OLEH
A. PENGERTIAN
Laba kotor (gross profit) adalah selisih antara harga pokok penjualan dan penjualan.
Laba kotor atau gross profit ini sering disebut dengan istilah gross margin.
Analisis laba kotor merupakan suatu proses yang kontinu (berkesinambungan) dan
intensif. Analisis laba kotor dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti yangdilakukan
pada analisis biaya standar, meskipun biaya standar atau anggaran tidak diperlukan (bukan
menjadi keharusan).
Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan oleh satu atau kombinasi dari perubahan atau
perbedaan berikut ini :
1. Perubahan atau perbedaan pada harga jual per unit produk, yang disebut dengan selisih
harga jual (sales price variance).
2. Perubahan atau perbedaan pada volume produk yang dijual, yaitu selisih volume
penjualan (sales volume variance) ditambah selisih volume harga pokok (cost volume
variance) yang mencakup :
a. Perubahan atau perbedaan pada jumlah unit fisik yang dijual, yang disebut selisih
volume penjualan final (final sales volume variance), dan
b. Perubahan atau perbedaan pada jenis produk yang dijual, atau sering disebut
komposisi produk (produk mix) atau komposisi penjualan (sales mix), yang disebut
selisih komposisi penjualan (sales mix variance).
3. Perubahan atau perbedaan pada elemen-elemen biaya, seperti biaya bahan, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead, yang disebut selisih harga pokok (cost price variance).
Contoh kasus PT Magista Putra yang menjual satu jenis produk. Berikut ini disajikan data
perubahan (selisih) laba kotor dan data biaya per unit PT Magista Putra untuk tahun2010,
baik yang dianggarkan maupun yang direalisir :
Dari data ini dapat dilihat bahwa dibanding anggaran, penjualan realisasi 2,4% lebih
tinggi (naik). Sedangkan harga pokok penjualannya 2,8% lebih tinggi dibanding
anggarannya (naik). Oleh karena itu groos profit ratio mengalami penurunan dari 20%
menjadi 19,70%. Penurunan laba kotor sebesar Rp 1.200,00 ini menunjukkan penurunan
0,8% dari yang dianggarkan. Jumlah laba kotor harus cukup tinggi untuk dapat menutup
biaya pemasaran., biaya administrasi umum, dan biaya lainnya, termasuk pajak. Laba kotor
juga harus cukup tinggi untuk dapat menutup jumlah laba yang terkendali (untuk pusat laba)
atau jumlah laba yang terkendali (untuk pusat investasi).
Dua angka ratio penting yang harus diperhatikan dalam hubungannya dengan perubahan
laba kotor adalah cost of sales ratio dan gross profit ratio. Setiap perubahan pada cost of
sales ratio dan gross profit ratio tersebut harus dianalisis lebih jauh ke dalam kemungkinan
selisih-selisih berikut ini :
a. Selisih volume (volume variance) : apabila volume penjualan mengalami perubahan,
maka total penjualan dan total harga pokok penjualan juga berubah, sehingga laba kotor
berubah.
b. Selisih harga jual (sales price variance) : apabila harga jual per unit mengalami
perubahan, maka total penjualan juga berubah, sehingga laba kotor berubah.
c. Selisih harga pokok (cost price variance) : apabila harga pokok penjualan per unit
mengalami perubahan, maka total harga pokok penjualan juga berubah, sehingga laba
kotor berubah.
Selisih volume sebesar Rp 6.000,00 tidak menguntungkan ini (karena volume yang
sesungguhnya dijula 2.000 unit lebih rendah dari yang dianggarkan) menunjukkan
kegagalan manajer departemen produksi untuk menghasilkan tingkat aktivitas produktif
yang semestinya dihasilkan, atau kegagalan manajer pemasaran untuk menghasilkan tingkat
aktivitas penjualan yang semestinya dihasilkan.
Perhitungan Selisih Harga Jual
Selisih harga jual Rp48.000,00 menguntungkan ini cukup besar untuk dapat
mengompensasi selisih volume penjualan Rp6.000,00 tidak menguntungkan. Dengan
demikian, untuk saat ini strategi yang digunakan oleh manajer pemasaran dengan
menaikkan harga jual per unit cukup berhasil, khususnya dalam usahanya meningkatkan
total penjualan.
