Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

TAK KOGNITIF PADA LANSIA

Oleh: Kelompok 3

Kelas 3A

Rizki Noor Fauzia Madjiid 1810033051

Indah Ari Setiani 1910035002

Rada Amalia 1910035012

Desti Gita Safitri 1910035019

Endang Prasini 1910035026

Leli Olvania Silaban 1910035035

Nanda Sukma Diati 1910035038

PRODI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2019/2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Jumlah
lansia di Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya. Jumlah lansia di
Indonesia diperkirakan mencapai 30-40 juta pada tahun 2020 sehingga Indonesia
menduduki peringkat ke empat di dunia. Persentase jumlah populasi lansia pada
tahun 2000 sebesar 7,18% dari seluruh penduduk di Indonesia. Angka ini
meningkat menjadi 7,56% pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 7,58%
dari seluruh penduduk di Indonesia. Peningkatan jumlah lansia akan berdampak
pada perubahan transisi epidemiologi yaitu peningkatan angka kesakitan karena
penyakit degenerative
Meningkatnya proporsi lanjut usia, menimbulkan beberapa masalah
kesehatan pada lansia. Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI (2013), masalah kesehatan terbesar lansia adalah
penyakit degeneratif. Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% lansia penderita
penyakit degeneratif tidak dapat beraktivitas. Penyakit degeneratif pada lansia
salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif. Fungsi kognitif merupakan
proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan serta
kecerdasan, yang meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, perencanaan,
dan pelaksanaan (Santoso & Ismail, 2009).
Pada dasarnya, fungsi kognitif akan mengalami penurunan secara normal
seiring dengan penambahan usia. Selain itu, ada faktor risiko yang dapat
memengaruhi penurunan fungsi kognitif yaitu keturunan dari keluarga, tingkat
pendidikan, cedera otak, racun, tidak melakukan aktivitas fisik, dan penyakit
kronik seperti parkinson, jantung, stroke serta diabetes (The U.S Departement of
Health and Human Services, 2011). Sebenarnya, penurunan fungsi kognitif
dapat dihambat dengan melakukan tindakan preventif. Salah satu tindakan
preventif yang dapat dilakukan lansia yaitu dengan memperbanyak aktivitas fisik
(Blondell, Hammersley-Mather, & Veerman, 2014).
Pemeliharaan fungsi kognitif pada lansia menjadi hal yang sangat penting
untuk kesejahteraan lansia. Aktivitas kognitif yang dilakukan secara rutin diduga
dapat mempertahankan fungsi kognitif yang prima pada lansia. Oleh karena itu,
hal ini perlu dibuktikan dengan menguji perbedaan fungsi kognitif pada
kelompok lansia yang melakukan aktivitas kognitif secara rutin dan tidak rutin.
Selain itu, melalui penelitian ini juga akan diketahui aspek kognitif yang masih
baik dan kurang pada kedua kelompok lansia. Hal ini dapat menjadi masukan
juga bagi intervensi yang akan dirancang bagi kedua kelompok lansia.
Namun demikian, penurunan fungsi kognitif memang tidak bisa dihindari
karena bisa saja terjadi akibat perubahan fisiologis struktur otak yang terjadi
secara normal seiring dengan pertambahan usia (Miller, 2012). Hasil dari
penelitian ini mendapatkan data bahwa jumlah lansia yang memiliki fungsi
kognitif normal sedikit lebih banyak yaitu sebesar 54,8% karena lansia di
Kelurahan Mekarwangi didominasi oleh lansia muda. Penelitian lain yang
mendukung hasil penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Wreksoatmodjo
(2014), yang menjelaskan bahwa lansia yang memiliki fungsi kognitif normal
juga lebih banyak yaitu sebesar 62,2%. Klasifikasi fungsi kognitif juga dibagi
menjadi dua bagian, yaitu fungsi kognitif normal dan penurunan fungsi kognitif.
klasifikasi menggunakan nilai median yaitu 24. Hasil penelitian ini tidak
terdistribusi dengan normal karena data yang didapat tidak bervariasi
Tebak warna adalah permainan asah otak ringan, menguji imajinasi, logika
dan nalar. Tebak warna adalah salah satu bentuk permainan dimna dari
hasil permainan ini peserta dapat menikmati kegiatan yang
dilakukuannya sehingga permainan dapat mengurangi kejenuhan dan dapat
menilai kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, kognitif serta
sosialisasi sesuai dengan tingkat usianya.Tebak warna adalah suatu
kegiatan dimana seseorang atau individu diminta untuk menebak atau
menyebutkan warna pada tulisan
Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di Panti Tresna Werdha
Nirwana Puriklien kelolaan didapatkan 70% mempunyai masalah dengan
penurunan sensorik, motoric dan kognitif. Dengan permainan tebak warna akan
membantu untuk mengasah kognitif daya sensorik, konsentrasidan motorik
lansia untuk mengingat, dan menyebutkan apa yang mereka lihat. Berdasarkan
latar belakang diatas, mahasiswa tertarik untuk mengambil dan
melakukan terapi bermain tebak warmapada lanjut usia (lansia)dengan masalah
keperawatan gangguan kognitif di Sukorejo RT.39.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) selama 30 menit,
lansia di Sukorejo RT.39 diharapkan dapat menjelaskan bagaimana terapi
aktivitas kognitif dan dapat mendemontrasikan terapi aktivitas kognitif
secara tepat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui manfaat tebak gambar
b. Mampu melakukan tebak gambar
c. Tebak gambar dapat dimasukkan dalam jadwal kegiatan panti
C. Manfaat Kegiatan
1. Memperlambat kepikunan
2. Menghilangkan stress
3. Meningkatkan konsentrasi
4. Membuat emosi lebih tenang
BAB II
ISI
A. Topik Penyuluhan Kesehatan
Terapi Aktivitas Kelompok Kognitif Pada Lansia: Tebak Gambar

