ASMA
DOSEN PEMBIMBING
Ns.indra tri astuti, M.Kep, Sp.Kep.An
DISUSUN OLEH:
30901800172
2020
1. Definisi
Asma adalah penyakit obstruksi saluran nafas yang ditandai oleh tiga serangkai yaitu kontraksi
otot-otot bronkhus, inflamasi airway dan peningkatan sekresi. Serangan asma dipicu oleh
olahraga, perubahan cuaca, udara dinging, alergen (misalnya: debu, serbuk sari, kecoak).
Ekspresi emosi (marah, gelak tawa, menangis). Polusi udara, perubahan lingkungan, paparan
asap rokok, iritan, refluk asam dan infeksi-infeksi pernafasan virus.
Tingkat gejala asma yang yang dialami oleh pemderita asma telah diklasifikasikan menjadi
empat jenis yaitu: 1) intermiten merupakan jenis asam yang terjadi bulanan dengan gejala kurang
dari satu kali seminggu, tidak menimbulkan gejala diluar serangan dan biasanya terjadi dalam
waktu singkat. 2) Persisten ringan yang serangannya terjadi mingguan dengan gejala lebih dari
satu kali seminggu tetapi kurang dari satu kali sehari, yang dapat mengganggu aktivitas dan
tidur. 3) Persisten sedang dengan gejala yang muncul setiap hari dan membutuhkan
bronkodilator setiap hari. 4) Persisten berat yang terjadi secara kontinyu, gejala terus menerus,
sering kambuh dan aktivitas fisik terbatas (GINA, 2012).
2. etiologi
Obstruksi jalan napas pasa asma disebabkan oleh :
a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.
b. Kembengkakan membrane bronkus
c. Bronkus berisi mucus yang kental
3. Patofisiologi
Serangan asma terjadi apabila terpajan alergen sebagai pencetus. Pajanan alergen tersebut
menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema dan hipersekresi saluran napas dengan hasil
akhir berupa obstruksi saluran napas bawah sehingga terjadi gangguan ventilasi berupa kesulitan
napas pada saat ekspirasi (air trapping).
Terperangkapnya udara saat ekspirasi mengakibatkan peningkatan tekanan CO2 dan pada
akhirnya menyebabkan penurunan tekanan O2 dengan akibat penimbunan asam laktat atau
asidosis metabolik. Adanya obstruksi juga akan menyebabkan terjadinya hiperinflasi paru yang
mengakibatkan tahanan paru meningkat sehingga usaha napas meningkat. Usaha napas terlihat
nyata pada saat ekspirasi sehingga dapat terlihat ekspirasi yang memanjang atau wheezing.
Adanya peningkatan tekanan CO2 dan penurunan tekanan O2 setra asidosis dapat menyebabkan
vasokonstriksi pulmonar yang berakibat pada penurunan surfaktan. Penurunan surfaktan tersebut
dapat menyebabkan keadaan atelektasis. Selain itu, hipersekresi akan menyebabkan terjadinya
sumbatan akibat sekret yang banyak (mucous plug) dengan akibat atelektasis.
4. Manifestasi klinik
Menurut (Padila, 2013) adapun manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma
diantaranya ialah:
a. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk berdahak sisertai atau tidak dengan pilek
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
3) Wheezing belim ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
6) BGA belum patogis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum, wheezing, ronchi basah bila terdapat
hipersekresi, penurunan tekanan parsial O2.
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4) suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA (Analisis gas darah) Pa O2 kurang dari 80%
9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Ro paru
10) hipokapneu dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.