Dengan demikian, total perubahan (selisih) laba kotor sebesar Rp1.200,00 menguntungkan
dapat diringkas sebagai berikut:
Total 25.000 unit Rp504,00* Rp12.600.000,00 Rp268,00* Rp6.700.000,00 Rp236,00* Rp5.900.000,00 47%
Total 25.000 unit Rp510,00* Rp12.750.000,00 Rp274,00* Rp6.850.000,00 Rp236,00* Rp5.900.000,00 46%
Analisis terhadap laba kotor yang dianggarkan dan yang realisir secara rinci dilakukan
untuk selisih-selisih berikut:
1. Selisih harga jual (sales price variance)
2. Selisih volume penjulan (sales volume variance) ditambah selisih volume harga pokok
(cost volume variance) yang dipecah ke dalam selisih :
a. Selisih volume penjualan final (final sales volume variance) , dan
b. Selisih komposisi penjualan (sales mix variance).
3. Selisih harga-harga pokok (cost price variance)
Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih harga jual produk Q menguntungkan (laba),
sementara untuk produk P tidak menguntungkan (rugi).
Harga Harga
Pokok Per Pokok Per Volume Selisih
Produk L/R
Unit Unit Realisasi Harga Pokok
Anggaran Realisasi
P Rp 250,00 Rp 270,00 15.000 Rp 300.000 R
Q 280,00 280,00 10.000 -0- -
Total Rp 300.000 R
Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih harga pokok untuk produk P tidak
menguntungkan (rugi), sementara untuk produk Q tidak terjadi selisih (realisasi mampu
mencapai anggaran). Secara keseluruhan, selisih harga pokok bersifat tidak menguntungkan.
SELISIH VOLUME
Rp5.900.000,00
=
25.000
Sedangkan selisih volume final (“pure” final volume variance) dihitung dengan cara
sebagai berikut :
(Produk substitusi)
Pada satu sisi, selisih volume final untuk produk P menguntungkan, sementara pada sisi lain
selisih volume final produk Q tidak menguntungkan.
Selisih harga jual, harga pokok, volume penjualan, volume penjualan final dan selisih
komposisi tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut (dengan asumsi produk P dan Q
adalah produk substitusi):
Selisih volume final sebesar Rp0,00 tersebut lebih jauh dapat dipecah ke dalam selisih pasar
industri dan selisih bagian pasar (pangsa pasar), dengan cara perhitungan sebagai berikut :
Selisih pasar industri menguntungkan, yang berarti bahwa realisasi total penjualan
industri lebih besar dibanding total penjulan industri yang dianggarkan.
2009 2010
Unit Total Unit Total
Penjualan 2.000 Rp 6.000.000 2.200 Rp 6380.000
Harga pokok penjualan 2.000 5.000.000 2.200 6.050.000
Laba kotor 1.000.000 Rp 330.000
Selisih harga jual,harga pokok, dan volume penjualan dihitung sebagai berikut :
Penjualan tahun 2010 (sebagai realisasi) Rp 6.380.000
Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 : 6.600.000
2.200 x Rp3.000,00
Selisih harga jual Rp 220.000
(Rugi)
Selisih harga jual terjadi, karena harga jual per unit tahun 2010 (sebagai harga realisasi)
tidak sama dengan harga jual per unit tahu 2009 (sebagai standar). Oleh karena harga
realisasi (Rp2.900,00) lebih kecil dari harga standar (Rp3.000,00), maka selisih harga
jualnya tidak menguntungkan (rugi).
Selisih volume penjualan terjadi karena volume penjualan tahun 2010 (realisasi) tidak
sama dengan volume tahun 2009 (standar). Oleh karena volume realisasi (2.200 nit) lebih
besar disbanding volume standar (2.000 unit), maka selisih volumenya menguntungkan
(laba).
