Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH ASMA BRONKIAL

PATOLOGIS SISTEM PERNAFASAN DI RUANG AN NISA 1

RS ISLAM PONDOK KOPI JAKARTA

NAMA:ERRINA NOVITASARI
NPM: F0H020012

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat
hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu,
 jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan
meningkatnya proses radang (almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap
rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa
saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan
orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (saheb, 2011)
Asma adalah penyakit implamasi koronik saluran nafas dimana banyak sel berperan terutama sel mast, esonofil,
limposit t magropag, neuropil dan sel epitel. (slamet hariadi, dkk 2010). Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran
napas yang terdapat di seluruh dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan dengan peningkatan
kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang (wheezing), sesak napas (breathlessness), dada rasa
tertekan (chest tightness), dispnea, dan batuk (cough) terutama
 pada malam atau dini hari. (pdpi, 2006; gina, 2006). Menurut national heart, lung and blood institute (nhlbi, 2007),
pada individu yang rentan, gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan
hiperesponsivitas dari saluran  pernapasan yang bervariasi derajatnya.
Asma merupakan suatu penyakit pada pernafasan khususnya pada jalan nafasnya yang melibatkan berbagai sel
inflamasi sehingga mengobstruksi jalan nafas, dan bersifat reversible yang berespon pada stimuli tertentu.

B. klasifikasi

(brunner & suddart. 2002. Keperawatan medikal bedah, hal 611).

a) Asma alergik, disebabkan oleh allergen yang dikenal missal ( serbuk sari, binatang, makanan, dan jamur)
kebanyakan allergen terdapat di udara dan musiman. Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat
medis masa lalu eczema atau rhinitis alergik. Pemajanan terhadap allergen mencetuskan serangan asma. Anak 
anak dengan asma alergik sering mengatasi kondisi sampai masa remaja.
b) Asma idiopatik/ non alergik, tidak berhubungan dengan allergen spesifik. Factor factor, seperti common cold,,
infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan. Beberapa
agens farmakologi, seperti aspirin dan agens anti inflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut, antagonis bête
adrenergic, dan agens sulfit ( pengawet makanan) juga mungkin menjadi factor. Serangan asma idiopatik
nonalergik menjadio lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronchitis kronis dan emfisema.
c) Asma gabungan, adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik maupun bentuk idiopatik/ nonalergik

C. Penyebab

A.  Faktor ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)

- Reaksi antigen-antibodi
- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

B.  Faktor intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)

- Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal


- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
- Iritan : kimia
- Polusi udara : co, asap rokok, parfum
- Emosional : takut, cemas dan tegang
- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

D. tanda dan gejala

1. stadium dini

-Faktor hipersekresi yang lebih menonjol 


a) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b) Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c) Whezing belum ada
d) Belum ada kelainan bentuk thorak
e) Ada peningkatan eosinofil darah dan ig e
f) Bga belum patologis
-Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
a) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b) Whezing
c) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d) Penurunan tekanan parsial o2

2. Stadium lanjut/kronik
a) Batuk, ronchi
b) Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan
c) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e) Thorak seperti barel chest
f) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g) Sianosis
h) bga pa o2 kurang dari 80%
i) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j) hipokapnea dan alkalosis bahkan hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respirator asidosis respiratorikik
(halim danukusumo, 2000, hal 218-229)

Tanda dan gejala umum :

a) Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop


b) Batuk produktif, sering pada malam hari
c) Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang

E. pemeriksaan diagnostik
1. pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
A.  Kristal  – k ristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
B.  Terdapatnya spiral curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang- cabang bronkus
C.  Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
D.  Terdapatnya neutrofil eosinofil
2.  Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal,
walaupun terdapat komplikasi asma
A.  Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian paco2 maupun penurunan ph
menunjukkan prognosis yang buruk
B.  Kadang  –k  adang pada darah terdapat sgot dan ldh yang meninggi
  C. hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
D. pada pemeriksaan faktor alergi terdapat ige yang meninggi pada waktu seranggan, dan menurun pada waktu
penderita bebas dari serangan.
E .pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi
yang positif pada tipe asma atopik.
3 foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma, gambaran ini menunjukkan
hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan
 pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang
terjadi adalah:
a) Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b) bila terdapat komplikasi emfisema (copd) menimbulkan gambaran yang bertambah.
c) Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.