5. Penata laksanaan gawat darurat
A. Penanganan awal, perlu dilakukan penilaian ABC secara cepat. Kebanyakan pasien
mengalami hipoksemia, hipovolemia, asidosis dan hipokalemia. Apabila pasien
mengalami hipoksemia harus dilakukan koreksi dengan pemberian oksigen dengan
konsentrasi tinggi. Pasien juga perlu diberikan secara berulang-ulang agonis β2 kerja
singkat (misal: salbutamol) dalam dosis 5 mg atau bisa diberikan bersama pemberian
oksigen. Meskipun maksimal 10% obat nebulizer yang mencapai bronkhiole pemberian
tetap dilanjutkan hingga ada respon klinis yang signifikan atau terjadi efek samping yang
serius seperti takikardi, aritmia, tremor, hipokalemia dan hiperglikemia. Saat ini, untuk
asm yang mengancam jiwa pemberian agnosis β2 ditambahkan dengan nebulized
ipratropium bromide dengan dosis 400 μg per 4 jam. Penambahan obat ini meningkatkan
bronkodilasi jika dibandingkan dengan agnosis β2 saja disamping efek samping yang
minimal.
B. Penggunaan steroid sistemik pada asma yang mengancam jiwa dapat meningkatkan
kemampuan hidup. Tablet steroid (prednisolone 40-50mg/hari) sama manjurnya dengan
steroid intravena pada asma akut yang berat. Jika ragu menggunakan tablet, pemberian
secara intravena (hidrkortison 200mg kemudian diikuti 100 mg per 6 jam).
C. Pemberian magnesium sulfat dengan dosis 1,2-2 gr selama 20 menit menunjukkan aman
dan efektif untuk asma akut yang berat. Magnesium adalah relaksan otot polos,
mengakibatkan bronkodilasi. Berhati-hatilah menggunakan obat ini karena dapat
menyebabkan kelemahan otot dan menimbulkan gagal nafas.
D. Pemberian bronkodilator intravena alternatif seperti aminofilin sangat membantu pasien
asma yang mengancam nyawa. Dengan dosis 5 mg/kg BB sekama 20 menit pada terapi
oral maintenance, kemudian dilanjutkan dengan infus 0,5-0,75 mg/kg BB/menit. Namun
pemberian obat ini memunculkan kontroversi karena efek sampingnya seperti aritmia,
gelisah, muntah, dan kejang.
E. Pemberian epinefrin dilakukan apabila tindakan-tindakan di atas tidak memberikan
respon. Obat ini dapat diberikan secara subkutan dengan dosis 0,3 - 0,4 1:1000 tiap 20
menit untuk tiga dosis. Diberikan secara nebulizer dengan dosis 2 - 4 ml dengan
konsentrasi 1% tiap jam atau pada keadaan ekstrim diberikan lewat intravena dengan
dosis 0,2 – 1 mg diberikan bolus diikuti dengan 1 – 20 μg permenit.
Pertolingan pertama asma :
a. Dudukkan penderita agak lurus dengan nyaman. Bersikap tenan, jangan tinggalkan
penderita sendiri
b. Berikan 4 isapan obat pelega nafas (misalnya: ventolin, asmol). Bila ada gunakan
spacer (kantong udara). Berikan 1 isapan obat diikuti dengan 4 kali tarikan nafas
setiap kali isapan. Gunakan inhaler milik penderita jika mungkin, jika tidak inhaler kit
pertolongan pertama.
c. Tunggu selama 4 menit. Jika penderita masih tidak dapat nafas secara normal berikan
4 isapan lagi.
d. Jika penderita masih tidak bisa bernafas normal, panggil ambulance segera katakan
bahwa seseorang mengalami serangan asma. Tetap berikan pelega nafas, berikan
4isapan setiap 4 menit hingga ambulance datang. Pada anak-anak 4 isapan tiap kali
adalah dosis aman. Sedangkan pada orang dewasa yang mengalami serangan berat
bisa diberikan 6 – 8 isapan tiap 4 menit.