Harga pokok penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 Rp 5.500.000
Harga pokok penjualan tahun 2009 (sebagai standar) 5.000.000
Selisih volume harga pokok Rp 500.000
(Rugi)
Total selisih laba kotor sebesar Rp670.000,00 tidak menguntungkan (laba kotor tahun
2008 Rp330.000,00 dibanding laba kotor tahun 2009 Rp1.000.000,00), dapat diringkas
sebagai berikut:
Berikut ini disajikan sebagian data laba kotor yang diperoleh dari laporan rugi-laba
komparatif PT Bina Puteri Sejati untuk tahun yang berakhir 31 desember 2009 dan 2010 :
Disbanding tahun 2009, penjualan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp2.000,00
dan harga pokok penjualan meningkat dengan Rp60.000,00, sehingga laba kotor mengalami
penurunan sebesar Rp62.000,00.
Dari berbagai catatan yang berhasil didapat, diperoleh tambahan data tentang harga jual
per unit, harga pokok per unit, dan volume penjualan sebagai berikut :
Volume Penjualan tahun 2009 HPP 2010
Produk
(unit) Per unit Total Per unit Total
X 6.000 Rp150,00 Rp 900.000 Rp 120,00 Rp 720.000
Y 3.500 120,00 420.00 100,00 350.000
Z 1.000 100,00 100.000 87,50 87.500
Rp 1.420.000 Rp 1.156.500
Volume Penjualan tahun 2009 HPP 2010
Produk
(unit) Per unit Total Per unit Total
X 5.000 Rp160,00 Rp 800.000 Rp 140,00 Rp 700.000
Y 4.200 120,00 504.00 97,50 409.500
Z 1.200 95,00 114.000 90,00 108.000
Rp 1.418.000 Rp 1.217.500
Hasil analisis ini telah dapat menjelaskan alasan atau sebab-sebab penurunan laba kotor
sebesar Rp62.000,00 sebagai berikut:
Selisih volume bersih Rp13.500,00 tidak menguntungkan (rugi) merupakan kombinasi dari
selisih volume penjualan Rp46.000,00 (tidak menguntungkan) dan selisih volume harga
pokok Rp32.500,00 menguntungkan (laba). Selisih bersih ini harus dianalisis lebih jauh
untuk menentukan selisih komposisi dan selisih volume final. Untuk dapat melakukan
analisis ini, harus dihitung lebih dahulu laba kotor rata-rata standar (tahun 2009), dengan
cara sebagai berikut :
Total laba kotor tahun 2009 (standar)
=
Total unit yang dijual tahun 2009
Rp262.500,00
=
10.500
Laba kotor rata-rata per unit produk yang dijual tahun 2009 Rp25,00 ini bila dikalikan
dengan jumlah unit yang dijual tahun 2010 (10.400 unit), akan menghasilkan laba kotor
sebesar Rp260.000,00, yang merupakan laba kotor yang akan dicapai bila semua unit
tersebut dijual pada laba kotor rata-rata per unit tahun 2009.
Selisih komposisi dan selisih volume final dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
SELISIH KOMPOSISI
Cek:
Selisih komposisi dan selisih volume final tersebut juga dapat dihitung dengan cara
sebgai berikut :
Analisis laba kotor yang didasarkan pada anggaran atau biaya standar dapat memberikan
gambaran titik-titik kelemahan dari kinerja periode tersebut. Dengan demikiam, manajemen
akan mampu untuk menguraikan tindakan-tindakan perbikan yang diperlukan untuk
mengoreksi situasi.
E. RINGKASAN
Pada suatu periode, seorang manajer pusat laba atau manajer pusat investigasi mungkin
tidak mampu mencapai kinerja yang telah ditetapkan (dalam anggaran). Dalam kondisi
seperti ini diperlukan suatu analisis untuk dapat menentukan sebab-sebab terjadinya
penyimpangan yang tidak menguntungkan tersebut. Sau teknik yang sangat membantu
untuk dapat menjelaskan sebab-sebab terjadinya penyimpangan tersebut adalah analisis
laba kotor (gross profit analysis).
Pembahasan analisis laba kotor ini juga difokuskan baik pada perusahaan yang menjual
satu produk (single product) maupun lebih dari satu produk (multiple product). Manfaat
analisis laba kotor bagi manajemen juga dibahas pada bab ini.