4. pemeriksaan faal paru


a) Bila fev1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah
dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
b) Terjadi penambahan volume paru yang meliputi rv hampi terjadi pada seluruh asma, frc selalu menurun,
sedangan penurunan trc sering terjadi pada asma yang berat.
 5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan
gambaran emfisema paru, yakni :
a) Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi searah
 jarum jam
b) Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat rbb
c) Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, sves, dan ves atau terjadinya relatif st depresi.
F. penatalaksanaan medis
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan
 pengobatan farmakologik.

 1.pengobatan non farmakologik


A.Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar
menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.

B. Menghindari faktor pencetus


Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara
menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.

C. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural,
perkusi dan fibrasi dada.
 
2.pengobatan farmakologik
A).agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua
adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( alupent, metrapel ).

B).metil xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak
memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.

C).kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid
dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian
steroid yang lama mempunyai
Efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.

D).kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.

E).ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.

F).iprutropioum bromide (atroven)


Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
 3.pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus rl : d5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip rlatau d5 mentenence (20
tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
  antibiotik spektrum luas.

  pengkajian keperawatan
  1.pengkajian primer asma
a. Airway
- Peningkatan sekresi pernafasan
- Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
- Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
- Menggunakan otot aksesoris pernafasan
-  kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
- Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
- Papiledema
- Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek
kesadaran, reaksi pupil.
  2 . pengkajian sekunder asma
 a.anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
 berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu
maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat
 berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran. Keluhan
dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya
komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah :
 napas berbunyi, sesak, batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan
pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.

B.pemeriksaan fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui
 penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1)  status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot- otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi
istirahat klien.
 2). Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
 bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.
 3 ) . thorak
 a). Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-
otot interkostalis, sifat dan irama
 pernafasan serta frekwensi peranfasan.
 b) palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
C) perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
D) auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan
bunyi pernafasan dan wheezing.
 4).sistem pernafasan
a) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi produktif yang mula-
mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
b) frekuensi pernapasan meningkat
c) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
d) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
e) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
f) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1. Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga dada yang pada perkusi
terdengar hipersonor.
2. Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
Bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi suprasternal,
Supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
3. Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan
wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
  5.sistem kardiovaskuler
a. Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
 b  pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1. Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
2. Timbul pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmhg pada waktu
inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmhg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmhg atau lebih.
C)  pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama
 jantung.
  f . diagnosa keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul dalam kasus asma adalah :


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif  
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas ditandai dengan sputum yang
berlebihan.
2) Intoleransi aktivitas 
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan mengeluh lelah.
3) Pola nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas yang ditandai dengan penggunaan otot bantu
pernapasan.
A. Intervensi
diagnosa Intervensi (siki)
Tujuan dan kriteria hasil
No
Keperawatan (slki)

1  bersihan jalan nafas tidak


efektif Setelah dilakukan intervensi manajemen jalan nafas

 berhubungan dengan Selama ..x..24jam, diharapkan Observasi:


bersihan jalan nafas meningkat
 benda asing dalam jalan 1)   monitor pola nafas
dengan kriteria hasil:
nafas ditandai dengan (frekuensi, kedalaman,
sputum yang - batuk efektif meningkat usaha nafas)
 berlebihan. - produksi sputum menurun
- mengi, wheezing menurun 2)   monitor bunyi
nafas tambahan
- meconium meurun
(mis. Gurgling, mengi
- dispneaa meurun
wheezing, ronkhi kering)
- ortopnea menurun
3)   monitor sputum
- sulit bicara menurun
(jumlah warna
aroma)
Terapeutik:
1)   pertahankan kepatenan
jalan nafas dengan
head tilt chin lift
(jawthrust jika curiga
trauma servical) 
2)   posisikan

semifowler/fowlee 
3)   berikan minum
hangat 
4)   lakukan fisioterapi
dada, jika perlu 
5)   lakukan
 penghisapan lender
kurang dari 15 detik  
6)   lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
 penghisapan endotrakeal 
7)   keluarkan