6. pemeriksaan penunjang
b) Pemeriksaan radiologi
Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflamasi paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, setra
diagfragma yang menurun. Pada penderita dengan komplikasi terdapat
gambaran sebagai berikut :
a) Bila disetrai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah
b) Bila ada empisema (COPD), gambaran radiolusen semakin bertambah
c) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrase paru.
d) Dapat menimbulkan gambaran etelektasis paru
e) Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah radiolusen pada paru
d) Elektrokardiografi
a) Terjdi right axis deviation
b) Adanya hipertropo otot jantung Right Bundle Branch Bock
c) Tanda hipoksemia yaitu sinus takikardi, SVES, VES, atau terjadi depresi
segmen ST negatif.
e) Scanning paru
Melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan
asma tidak menyeluruh pada paru-paru. (Wahid & Suprapto,2013)
7. Pathways keperawatan
Faktor pencetus
asama
Alergi Idiopatik
Bersihan jalan
Menekan sisi luar Diameter bronkiolus napas tidak
ekspirasi
bronkiolus mengecil efektif
Ansietas Dispneu
-ajarkan mengubah
posisi secara mandiri -memberikan posisi
Kolaborasi nyaman
-kolaborasi pemberian
bronkodilator - memberikan
bronkodilator sesuai
indikasi
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/2731/2579
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-GAdar-dan-MAnajemen-Bencana-
Komprehensif.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN
“FEBRIS”
NIM : 30901800172
2019/2020
A. pengkajian
1. Identitas pasien dan penanggung jawab
- Identitas pasien:
Nama : an S
Umur : 6th
Agama : islam
Pendidikan : Tk
Pekerjaan :-
Alamat : desa pinggan , kecamatan bulu , kabupaten
rembang
Diagnose medis : cacar air
Tanggal dan jam masuk :-
- Identitas penanggung jawab:
Nama : ny. L
Umur : 36th
Agama : islam
Alamat : desa pinggan , kecamatan bulu , kabupaten
Hubungan dengan pasien: ibu dari pasien
B. Status kesehatan saat ini
1. Pasien mengatakan keluhan utama yang dirasakan adalah pasien merasa tubuhnya
panas,
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit seperti sekarang ini, tapi pasien
belum pernah dirawat di rumah sakit, tidak pernah menjalani oprasi, dan tidak punya
alergi obat.
3. Riwayat penyakit kluarga
Kluarga pasien memiliki penyakit yang sama dengan pasien
C. Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien tinggal di perumahan yang jauh dengan pabrik, lingkungannya cukup bersih
dan nyaman.
II POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)
1. Kesadaran
Composmentis
2. Penampilan
Lemah dan pucat
3. Vital sign
a. Suhu Tubuh: 39 derajad celsius
b. Tekanan Darah
c. Respirasi : 18x/menit
d. Nadi: 80x/menit
4. Kepala
Bentuk kepala mesosopal, tidak terdapat lesi dan benjolan, rambut bersih tanpa
ketombe.
5. Mata
Mata normal, tidak ikterik maupun anemis
6. Hidung
Hidung bersih tidak terdapat sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung.
7. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada alat bantu dengar, dan
tidak terdapat infeksi
8. Mulut dan Tenggorokan
Gigi bersih tidak ada caries, tidak ada bau mulut, tidak terjadi pembesaran nadi
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
9. Dada
Dada simetris, tidak teraba benjolan, dan tidak ada nyeri tekan
10. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk perut datar dan simetris
Auskultasi : bising usus terdengar
Perkusi : suara timpani
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
11. Genetalia : genetalia pada pasien tampak bersih, tidak terdapat tanda-tanda infeksi,
tidak terpasang kateter
12. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas pada pasien berfungsi secara normal, capillary revill pasien <3 detik,
pada tangan pasien tidak sedang terpasang infus
13. Kulit
Kulit pada pasien tampak bersih tidak ada luka atau bekas jahitan, kulit pasien
lembab.
A. ANALISA DATA
C. PLANNING / INTERVENSI
Tgl / Diagnosa Tujuan & Planning
jam keperawatan
Kriteria Hasil
D. IMPLEMENTASI
EVALUASI
30901800172
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
13. Evaluasi :
No Pertanyaan Bobot
1 Apakah pengertian dari cuci tangan? 1
2 Kapan saja cuci tangan perlu dilakukan? 1
3 Bagaimana praktik cuci tangan yang benar? 1
Jumlah 3
LAMPIRAN MATERI