B. Strategi Pelaksanaan
1. Sasaran : Lansia di Sukorejo RT.39
2. Rencana Kegiatan : Terapi Menebak Gambar
3. Tempat : TK Rahmatullah Jl.Sukorejo RT.39 Lempake,
Samarinda
4. Pengorganisasian:
a. Leader : Indah Ari Setiani
b. Co leader : Endang
c. Observer : Rizki Noor Fauzia Maadjid
d. Fasilitator :
1. Rada Amalia
2. Desti Gita Safitri
3. Nanda Sukma Diati
4. Leli Olvania
e. Lansia :
1. Lansia 1
2. Lansia 2
3. Lansia 3
4. Lansia 4
5. Lansia 5
6. Lansia 6
7. Lansia 7
5. Setting Tempat

Tempat
tidur
Pasien
v

Keterangan : : Leader
: Co Leader
: Lansia
: Fasilitator
: Observer

6. Langkah – langkah :
a. Pembuka : Mengucapkan salam dan menjelaskan roleplay
penyuluhan kesehatan terapi aktivitas kelompok kognitif
yang akan ditampilkan kepada semua penyaksi
b. Isi : Menampilkan role play penyuluhan kesehatan terapi
aktivitas kelompok pada lansia dengan gangguan kognitif
c. Penutup : Memberi kesimpulan dari role play dan menutup role play
dengan mengucapkan terimakasih
1. SOP Terapi Menebak Gambar
Fase Orientasi
1. Memberi salam terapeutik:
Salam mulai dari terapis, perkenalan nama dan
panggilan terapis
2. Evaluasi/ Validasi:
Menanyakan perasaan lansia
3. Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan
b. Menjelaskan aturan main tersebut
c. Jika ada lansia yang akan meninggalkan
kelompok harus minta ijin kepada terapis
d. Lama kegiatan 15 menit
e. Setiap lansia mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
f. Jika peserta merasa kurang jelas dengan
penjelasan leader, dapat menanyakan kepada
leader dengan menunjuk tangan terlebih
dahulu
g. Peserta hadir di tempat 5 menit sebelum
kegiatan berlangsung.
Fase Kerja
1. Demontrasi Tebak Gambar
a. Mendemonstrasikan tebak gambar kepada
lansia dan petugas panti
b. Memberikan kesempatan lansia dan petugas
untuk mencoba kembali sendiri
c. Mengulang kembali tebak gambar secara
bersama dan petugas panti
d. Melakukan tebak gambar bersama-sama
dengan mahasiswa/I dengan menggunakan
music penyaji, fasilitator, Co-Leader
Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Mahasiswa menanyakan perasaan lansia
setelah mengikuti kegiatan
b. Memberikan pujian atas keberhasilan lansia
2. Rencana Tindak Lanjut
a. Terapis meminta lansia dan petugas untuk
mengulang hal yang telah dipelajari secara
mandiri
b. Memasukan dalam jadwal kegiatan harian
panti
3. Kontrak yang akan dating
Terapis mengakhiri kegiatan dan mengingatkan
kepada lansia untuk melakukan kegiatan yang biasa
dilakukan fasilitator, co-leader, leader dan observer
4. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dinilai dan
dievaluasi adalah kemampuan lansia sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK Tebak Gambar,
kemampuan lansia yang diharapkan adalah mengikuti
kegiatan, respons yang diharapkan adalah lansia dan
petugas mampu melakukan kegiatan tebak gambar
secara mandiri dan bila dilakukan secara rutin
diharapkan fungsi kognitif dapat meningkat

