OLEH
TELAH DISAHKAN
PADA TANGGAL……….. DI ……….
OLEH
A. PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu,
jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,
sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan
ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia,
tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang
dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah penyakit implamasi koronik saluran nafas dimana banyak sel berperan
terutama sel mast, esonofil, limposit T magropag, neuropil dan sel epitel. (Slamet Hariadi,
dkk 2010). Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh
dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan dengan peningkatan
kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang (wheezing), sesak
napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightness), dispnea, dan batuk
(cough) terutama pada malam atau dini hari. (PDPI, 2006; GINA, 2006). Menurut
National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI, 2007), pada individu yang rentan,
gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan
hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang bervariasi derajatnya.
Jadi, Asma merupakan suatu penyakit pada pernafasan khususnya pada jalan nafasnya
yang melibatkan berbagai sel inflamasi sehingga mengobstruksi jalan nafas, dan bersifat
reversible yang berespon pada stimuli tertentu.
B. Klasifikasi
(Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, hal 611).
a. Asma alergik, disebabkan oleh allergen / allergen – allergen yang dikenal missal
( serbuk sari, binatang, makanan, dan jamur) kebanyakan allergen terdapat di udara dan
musiman. Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat medis masa lalu
eczema atau rhinitis alergik. Pemajanan terhadap allergen mencetuskan serangan asma.
Anak – anak dengan asma alergik sering mengatasi kondisi sampai masa remaja.
b. Asma idiopatik/ non alergik, tidak berhubungan dengan allergen spesifik. Factor –
factor, seperti common cold,, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan
lingkungan dapat mencetuskan serangan. Beberapa agens farmakologi, seperti aspirin
dan agens anti inflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut, antagonis bête adrenergic,
dan agens sulfit ( pengawet makanan) juga mungkin menjadi factor. Serangan asma
idiopatik/ nonalergik menjadio lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu
dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronis dan emfisema.
c. Asma gabungan, adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik/ nonalergik
C. PENYEBAB
a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
- Reaksi antigen-antibodi
- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
- Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
- Iritan : kimia
- Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
- Emosional : takut, cemas dan tegang
- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
a. Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
b.Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel
cabang-cabang bronkus
c.Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d.Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
leukosit
dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
a. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian
PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk
b. Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
c. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
d. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
a. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma,
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan
pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran
c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
a. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan
sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%
b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh
asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma
yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga
bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
a. Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi
searah jarum jam
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
c. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau
terjadinya relatif ST depresi.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan
pengobatan farmakologik.
1. Penobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa
diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate )
dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya
dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka
drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer Asma
a. Airway
- Peningkatan sekresi pernafasan
- Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
- Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
- Menggunakan otot aksesoris pernafasan
- Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
- Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
- Papiledema
- Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi
dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2. Pengkajian Sekunder Asma
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala
asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri
(pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang
hebat yang disertai gangguan kesadaran. Keluhan dan gejala tergantung berat
ringannya pada waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa
adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling
umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat
hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang
berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma
dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui
penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan
otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat
klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama
pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
4) Sistem pernafasan
a) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna
dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
b) Frekuensi pernapasan meningkat
c) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
d) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronchi kering dan wheezing.
e) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
f) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1. Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
2. Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
g) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent
chest), sianosis.
5) Sistem kardiovaskuler
a) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
b) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1. Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
2. Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih
daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau
lebih.
c) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama
jantung.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul dalam kasus asma adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas
ditandai dengan sputum yang berlebihan.
2. Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan mengeluh lelah.
3. Nyeri akut
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan mengeluh
nyeri.
4. Pola nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas yang ditandai
dengan penggunaan otot bantu pernapasan.
5. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi-perfusi
6. Defisit nutrisi
Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan
3. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil
No Intervensi (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
1 Bersihan jalan nafas SLKI : bersihan jalan jalan SIKI: Bersihan jalan
tidak efektif nafas tidak efektif nafas tidak efektif
berhubungan dengan Luaran Utama Intervensi Utama
benda asing dalam jalan Label : Bersihan jalan Label: Manajemen
nafas ditandai dengan nafas jalan nafas
sputum yang setelah dilakukan intervensi Observasi:
berlebihan. selama ..x..24jam, 1) Monitor pola nafas
diharapkan bersihan jalan (frekuensi,
nafas meningkat dengan kedalaman, usaha
kriteria hasil: nafas)
- batuk efektif meningkat 2) Monitor bunyi
- produksi sputum menurun nafas tambahan
- mengi, wheezing menurun (mis. Gurgling,
- meconium meurun mengi wheezing,
- Dispneaa meurun ronkhi kering)
- ortopnea menurun 3) Monitor sputum
- sulit bicara menurun (jumlah warna
aroma)
Terapeutik:
1) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas dengan head
tilt chin lift
(jawthrust jika
curiga trauma
servical)
2) Posisikan
semifowler/fowlee
3) Berikan minum
hangat
4) Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5) Lakukan
penghisapan lender
kurang dari 15 detik
6) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
7) Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan forsep
mcgill
8) Berikan oksigen
bila perlu
Edukasi:
1) njurkan asupan
2000ml perhari,
jika tidak
kontraindikasi
2) Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
4. Pola nafas tidak efektif (SLKI) : Pola nafas tidak SIKI: Polanafas tidak
berhubungan dengan efektif efektif
hambatan upaya napas Luaran Utama Intervensi Utama
yang ditandai dengan Label : Pola napas Label: Manajemen
penggunaan otot bantu setelah dilakukan intervensi jalan nafas
pernapasan. selama ..x..24 jam, Observasi:
diharapkan pola napas 1) Monitor pola nafas
membaik dengan kriteria (frekuensi,
hasil: kedalaman, usaha
- Ventilasi semenit nafas)
meningakat 2) Monitor bunyi
- Kapasitas vital nafas tambahan
meningkat (mis. Gurgling,
- Dispnea menurun mengi wheezing,
- Penggunakan otot ronkhi kering)
bantu nafas menurun 3) Monitor sputum
- Pemanjangan fase (jumlah warna
ekspirasi menurun aroma)
- Pernapasan cuping Terapeutik:
hidung menurun 1) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas dengan head
tilt chin lift
( jawthrust jika
curiga trauma
servical)
2) Posisikan
semifowler/fowlee
3) Berikan minum
hangat
4) Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5) Lakukan
penghisapan lender
kurang dari 15 detik
6) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
7) Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan forsep
mcgill
8) Berikan oksigen
bila perlu
Edukasi:
1) njurkan asupan
2000ml perhari,
jika tidak
kontraindikasi
2) Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilakukan sesuai dengan intervensi dan diagnosa dari pasien tersebut.
5. EVALUASI
Evaluasi dibagi menjadi dua evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, dimana evaluasi
formatif digunakan dibagaian implementasi dan tidak menyeluruh sedangkan evaluasi
sumatif diginakan dibagian evaluasi dan bersifat menyeluruh dalam mengevaluasi
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaf Hood, dkk. 2010. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Airlangga university perss.
Basyir. 2005. Perilaku Merokok Pada Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.
Gershwin, M Eric dkk. 2006. Bronchial Asthma, A guide for practical understanding and
treatmet . Edisi V
GINA (Global Initiative for Asthma). 2006. Pocket Guide for Asthma Management
and Prevension In Children . www. Ginaasthma.org.
Hadibroto, Iwan & Syamsir Alam. 2006. Asma. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama
Nur Arif Amin H dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Mediaction
SDKI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik
2016. Tim Pokja SDKI DPP PPNI.
SLKI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan 2018. Tim Pokja SLKI DPP PPNI.
SIKI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan
2018. Tim Pokja SIKI DPP PPNI.
DOKUMENTASI