajar Sudah melakukan penyusunan
Juni 2020 2. Penyusunan Laporan kontrak belajar ,dan penyusunan
08.00-17.00 Pendahuluan dengan kasus laporan pendahuluan pada kasus
Asma asma
2. Selasa, 16 1. Pre conference
Juni 2020 2. Pemeriksaan fisik pada anak
08.00-16.00 3. Kangaroo mother care
4. Melakukaan terapi bermian
3. Rabu, 17 1. Penyusunan Laporan Kasus
Juni 2020 dilingkungan masing-maisng
08.00-16.00 2. Pemberian makan melalui
OGT/NGT
4. Kamis, 18 1. Melakukan pemberian terapi
Juni 2020 oksigenasi
08.00-16.00 2. Melakukan pemberian
nebulizer
3. Bedside teaching
5. Jumat, 19 1. Melakukan water tepid
Juni 2020 sponge
08.00-16.00 2. Melakukan fisioterapi dada
3. Post conference
6. Sabtu, 20 1. Memberikan pendidikan
Juni 2020 kesehatan
08.00-16.00 2. Menghitung kebutuhan terapi
3. Penyusunan log book
SATUAN ACARA PENYULUHAN

MENJAGA KEBERSIHAN TANGAN


Disusun oleh
Siti ulfatun nadziroh

30901800172

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

MENJAGA KEBERSIHAN TANGAN

1. Topik : menjaga kebersihan tangan


2. Sub topik : mencuci tangan dengan benar
3. Hari/ Tanggal : Sabtu 3 Juli 2020
4. Tempat : halaman rumah
5. Sasaran : anak-anak
6. Penyuluh : Mahasiswa
7. Tujuan :
A. Tujuan Intruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 15menit, diharapkan anak-anak dapat
mengerti dan memahami gambaran umum tentang cara mencuci tangan dengan
benar .
B. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan sasaran mampu :
a. Menjelaskan pengertian apa itu cuci tangan
b. Menjelaskan tahapan cuci tangan
c. Menyebutkan akibat apabila tidak mencuci tangan
d. bisa melakukan cuci tangan dengan benar sesuai yang diajarkan
8. Materi : Terlampir

9. Metode : Ceramah, diskusi/ tanya jawab

10. Media : air mengalir & handuk

11. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran


1. 5 Menit 1. Pengucapan salam 1. Menjawab salam
2. Perkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
Penjelasan mengenai materi dan memperhatikan
tujuan
2. 15 Menit 1.Menjelaskan pengertian Menimak mengajukan
mencuci tangan pada anak pertanyaan dan
2.Menjelaskan kapan saja mendemonstrasikan
melakukan cuci tangan
3.Menyebutkan tahapan cuci
tangan dengan benar
4.Mempraktikan cuci tangan
dengan benar
3. 5 Menit 1.Menyimpulkan materi Mendengarkan, menjawab
2.Mengevaluasi dengan pertanyaan, dan menjawab salam
menanyakan kepada sasaran
tentang materi yang telah
diberikan
3.Mengakhiri pertemuan dengan
mengucapkan salam dan terima
kasih

13. Evaluasi :

No Pertanyaan Bobot
1 Apakah pengertian dari cuci tangan? 1
2 Kapan saja cuci tangan perlu dilakukan? 1
3 Bagaimana praktik cuci tangan yang benar? 1
Jumlah 3

LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian cuci tangan


Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua
belah tangan dengan memakai sabun dan air.
2. Tujuan cuci tangan
Untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan
mengurangi jumlah mikroorganisme sementara (dahlan dan umrah, 2013).
3. Waktu untuk cuci tangan
a. Sebelum dan sesudah makan
b. Sebelum dan sesudah menyiapkan bahan makanan
c. Sebelum dan sesudah buang air besar dan buang air kecil
d. Setelah bersin/batuk
e. Setelah menyentuh binatang
f. Setelah bermain
g. Setelah menyentuh benda kotor
h. Setelah memegang benda umum
4. Perlengkapan dan peralatan mencuci tangan dengan benar
a. Sabun/antiseptic
b. Handuk bersih
c. Wastafel/air mengalir
5. Teknik mencuci tangan dengan benar
a. Basahi tangan menggunakan air
b. Tuangkan sabun pada tangan
c. Gosok sampai berbusa di ikuti gerakan tangan sampai 15 detik
d. Bilas menggunakan air mengalir
e. Keringkan tangan menggunakan air
f. Tutup kran menggunakan handuk atau lengan.
Lampiran foto pendidikan kesehatan cara mencuci tangan:

Anda mungkin juga menyukai