D. SATUAN ACARA PEMBELAJARAN


Topik : Terapi Aktivitas Kelompok Pada Lansia
dengan Gangguan Kognitif dengan Terapi
Menebak Gambar
Sasaran : Lansia di Sukorejo RT.39
Hari/ tanggal : Jum’at , 07 Januari 2022
Waktu : 30 menit
Tempat : TK Rahmatullah Jl.Sukorejo RT.39
Lempake, Samarinda.
Penyuluh : Mahasiswa PSDK FK Universitas
Mulawarman
Diagnosa keperawatan :
1. TIU
Setelah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok selama 30 menit
lansia di Sukorejo RT.39 dapat menjelaskan dan dapat
mendemontrasikan terapi aktivitas kognitif secara tepat.
2. TIK
Setelah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok selama 30 menit,
lansia di Sukorejo RT.39 diharapkan akan dapat :
a. Menjelaksan pengertian dari terapi aktivitas kelompok
dan cara menebak gambar dengan tepat
b. Menjelaskan manfaat terapi aktivitas kelompok pada
fungsi kognitif dengan tepat
c. Mendemonstrasikan terapi aktivitas kognitif (menebak
gambar) dengan tepat
3. Materi/Pokok Bahasan
a. Pokok bahasan : Terapi Aktivitas Kelompok Pada
Lansia dengan Gangguan Kognitif
b. Sub Pokok bahasan :
1. Pengertian dari terapi aktivitas kelompok dan cara
menebak gambar
2. Manfaat terapi aktivitas kelompok pada lansia
dengan gangguan kognitif
3. Demonstrasikan terapi aktivitas kognitif dengan
terapi menebak gambar
4. Metode
a. Ceramah
b. Demontrasi
c. Tanya jawab
5. Media
a. SOP (Standar Operasional Prosedur)
b. Alat bantu: Kertas HVS yang berupa gambar
6. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Waktu Tahap Pengajar Sasaran


Kegiatan
5 menit Pembukaan 1. Membuka acara 1. Menjawab salam
dengan dan
mengucapkan salam mendengarkan
perkenalan

2. Menyampaikan 2. Mendengarkan
topik dan tujuan
penyuluhan kepada
sasaran
3. Menyetujui
3. Kontrak waktu
kesepakatan
dengan sasaran
pelaksanaan
TAK
30 menit Kegiatan 4. Menjelaskaan 4. Memperhatikan
inti pengertian dari
terapi aktivitas
kelompok dan cara
menebak gambar

5. Memberi 5. Bertanya

kesempatan pada
sasaran untuk
bertanya

6. Menjawab 6. Merespon
pertanyaan
7. Memperhatikan
7. Menjelaskan
manfaat terapi tebak
gambar pada fungsi
kognitif
8. Merespon
8. Menanyakan
pemahaman sasaran

9. Mendemonstrasikan 9. Memperhatikan
cara menebak
gambar

10. Memberi 10. Redemonstrasi


kesempatan pada
lansia untuk
redemonstrasi cara
menebak gambar
10 menit Penutup 11. Memberi 11. Memperhatikan
kesimpulan tentang
terapi aktivitas
kelompok kognitif
dengan terapi
menebak gambar

12. Mengajukan 12. Menjawab

pertanyaan pertanyaan

(evaluasi) pada
sasaran tentang
terapi aktivitas
kelompok yang
sedang dilakukan

13. Memperhatikan
13. Menutup pertemuan
dan menjawab
dan memberi salam
salam
penutup

7. Rencana Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Kelengkapan media alat : tersedia dan siap
digunakan
2. Pelaksana siap melakukan penkes
3. Fasilitas tersedia
b. Evaluasi Proses
1. Pelaksana dan sasaran mengikuti terapi aktivitas
kelompok sesuai waktu yang di tetapkan
2. Sasaran berpartisipasi selama kegiatan dan
pelaksanaan sesuai dengan rencana.
3. Sasaran mampu menebak gambar.

c. Evaluasi hasil (Lisan dan Praktik)


Klien mampu :
1. Menjelaskan pengertian dari terapi aktivitas dan
terapi menebak gambar dengan bahasanya sendiri
2. Menjelaskan kembali manfaat terapi aktivitas
kelompok pada fungsi kognitif dengan benar
3. Mendemonstrasikan terapi aktivitas kelompok
dalam menebak gambar dengan benar
DAFTAR PUSTAKA

Pambudi, W. E., Dewi, E. I., & Sulistyorini, L. (2017). Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap Kemampuan Interaksi Sosial pada
Lansia dengan Kesepian di Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PSLU) Jember.
e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 5(2), 253-259. Retrieved from
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/5774

Riani, A. D., & Halim, M. S. (2019). Fungsi Kognitif Lansia yang Beraktivitas
Kognitif. Jurnal Psikologi, 46(2), 85. doi:10.22146/jpsi.33192

Sauliyusta, M., & Rekawati, E. (2016). Aktivitas Fisik Mempengaruhi Fungsi


Kognitif Lansia. Jurnal Keperawatan Indonesia, 19(2), 71-77. Retrieved
from http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/463

Anda mungkin juga menyukai