Sumbatan benda
 padat dengan forsep
mcgill 
8)   berikan oksigen
 bila perlu  e
dukasi:
1)   njurkan asupan
2000ml perhari,
 jika tidak kontraindikasi 
2)   ajarkan teknik
 batuk efektif  
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
 bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik,
 jika perlu
2.
  intoleransi aktivitas (slki) : intoleransi siki: intoleransi
 berhubungan dengan aktivitas aktivitas intervensi
kelemahan ditandai dengan Luaran utama utama
mengeluh lelah. Label: terapi aktivitas
Label : toleransi aktivitas setelah
dilakukan intervensi Observasi:
selama ..x..24jam, diharapkan 1)   observasi identifikasi
toleransi aktivitas meningkat
deficit tingkat
meningkat dengan kriteria hasil:
aktivitas 
-  frekuensi nadi
2)   indentifikasi aktivitas
meningkat
dalam aktivitas
-  saturasi oksigen
tertentu 
Meningkat 3)   identifikasi
-  kemudahan dalam sumber daya
melakukan aktivitas
Untuk aktivitas yang
sehari-hari meningkat diinginkan 
-  keluhan lelah
Terapeutik
menurun
1)   fasilitasi memilih
-  dyspnea saat melakukan
aktivitas menurun aktivitas dan tetapkan

-  dyspnea setelah tujuan aktivitas yang


konsisten sesuai
aktivitas menurun
kemampuan fisik,
-  perasaan lemah
psikologis, dan
menurun
social
-  warna kulit
membaik 2)   kordinasikan
-  tekanan darah  pemilihan aktivitas

membaik sesuai usia


3)   fasilitasi pasien dan
keluarga
-  frekuensi napas dalam menyesuaikan
membaik   lingkungan untuk
mengakomodasi
aktivitas yang dipilih
4)   fasilitai aktivitas
fisik rutin (mis.
Ambulasi,
mobilisasi, dan
 perawatan diri 5) 
fasilitasi
Aktivitas motoric

Untuk merelaksasi
otot
6)   libatkan keluarga
dalam aktivitas
jika
 perlu
7)   jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas
sehari- hari
E dukasi:
1)   jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari jika
 perlu

2)   ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang dipilih
Kolaborasi:
1)   kolaborasi dengan
terapis ukupasi
dalam mrencanakan
dan memonitor
 program aktivitas rujuk
pada pusat atau
 program aktivitas
komunitas, jika perlu

3.
    pola nafas tidak efektif (slki) : pola nafas tidak usaha nafas)
 berhubungan dengan efektif 2) Monitor bunyi nafas
hambatan upaya napas yang Luaran utama label : pola tambahan (mis.
ditandai dengan napas Gurgling, mengi
Penggunaan otot bantu wheezing, ronkhi
Setelah dilakukan
Pernapasan. kering)
intervensi
3) Monitor sputum
Selama ..x..24 jam,
(jumlah warna aroma)
diharapkan pola napas
Terapeutik:
membaik dengan kriteria
1)   pertahankan
Hasil:
kepatenan jalan
-  ventilasi semenit
nafas dengan head
meningakat
-  kapasitas vital
meningkat
-  dispnea menurun
-  penggunakan otot
 bantu nafas menurun
- pemanjangan fase
ekspirasi menurun
-  pernapasan cuping
hidung menurun

Siki: polanafas tidak


efektif intervensi utama
label: manajemen jalan
nafas
Observasi:
1) Monitor pola nafas
(frekuensidalam,
     tilt chin lift (
Jawthrust jika curiga trauma
servical)
3) posisikan
semifowler/fowlee
4) berikan minum
hangat
5) lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
6) lakukan
penghisapan lender kurang dari
15 detik
7) lakukan
hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
8) keluarkan sumbatan
benda
padat dengan forsep mcgill
9) berikan oksigen
bila perlu.
Edukasi:
Anjurkan asupan 2000ml
perhari, jika tidak
kontraindikasi ;ajarkan teknik batuk
efektif  
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik,
 jika perlu

H. Implementasi keperawatan
Dilakukan sesuai dengan intervensi dan diagnosa dari pasien tersebut.
I. Evaluasi
Evaluasi dibagi menjadi dua evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, dimana evaluasi valuasi sumatif, dimana evaluasi
formatif formatif
Digunakan dibagaian implementasi dan tidak menyeluruh sedangkan evaluasi sumatif
Diginakan dibagian diginakan dibagian evaluasi dan evaluasi dan bersifat menyeluruh bersifat menyeluruh dalam
mengevaluasi pasi dalam mengevaluasi pasien.

Anda mungkin juga menyukai